Pergi dan Lari

By CekerJongin2

Gender switch, typo(s), absurd

Standard disclaimer applied

Note: {{… adalah flashback on…}}flashback off

Happy reading!

.

.

Chapter 1: Pergi

.

Kita menautkan takdir ini, percaya akan satu sama lain

Tapi, sekarang tidak ada pilihan lain selain berakhir

Aku tahu kita mencintai satu sama lain

Saat kau tersenyum bak sinar matahari

Keindahaannya tidak dapat diungkapkan dengan kata yang terbatas

Gelombang yang meruntuhkan pertahanan hatiku

.

Sinar jingga mewarnai langit yang berada di atas kepala Baekhyun. Gadis berkemeja putih dan mini skirt berwarna navy, menyebabkan tubuh mungilnya terlihat cantik. Ia mendongak menatap gumpalan awan berwarna putih yang menghiasi langit tersebut. Hari ini cukup cerah. Seperti suasana hatinya.

Gadis bermata sipit itu menarik kedua ujung bibirnya. Mengingat bahwa Jongin memintanya untuk menunggu di halaman kampus. Kakinya mengayun-ayun senang. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan kekasihnya. Pemuda kulit tan yang sangat ia rindukan.

Berkali-kali surai pirangnya yang panjang tertiup oleh angin musim gugur. Baekhyun suka suasana musim gugur. Entah kenapa.

Baru saja Baekhyun ingin menyakukan tangannya untuk mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada lelaki tersayangnya itu. Namun, seseorang berkemeja kotak-kotak dengan warna biru tua duduk di sampingnya. Baekhyun menoleh dan mendapati pemuda tampan itu tersenyum manis padanya. Sungguh menawan. Baekhyun membalas senyumannya.

"Aku merindukanmu," bisiknya seraya merangkul Baekhyun dan membawa gadis manis itu mendekat kepadanya.

"Aku juga, Jongin-ah," Baekhyun memutuskan untuk bersandar di pundak Jongin. Menikmati segala kenyamanan yang dimiliki oleh kekasihnya. Hidungnya dapat menangkap aroma maskulin yang menguar dari tubuh tan itu.

Baekhyun dapat merasakan tangan besar Jongin yang bergerak dari atas ke bawah. Mengelus kepalanya dengan lembut. Gadis mungil itu memejamkan matanya. Bibir tipisnya tak henti-hentinya untuk tersenyum.

Ah, jika sudah seperti ini Baekhyun merasa dunia hanya milik mereka berdua. Miliknya dan Jongin. Atau hanya miliknya saja? Karena Kim Jongin juga miliknya seorang. Tak boleh ada seseorang yang macam-macam dengan lelaki tan-nya itu.

Pikiran tersebut membawa Baekhyun untuk melingkarkan tangannya di tubuh Jongin. Memeluknya secara posesif. Mengingat bagaimana banyak secret admirer yang dimiliki oleh kekasihnya itu.

Jongin memang bukan orang terkenal seperti Kris Wu si kapten basket, atau Chanyeol gitaris jangkung. Tapi, kehangatan hatinya membuat beberapa orang iri dengan Baekhyun dan ingin memiliki lelaki tan-nya ini.

Banyak yang bilang Jongin ini lelaki idaman. Dia tidak rajin, tapi nilainya tidak jelek. Pernah masuk kelas akselerasi sih sewaktu SMA. Jadi, membuat mereka seangkatan sekarang.

Lelaki emosian, namun bisa mengalah dengan orang yang dicintainya -yang pasti ini Baekhyun-. Ia juga menyukai anak kecil dan ia patuh dengan keluarganya. Betapa beruntungnya Baekhyun.

"Sayang apa kau sangat merindukanku?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Jongin membuat Baekhyun mendongakkan kepalanya. Menghentikan segala pemikirannya. Ditatapnya wajah menawan Jongin dari dekat.

"Tentu saja. Kau sibuk sekali akhir-akhir ini," Baekhyun memanyunkan bibir tipisnya. Jongin tersenyum sedih dan mengacak-acak poni perempuannya itu.

"Aku banyak urusan akhir-akhir ini," timpalnya yang mendapatkan sebuah dengusan dari Baekhyun.

"Aku sudah menebak jika kau akan menelantarkanku. Padahal kau bilang kau akan menyempatkan diri untukku. Uh Jongin menyebalkan!" beberapa tinjuan dilemparkan oleh Baekhyun ke pundak Jongin.

Jongin mengaduh dan menggenggam tangan kecil itu supaya tak bertindak anarkis lagi.

"Sudah sudah maafkan aku, oke?" mereka bertatapan selama beberapa sekon sebelum Jongin mendekatkan wajahnya dan mencium kening Baekhyun lama. Lebih lama dari biasanya. Entahlah Baekhyun merasa ada yang tidak beres dengan Jongin.

Baekhyun menangkupkan pipi Jongin setelah lelaki itu melepaskan ciumannya. Meneliti setiap inch wajah Jongin. Menatap lekat-lekat mata kelam kekasinya. Mencari sesuatu yang disembunyikan oleh pemuda di hadapannya ini.

"Jongin…," Baekhyun menemukannya. Baekhyun yakin ada yang disembunyikan oleh Jongin. "Katakan apa yang terjadi," pintanya dengan wajah memelas. Ia benci Jongin yang menyembunyikan sesuatu darinya.

Tetapi Jongin hanya tersenyum kepadanya. Baekhyun mengartikan senyuman itu sebagai senyuman yang menyedihkan. Gadis ini benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi oleh Jongin.

"Jongin katakan!" titahnya tidak sabaran. Lagi dan lagi Jongin tidak menjawabnya. Lelaki berambut coklat itu menempelkan kening mereka. Menatap kristal indah Baekhyun.

"Sayang apa kau marah jika aku menuruti kemauan keluargaku?"

Jadi, Jongin sibuk karena urusan keluarga? Keluarganya memiliki masalah? Kenapa Jongin tidak bercerita padanya? Biasanya lelaki yang lebih muda beberapa tahun darinya ini akan bercerita panjang dan lebar kepadanya. Baiklah, kali ini Baekhyun ingin menjadi gadis yang pengertian.

"Tidak. Aku tidak marah denganmu. Bukankah keluargamu keluargaku juga?"

Jongin tersenyum dan memeluk tubuh mungil itu. Ia senang bukan main Baekhyun dapat mengerti kesusahannya. Dikecupinya puncak kepala Baekhyun seraya merapalkan, "Aku mencintaimu," berkali-kali. Seakan-akan esok ia tidak dapat mengatakan kalimat itu lagi.

Baekhyun ikut tersenyum senang. Jika Jongin senang ia juga senang dan begitu juga sebaliknya. Mungkin Jongin terlalu pusing sehingga ia tidak mau seorang pun mengetahui urusannya. Jadi, itulah alasan Jongin tidak bercerita kepadanya. Menurut Baekhyun sendiri sih. Ia hanya mencoba positive thinking.

"Terkadang aku lelah untuk menuruti mereka," bisik Jongin tepat di telinga Baekhyun.

"Ck apa yang kau katakan Jongin?" Jongin hanya terkekeh. "Mana Jongin-ku yang dewasa?"

"Di sini," dikecupnya pundak Baekhyun oleh Jongin. "Aku memiliki pendapat sendiri, sayang. Lagipula, aku sudah dewasa. Aku tau mana yang baik dan mana yang tidak cukup baik."

"Orang tuamu lebih dewasa," Jongin mendengus kesal. Sungguh, dari lubuk hatinya yang paling dalam, kali ini ia tidak mau menuruti perintah orang tuanya. Dan Jongin ingin Baekhyun setuju dengannya. Bukannya menyanggahnya terus seperti ini.

Ini masalah hati… bukan masalah siapa yang lebih dewasa.

Mungkin di luar sana banyak gadis yang lebih baik, lebih cantik, lebih pintar, lebih segala-galanya dari Baekhyun. Tapi apa ada orang lain yang dapat memacu detak jantung Jongin? Apa ada gadis yang membuat Jongin bersemangat setiap saat? Atau adakah gadis yang mau menerima Jongin apa adanya?

"Kau yakin aku harus menuruti orang tuaku?" Baekhyun tersenyum dan mengangguk.

"Kau tidak marah?" lelakinya itu bertanya lagi. Membuat Baekhyun gemas.

"Untuk apa marah kepada kekasih yang menuruti kehendak orang tuanya?"

Jongin melepaskan pelukannya. Kemudian menarik tengkuk Baekhyun. Menempelkan bibir tebalnya dengan bibir tipis Baekhyun. Melumat bibir dengan rasa strawberry tersebut.

Baekhyun cukup kaget dengan apa yang dilakukan oleh Jongin. yang ia lihat adalah mata Jongin yang tertutup. Lelaki itu menikmatinya. Jadi, ia juga memejamkan matanya. Kedua tangannya mengalung dengan anggun di leher Jongin.

Baekhyun tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Berbeda dengan Jongin. Ia tahu apa yang akan ia lakukan setelah mencium gadis tercintanya ini.

Rasa manis ini… Jongin berpikir. Apa esok ia masih dapat merasakannya? Hal ini membuatnya sedih. Jongin tidak melakukan hal lain. Hanya melumat bibir gadis itu. Ia takut jika ia berbuat lebih, itu akan membuatnya sulit untuk melepaskan gadis cantik ini.

Pukulan di dada bidangnya, membuat Jongin melepaskan ciuman itu. Baekhyun kehabisan napas. Dengan segera mereka mengisi paru-paru mereka dengan oksigen sebanyak mungkin.

Jongin melihat Baekhyun tersenyum padanya di sela-sela ia mengambil napas. Ugh… Jongin tidak ingin melihat senyum itu pudar karenanya. Dikecupnya bibir tipis itu.

"Jangan membenciku," digenggamnya jemari lentik Baekhyun. Baekhyun hanya terkekeh. Kelakuan Jongin aneh. Tapi, ini lucu.

"Untuk apa aku membencimu hitamku?"

"…."

Hening. Jongin hanya menatapnya. Seperti ada keraguan.

"Kkamjong?"

"Jangan membenciku. Kumohon."

"Tidak akan," Baekhyun memberinya sebuah eye smile andalannya. Gadis itu meyakinkan bahwa ia tidak akan membenci kekasihnya sendiri.

"Bahkan jika aku menyakitimu?"

Pertanyaan itu menohok Baekhyun. Perempuan itu terdiam beberapa sekon. Memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibir tebal itu.

"Aku tidak akan pernah membencimu apa pun yang terjadi, dengar?"

Jongin hanya menatapnya. Tatapannya sulit diartikan oleh Baekhyun.

"Aku mencintaimu. Tidak mungkin kan jika aku membencimu?"

"Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Jangan benci aku, Sun."

Baekhyun menghela napas. Jongin ini, kenapa begitu lucu?

"Kenapa kau memintaku tidak membencimu? Aneh sekali. Kau mencuri?"

"Tidak, tidak."

"Lalu apa hm?" Baekhyun mengangkat tangannya. Lalu mengelus pipi kekasihnya itu.

"Aku hanya mengikuti apa katamu. Kau memintaku untuk menuruti orang tuaku. Jadi, sudah kuputuskan untuk menuruti apa katanya," Baekhyun tersenyum senang. Tapi tidak dengan Jongin. Ia menghela napas berat.

"Byun Baekhyun, sampai di sini hubungan kita. Aku tidak bisa bersamamu lagi, noona," mata sipitnya terbelalak. Apa aku salah dengar? Jongin menjauhkan tangan Baekhyun dari wajahnya.

Noona… rasanya lama sekali Jongin tidak memanggilnya noona. Terakhir kali ia memanggil seperti itu saat mereka belum berpacaran. Dan hubungan mereka ini sudah hampir tiga tahun.

"Jangan benci aku. Aku mencintaimu, noona," sebuah kecupan mendarat di kening gadis itu. Semua terjadi begitu cepat. Hingga yang Baekhyun lihat hanyalah punggung Jongin yang semakin lama semakin menjauh.

Baekhyun masih mematung di tempatnya. Ia sangat-sangat terkejut. Jongin memutuskannya? Setelah mereka berciuman? Setelah mereka melakukan hal-hal yang manis?

Apa salahku? Baekhyun merenungkan apa yang membuat Jongin mengakhiri hubungan mereka. Namun, pikirannya terlalu kacau untuk menemukan jawaban tersebut.

Apa Jongin bercanda? Atau… oh oh! Ini pasti april's mop kan? Tapi tidak… itu sudah lewat… Jongin serius dengan keputusannya. Dilihat dari bagaimana lelaki itu meninggalkannya. Ia tidak kembali lagi.

Apakah akhir-akhir ini Jongin menemukan gadis yang lebih baik dariku? Air mata Baekhyun menetes begitu saja saat pikiran buruk menyerang otaknya. Apa yang sedang terjadi? Dengan segera Baekhyun menghapus air mata lancang tersebut.

Jongin pasti bercanda.

.

Janganlah menangis malam ini sayang

Setelah gelap menghampirimu

Janganlah menangis malam ini sayang

Setelah semua ini terjadi

Semua ini akan berlalu begitu cepat

Jadi, janganlah menangis malam ini sayang

Karena cintaku akan tetap melindungimu

.

Malam harinya hujan turun begitu deras. Baekhyun duduk di dekat jendela. Gadis dengan sweater kebesaran itu memandang tetesan air hujan yang membasahi jendela. Tangannya menggenggam segelas coklat hangat.

Jari telunjuknya mengelus ujung gelas yang ia pegang. Matanya fokus pada gelas yang ia pegang. Tapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya melayang. Dia dan Jongin sama-sama suka hujan. Baekhyun menghela napas.

Belum genap sehari Jongin memutuskannya. Baru sore tadi. Tapi, gadis ini sudah merindukan lelaki tampan itu. Pada awalnya ia memang sudah merindukan Jongin sih. Dan kejadian tadi sore membuat Baekhyun semakin merindukannya.

Diletakkannya gelas berisi coklat yang hampir dingin itu di meja. Lalu kembali duduk di tempatnya semula. Coklat hangat adalah favorit Baekhyun. Tapi, berlebihan kah jika Baekhyun tidak napsu makan maupun minum karena kejadian tadi sore?

Kepalanya menunduk. Pikirannya merenung. Apa kesalahan yang ia perbuat sehingga Jongin memutuskannya? Hanya itu yang ada di pikiran Baekhyun. Dadanya terasa sesak saat ia tidak dapat menemukan jawabannya. Yang ia temukan hanyalah setetes air mata turun dari kristalnya.

Baekhyun mengigit bibirnya. Tangannya menghapus air yang turun itu dengan kasar. Lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap langit-langit kamarnya yang berwarna pastel. Jongin, batinnya saat ia melihat bayangan Jongin di sana. Baekhyun menghela napas.

.

{{…

Saat itu hujan turun dengan deras. Baekhyun dan Jongin sedang menaiki bus untuk pulang ke rumah Baekhyun. Tempat terdekat dari kampus mereka. Gadis itu tidak tega jika Jongin harus pulang ke rumahnya. Cuaca sedang buruk, kekasihnya itu bisa sakit. Ditambah sore ini bus penuh oleh pekerja yang pulang dari kerja.

Baekhyun memandang lelaki yang berdiri di sebelahnya itu. Rambutnya sedikit basah karena menerobos hujan di halte tadi. Menambah kesan sexy pada kekasihnya ini. Kemeja hitam, jaket kulit, tas selempang. Entahlah, semuanya begitu cocok untuk Jongin.

Jongin balik menatapnya. Tangannya bergerak merapikan poni Baekhyun yang acak-acakan. Lalu membawa helaian rambut pirang itu ke belakang telinga.

"Kau tidak sakit kan sayang? Atau kau dingin hm?"

Baekhyun tersenyum dan menggeleng cepat. Lalu menenggelamkan wajahnya di dada Jongin, memeluk lelaki itu untuk berbagi kehangatan. Jongin balas memeluknya. Diusapnya punggung mungil gadisnya itu.

"Mungkin ini kurang ampuh. Tapi setidaknya kau tidak basah kuyup," Jongin melepas jaket kulitnya. Sebenarnya, tadi mereka ingin menunggu hujan sedikit reda di halte. Tapi, bukannya reda hujan justru semakin deras.

"Kita seperti yang di drama-drama," komentar Baekhyun saat Jongin merengkuhnya dan memayunginya dengan jaket berwarna gelap itu. Mereka berdua mulai berjalan menembus hujan. Berdua. Tanpa alas kaki.

"Perlu kau ingat. Kita adalah pemain utama di drama romance kita, B," Jongin berbisik dengan sebuah seringaian. Membuat pipi gadis dalam dekapannya itu memerah.

"Jadi kau merasa ini romantis huh?" ejek Baekhyun.

"Tentu, apa ini kurang romantis?" Jongin menatap Baekhyun dan menghentikan langkahnya. Baekhyun terkekeh mengejek.

"Apa perlu aku menciummu di tengah hujan supaya ini menjadi romantis?" tatapan dari mata kelam itu nampak serius. Namun Baekkyun masih terkekeh.

"Lakukan saja jika kau bisa, tuan hitam!" tantang Baekhyun dengan lidah menjulur. Sedetik kemudian dia merebut jaket yang dibawa oleh Jongin dan berlari menjauhi pemuda itu.

"Hey!" dengan segera pemuda basah kuyup itu mengejar Baekhyun. "Lihat saja aku pasti bisa menciummu!"

"Buktikan saja," sahut Baekhyun yang mulai memasuki gang kecil untuk menuju rumahnya.

"Aku sedang membuktikannya," tak lama Jongin juga memasuki gang itu.

"Tolong! Ada lelaki hitam yang ingin menciumku di tengah hujan," canda Baekhyun dengan wajah berpura-pura takut.

"Jangan berisik kau bisa mengganggu orang lain!" titah Jongin yang berada di belakangnya.

"Masa bodoh, masa bodoh," Baekhyun berhenti berlari dan menggoyangkan pantatnya mengejek Jongin. Tak mau membuang kesempatan. Dengan segera Jongin menggenggam lengan kekasihnya itu.

"Ah."

Semuanya terjadi begitu cepat. Yang Baekhyun tahu dia sudah terpenjara di tembok. Jongin yang basah kuyup ada di depannya. Tangan dinginnya mengunci lengan Baekhyun.

Wajah tampannya diselimuti air. Rambutnya basah kuyup. Semakin sexy. Mata kelam itu menatapnya. Membuat gadis mungil itu sulit bernapas. Jantung berdebar-debar seperti menunggu hasil ujian. Lalu mata sipitnya menangkap sebuah seriangaian dari bibir kekasihnya itu.

"Sudah kubilang aku akan membuktikannya kan?" Baekhyun menelan ludahnya susah payah. Jongin tidak pernah bermain-main dengan kata-katanya. Perlahan-lahan tubuh Baekhyun mulai basah. Sama seperti Jongin.

Gadis itu mendapati Jongin memiringkan kepalanya. Lalu wajah tampan itu mulai mendekat. Reflek Baekhyun menutup matanya. Tak lupa bibir tipisnya memanyun. Menanti bibir tebal milik Jongin mendarat di sana.

Chu. Sesuatu yang hangat mendarat di hidungnya. Ada apa ini? Baekhyun membuka matanya dan disambut oleh kekehan dari Jongin. Ugh, sial, Jongin pasti mengerjainya.

"Aku tidak bilang mencium bibirmu kan, nona Byun?" Baekhyun melihat seriangaian itu lagi. Entahlah, terkadang ia benci melihat seriangaian itu.

Dengan hati yang kesal Baekhyun berjinjit, menarik tengkuk Jongin dan melumat bibir tebal itu. Jongin terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Baekhyun. Tapi, lelaki mana yang ingin menolaknya?

Jongin merengkuh tubuh mungil itu. Membalas lumatan dari gadis itu. Menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Baekhyun. Merasakan hangatnya goa milik Baekhyun. Menautkan benda tak bertulang milik mereka, bertarung dengan Jongin sebagai pemenanganya. Sesekali Baekhyun menjambak surai hitamnya dengan sensual.

Sampai mereka kehabisan oksigen dan melepaskan ciuman hangat itu. Benang saliva masih terlihat meskipun berada di tengah hujan. Jongin menatapnya, begitu juga sebaliknya.

"Kau jadi basah kuyup," ujar Jongin sambil mengusap wajah Baekhyun.

"Tapi, ini romantis," tangan Baekhyun menangkupkan pipi Jongin. jongin tersenyum senang. Kekasihnya ini sungguh labil.

"Mau yang lebih romantis?"

"Apa?" diusapnya pipi Jongin oleh Baekhyun.

"Aku menggendongmu ke rumah."

"Lalu?" Baekhyun dapat merasakan tangan Jongin di punggungnya. Menarik tubuh Baekhyun untuk dekat dengan tubuhnya.

"Sambil ciuman," dan sekarang Baekhyun menyukai seringaian itu. Dengan anggun Baekhyun mengakungkan tangannya di leher Jongin.

"Ayo gendong aku, J," pintanya dengan manja.

"Semoga berat badanmu tidak merusak momen romantis ini, B," canda Jongin seraya mengangkat tubuh Baekhyun yang sebenarnya sama sekali tidak berat bagi Jongin. Pemuda itu mulai melanjutkan perjalanannya.

"Sstt… diam saja, sepertinya mulutmu harus dibungkam," godanya sebelum menempelkan bibir tipisnya di bibir Jongin. Melumatnya seperti tidak memiliki rasa bosan.

Jongin baru saja menyelesaikan mandinya. Ia memakai kemeja milik mendiang ayah Baekhyun. Baekhyun menatapnya lama. Melihat Jongin seperti itu, membuatnya rindu dengan ayahnya.

"Itu coklat hangat untukmu," Baekhyun memberi tahu sambil menunjuk cangkir berwarna putih di meja. Tapi, Jongin tidak mengambilnya. Pemuda berkulit tan itu justru duduk di samping Baekhyun. Kemudian mengambil handuk yang ada di pundak Baekhyun.

"Rambutmu harus cepat kering. Kalau tidak kau akan kena flu," Jongin mulai menempelkan handuk itu di kepala Baekhyun dan menggosok-gosoknya dengan lembut.

"Kata siapa? Kau sok tau," cibir Baekhyun dengan lidah menjulur.

"Kata noona-ku. Dia pernah seperti ini dan aku tidak mau kau flu karenaku, mengerti?"

"Hmm," Baekhyun hanya menjawabnya dengan sebuah deheman. Jongin memberinya senyum. Tangannya masih mengusap-usap kepala Baekhyun dengan handuk. Mereka bertatap-tatapan pada saat itu.

Baekhyun menyukai mata kelam itu. Begitu pula dengan Jongin, pemuda itu menyukai kristal bundar milik Baekhyun. Jongin yang perhatian seperti ini benar-benar membuatnya rindu dengan ayah.

Ayah yang dulu menjaganya, mengajarinya, menemaninya. Beryukur sekarang Baekhyun memiliki Jongin. Menurutnya, Jongin adalah sebuah paket lengkap. Baekhyun tak mau melepasnya.

"Jongin?"

"Ya?"

"Kyungsoo meminjamiku film horor," Baekhyun memamerkan DVD itu pada Jongin.

"Lalu?" Jongin meletakkan handuk yang sudah basah itu di lengan sofa. Rambut Baekhyun terlihat tidak rapi.

"Temani aku nonton ya?"

"Tidak," Jongin berdiri dan berjalan menuju kamar Baekhyun. Kembali pada sang gadis saat tangannya sudah menggenggam sebuah sisir.

"Kumohon," pintanya dengan wajah memelas.

"Nanti kau terbayang-bayang, B," lelaki itu mulai menyisiri rambut panjang Baekhyun dengan perlahan. Seakan rambut itu mudah rontok.

"Tidak, jika denganmu aku tidak akan takut."

Hening. Hanya ada suara air hujan yang masih turun dengan derasnya.

"Jongin kumohon."

Tapi Jongin masih tidak bersuara. Ia masih menyisiri surai hitam kekasih cantiknya itu.

"Jika kau tidak mengijinkanku, aku akan menari striptease di depanmu!" ancam Baekhyun sambil menatap Jongin tajam.

"Ok! Ok! Ayo kita nonton film itu," akhirnya Jongin mengalah. Baekhyun terkekeh girang. Ancamannya ini paling ampuh untuk Jongin. Hanya untuk Jongin. Baekhyun tidak yakin lelaki lain akan menolak seorang gadis menari striptease di depannya. Apalagi, gadis itu cantik.

Ini membuat Baekhyun bertanya-tanya. Ia mendekati Jongin yang mengotak-atik DVD player milik Baekhyun. Apa Jongin tidak selera dengan badannya? Apa Baekhyun kurang sexy?

"Kenapa kau menolak aku stiptease di depanmu?" Jongin memasukkan DVD itu dan membiarkan mesin itu memutarnya. "Apa aku tidak sexy?" Baekhyun menunduk. Memainkan ujung sweater-nya.

Jongin menghela napas. Lalu mengelus puncak kepalanya. "Siapa yang bilang kau tidak sexy, B?"

"Kalau aku tidak sexy kenapa kau menolakku untuk striptease di depanmu?" Jongin tersenyum. "Kau tau? Kyungsoo sering dipaksa striptease oleh mantannya! Tapi, kenapa kau…," Jongin memegang dagu milik Baekhyun. Mengangkat dagu itu supaya menatap mata kelamnya.

"Kau itu sexy, sangat sexy. Aku takut kehilangan control saat kau melakukannya," perlahan-lahan pipi Baekhyun bersemu merah.

"Sayang, kau begitu berharga. Aku tidak ingin mengotorimu dengan napsu. Mengerti?" Baekhyun mengangguk patuh pada Jongin. Bersyukur dan bersyukur. Bersyukur Baekhyun mendapatkan kekasih yang sebegitu baik seperti Jongin.

"Aku menyayangimu," dikecupnya kening itu. Baekhyun memejamkan matanya saat Jongin melakukan itu.

"Aku juga Jongin," gumamnya sambil tersenyum. "Lihat! Filmnya sudah mulai. Ayo kita duduk di sofa."

Baekhyun terbangun dari tidurnya. Napas gadis itu terengah-engah. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Jongin yang semula sedang mengerjakan tugas di sofa putih kamar Baekhyun mulai berjalan mendekati kekasihnya itu.

"Ada apa sayang?" ia duduk di ranjang empuk itu.

"Jongin!" Baekhyun menghambur dalam pelukannya.

"Kau mimpi buruk?" Jongin mengelus puncak kepala gadis manis itu. Ia mengangguk. "Aku takut, Jongin…," ungkapnya.

"Sudah kubilang kan? Jangan menonton film horor. Kau pasti terbayang-bayang," kecupinya ujung kepala kekasihnya itu.

"Maaf. Aku bandel. Maaf Jongin. Kyungsoo membuatku penasaran," sesalnya dengan dada naik turun.

"Tidak apa-apa," bisik sang pemuda. "Tenang," dielusnya rambut itu lagi. "Aku di sini. Aku akan menemanimu."

"Umm."

"Ayo tidur lagi!" Jongin melepaskan pelukan itu dan menatap kekasihnya.

"Temani aku."

"Iya, sayang," lelaki tan itu tersenyum menawan.

"Di ranjang. Di sampingku," tatapannya memelas. Tak lupa tangannya mengelus tempat kosong di sampingnya. Mengisyaratkan Jongin harus tidur di situ.

"Iya iya," Jongin menidurkan tubuhnya di samping perempuan itu. Baekhyun mengikuti tindakan Jongin.

"Jangan takut," Jongin mendekap gadis mungilnya yang penakut itu. Baekhyun mulai memejamkan matanya. Jongin menarik selimut.

"Selamat tidur, tuan putri," Jongin mengecup kening Baekhyun sebelum ikut mengistirahatkan matanya.

}}

.

Air mata menetes turun begitu saja. Namun, dengan cepat Baekhyun menghapusnya dengan punggung tangan. Sekarang ia tidak memiliki siapa-siapa. Ia sendirian di dunia ini.

Ibunya meninggal karena melahirkannya. Ayahnya meninggal dua tahun lalu karena sakit. Dan Jongin, kekasihnya, tiba-tiba saja memutuskannya. Bahkan Baekhyun tidak tahu apa yang salah dengan hubungan mereka.

"Jongin pasti bercanda," gumamnya sambil menarik kedua ujung bibirnya. Ia yakin Jongin tidak ingin berpisah dengannya. Sama sepertinya.

Telinga Baekhyun dapat mendengar ponselnya berdering. Ini pasti Jongin, batinnya. Dengan semangat Baekhyun turun dari jendela dan berlari menuju ponselnya yang tergeletak di ranjang.

Gadis berkulit putih itu langsung mengangkatnya tanpa melihat sang penelpon. Ia sangat yakin jika ini Jongin.

"Halo, Jongin?" sapanya secara spontan.

"Halo, Baek. Ini aku Kyungsoo," Baekhyun tersenyum miris saat ia mendengar suara Kyungsoo. Ternyata bukan Jongin.

"Eum ya, ada apa Kyungsoo-ya?"

"Apa kau sedang menunggu telpon dari Jongin?"

"Ya, begitulah," Baekhyun duduk di ranjangnya.

"Ada apa dengan kalian? Akhir-akhir ini aku jarang melihat kalian bermesraan di kampus," Baekhyun terkekeh mendengarnya. Dia baru sadar jika akhir-akhir ini Jongin menghindarinya.

"Kau ada perlu apa menelponku?"

"Oh ya… aku sedang di daerah rumahmu. Membeli beberapa bahan untuk kue."

"Keluargamu seharusnya membuka di toko roti Kyungsoo, bukan di toko perhiasan," goda Baekhyun yang membuat gadis di seberang sana memutar bola matanya.

"Dengar dulu kabar buruknya," Baekhyun terkekeh. Ini sedikit membuatnya lupa dengan kejadian tadi sore.

"Aku terjebak hujan, Oke? Kau tahu kan hujan turun begitu deras. Boleh aku menginap di rumahmu? Please Byun."

"Tentu! Tentu saja boleh. Aku sedang butuh teman."

"Ya, aku tahu sejak kau mengangkat telponku tadi. Kau harus menceritakan masalahmu setelah aku tiba di sana. Bye," lalu Baekhyun mendengar bunyi pip dari ponselnya.

Ah, tidak ada salahnya. Siapa tau Kyungsoo dapat membantunya kan?

.

.

"Yang benar saja? Jongin memutuskanmu?" Baekhyun mengangguk lemah mendapati gadis itu membulatkan matanya yang memang sudah bulat.

"Bagaimana bisa? Hey kalian ada masalah apa hingga seperti ini?"

Pikiran Baekhyun mulai melayang. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa hubungannya dengan Jongin tiba-tiba seperti ini. Apa yang salah dengan dirinya? Tolong katakan dan biarkan gadis ini memperbaikinya. Air matanya menetes.

"A-aku… aku sendiri tidak tahu, Kyung. Tiba-tiba dia memintaku untuk menunggunya di halaman kampus. Lalu kami bercengkrama seperti biasa dan… hiks tiba-tiba dia memutuskanmu," Baekhyun segera menghambur ke dalam pelukan Kyungsoo. Kyungsoo hanya bisa mengelus punggung sahabatnya itu.

"Mungkin dia bercanda, Baek…. Tenanglah…."

"Bercanda? Tapi, sampai detik ini dia tidak memberiku kabar, Kyung. Sepertinya dia serius."

Kyungsoo tersenyum. Ia mengingat sesuatu. Mungkin Baekhyun akan senang jika mengetahuinya. "Kau tahu tidak, Baek?"

"Apa?" Baekhyun melepaskan pelukan itu. Lalu menghapus air matanya.

"Sekitar 3 sampai 4 minggu yang lalu, Jongin memesan sebuah cincin di toko kami."

"Oh ya?" mata sipit Baekhyun terbuka lebih lebar dari biasanya.

"Mungkin dia ingin melamarmu. Kejutan. Kau tau? Dan tidak menghubungimu adalah salah satu rencananya supaya kejutan ini berhasil."

Baekhyun memekik girang. Jongin melamarnya? Oh Tuhan… ini tidak terpikirkan olehnya. Tidak berpikir akan terjadi secepat ini maksudnya. Gadis itu mengigit-gigit jarinya sangking senang. Menahan teriakannya. Lalu tak lupa berguling-guling di ranjangnya.

Setelah puas berguling-guling. Baekhyun duduk kembali. Tak lupa merapikan surai pirangnya. Otaknya kembali berpikir, seraya menggigiti tangannya.

"Kyungsoo, Jongin ke sana dengan siapa? Dengan Sehun?"

Sedikit informasi. Sehun itu sahabat Jongin. Sahabat dari kecil. Kelihatannya memang datar. Tapi, sebenarnya dia ini makhluk yang menjengkelkan. Sebelas dua belas dengan Jongin.

Dahi Kyungsoo berkerut. Gadis mata bulat itu mencari-cari wajah seseorang yang datang bersama Jongin. Cukup lama, karena orang itu terlalu asing bagi Kyungsoo. Tapi, sepertinya Baekhyun mengenalnya.

"Wanita berpipi gembul. Sepertinya lebih tua dari Jongin. Karena kekasihmu itu memanggilnya noona."

Baekhyun mengeryit. Kakak Jongin pipinya tidak gembul.

"Rambutnya panjang?" Baekhyun menemukan temannya itu menggeleng.

"Tidak sepanjang dirimu. Mungkin sebahu lebih sedikit."

Seiingat Baekhyun, rambut noona Jongin ini panjang. Lebih panjang darinya. Dan perempuan itu pernah berkata bahwa ia tidak akan memotong rambutnya sebelum ia bertemu dengan One Direction! Gila sekali!

Apa mungkin noona Jongin itu sudah bertemu dengan si idola?

"Besok kita lihat cincin itu, bagaimana?"

"Ide bagus! Ah, aku tidak sabar melihatnya! Pasti cantik sekali. Oh Tuhan!" serunya dengan mata berbinar-binar.

.

.

Jongin terduduk di kursi yang ada di balkon kamarnya subuh itu. Dia bukan bangun pagi-pagi. Namun, lelaki itu tidak bisa mengistirahatkan matanya karena kejadian kemarin sore.

Ia memutuskan Baekhyun. Gadis yang sangat ia cintai. Jongin menghela napas. Sinar kuning sudah mulai muncul dari ufuk timur. Sedikit demi sedikit menyinari bumi Seoul.

Entahlah, ia merasa matahari itu sedang mengejeknya. Atau dia saja yang berlebihan? Surya itu mengingatkannya dengan Baekhyun. Mataharinya. Pusat segala kehidupannya.

Jongin menghela napas. Lalu tersenyum kecut. Ngomong-ngomong tentang matahari terbit Jongin ingat sesuatu. Tentang dia, Baekhyun dan matahari terbit. Ya Tuhan… dia tidak bisa menghapus gadis mungil itu dari pikirannya.

Jadi, sekitar dua bulan atau tiga bulan yang lalu. Musim panas. Ya, Jongin ingat betul. Sebelum kesibukan ini menariknya untuk menjauhi Baekhyun. Mereka sedang tiduran di atap rumah Baekhyun. Menatap sinar rembulan dan ratusan bintang di sekitarnya.

"Hey, B," panggilnya pada gadis yang sedang berbaring di sebelahnya itu.

"Ya?" gadis itu melirik kepada Jongin yang sedang menatapnya.

"Kau tahu berapa jumlah bintang di sana?" tanyanya dengan senyum menawan.

Jumlah? Alis Baekhyun bertabrakan. Berapa ya? Dulu sewaktu SMA ia selalu tertidur di saat pelajaran geografi -sebenarnya semua mata pelajaran- jadi ini pertanyaan yang cukup sulit bagi Baekhyun.

"Tak terhingga, iya kah?" Baekhyun menyerah pada akhirnya. Ia memilih untuk menjawab tak terhingga.

"Kalau begitu cintaku padamu sama seperti bintang-bintang itu. Jumlahnya tak terhingga. Dan tidak akan habis. Dari jaman dinosaurus sampai akhir jaman mereka akan ada."

Muka Baekhyun memerah. Apa-apaan Jongin ini.

"Dasar gombal!" dijitaknya kepala lelaki tan itu. "Aku pikir penting."

"Jadi cintaku tidak penting?" pertanyaan itu terdengar dingin di telinga Baekhyun. Si hitam marah.

"Uh, um penting, J…. Oh ya!"

"Ada apa?"

"Bagaimana saat tiga tahun hari jadi kita, kita merayakannya dengan melihat sunrise? Ya ya?" Baekhyun memasang puppy eyes andalannya.

"Kita kan sudah pernah melihat bintang, matahari terbenam, sampai lelaki yang hitam karena matahari," Baekhyun terkekeh.

"Jongin please. Please. Please."

Baekhyun mendapatkan senyuman Jongin dan tangan lelaki itu yang mengacak poninya.

"Baik, baik. Untuk matahariku tersayang," kata Jongin yang membuat gadis itu berteriak senang.

"Yeay! Makasih Jongin," lalu Baekhyun memeluk dirinya dengan erat.

Lagi-lagi Jongin tersenyum kecut sebelum menyisir rambutnya kebelakang. Lalu lelaki tan itu menghela napas berat. Pupus sudah rencana mereka melihat matahari terbit. Semuanya sudah berakhir kemarin sore.

Maafkan aku, B. Jongin merasakan matanya memanas. Dengan segera lelaki maskulin itu memejamkan matanya. Menahan butiran air itu jatuh dari matanya. Namun terlambat, mereka sudah meluncur lebih cepat dari dirinya. Pertahanannya runtuh juga.

Sinar mentari pagi menyapa

Sinar mentari yang mengingatkanku padamu

Air mata yang tertahan akhirnya terjatuh

Sore itu Baekhyun berkunjung ke toko perhiasan keluarga Do. Baekhyun langsung menyelinap masuk ke ruang khusus karyawan. Mereka pun sudah kenal dan tidak mempermasalahkan itu.

"Wah kau datang lebih cepat dari dugaanku, Baek."

"Aku sudah tidak sabar," Baekhyun mengikuti langkah Kyungsoo. Mereka memasuki ruangan brangkas. Ruangan khusus untuk menyimpan perhiasan yang sudah dipesan.

"Brangkas nomer seratus empat belas…," gumamnya sambil membuka kotak besi kecil itu. Lalu mengambil kotak yang ada di sana.

"Nah lihatlah," Kyungsoo memberikan kotak itu pada Baekhyun. Baekhyun langsung membuka kotak berwarna merah hati tersebut. Mulutnya ternganga melihat betapa mewahnya cincin itu. Berliannya berkilau begitu menyilaukan.

"Cantik sekali kan?" Baekhyun mengangguk semangat. "Cobalah. Tak apa. Nantinya kan juga dipasang di jarimu," pipi Baekhyun memerah. Maaf, Jongin. kejutanmu sudah ketahuan, batinnya.

Baekhyun mengambil cincin putih berkilauan itu. Tampak besar. Matanya berbinar-binar. Jujur, Baekhyun suka dengan cincin ini. Ia hapal selera Jongin dalam memilih suatu hal.

"Oh iya. Yang menemani Jongin ke mari namanya adalah Kim Minseok. Tak kukira kakak Jongin wajahnya begitu tidak mirip."

Kim Minseok? Dahi Baekhyun berkerut. Dimasukkan benda mahal itu ke jari manisnya. Matanya membulat saat itu juga. Jantungnya memompa darah dengan cepat.

"Kyungsoo."

Kyungsoo bersandar di brangkas itu. "Ya?"

"Kim Minseok bukan kakak Jongin…," air matanya menetes. Siapa Kim Minseok? Tiba-tiba dada Baekhyun terasa sesak.

"Mungkin saudaranya," Kyungsoo menyaggah dengan enteng. Baekhyun menggeleng.

"Cincin ini terlalu besar untukku," ia melepaskan benda mahal itu dan mengembalikannya ke tempatnya semula. "Sepertinya ini bukan untukku, Kyungsoo-ya. Jongin tahu betul ukuran cincinku."

Dan kemudian hening menyelimuti mereka. Kyungsoo mengerutkan keningnya. Jadi, benar Jongin memutuskan Baekhyun?

.

.

Bersambung

.

[Pengumuman]

Oh ya kawan-kawan, gue kepikiran buat nge-remake novelnya Santhy Aghata versi KaiBaek gitulah. Di ffn kan banyak yang ngeremake novel mbak Santhy ini. Seru sih novelnya. Gue suka. Tapi di ffn gak ada yang kaibaek /sigh/ Ada sih cuman sama chanbaek, ahelah gue gak yakin bra kalo endingnya kaibaek :"V

Nah, tinggal gimana kalian aja. Tertarik atau gak? Kalo banyak yang tertarik ntar pas Jongin ultah gue post. Tapi ya tergantung peminat juga :c ntar gue susah payah nge-remake. Tapi nyatanya gak ada yang minat, kan nyesek juga :"V wkwk

Terakhir, kalo misalnya kalian tertarik, mau yang mana? Atau gue remake aja semua biar ff KaiBaek banyak :"V lol /efek haus ff kaibaek/

Makasih udah baca. Jangan lupa review! Jangan lupa kasih tau kalian tertarik gak sama ide gue. Jujur gue dilema saudara-saudara :"V

Kecup basah,

cekernya Jongin.