disclaimer:

this beautiful fanfict belongs to queenofhunter93 in

happy reading, readers~ ^^


1.

Untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Kris Wu menyesali sesuatu yang telah dilakukannya.

Kris adalah tipe orangyang akan melakukan sesuatu sesuai kata hatinyalalu tidak akan menyesalinya, tak peduli apakah perbuatannya itu berakhir baik ataupun buruk. Saat ia masih duduk di kelas 6, Kris tidak pernah menyesali keputusannya untuk mengambil resiko di salah satu pertandingan basket yang pada akhirnya membawa tim basket sekolahnya menjadi juara umum. Saat ia duduk di kelas 8, Kris tidak pernah menyesali keputusannya untuk bertindak bodoh di depan murid-murid sekolahnya hanya untuk mendapat perhatian dari gadis yang disukainya. Gadis itu mungkin tidak membalas perasaannya, tetapi Kris merasa puas telah mengerahkan segala usahanya untuk menarik perhatian gadis tersebut waktu itu.

Saat ibunya meninggalkan Kris dan keluarganya saat anak laki-laki itu duduk di kelas 9, Kris tidak pernah menyesali perbuatannya mengumpatkan sejumlah kata-kata kasar kepada wanita yang sudah melahirkannya itu selagi ibunya berjalan keluar dari pintu rumah sekaligus berjalan keluar dari hidupnya. Saat ayahnya menyekolahkannya di salah satu SMA di Seoul sementara laki-laki dewasa itu menetap di Guangzhou untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai onkologi (dokter spesialis kanker), Kris tidak pernah menyesali perbuatannya melemparkan sebuah batu bata ke Lamborghini super-mahal milik ayahnya lalu memecahkan kaca jendela depan serta belakangnya.

Tapi... Untuk yang pertama kalinya, setelah sebuah 'jebakan kecil-kecilan' yang mengakibatkan seorang murid bernama Byun Baekhyun harus dibawa ke rumah sakit (sebenarnya Kris hanya berniat sedikit mengusili anak cengeng itu di kamar mandi dengan cara berteriak mengejutkannya, tapi siapa yang tahu kalau anak cengeng itu akan terpeleset karena terkejut setengah mati lalu kepalanya terbentur wastafel?), Kris sangat-amat menyesali perbuatannya itu. Kini, akibat dari keusilannya itu, ia harus mengorbankan waktu sepulang sekolahnya di auditorium sekolah, membantu para anggota klub drama membuat dekorasi untuk Festival Musim Semi sekolah mereka yang akan digelar beberapa minggu lagi.

Oh, bicara tentang klub drama, ada satu hal yang membuat Kris begitu memandang rendah salah satu klub sekolahnya itu: klub drama sangatlah membosankan. Mungkin itulah salah satu faktor mengapa klub drama memiliki begitu sedikit anggota dibandingkan klub-klub lainnya. Lihat saja para anggotanya, seperti Kim Junghae, Do Kyungmi, juga Byun Baekhyun (well, sebelum murid cengeng itu masuk rumah sakit, tentu saja). Oh, dan ada satu gadis lagi yang Kris lupa siapa namanya…

"Kris Wu?"

Lamunan Kris terpecah saat sebuah suara perempuan memanggil namanya dengan lembut. Saat Kris memandang ke depan, lalu mengerutkan keningnya saat ia tidak melihat siapa-siapa.

"Di bawah sini." Suara itu muncul lagi, kali ini disertai dengan sedikit kikikan geli. Kris menurunkan pandangannya, lalu sedikit menahan napasnya karena terkejut. Di hadapannya, berdiri seorang gadis mungil─yang ia yakini sebagai pemilik suara yang memanggilnya tadi.

"Kris Wu?" Gadis itu kembali bersuara saat Kris hanya memandanginya tanpa berkata apa-apa.

"Uh? Ma-maaf." Gumam Kris sambil mengusap tengkuknya, gugup.

"Tak apa. Masuklah." Gadis itu mulai berjalan memasukki auditorium, kemudian tanpa perlu diperintah lagi Kris segera berjalan mengikutinya. "Senang rasanya ada sukarelawan baru yang bertubuh tinggi sepertimu yang mau ikut membantu di klub drama ini. Kami punya sedikit masalah untuk memasang sejumlah dekorasi di bagian atas panggung, mengingat mayoritas anggota klub drama adalah para perempuan, satu-satunya laki-laki di klub kami hanyalah Baekhyun, dan dia… Hihihi, kau tahu sendiri, dia tidak cukup tinggi untuk bisa melakukannya." Gadis itu tertawa kecil selagi mengakhiri ucapannya, lalu menghela nafas sejenak. "…Dan sekarang, kami kehilangan satu-satunya anggota laki-laki kami karena dia harus masuk rumah sakit."

Sekali lagi, untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Kris semakin menyesali perbuatannya saat ia melihat wajah gadis itu berubah sedih.

"…Jadi… Anggota klub drama memiliki 6 anggota perempuan dan 1 anggota laki-laki, kadang-kadang pacar Meitao juga sering datang untuk membantu kami. Tapi… Sayangnya, akhir-akhir ini Meitao jarang datang untuk membantu karena ia cukup sibuk dengan latihan intensif wushu-nya, dan pacarnya itu pun juga jarang datang…"

"Meitao?" Kris tertegun sejenak. "Maksudmu… Huang Meitao?"

"Ya!" Gadis itu mengangguk dengan semangat. "Kau kenal dengan Meitao?"

"Pacar adikku." Kris menyusupkan kedua belah tangannya di saku celananya. "Sehun Wu."

Gadis itu membuka mulutnya. "Astaga, jadi… Kau kakaknya Sehun? Pantas saja wajah kalian begitu serupa!" Gadis itu tertawa renyah. "Ah, sampai di mana aku bercerita tadi? Oh iya, terkadang ada juga seorang anak laki-laki dari klub sepakbola, yang sepertinya menyukai Minseon, datang untuk membantu kami sesekali." Oh, itu pasti Luhan, batin Kris sambil menyeringai geli. "Dan kadang-kadang adikku Jongin juga datang untuk membantu kami. Yah, walaupun aku tahu kalau ia datang demi Kyungmi, bukan demi aku."

"Adik?" Kris kembali tertegun. "...Jadi… Jongin itu adikmu? Selama ini kukira Jongin adalah adiknya Junghae."

Gadis itu kembali tertawa renyah. "Yah, kau tidak sepenuhnya salah. Aku dan Junghae, kami berdua adalah kakaknya Jongin."

"Oh, ya ampun." Kris menutup mulutnya. "Seingatku, Jongin pernah berkata padaku kalau ia hanya memiliki seorang kakak, yaitu Junghae."

"Ouch." Gadis itu tersenyum lirih, membuat Kris kembali merasa bersalah karena sepertinya ucapannya barusan menyakiti perasaan gadis itu. "Dia tidak pernah bercerita kepadaku tentangmu? Hhhh, dasar anak nakal."

"Uh, ma-maksudku… Ah, sepertinya ia pernah bercerita tentang kakaknya yang satu lagi, kurasa… Uh, entahlah. Maaf. Ingatanku buruk." Kris kembali mengusap-usap tengkuknya dengan gugup.

Gadis itu tersenyum, memamerkan deretan gigi-gigi putihnya. "Tidak apa. Aku mengerti, dia pasti malu mengakuiku sebagai kakaknya di depan teman-temannya."

"Kenapa harus malu?" Kali ini Kris bertanya dengan penasaran. Yang benar saja, kenapa Jongin harus merasa malu mengakui gadis secantik ini sebagai kakaknya di depan teman-temannya?

"Jongin pernah diejek sebagai anak mami oleh teman-temannya karena aku selalu memaksanya membawa bekal ke sekolah." Gadis itu tersenyum lirih mengenang masa lalu. "Tapi cerita itu sudah cukup lama, sebelum Jongin mulai mengikuti klub basket untuk bertemu dengan seseorang yang membuat Jongin tidak lagi diejek oleh teman-temannya."

Kris termenung mendengar cerita gadis itu. Seseorang itu adalah dirinya sendiri. Masih segar dalam ingatannya, Kris pernah menghajar satu-persatu teman-teman Jongin yang mengejek anak laki-laki itu sebagai anak mami. Kris tidak begitu ingat kenapa waktu itu ia seakan gelap mata menghajari teman-teman Jongin seperti itu. Kris sadar, dirinya sendiri memanglah seorang pembuat onar yang suka mengusili teman-temannya, tapi Kris memiliki prinsipnya sendiri untuk tidak membuat onar dengan cara mengejek seseorang. Bagi Kris, mengejek seseorang adalah hal hina yang hanya dilakukan oleh pengecut.

"…Dan… Yah, kurasa karena itulah Jongin tidak pernah mengakuiku sebagai kakaknya di depan teman-temannya." Gadis itu pun mengakhiri pembicaraannya.

"Tapi… Benarkah? Gadis secantik dirimu… Kenapa Jongin tidak mau mengakui gadis secantik dirimu sebagai kakaknya?" Tanya Kris lagi, dengan jujur dan spontan.

Wajah putih gadis itu memerah saat ia mendengar Kris bertanya dengan nada polos seperti itu. Lalu dengan terbata gadis itu menjawab, "A-aku hanya sedang mengurai rambutku dan tidak mengenakan kacamataku s-saat ini."

"Eh?" Kris menaikkan sebelah alisnya, tak mengerti.

"Aku belum memperkenalkan diriku, kan?" Ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya. "Aku Kim Joonmyun, anggota klub drama yang lain biasa menjulukiku sebagai ketua klub drama. Senang berkenalan denganmu, Kris Wu."

Tidak mungkin.

Gadis mungil, cantik, dan lemah-lembut di depannya ini jelas-jelas bukan Kim Joonmyun. Kim Joonmyun yang pernah ia masukkan ke dalam daftar gadis-gadis yang tidak akan ia kencani, Kim Joonmyun yang selalu mengepang rambutnya, Kim Joonmyun yang selalu mengenakan kacamata ber-frame tebal dan bergaya kuno, Kim Joonmyun yang selalu mengenakan seragamnya sesuai dengan peraturan sekolah tanpa mempedulikan gadis-gadis seangkatannya yang tidak pernah mengenakan seragam sesuai peraturan sekolah, Kim Joonmyun… Kim Joonmyun yang itu?

Gadis berkaus tanpa lengan, ber-skinny jeans, dengan rambut indah terurai di depannya ini adalah Kim Joonmyun?

"Ka-kau…"

"Kaget?" Joonmyun tertawa kecil. "Aku yakin, ini pertama kalinya kau melihatku berpenampilan seperti ini di luar kegiatan sekolah."

"Y-ya… Tentu saja." Kris menelan ludahnya dengan gugup. "Dan kau selalu mengenakan penampilan nerd sekaligus creepy-mu saat berada di sekolah? Kenapa kau tidak berpenampilan seperti ini saja saat di sekolah? Maksudku…"

"Kau bercanda, Kris Wu." Joonmyun mengibaskan tangannya di depan wajah Kris sambil tertawa kecil. "Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku lebih nyaman dengan penampilanku yang kau katakan sebagai penampilan creepy. Penampilan yang mengalihkan perhatian murid-murid di sekolah dariku kepadamu."

"'Kepadaku'?" Kris menaikkan sebelah alisnya, mengulang kata-kata Joonmyun yang terdengar sedikit janggal di telinganya.

"Kau tahu, siapapun jauh lebih menyukai kepopuleran daripada apapun, kan? Tidak terkecuali kau, yang jelas-jelas berbuat onar dan mengusili siapapun untuk mendapatkan kepopuleran di sekolah ini."

"A-apa..?"

Sebuah seringai kecil terukir di bibir merah Joonmyun, membuat darah Kris berdesir tiba-tiba.

"Kau sangat mudah ditebak, Kris Wu." Joonmyun kembali bergumam dengan seringai yang tak lepas dari bibirnya, lalu dengan santainya gadis itu berbalik kemudian berjalan meninggalkan Kris terpaku di koridor auditorium dengan wajah tercengang. "Baiklah, sebagai ketua klub drama, aku ucapkan selamat bekerja kepadamu."

"…" Kris terdiam memandangi punggung Joonmyun yang semakin menjauh itu.

Kris tidak pernah menyangka bahwa Kim Joonmyun yang selalu terlihat lemah itu bisa menjadi sangat berbahaya.


Orang-orang yang pernah menempuh pendidikan di sekolah selalu berkata bahwa waktu berlalu begitu lambat di jam sekolah.

Kris juga berpendapat demikian, dulunya.

Tapi kali ini, baginya, semenjak direkrut menjadi bagian dari klub drama, rasanya waktu berjalan jauh lebih lambat di jam sepulang sekolah.

Hari demi hari berlalu, musim semi tahun ini mulai memasukki masa pertengahannya, yang itu artinya tanggal main Festival Musim Semi akan segera datang. Meskipun terdengar sedikit aneh, hari demi hari pun Kris semakin terbiasa untuk mengunjungi auditorium sepulang sekolah lalu melakukan segala hal yang diperintahkan Joonmyun kepadanya. Memasang balon-balon di sekeliling langit-langit auditorium, memperbaiki beberapa dekorasi pita yang sudah terpasang, menelpon toko bunga untuk memesan karangan bunga, menata kursi-kursi…

Jumat itu sudah beranjak sore. Sejumlah anggota klub drama yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing, menyisakan Kris yang masih mengangkut kursi-kursi dari gudang menuju ke backstage dan juga Joonmyun yang baru saja tiba di backstage sambil membawa sebuah kardus berukuran lebih besar daripada tubuhnya.

Kris mengusap peluh yang menetes dari pelipisnya. "Apa itu?"

" Oh, Kris? Kukira kau sudah pulang." Joonmyun terlihat sedikit terkejut saat ia menyadari keberadaan Kris di sana. "Oh, ini? Dekorasi pelengkap untuk drama utama yang seharusnya kami mainkan di Festival Musim Semi. Dan… Sialnya, kami sudah memesan dekorasi ini sejak jauh-jauh hari, sehingga pesanan ini tidak bisa dibatalkan." Tatapan mata Joonmyun terlihat kosong dan sedih, tapi kemudian gadis itu tersenyum kecil lalu mendorong kardus besar itu ke sudut ruangan. "Tapi tak apa! Kalau memang tidak akan digunakan sekarang, kami masih bisa menggunakan dekorasi ini untuk festival tahun depan."

" Oh." Kris bergumam, kemudian merasa menyesal sudah bertanya. Tempo hari Jongin memberitahunya bahwa klub drama terpaksa membatalkan drama utama mereka untuk acara Festival Musim Semi, karena mereka tidak dapat menemukan orang yang dapat menggantikan Byun Baekhyun yang masih terkapar di rumah sakit itu sebagai pemeran utama dalam drama tersebut. "Aku sudah dengar dari Jongin tentang drama kalian yang terpaksa dihentikan. Aku minta maaf, by the way."

Kris kembali terperangah saat Joonmyun tertawa renyah menerima permintaan maafnya.

"Tenang saja. Lagipula, kurasa kau sudah cukup banyak membantu akhir-akhir ini." Joonmyun tersenyum menatap Kris. "Aku akan segera melaporkan kepada kepala sekolah bahwa kau sudah melaksanakan hukumanmu dengan baik, dan setelah ini kau tidak perlu membantu kami lagi."

"Apa kalian tidak menemukan siapapun yang bisa menggantikan Baekhyun sebagai peran utama dalam drama tersebut?" Entah kenapa, tiba-tiba Kris mengalihkan pembicaraan.

Joonmyun menggeleng. "Aku tahu tidak ada satupun murid sekolah kita yang mau bergabung dengan klub membosankan ini, apalagi yang bersedia mengambil peran utama dalam kegiatan klub membosankan ini."

"Uhm, ngomong-ngomong… Drama apa yang seharusnya akan kalian mainkan?"

"Sleeping Beauty."

Kris menelan ludahnya, tidak menyangka bahwa Joonmyun akan menjawab seperti itu. Sleeping Beauty? Itu kan drama yang sangat─

"Yah, menggelikan. Aku tahu." Joonmyun tertawa, seakan dapat membaca pikiran Kris. "Maka dari itu, aku sudah berencana untuk mengubah dramanya menjadi Modern Sleeping Beauty. Setting kerajaannya kuubah menjadi setting ibu kota masa kini, peri-perinya kuubah menjadi pelayan-pelayan, lalu peran Aurora yang seharusnya dikutuk untuk tidur panjang kuubah menjadi koma karena kecelakaan."

Kris dapat melihatnya, kedua mata Joonmyun berbinar dengan indah saat gadis itu membicarakan rencana dramanya.

"Lalu, meskipun dalam koma, apakah peran Aurora itu akan terbangun saat ia dicium oleh pangerannya?" Tanya Kris dengan nada menggoda.

"Yah…" Joonmyun diam sejenak sebelum menyahut lagi. "Uhm, kalau berdasarkan rencanaku… Aurora akan kebetulan saja terbangun saat Phillip sedang menciumnya."

"Phillip? Siapa itu? Namanya jelek sekali." Komentar Kris sambil menggaruk kepalanya.

"Phillip itu nama pangeran dalam Sleeping Beauty, ya ampun." Joonmyun menggerutu dengan gemas. "Apa kau tidak pernah membaca cerita Sleeping Beauty?"

"Oh…" Kris terkekeh, kemudian menggeleng sambil menjulurkan lidahnya. "Mana mungkin. Dongeng murah seperti itu hanya untuk anak perempuan."

Joonmyun diam saja sambil melirik Kris dengan sebal, kemudian gadis itu mulai menata satu-persatu dekorasi dari kardus itu ke dalam lemari sementara Kris memandangi tingkah laku gadis itu.

"…Kalau kau begitu menyukai cerita Sleeping Beauty… Kenapa bukan kau saja yang menjadi Aurora-nya?"

"Aku tidak bisa akting." Jawab Joonmyun singkat tanpa menoleh ke arah Kris.

"Yang benar?" Kris menyeringai. "Meitao pernah bilang padaku kalau kau yang mengajari dia bermain peran."

Kris terkikik geli saat ia mendengar helaan napas Joonmyun yang kemudian dilanjutkan dengan, "Dia cuma bicara omong kosong. Jangan dengarkan dia."

Kris tersenyum penuh arti, kemudian berjalan menghampiri Joonmyun lalu berlutut di sebelah gadis itu.

"…Aku mau menggantikan Baekhyun menjadi peran utamanya, kalau kau tidak keberatan."

"Apa?"

"Peran pangeran tidak memiliki dialog sebanyak peran sang putri, bukan?" Kris mengikuti Joonmyun menata dekorasi dari dalam kardus ke lemari. "Kalau tidak terlalu banyak, aku terima. Kau kan tahu, otakku buruk dalam menghafal sesuatu."

Joonmyun menatap Kris lekat-lekat. "Kau serius?"

"Dengan satu syarat." Kris balas menatap Joonmyun dalam-dalam. "Aku akan jadi Pangeran Phillip-mu selama kau menjadi Aurora-ku."

Kris dapat melihat melalui air wajah gadis itu bahwa Joonmyun sedang mempertimbangkan tawarannya.

Lalu senyum Kris ikut mengembang saat dilihatnya Joonmyun tersenyum kepadanya.

"Dengan satu syarat."

"Katakan padaku." Ucap Kris, menyanggupi.

"Jangan jatuh cinta kepadaku."


Dan semudah itu pun semua terjadi.

Semua anggota klub drama bahagia bukan main saat Joonmyun mengumumkan bahwa 'Modern Sleeping Beauty' jadi dipentaskan sekaligus terkejut bukan main saat mereka mengetahui bahwa Kris Wu, tukang pembuat onar sekolah mereka, bersedia menjadi peran Phillip sementara Kim Joonmyun, ketua klub drama yang nyaris selalu menolak untuk memerankan peran utama dalam drama apapun, bersedia menjadi peran Aurora.

Kris tidak pernah menyangka bahwa klub drama bisa menjadi semenyenangkan ini.

"Wu, kudengar Bapak Tua Berkepala Tandus itu sudah menghentikan masa hukumanmu untuk membantu di klub drama." Ucap Chanyeol, salah seorang teman Kris di klub basket saat jam makan siang. "Kalau begitu, kau bisa datang lagi ke klub basket sepulang sekolah, kan?"

Kris terdiam sejenak sambil menyesap minumannya. "Uhm… Mungkin. Setelah Festival Musim Semi, kurasa."

"Tunggu, apa? Jadi, masa hukumanmu belum selesai?"

"Kris?" Belum sempat Kris menjawab pertanyaan Chanyeol, seseorang berdiri di depan meja tempat Kris dan Chanyeol berada. Kedua laki-laki itu sama-sama mengangkat wajah mereka. Kris berkedip terkejut saat ia mendapati Kim Joonmyun─dengan penampilan yang jauh berbeda daripada penampilannya selama beraktivitas di klub drama─berdiri di hadapannya. "Guru-guru mengadakan rapat koordinasi setelah jam makan siang, jadi pelajaran setelah jam makan siang akan ditiadakan. Mau berlatih setelah ini?"

Kris dapat merasakan tatapan seluruh murid yang ada di sekitarnya. Juga tatapan Chanyeol─yang sepertinya menganga menatapnya dan Joonmyun bergantian.

Kris tahu apa yang sedang mereka pikirkan.

Kim Joonmyun yang itu berinteraksi dengan Kris Wu yang itu di luar jam kegiatan klub drama?

Bahkan sebelum Kris sempat memikirkan hal apa yang akan ia ucapkan untuk membalas tawaran Joonmyun untuk berlatih drama seusai jam makan siang, sesuatu yang kasar dan menyakitkan keluar dari mulut laknatnya. "Apa kau sedang bermimpi?"

Kedua telinga Kris memanas saat ia mendengar ledakan tawa seluruh murid yang ada di sekitarnya. Kris membeku di tempatnya seusai ia mengucapkan kata-kata tersebut. Sesuatu yang ada di dalam dadanya seakan hancur berkeping-keping saat ia melihat wajah Joonmyun memucat, kemudian tanpa berkata apa-apa lagi gadis itu berjalan dengan cepat dari hadapannya lalu meninggalkan kafetaria diikuti tatapan mengejek dan bisikan sinis dari murid-murid yang dilaluinya.

Rasa bersalah mulai melingkupi hati kerasnya yang kian hari kian mudah untuk rapuh.

Rasa bersalah itu semakin menekan perasaannya kuat-kuat saat ia mendapati Kim Jongin menatapnya dengan penuh kebencian dari jarak beberapa meter di arah jam sebelasnya.

Sekali lagi, Kris Wu menyesali sesuatu yang telah dilakukannya.

"Wu, kau mau kemana?" Chanyeol meredakan tawanya saat tiba-tiba Kris bangkit dari duduknya lalu berjalan pergi meninggalkan kafetaria menuju ke arah Joonmyun pergi dari hadapannya. Setibanya di persimpangan antara kafetaria, koridor menuju kelas-kelas dan koridor menuju auditorium dan perpustakaan, Kris berpikir cepat. Mengikuti kata hatinya, laki-laki itu berbelok kemudian berjalan menyusuri koridor menuju auditorium. Perlahan Kris membuka pintu kayu auditorium dan… Syukurlah, ya Tuhan, batin Kris yang mungkin begitu jarang mengucap syukur kepada Tuhannya itu, saat kedua mata elangnya menemukan Joonmyun berdiri membelakanginya di atas panggung.

Kris mengurungkan niatnya untuk memanggil nama gadis itu saat ia mendengar suara lembut Joonmyun menggema di auditorium tersebut.

"Ya Tuhan! Hari ini adalah hari ulangtahunku yang ke-17… Tapi bahkan Bibi tidak mengizinkanku untuk merayakannya. Lagipula… Uh, astaga. Aku baru ingat bahwa aku bahkan tidak punya teman untuk merayakan ulangtahunku…" Joonmyun─atau Aurora─berjalan pelan menyusuri panggung sambil membaca dialog babak 1-nya dengan penuh penghayatan. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menggerutu pelan. "Kalau saja aku punya teman… Aku akan mengundang mereka semua ke rumahku, lalu kami akan merayakan ulangtahunku bersama-sama. Uh… Membayangkannya saja sudah membuatku begitu senang!"

Setelah dialog tersebut, Kris─atau Phillip─seharusnya keluar dari backstage lalu ikut bergabung dengan Aurora dalam babak 1 tersebut. Kris berjalan dengan tenang menaiki tangga menuju panggung, kemudian, "Apa kau tidak waras?" mengucapkan dialog bagiannya dengan seringai di bibir.

Kris dapat melihat keterkagetan Joonmyun saat gadis itu berbalik dan mendapati Kris berjalan menuju ke arahnya. Bukan hal yang aneh, karena memang dalam skenario yang sebenarnya pun Aurora harus bereaksi terkejut saat Phillip naik ke atas panggung.

Tapi dengan begitu sempurna, Joonmyun melanjutkan dialognya. "A-apa..? Hei, apa kau tidak tahu kalau sangatlah tidak sopan untuk mengganggu pembicaraan orang lain?"

"Pembicaraan orang lain? Memangnya kau sedang berbicara dengan siapa?"

"De-dengan diriku sendiri, tentu saja! Dan lagi… Kau lebih tidak sopan karena sudah mengganggu pembicaraan orang lain dengan dirinya sendiri!"

Phillip mengangkat ujung bibirnya lalu tertawa tanpa suara. "Kau gadis kecil yang sangat aneh, Nona. Apa yang sedang kau lakukan sendirian di taman seluas ini?"

"A-aku bukan gadis kecil!" Aurora menatap Phillip dengan tatapan kesal─yang menggemaskan. "Aku berulangtahun yang ke-17 hari ini, asal kau tahu saja. Kau sendiri sedang apa di tempat seperti ini?"

"Well, kalau begitu, selamat ulang tahun untukmu. Yah, meskipun kau tidak menjawab pertanyaanku."

"Kau juga tidak menjawab pertanyaanku."

"Aku sedang berjalan-jalan saja. Kau?"

"Bibi menyuruhku untuk meninggalkan rumah sampai pukul 5 sore nanti, maka dari itu sekarang aku tidak tahu harus pergi ke mana, jadilah aku berada di sini."

"Itu artinya bibimu sedang menyiapkan kejutan pesta ulangtahun untukmu, bodoh."

"Benarkah?" Aurora menatap Phillip dengan tatapan penuh selidik. "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Bagaimana aku bisa tahu? Tentu saja aku tahu! Memangnya kau tidak pernah menyiapkan pesta kejutan ulangtahun untuk seseorang?"

Aurora menunduk. "Tidak pernah. Aku tidak punya teman dan satu-satunya yang kumiliki hanyalah Bibiku. Aku… Juga tidak tahu kapan Bibiku berulangtahun."

"Wow, kau keponakan yang begitu jahat." Gumam Phillip dengan seringai di bibirnya.

Aurora mengangkat wajahnya lalu menatap Phillip dengan kesal. "Kau juga orang yang begitu jahat!"

Phillip mengangkat sebelah alisnya, lalu berkata dengan tenang. "Katakan padaku di mana kau tinggal."

"Kenapa kau ingin tahu di mana aku tinggal?"

"Agar aku bisa datang ke pesta ulangtahunmu. Ayo, beritahu aku."

Kedua mata indah Aurora berbinar-binar. "Benarkah?! Kau mau datang ke pesta ulangtahunku?!"

Phillip mencoba untuk terlihat acuh tak acuh, tapi ia malah tersenyum saat mengatakan, "Cepat katakanlah sebelum aku berubah pikiran."

Aurora tersenyum begitu senang, kemudian… Bruk! Sesuai dengan skenario, gadis itu menjatuhkan tubuhnya untuk memeluk Phillip erat-erat. "Terima kasih!" Gumamnya senang, sementara Phillip sedikit terkejut saat Aurora jatuh memeluknya seperti itu. Sesaat kemudian, Aurora tersadar, lalu ia melepaskan pelukannya kemudian mendorong tubuh Phillip menjauh beberapa senti dari tubuhnya. "Ma-maafkan aku."

Phillip─bukan, Kris─sontak menahan lengan gadis itu, mencoba untuk tidak membiarkan gadis itu mendorong tubuhnya menjauh. Aurora─bukan, Joonmyun─mengangkat wajahnya untuk menatap Kris dengan penuh tanya.

Dan Kris tak dapat menahan dirinya sendiri.

Kris merunduk, memejamkan kedua matanya, kemudian membiarkan bibirnya bertemu dengan bibir Joonmyun yang sedikit terbuka. Kris dapat merasakan Joonmyun mencoba untuk melepaskan kontak bibirnya dengan Kris, tapi Kris tidak peduli. Ia semakin erat memegangi lengan Joonmyun dan menekan bibirnya semakin dalam. Sampai akhirnya beberapa detik kemudian Joonmyun mendorong dada Kris dengan paksa hingga ciuman mereka pun berakhir. Kris tak dapat mencegah gadis itu saat Joonmyun berjalan mundur beberapa langkah dari hadapannya dengan punggung tangan kiri di bibirnya. Keduanya sama-sama terengah-engah seusai ciuman tersebut.

Kemudian Joonmyun memecah keheningan dengan bergumam lirih. "Adegan itu tidak ada di dalam skenario, kan..?"

Dan sekali lagi, Kris hanya bisa terdiam sambil menatap punggung Joonmyun yang semakin menjauh dari pandangannya. Kedua kakinya melemas, laki-laki itu terduduk di atas panggung dengan perasaan kosong.

Apa?

Perasaan apa ini?


Semenjak ciuman itu, Kris merasa bahwa perlahan Joonmyun mulai menjaga jarak darinya.

Latihan drama tetaplah berjalan sesuai biasanya hingga D-1 hari pertunjukan, tetapi Kris merasa bahwa semuanya berubah. Terlihat jelas bahwa Joonmyun sedang menghindarinya, dan pada saat yang bersamaan pun Kris mencoba untuk ikut menghindari Joonmyun. Kris sadar bahwa ia harus meminta maaf untuk perlakuan tidak sopannya kepada Joonmyun tempo hari di kafetaria, tetapi jauh dalam hatinya Kris bersumpah untuk tidak meminta maaf mengenai ciuman tersebut.

"Jangan jatuh cinta kepadaku." Masih segar dalam ingatan Kris saat Joonmyun berkata seperti itu. Setiap patah katanya, nada suaranya, dan senyum manisnya saat gadis itu berkata seperti itu. Pada awalnya Kris merasa bahwa Joonmyun terlalu percaya diri untuk memperingatkan bahwa bajingan seperti Kris bisa jatuh cinta kepada gadis seperti Joonmyun. Tapi sekarang..? Sekarang, Kris paham betapa beratnya untuk mengelak dan menghindari kenyataan bahwa saat ini ia benar-benar jatuh cinta kepada Joonmyun.

"Joonmyun noona sepertinya begitu terpukul." Kris tak dapat melupakan ekspresi muram Jongin saat juniornya di klub basket itu mencegatnya sepulang sekolah beberapa hari yang lalu. "Kris hyung, aku benar-benar berutang budi kepadamu, dan aku benar-benar mengagumimu karena kau sudah menguatkanku selama ini. Tapi begitu sulit bagiku untuk tidak membencimu yang sudah menyakiti kakakku. Aku akan tetap datang berlatih di klub basket, tapi aku bisa membuat perhitungan kepadamu kalau kau tidak segera meminta maaf kepada kakakku atas apa yang sudah kau perbuat."

Saat itu Kris tidak memiliki nyali untuk menjelaskan kepada Jongin─alasan mengapa Joonmyun terlihat begitu terpukul bukanlah karena kejadian di kafetaria, melainkan kejadian di auditorium.

Kris tidak mengerti. Benar-benar tidak mengerti. Mengapa ia tidak boleh jatuh cinta kepada Joonmyun? Bahkan untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Kris jatuh cinta kepada seseorang yang bahkan tidak melakukan apa-apa untuk menarik perhatiannya.

Hari demi hari pun mulai berlalu, hingga tak terasa D-day pun datang. Pada hari Jumat yang cerah dan hangat itu, Festival Musim Semi pun resmi dibuka oleh kepala sekolah. Seluruh murid yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan drama Sleeping Beauty pun sudah bersiap dari pagi.

Babak 1 pun dimulai. Kris menyaksikan penampilan Joonmyun dari backstage tanpa dapat berkata-kata. Meitao tidak pernah berbicara omong kosong. Joonmyun bukan hanya bisa berakting─Joonmyun benar-benar menghayati perannya dalam berakting. Dengan balutan kostum mewah yang melekat dengan indah di tubuh mungilnya, dengan tatanan make-up natural yang begitu cocok dengan air wajahnya. Seisi auditorium─para penonton, murid-murid, dan juga guru-guru─juga ikut terpukau dengan penampilan Joonmyun yang di luar dugaan mereka.

Saat Kris mulai bergabung dengan Joonmyun di atas panggung, Kris dapat melihatnya─bahwa Joonmyun terlihat sedikit gugup. Tapi dengan profesionalnya gadis itu menutupi kegugupannya dengan kehebatannya dalam beradu peran dengan Kris, juga dengan peran-peran lainnya.

Babak demi babak berhasil mereka lalui dengan lancar. Hingga akhirnya babak terakhir pun tiba. Setting panggung berubah menjadi kamar rumah sakit, di mana Aurora akan terbaring tak berdaya di atas ranjang karena koma, lalu Phillip akan menyeruak masuk dan mencium Aurora untuk membangunkannya dari koma.

Kris bersimpuh di tepi ranjang tempat Joonmyun berbaring, kemudian mengucapkan dialog demi dialog yang sudah dihafalnya di luar kepala. Kris bangkit dari posisinya, memposisikan wajahnya mendekat dengan wajah Joonmyun, lalu memejamkan matanya kemudian menekankan bibirnya dengan lembut kepada bibir Joonmyun. Perlahan, tapi pasti. Tanpa paksaan─begitu kontras dengan ciuman mereka tempo hari. Sesaat setelah Kris─atau Phillip─menjauhkan wajahnya dari wajah Joonmyun─atau Aurora─gadis itu membuka kedua matanya, diikuti dengan tepuk tangan meriah dari para penonton, pertanda bahwa drama Sleeping Beauty dari klub drama berakhir dengan sukses.

Setelah tirai diturunkan dan para pemain sekaligus kru di balik layar mengucap syukur bersama-sama, Kris segera melepas kostum yang dikenakannya kemudian mengganti pakaiannya dengan seragam sekolahnya. Lalu pergi kesana-kemari untuk mencari Joonmyun. Kris memperlambat langkahnya saat ia menemukan Joonmyun sedang mengobrol dengan Junghae dan Kyungmi di dekat pintu auditorium. Dengan tenang Kris menunggu ketiga gadis itu selesai berbicara, kemudian laki-laki itu segera mengambil kesempatan saat Junghae dan Kyungmi pergi meninggalkan Joonmyun.

Kris menarik tangan Joonmyun untuk mengikutinya menuju ke ruang ganti pemain di bagian ujung backstage lalu memenjara gadis itu di sudut ruangan.

"Lepaskan aku." Joonmyun berdesis pelan kemudian mengelakkan tangannya dari cekalan Kris. Lalu tanpa rasa takut gadis itu mengangkat wajahnya untuk menatap Kris yang jauh lebih tinggi darinya tersebut. "Apa maumu?"

"Aku minta maaf, oke?" Kris meletakkan tangannya di dinding untuk mengunci Joonmyun agar gadis itu tidak pergi begitu saja saat Kris sedang berbicara. "Aku minta maaf dan aku begitu menyesali kebrengsekanku yang sudah mempermalukanmu di depan seluruh penghuni kafetaria waktu itu, tapi apa kau tahu? Aku tidak menyesal sudah menciummu sesaat setelah kejadian di kafetaria itu. Aku juga tidak menyesal karena aku sudah mengingkari perjanjian kita waktu itu."

Joonmyun menatap Kris dengan nanar. "Perjanjian..?"

"Perjanjian dariku bahwa aku akan menjadi Phillip-mu selama kau menjadi Aurora-ku dan perjanjian darimu untuk melarangku jatuh cinta kepadamu, Kim Joonmyun." Nada suara Kris melunak saat laki-laki itu balas menatap Joonmyun tanpa daya. "Aku benar-benar minta maaf, tapi aku tidak bisa memungkiri bahwa aku benar-benar jatuh cinta kepadamu. Aku mencintaimu Kim Joonmyun. Aku benar-benar mencintaimu."

Joonmyun terlihat resah. Nafas Kris terengah-engah, dengan tidak sabar laki-laki itu menunggu jawaban yang akan Joonmyun berikan, tetapi entah mengapa harapan demi harapan dalam hati Kris terasa menghilang begitu saja, seakan memberi pertanda bahwa Joonmyun tidak akan membalas perasannya.

"Maafkan aku, Kris…"


to be continued?