"Aku tidak merestui pernikahan mu dengan Sasuke!" seru Mebuki keras kepada putrinya.
"Tapi aku mencintainya bu, bagaimana pun juga aku hanya gadis biasa yang butuh cinta dan kasih sayang dan aku tidak mau menikah dengan pria yang ibu pilihkan padaku karena aku tidak mencintainya!" balas Sakura dengan nada membentak.
"Lihat Kizashi! Lihat dia menjadi anak yang kurang ajar karena Sasuke!" seru Mebuki sambil menunjukkan kearah Sakura yang menatapnya tajam
"Mebuki." panggil Kizashi pelan seraya mengelus pundak istrinya pelan.
"Aku telah setuju bahwa mereka akan menikah, mereka sudah lama berpacaran dan aku yakin Sasuke adalah pria yang cocok dan baik." ujar Kizashi pelan menenangkan istrinya.
"Terserah!" bentak Mebuki dan pergi begitu saja meninggalkan Sakura dan Kizashi yang masih duduk diam di sofa.
"Aku tidak mengerti yah, kenapa ibu selalu melarang hubungan ku dengan Sasuke padahal Sasuke selama ini sangat baik padaku, ayah pun tahu kan seperti apa dirinya." ujar Sakura dengan nada lesu.
"Sudahlah nanti secara perlahan, ayah yakin ibu pasti akan menerima Sasuke." ujar Kizashi dan Sakura hanya bisa menghela napas dan mengiyakan apa yang ayahnya katakan.
...
Plak!
Naruto memejamkan kedua matanya saat tamparan keras melayang ke pipi kanannya.
"Siapa yang mengajarkan mu seperti ini Naruto?!" bentak Minato keras menatap putrinya tajam.
Naruto hanya duduk diam di tempatnya sambil memeluk Al-Qur'an kecil yang hampir ayahnya rampas dan di bakar seperti nasib buku-buku tentang islam yang tadi berhasil ayahnya rampas.
"Ini kepercayaan Naru, ayah. Naru sekarang seorang muslim." ujar Naruto mencicit tidak berani menatap kedua sapphire milik ayahnya.
"Ayah tidak mau kau harus berhenti sholat atau membaca kitab itu! Kalau tidak keluar dari rumah ini!" ujar Minato tegas mentapa
"Naruto, turuti apa yang ayah mu katakan nak." ujar Kushina lembut karena ia tidak ingin anak satu-satunya yang ia miliki pergi keluar dari rumah ini.
"Tidak bu, sungguh aku akan lebih memilih keluar dari rumah ini ketimbang harus meninggalkan kepercayaan yang telah aku peluk, kepercayaan yang telah membawaku menuju surga-Nya." sahut Naruto seraya berdiri dari duduknya sambil terus memeluk Al-Qur'an, takut jika kitab itu di ambil dari dirinya.
Minato mendengus kesal dan keluar dari dalam kamar Naruto. Naruto segera membereskan semua pakaian yang ia beli beberapa hari yang lalu dan ia sembunyikan di bawah tempat tidur karena takut ayahnya tahu. Pakaian yang menutup aurat termasuk semua kerudung yang ia punya.
Kushina menatap putrinya nanar, ini bukan peringatan pertama yang putrinya dapatkan tapi ketiga. Mereka mengetahui kalau Naruto masuk Islam setelah tanpa sengaja mereka melihat Naruto keluar dari dalam masjid mengenakan kerudung syari dan ternyata saat ini Naruto sudah hampir lima bulan memeluk Islam sebagai agama. Putri mereka itu akan mengenakan jilbab kalau sudah keluar dari rumah dan akan melepaskan jilbab kalau sudah berada dekat dengan rumah.
Berulang kali sudah ia menasehati putrinya untuk keluar dari Islam tapi Naruto keukeh dengan pendiriannya dan mengatakan bahwa ia jatuh cinta kepada Allah dan cintanya itu tidak bisa ia lupakan dengan mudah karena saat ia berusaha melupakan Allah yang ada ia semakin merasa rindu yang amat besar dan Naruto pernah merasakannya saat ia belum masuk Islam dan hatinya akan selalu bergetar dan jiwanya terasa di tetesi embun pagi yang sejuk saat ia menyebutkan nama Allah dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Naruto telah mencintai tuhannya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi padanya jika terus mencintai tuhannya yang jelas-jelas tidak bisa di lihat dan belum tentu bisa membantunya. Itulah yang Kushina pikirkan tentang tuhan yang putrinya cintai.
Naruto telah selesai berkemas dan mengganti mukenah yang tadi ia pakai dengan celana training panjang berwarna biru dongker dan baju berlengan panjang berwarna abu-abu dan jilbab lansungan berwarna biru dongker.
"Ibu, aku akan pergi dari rumah ini tapi ibu jangan sedih karena aku akan selalu datang berkunjung untuk menemui ayah dan ibu." ujar Naruto lembut seraya meraih tangan kanan Kushina untuk salim dan ia kecup punggung tangan ibunya lalu ia elus lembut.
"Aku menyayangi ibu dan ayah tapi aku mencintai tuhan ku Allah azza wa jalla, maafkan aku ibu. Meskipun aku mencintai-Nya bukan berarti aku durhaka kepada ibu dan ayah. Sungguh aku menyayangi kalian dan aku minta maaf karena pilihan ku ini membuat kalian marah besar namun sungguh aku lebih takut jika tuhan ku marah kepadaku, aku tidak akan melupakan semua jasa ibu dan ayah padaku dan sebisa mungkin aku akan tetap menjadi anak yang baik untuk kalian meski kini apa yang aku percayai itu berbeda dengan apa yang ibu dan ayah percayai."
Naruto mengakhiri kalimatnya dengan memeluk Kushina erat dan Kushina pun membalas pelukan putrinya, malam ini Kushina benar-benar tidak rela untuk melepaskan putrinya tapi apa yang harus ia perbuat jika putrinya begitu keras kepala.
"Sering-seringlah untuk berkunjung." ucap Kushina pelan dan melepaskan pelukan Naruto, menatap putrinya sendu.
"Iya ibu tentu saja." jawab Naruto lembut.
Kushina tersenyum sendu dan mengeluarkan sebuah kartu atm dari saku celananya, "Gunakan uang ini untuk keperluan mu karena kau masih tanggung jawab ibu, ini kartu milik ibu, kau bisa menggunakannya." ujar Kushina dan menaruh kartu tersebut ketangan Naruto.
"Jangan menolak." potong Kushina cepat sebelum Naruto mengatakan kalau dirinya tidak butuh karena ia sendiri tahu kalau putrinya itu benar-benar membutuhkan uang.
Naruto tersenyum dan menerima apa yang ibunya berikan dan akan ia gunakan sebaik mungkin dan malam ini ia meninggalkan rumah besar dan mewah milik Namikaze dengan besar hati karena saat ini ia harus terus mengejar cinta-Nya yang begitu putih, tulus dan sejati.
Lantunan Cinta
a Naruto Fanfiction by Mitsuki HimeChan
Two or There shot
SasufemNaru/Naruto gadis mualaf yang sholeha tanpa sengaja menemukan bayi cantik dan di beri nama Sarada. Dimana bayi itu membawanya untuk bertemu kembali dengan seorang pria dewasa yang hampir menabrak dirinya dan pria yang ternyata diam-diam jatuh hati padanya. "Akan ku pinang engkau dengan Ar-Rahman." – Sasuke.
Romace Islami
...
"Kyaaaaaaa..."
Sasuke tersedak saat meminum kopi hitamnya saat mendengar suara teriakan histeris dari dalam kamarnya, ia pun bergegas menuju kamar dimana, Sakura istrinya sahnya tengah tersenyum bahagia menatap sebuah test pack.
"Ada apa?" tanya Sasuke bingung menghampiri istrinya, ia kira tadi ada sesuatu yang buruk terjadi tapi ternyata istrinya terlihat baik-baik saja.
Sakura tersenyum lebar dan memeluk Sasuke erat, "Aku hamil!" seru Sakura bahagia dan Sasuke shock tidak percaya dengan apa yang ia dengar, ia lepaskan pelukkan istrinya dan menatap kedua emerald hijau itu dalam, "Benarkah?" tanyanya setengah tidak percaya.
Sakura mengangguk antusias dan menunjukkan test pack yang ada di tangannya kepada Sasuke, Sasuke menerimanya dan melihat dua garis merah yang tertera lalu ia pun tersenyum dan memeluk istrinya erat, "Arigatou gozaimashu Sakura! Arigatou!" seru Sasuke bahagia.
"Aishiteru Sasuke-kun." balas Sakura bahagia bahkan ia menangis haru karena Sasuke ikut bahagia.
"Aishiteru yo Sakura." Sasuke melepaskan pelukkannya dan mencium bibir Sakura lembut dan sedikit melumat lalu ia lepaskan dan beralih mencium dahi Sakura lembut.
"Hari ini aku ada rapat penting jika tidak aku pasti akan menemani mu maafkan aku." ujar Sasuke tak enak hati dan memandang Sakura cemas.
Sakura hanya tersenyum maklum, ia tahu suaminya itu benar-benar mencintai dirinya dan terkadang selalu berusaha untuk pulang cepat hanya untuk menemui dirinya.
"Pergilah, kau tenang saja. Aku akan baik-baik saja Sasuke-kun." sahut Sakura sambil tersenyum lembut dan mengelus rahang tegas milik Sasuke.
"Baiklah kalau begitu aku harus pergi." Sakura mengangguk mengerti lalu mengantar suaminya sampai depan pintu rumah dan melambaikan tangannya saat Sasuke sudah masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah sederhana milik mereka.
Sasuke mengendari mobilnya dengan sangat cepat menuju kantor karena memang hari ini ia benar-benar sangat sibuk, apalagi sejak beberapa menit yang lalu Sasori, seketarisnya tidak berhenti menghubunginya.
Lagu dari Vanilla Ice berjudul Ice Ice Baby mengalun merdu dari ponsel miliknya yang berada di atas dashboard mobil. Sasuke meraih ponselnya pintarnya itu dan melihat nama Sasori tertera disana dengan sangat cepat.
"Hallo?" sahutnya setelah menggeser tombol dial berwarna hijau.
Sasuke hanya diam saja saat Sasori menjelaskan beberapa hal tentang hari ini dimana jadwalnya hari benar-benar sibuk sangkin sibuknya ia bahkan lupa kalau saat ini ia sedang menyetir mobil dalam kecepatan cukup tinggi.
Kedua manik hitam jelaga itu terbelalak sempurna saat melihat seorang gadis bertubuh mungil dan berkerudung lebar hendak menyebrang jalan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Sasuke menjatuhkan ponselnya begitu saja dan mengerem kuat mobilnya dan membanting stir sebelum gadis itu terlempar jauh karena tertabrak oleh dirinya dan ia tidak mau jadwal padatnya harus di ganggu dengan mengantar gadis itu kerumah sakit atau mungkin gadis itu bisa mati.
Ckiiiitt...
Suara decitan roda mobilnya bahkan membuat bekas di jalan raya. Sasuke mendengus kesal dan keluar dari dalam mobilnya untuk melihat gadis itu yang berjongkok dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Kamu bisa lihat gak sih?! Kalau mau nyebrang itu lihat dulu kiri kanan! Kalau tertabrak gimana?!" bentak Sasuke kesal.
Gadis itu berdiri dari posisinya dan menundukan kepalanya karena takut akan kemarahan Sasuke. Sasuke semakin kesal melihat gadis itu yang menundukan kepala membuatnya tidak bisa melihat seperti apa paras gadis yang hampir ia tabrak.
"Gomenasai." ujarnya ketakutan.
"Hn." sahut Sasuke tidak peduli dan kembali masuk kedalam mobilnya dan pergi begitu saja karena ia terlalu malas untuk meladeni seorang gadis di tengah jadwal kerjanya yang padat.
Naruto menatap kepergian mobil itu bingung, ia sudah minta maaf tapi pria itu hanya bergumam tidak jelas bahkan Naruto tidak sempat melihat paras pria yang hampir menabraknya itu.
Naruto menepuk jidatnya pelan saat mengingat kalau hari ini ia punya jadwal hapalan dengan guru mengajinya, ia pun bergegas berlari begitu saja ke sebrang jalan menuju sebuah toko buku untuk membeli beberapa buku hadist yang baru, setelah mendapatkan apa yang ia inginkan barulah Naruto berangkat menuju masjid Otsuka.
Sesampainya di masjid Otsuka, Naruto bertemu dengan beberapa sahabat muslimahnya termasuk ustadzah Annisa Yamaguchi. Guru mengajinya.
"Assalamu'alaikum ya ukhti." sapa Naruto dan bersalaman dengan beberapa sahabat baiknya dan bercupika-cupiki.
"Wa'alaikum salam." sahut Ino ria dan memeluk Naruto sebentar, "Akhirnya aku melihat mu lagi." ujar Ino senang dan melepaskan pelukkannya. "Bagaimana Malaysia apa menyenangkan?" tanya Ino penuh semangat.
Naruto terkekeh pelan, "Sangat menyenangkan, kau tahu aku mendapatkan banyak buku disana." jawab Naruto.
"Kau ini selalu saja beli buku, eh lalu apa disana banyak yang tampan plus sholeh?" tanya Ino sambil menaikan kedua alisnya beberapa kali.
Naruto tertawa pelan mendengarnya, "Banyak tapi mereka banyak yang menundukan kepala." jawab Naruto. Ino terkekeh geli mendengarnya dan mencubit pelan lengan Naurto, "Kau ini seharusnya pulang-pulang bawa satu dong!"
"Bawa apa?" tanya Naruto pura-pura polos dan Ino mengerucutkan bibirnya ngambek dan masuk ke dalam masjid meninggalkan Naruto yang masih mentertawakannya di luar.
...
Sasuke menghela napas lega setelah semua perkerjaannya yang akhirnya selesai juga, ia pun membereskan beberapa berkas yang bisa ia kerjakan dirumah lalu keluar dari dalam ruangan, tak lupa ia berbincang sebentar dengan Sasori tentang masalah yang ternyata masih belum selesai tapi hari ini Sasuke benar-benar lelah dan ia butuh pulang segera ke rumah.
Sasuke masuk kedalam mobilnya yang telah siap didepan pintu masuk gedung perusahaan, seorang petugas ke amanan menyerahkan kunci kepadanya dan langsung saja ia terima dan masuk ke dalam mobil.
Air hujan mulai berjatuhan dengan sangat deras membasahi bumi bahkan Sasuke cukup kesulitan untuk melihat jalanan di karenakan hujan yang begitu deras membasahi kaca mobilnya bagian depan dan tiba-tiba mobilnya hampir mogok dan Sasuke pun berusaha untuk memarkirkan mobilnya di dekat halte terdekat dan saat terparkir mobilnya pun benar-benar mogok.
Sasuke menggeram kesal dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan waw ponselnya habis battery. Ia benar-benar terjebak! Sial! Pikirnya kesal.
Sasuke keluar dari dalam mobilnya dan duduk berteduh di bawah halte bersama dengan seorang gadis berkerudung lebar yang dia yakini adalah gadis yang hampir ia tabrak tadi pagi, di lihat dari pakaian mereka yang sama.
Hujan semakin deras dan tanda-tanda akan datangnya bis tidak kunjung terlihat, Sasuke memijit dahinya pelan dan ia pun merasa kesal karena tidak bisa pulang cepat dan khawatir akan keadaan Sakura yang saat ini sedang hamil muda, anak pertamanya.
Naruto menatap tetesan air hujan dalam diam tanpa ia sadari sejak tadi sudah ada pria yang hampir menabraknya pagi tadi sedang duduk tidak jauh darinya. Naruto tersenyum melihat air hujan dan ia pun berinisiatif untuk mengulang hapalannya siang tadi.
Bismillahirahmaanirahiim
Arrahmaaan.
(Allah) Yang maha pengasih.
Allamal quraan.
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.
Kholaqol insaan.
Dia menciptakan manusia.
Allamahul bayaan.
Mengajarnya pandai berbicara.
Assyamsu walqomaru jihusbaan.
Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.
Waannajmu wassyajaru yasjudaan.
Dan tetumbuhan dan pepohonan keduanya tunduk kepada-Nya
Waassamaaa a rofa a haa wawado al miiyzaan.
Dan langit telah Ditinggikan-Nya dan Dia Ciptakan keseimbangan.
Sasuke termenung mendengarkan setiap nada yang Naruto lantunkan, jatungnya berdegup kencang dan rasa tenang mulai menghinggapi dirinya bahkan rasa lelah yang tadi ia rasakan mulai menghilang terangkat musnah entah kemana.
Allatat ghow filmizaan.
Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu.
Wa a qiymulwazna bilqisti walaa tughsiruul miiyzaan.
Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.
Wal ardo wado a haa lil anaam.
Dan bumi telah Dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya.
Piyhaa paa kihatuwwannakhlu zaa tuul akmaam.
Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
Walhabbu zul aspi warroyhaan.
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum bunganya.
Pabia ayyi aa laaa i robbukumaa tukazzibaan.
Maka nikmat Tuhann-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Sasuke memejamkan kedua matanya untuk meresapi nada-nada itu bahkan tanpa sadar bibirnya bergetar untuk mengikuti setiap ayat yang Naruto lantunkan. Waktu seolah berhenti dan angin yang tadi terasa dingin kini terasa hangat yang menenangkan. Ada apa sebenarnya? Tidak ada yang tahu bahkan Sasuke sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya.
Lama menikmati suara merdu Naruto akhirnya gadis itu berhasil melapaskannya tanpa kekurangan sedikit pun dan tak lama mobil bis pun datang dan angin dingin kembali berhembus.
Sasuke tersadar dari ketenangannya dan ikut masuk ke dalam bis dan sepertinya gadis itu baru sadar kalau dari tadi ia berada disamping gadis itu. Gadis bermata biru itu menundukkan kepalanya dan masuk begitu saja tanpa menoleh kearah Sasuke.
Sasuke ikut menundukan pandangannya karena jantungnya yang berdetak kencang tidak karuan, sebenarnya apa yang saat ini terjadi pada dirinya? Ingat Sasuke ada Sakura. Sasuke tahu tapi ia tidak bisa membohongi hatinya kalau ia tertarik kepada gadis itu bahkan dia sangat ingin tahu lagu apa yang gadis itu nyanyikan tadi agar bisa ia download dari internet dan ia dengarkan setiap saat tapi apa dia bisa bertanya di saat perasaannya kacau tidak karuan seperti saat ini?
Sasuke menggelengkan kepalanya pelan dan ia pun mengedarkan pandangannya mencari kursi yang kosong dan ternyata tidak ada. Terpaksa ia berdiri dan kebetulan disamping gadis itu? Sasuke ingin rasanya berteriak saat ini juga dan bertanya tadi lagu apa? Tapi ia harus tetap terlihat cool untuk jaga imej.
Gadis itu terlihat begitu cantik, bibirnya mungil berwarna merah muda, hidungnya mancung, bentuk kedua matanya sangat indah, bulu matanya juga lentik, tebal dan berwarna hitam, maniknya berwarna biru seperti samudra dan wajahnya terlihat berseri ah lebih tepatnya bercahaya dan Sasuke tidak bohong soal itu, wajah gadis itu benar-benar bercahaya. Apa dia bidadari?
Sasuke menggelengkan kepalanya pelan dan mengatakan pada dirinya sendiri dia harus fokus pulang kerumah untuk menemui istrinya dan bukannya memikirkan gadis lain. Gadis itu pun sepertinya masih terlihat sangat muda dan Sasuke sadar usianya pasti jauh lebih tua dari gadis itu dan di hatinya sudah tertulis nama Sakura seorang.
Mobil bis pun berhenti di sebuah halte dan gadis itu turun lebih dulu darinya dan tak berlangsung lama mobil kembali berjalan. Sasuke memperhatikan gadis itu lagi dari balik jendela bis, gadis itu berlari untuk menghindari hujan. Gadis itu terlihat bercahaya di balik gelapnya malam. Sasuke kembali menggelengkan kepalanya pelan dan membuang muka.
...
"Sasuke-kun akhirnya kau pulang." ujar Sakura senang saat melihat Sasuke akhirnya sampai kerumah dalam keadaan baik-baik saja, sungguh dia sangat khawatir tadi.
"Kau tidak apa-apakan dirumah sendirian?" tanya Sasuke khawatir dan juga cemas.
Sakura mengangguk pelan, "Iya aku baik. Lalu kenapa kamu pulangnya malam sekali?" tanya Sakura.
Sasuke menghela napas dan berjalan menuju sofa dan duduk disana sambil melepaskan sepatu dan dasinya, "Mobil mogok dan untungnya dekat sama halte jadi aku nunggu bis." jawab Sasuke lesu.
Sakura mengangguk mengerti lalu pergi ke dapur untuk mengambilkan air putih untuk Sasuke.
"Terima kasih." ujar Sasuke dan menerima segelas air putih dari Sakura.
"Sama-sama." sahut Sakura sambil tersenyum tulus.
"Sasuke." panggil Sakura pelan setelah Sasuke meminum air yang tadi ia ambilkan.
"Hn." sahut Sasuke seperti biasa dan menaruh gelas yang kosong ke atas meja.
"Ibuku menyuruh kita untuk cerai bahkan tadi ia sempat membawa ku kabur, untungnya ada tetangga yang datang menolongku." ujar Sakura menceritakan apa yang tadi ia alami kepada Sasuke, Sasuke tertegun mendengarnya bahkan rahangnya mengeras seketika dan mengepalkan kedua tangannya erat.
"Aku takut Sasuke." ucap Sakura pelan dengan wajah tertunduk.
"Hm." Sasuke tidak tahu lagi harus berkata apa tentang ibu mertuanya dan memilih untuk memeluk Sakura saja dengan erat dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik dan Sasuke akan berusaha agar dirinya di terima oleh ibu Sakura.
Ya pernikahan mereka memang tidak memiliki restu sama sekali, Mebuki ibu Sakura tidak merestui mereka bahkan kedua orangnya tua juga tidak terlalu setuju akan keputusannya untuk menikahi Sakura apalagi masa lalu kedua orang tuanya dan Sakura turut terlibat.
Mungkin karena itu kedua orang tua mereka kurang setuju. Dulu Mebuki mencintai Fugaku dan rela melakukan apa saja bahkan ia tidak rela Fugaku menikahi Mikoto dan beberapa rencana jahat pernah ia buat tapi dirinya malah terjebak dengan menikah dengan Kizashi yang telah lama mencintai dirinya dan Mebuki pun pasrah di nikahi Kizashi meski cintanya kepada Fugaku masih ada sampai sekarang.
...
Dua bulan terlewati dan Sasuke kembali menajalankan aktivitasnya seperti biasa meski rasa rindu akan lagu yang gadis itu nyanyikan sering menghantui akal pikirannya, Sasuke terus berusaha untuk tetap profesional meski hatinya selalu gunda dan rindu berkepanjangan akan lagu tersebut bahkan wajah gadis yang terlihat bersinar itu terus menghantui dirinya.
"Jadi apakah kau sudah menemukan nama yang cocok untuk anak pertama mu?" tanya Sasori yang entah dari mana, tiba-tiba sudah ada di depan meja kerjanya. Sasuke mendengus kesal melihat kedatangan Sasori, yah memang sejak tadi ia terus mencoret-coret buku catatannya untuk membuat nama yang bagus.
"Daisuke untuk laki-laki dan Sarada untuk yang perempuan." jawab Sasuke.
Sasori tersenyum tipis, "Sangat bagus." ujarnya menimpali lalu membuka lembaran kertas yang ada di tangannya.
"Kau tahu Sasuke, sebentar lagi kau ada rapat dengan perusahaan asal Dubai. Bersiaplah." ujar Sasori mengingatkan.
"Aku tahu." sahut Sasuke mengerti dan menyimpan buku catatannya di dalam laci meja.
"Setelah itu kita akan mengajaknya makan siang bersama." ujar Sasori lagi. "Dan untunglah di Tokyo sudah ada restoran halal yang di kelola oleh orang Indonesia jadi kita tidak usah repot-repot membedakan makan haram dan halal untuk mereka." lanjutnya.
"Mereka merepotkan makan saja harus halal. Memangnya apa beda haram dan halal? Apa maksud mereka apa yang kita makan selama ini haram?" ujar Sasuke dengan nada tidak suka.
"Bukan begitu tapi mereka punya ketentuan dan juga peraturan seperti tidak boleh makan babi. Peraturan seperti itu sudah lama adanya dan setelah jaman modern, sekarang kita tahukan kenapa mereka mengharamkan makan babi. Babi itu mengandung caci pita." ujar Sasori menjelaskan.
"Ya ya ya terserah sekarang apa semuanya sudah kau siapkan?" tanya Sasuke mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja."
"Aku ingin bertanya sesuatu kepada mu." ujar Sasuke serius.
Sebelah alis Sasori naik seketika melihat ekspresi Sasuke yang menatapnya dalam.
"Apakah wanita muslim berkerudung?" tanya Sasuke.
"Tentu saja. Apa kau baru tahu atau memang tidak tahu?" sahut Sasori membuat Sasuke sedikit kesal, ia bertanya seperti itu karena dia ingat gadis bermata biru itu.
"Apa kerudung mereka lebar? Bukankah Hana Tajima itu muslim? Kenapa Kerudungnya beda?" tanya Sasuke beruntun.
"Yang aku tahu yah Sasuke, mereka menyebut kerudung mereka itu dengan hijab jika menutupi keseluruhan tubuh seperti wanita Arab dan itu sesuai dengan ketentuan mereka, kerudung yang mereka kenakan harus menutupi bahu, dada dan punggung tapi kalau Hana Tajima aku kurang tahu." jawab Sasori enteng lalu berjalan pergi keluar dari ruang kerja Sasuke tanpa peduli kalau sahabat baiknya semasa sekolah itu menatap kepergiannya jengkel.
"Ada baiknya kalau sesekali aku potong gaji mu dasar setan merah." umpat Sasuke kesal karena tidak mendapat jawaban yang sempurna.
Tak lama Sasori kembali muncul dan mengatakan kalau CEO perusahaan dari Dubai telah tiba dan mereka pun mulai rapat dengan serius tentang hotel bintang tujuh yang akan mereka bangun dalam waktu dekat.
.
.
Sasuke menghela napas lega setelah CEO dari Dubai itu akhirnya pulang ke negaranya dengan perasaan senang karena dilayani dengan sangat baik bahkan kerja sama mereka tadi bisa di katakan sukses besar.
Sasuke mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas yang ia kenakan lalu ia nyalakan kembali karena tadi sempat ia matikan karena tidak mau ada yang menganggu dirinya.
Dua puluh panggilan tidak terjawab dari ayah mertuanya, Kizashi membuat Sasuke bingung dan rasa cemas mulai menghinggapi dirinya dan Sasuke pun menelpon balik ayah mertuanya itu.
"Sasuke!"
"Ya ayah ada apa?"
"Sakura di bawa Mebuki pergi entah kemana, ayah sudah mencarinya keliling Tokyo tapi tidak ada!"
Sasuke mengepalkan tinjunya erat bahkan sampai membuat buku-buku jarinya memutih dan setelah mendapat beberapa info dari ayahnya barulah ia berlari keluar dari gedung perusahaan ayahnya untuk mencari Sakura.
Kizashi bertemu dengan Sasuke di taman dan saling memberitahu dimana saja tempat mereka mencari tapi hasilnya nihil kemudian pergi ke tempat lainnya.
Pencarian mereka terus berlanjut dari hari menjadi minggu, dari minggu ke bulan. Jejak Sakura benar-benar menghilang. Wanita yang ia cintai itu sudah pergi entah kemana ia tidak tahu.
"Sudah ibu katakan Sasuke tapi kau tidak mendengarkan ibu dan memilih untuk menikahinya, sekarang bukan istri mu yang ibu cemaskan tapi anak mu cucu ibu." ujar Mikoto sambil memijit dahinya pelan. Ini sudah sembilan bulan sejak Sakura menghilang dan tidak berhasil di temukan.
"Sudahlah bu." sahut Sasuke prustasi sambil mengacak-acak rambutnya kesal lalu beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih duduk disofa depan tv.
Sasuke berjalan menuju mobilnya dan pergi meninggalkan area mansion rumahnya untuk pergi entah kemana yang mungkin bisa membuat hatinya menjadi lebih tenang.
Sasuke mengendari mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi melewati jalan ibu kota Tokyo yang malam ini terlihat sepi dan basah akibat hujan yang mendera membasahi tanah ibu kota yang telah lama tidak di guyur hujan.
Ckiiiit...
Sasuke mengerem mobilnya secara mendadak karena tanpa sengaja dia melihat gadis yang berkerudung panjang yang pernah ia temui sedang berlari menghindari hujan dan menghilang di balik gang.
"Sial! Kenapa aku tidak keluar dan menghentikan gadis itu?!" ujarnya kesal dan memukul stir dengan sangat kuat.
"Aaaaaaarrrgh!" teriaknya kesal.
...
Naruto berlari melewati gang sempit dan gelap itu untuk cepat sampai ke apartemennya karena jika mau lewat jalan biasanya maka akan menghabiskan banyak waktu lama, memang sangat bahaya melewati gang sempit itu tapi mau bagaimana lagi, dia sudah sangat benar-benar basah oleh hujan dan hanya bisa memasrahkan keselamatannya kepada yang maha pelindung dan ternyata dia benar-benar selamat dari gang sempit.
Naruto kembali berlari menuju gedung apartemennya namun suara tangisan bayi membuat ia harus menghentikan langkah kakinya. Naruto menoleh dan melihat kesana-kemari sambil menutupi dahinya dari tetesan air hujan.
"Oeeekkk..." Naruto terkejut bukan main melihat bayi tertidur di bawah pohon dan hanya di tutupi payung berwarna biru yang lusuh bahkan sudah robek.
Dengan secepat mungkin Naruto mengambil bayi itu dan membawanya berlari memasuki gedung apartemen. Naruto sesegerah mungkin melepaskan pakaian bayi itu dan menggantinya dengan selimutnya yang tebal dan menyalakan penghangat ruangan lalu dengan tergesah-gesah ia mandi dan mengganti pakaiannya kemudian membuat air hangat lalu ia campur dengan air dingin.
Setelah suhu air itu tidak terlalu hangat, Naruto mencelupkan handuk putih ke dalam baskom lalu ia bersihkan tubuh bayi itu yang sejak tadi menangis keras, Naruto tidak tahu seperti apa mengurus bayi tapi untuk sekarang ia harus berusaha untuk membuat bayi itu merasa hangat.
Setelah membersihkan bayi itu, Naruto kembali membalut bayi berjenis kelamin perempuan itu dengan baju panjangnya hingga tiga lapis lalu ia menyelimuti tubuh bayi dan barulah ia gendong untuk menenangkan tangis sang bayi.
"Aduh gimana ini, aku kan belum pernah mengurus bayi apalagi bayi ini pasti sangat lapar, aku harus kasih apa? Aku belum tentu punya ASI, aku belum pernah hamil atau punya anak, kalau mau beli susu dan dot kayaknya gak mungkin." ujar Naruto resah. Malam ini hujan di sertai kilat dan guntur sangat mengerikan. Naruto tidak berani untuk keluar lagi.
"Sayang diem dong." pinta Naruto sendu.
"Apa aku coba aja kali ya." gumam Naruto ragu namun rasa ragu itu ia buang, perlahan Naruto membuka tiga kancing bajunya atasnya dan ia pun memberikan putingnya kepada sang bayi mungil itu.
"Bismillaahirrohmaanirrohim." ucap Naruto dan secara ajaib Naruto memiliki ASI yang membuat Naruto takjub dan tidak percaya. Ia pun menangis haru dan terus mengucapkan terima kasih kepada sang khalik.
"Sholaatullaah solamul laah alaa Thoha Rosuulillaah, Sholatullaah salaamullaah alaa yaa siin habibillaah..." Naruto pun menyanyikan sholawat nabi untuk bayi perempuan itu agar ia bisa lebih tenang dan sesuai perkiraannya. Bayi itu mulai tenang sambil meminum ASInya.
Naruto tersenyum setelah bayi itu tertidur nyenyak setelah ia lantunkan sholawat nabi, lagu ummi dan beberapa surat pendek dan di tutup surat Ar-Rahman.
"Sungguh malang nasib mu sayang. Siapa yang telah membuang mu hm? tanya Naruto pelan dan mengelus rambut hitam bayi itu lembut.
"Bolehkah aku mengurus mu dan menjadi ummi mu hm?" tanya Naruto lagi dan sedetik kemudian Naruto di buat cukup terkejut melihat kepala bayi itu yang terlihat mengangguk kecil.
Naruto terkekeh pelan melihatnya, "Kalau begitu kau harus punya nama." ujar Naruto sambil mecium dahi bayi dengan lembut.
"Sarada. Bagaimana apa kau suka?" dan sang bayi pun merespon dengan menyusupkan kepalanya ke dada Naruto. "Kau suka." Naruto tersenyum lebar karena sangat bahagia.
"Sarada. Uzumaki Sarada." putusnya.
Bersambung~
Gak banyak kok chapternya cuma ada tiga dan akan di publis seminggu sekali mungkin kalau enggak sibuk. Favsfoll dan reviews jangan lupa ya.
