***** Welcome to the Ghoul World by Yuki Jaeger *****

"Organ dalam perutnya pecah. Kita akan segera memulai operasinya."

"Persiapkan transplatasi Organ."

"Pindahkan organ miliknya."

Chapter 1

Seorang pemuda terbaring lemah disebuah kamar rumah sakit Konoha. Tubuhnya dipenuhi dengan berbagai alat bantu untuk bertahan hidup seperti infus dan tabung oksigen serta beberapa alat yang tidak dikenal lainnya. Perban membungkus hampir seluruh tubuhnya. Luka akibat kecelakaan itu berakibat vatal pada tubuhnya. Luka dikepala dan organ dalam yang hancur membuat kesempatan hidupnya tipis. Berbagai organ manusia yang dibutuhkan ditransfer kedalam tubuhnya.

Rambut pirang pemuda yang terbaring itu bergoyang pelan. Jendela kamar itu dibiarkan terbuka, memberikan udara segar pada ruangan berbau obat itu. Saat ini musim semi membuat keadaan diluar begitu menyenangkan dan menenangkan. Sangat disayangkan harus terkurung diruangan seperti ini.

Sebuah kecelakaan dibangunan tak terpakai membuatnya berada disini. Lantai diatas kepalanya tiba-tiba rubuh menimpanya dan temannya. Namun benarkah hal itu hanya sebuah kecelakaan saja?

Dua pasang mata berbeda warna itu tiba-tiba terbuka. Mata kanan berwarna biru gelap tanpa cahaya sedangkan mata sebelah kiri berwarna merah hitam. Hitam untuk bagian mata yang biasanya putih dan merah untuk pupil mata.

***** Yuki Jaeger *****

NARUTO by Masashi Kishimoto

Inspirasi / Adaptasi / Plagiat : Tokyo Ghoul by Sui Ishida

Keterangan :

Kadar Plagiatnya sama kayak fanfic BTOOOM! Real Game! *kwkwkwkwkwk #kabur*

Chara :

Uzumaki Naruto (17 tahun), Uchiha Sasuke (17 tahun), Namikaze Kurama (24 tahun), Itachi (25 tahun), Sabaku Gaara (16 tahun)

Warning: Gaje, OOC, EYD yang kacau, typo (?), Shonen Ai, disarankan untuk membaca manga Tokyo ghoul atau menonton Animenya :3 Beberapa bagian mungkin mirip dengan anime Tokyo ghoul, bukan bermaksud plagiat tapi emang sengaja *plak*. hehehehe :D

Ne, ne, gomen buat fanfic baru padalah hutang banyak :p

.

***** DON'T LIKE DON'T READ *****

Satu bulan yang lalu

Suara burung berkicau riang menyambut hari yang menyenangkan ini. Orang-orang berlalu lalang saling menyapa satu sama lain penuh sahabat. Tapi tidak untuk laki-laki yang saat ini berlari sambil memakan rotinya. "TERLAMBAT!" teriak pemuda dengan surai pirang itu frustasi. Sebuah adegan klise untuk mengawali suatu cerita.

Ia menyelip dengan lincah diantara orang-orang yang berjalan santai. Bisa-bisanya mereka berjalan santai padahal mereka sudah terlambat. Uzumaki Naruto –nama pemuda itu- menggerutu pelan. Mungkin dia akan kehabisan nafas jika saja dia bukan seorang atlit. Tapi sayangnya dia adalah salah seorang pemain basket yang diperhitungkan keberadaanya.

Pemuda dengan tubuh penuh keringat itu mamasuki halaman sekolah. Halaman itu begitu sepi, apa semua siswa sudah masuk kekelasnya dan mengikuti pelajaran? Oh, shit. Pelajaran pertama hari ini Matematika yang diajarkan oleh Kurenai-sensei yang merupakan salah satu guru killer di sekolahnya, bisa-bisa ia disuruh berdiri didepan tiang bendera selama pelajaran berlangsung. Jika hanya selama pelajaran matematika bukan masalah tapi bagaimana jika disuruh hingga sekolah berakhir, ia akan menjadi ikan kering yang terkapar ditengah lapangan.

Naruto berbelok disalah satu tikungan, 'brak,' tanpa sengaja dia menabrak seseorang hingga dia terjatuh begitu juga dengan orang yang ia tabrak. "Ittaii," ucapnya sambil memegang pantatnya yang baru saja menyentuh tanah. Mimpi apa ia hingga ia begitu sial hari ini. Buku-buku yang pemuda itu bawa jatuh berhanburan begitu juga beberapa buku yang ia bawa.

Ia lirik pelaku penabrak atau orang yang sebanarnya ia tabrak tersebut. Seorang pemuda dengan surai merah duduk tidak jauh darinya meringis kesakitan. Pemuda yang kelihatannya lebih muda darinya memegang pantatnya yang berciuman langsung degan lantai dibawahnya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Naruto sambil mengulurkan tangannya mencoba membantu laki-laki dihadapannya.

"Hm," ucap pemuda dengan surai merah itu sambil menyambut uluran tangan Naruto. "Kenapa Senpai berlari?" tanyanya. Kedua iris jade itu menatapnya iris shappire dihadapannya sedikit penasaran dan bingung.

"Kau tahu, ini sudah jam delapan pagi," ucap Naruto pada akhirnya, "lebih baik kau cepat masuk sebelum kau dikeluarkan dari kelas," ucap pemuda itu sok bijak, namun balasan yang ia terima hanya tawa kecil dari laki-laki dihadapannya. "Kenapa?" tanyannya sedikit tersinggung meski tawa yang dikeluarkan oleh salah satu kohainya ini begitu manis didengar.

"Senpai ini masih jam enam empat puluh pagi, masih satu jam sebelum bel berbunyi," ucap pemuda bernama Gaara itu sambil menunjuk pada jam dinding yang ada diujung lorong tersebut. Jam besar yang memang sengaja diletakkan dusana.

Naruto melihat kearah jam dinding tersebut, memang benar masih sangat pagi. Ini menjelaskan kenapa Ibunya tidak berteriak-teriak membangunkannya tadi pagi, Ayahnya yang tidak duduk dimeja makan seperti biasanya, orang-orang yang berjalan begitu santai dan gedung sekolah yang masih sangat sepi. Lalu kenapa jam dikamarnya menunjukan jam delapan pagi?

Ingatannya teralih pada kejadian kemarin siang dimana sahabatnya berkunjung sambil memaksanya belajar Matematika karena ulangan harian yang akan diadakan hari ini. Kalau tidak salah kemarin pemuda itu duduk dikasurnya sambil bermain dengan jam weaker nya, tunggu jangan-jangan waktu itu- "Sasukeeeeeeee!" teriak Naruto mengema dilorong sekolah tersebut. Wajahnya memerah menahan emosi. Bisa-bisanya dia dipermainkan oleh anak tunggal dari klan Uchiha itu. Nafasnya memburu kembali berlari ingin menghajar wajah sok polos sahabatnya sejak kecil tersebut, meninggalkan Gaara yang mantapnya dengan aneh.

.

'Brak,' pintu kelas itu dibuka dengan kasar oleh pemuda pirang itu. Wajahnya semakin marah menatap sosok laki-laki yang duduk dibangku paling belakang sambil menatap jendela dalam diam. "Tidak biasanya kau datang sepagi ini?" ucap pemuda dengan surai raven itu tenang meski nada mengejek begitu kentara pada kalimatnya.

"Kau!" Naruto berjalan kasar, menarik kerah laki-laki dihadapannya hingga membuat laki-laki yang sebelumnya duduk itu terangkat keatas.

Shappire bertemu dengan Onyx. Kedua mata berbeda iris itu saling bertatapan dalam diam, "Apa?" Tanya Sasuke datar.

"Cih," cengkraman dikerah leher pemuda itu dilepaskan Naruto begitu saja, membuat Sasuke kembali terhempas ke kursinya. Naruto tidak tahu kenapa sesering apa pun Sasuke mengerjai dan mengejeknya, dia tidak pernah sanggup untuk memukul laki-laki dihadapannya ini. Namun ketika ada yang mengejek atau menyakiti Sasuke, dia tidak akan segan-segan untuk menghajar orang tersebut.

Naruto mendudukan dirinya secara kasar dikursi di depan Sasuke. Menyandarkan tubuhnya yang lelah akibat berlari dan bangun terlalu pagi pada kursi dan menengadahkan kepalanya lelah sambil memejamkan matanya. "Kau bermain game sampai jam berapa?" pertanyaan itu keluar dari mulut sang raven yang merupakan murid nomer satu di sekolah ini.

"Aku tidak ingat," ucapnya. Kedua iris biru itu terbuka, dapat ia lihat wajah Sasuke diatasnya. Pemuda itu mendongak dari kursi belakang yang ia tempati. Begitu dekat.

"Kau harus mengurangi kebiasaanmu itu," ucapnya. Naruto tidak tahu sejak kapan ia begitu menyukai melihat wajah laki-laki diatasnya saat ini. Dia juga tidak ingat kapan pertama kali ia bertemu dengan laki-laki dihadapannya, yang jelas saat itu laki-laki itu menangis dipinggir sungai sambil terus-menerus memanggil seseorang.

***** Yuki Jaeger *****

Bel sekolah berbunyi pertanda waktu istirahat berawal. Murid-murid yang baru selesai berjuang dengan ujian matematikanya terkapar dimeja masing-masing sekarat dengan kepala yang berputar. Sungguh Matematika adalah neraka bagi orang-orang yang tidak terlalu pandai dalam hal angka.

"Makan!" Teriak Naruto penuh semangat tidak mempedulikan teman-temannya yang sekarat, dia juga tidak peduli dengan hasil ulangan yang akan ia dapat, yang jelas ia lapar dan segera ingin bertemu dengan ramen tercintanya. "Ayo ke kantin Sasuke," ajaknya pada pemuda yang duduk dibelakangnya.

"Tidak," ucap pemuda itu singgkat. Tolakan yang selalu sang pirang terima. Namun bukan Naruto namanya kalau menyerah begitu saja. Hey, dia sudah sering mendengar penolakan sang Uchiha, namun pada akhirnya pemuda itu akan mengikuti keinginannya dengan sedikit paksaan.

"Ayo!" paksa Naruto sambil menarik tubuh pemuda tersebut. Selalu saja seperti ini, ia selalu berhasil menyeret sang Uchiha ke kantin. Meski sangat jarang bagi sang Uchiha untuk makan disana, paling pemuda berkulit putih itu hanya memesan segelas capocino atau jus tomat.

.

"Kenapa kau bisa begitu suka makan makanan lemak dan tidak sehat seperti itu?" ejeknya tenang sambil meminum jus tomat yang telah ia pesan. Matanya memandang jijik pada banda panjang dan terlihat mengeliat dimatanya yang terus-terusan masuk kedalam mulut pemuda pirang dihadapannya. Ramen dan Naruto adalah dua benda (?) yang tidak bisa terlepas.

"Berisik!" Ucapnya tidak peduli, dia sudah terbiasa dengan sikap sahabatnya yang suka mencela dan menghina kekasihnya *baca: ramen* "Paman tambah lagi!" ucapnya sambil mengangkat mankuk ramennya yang telah kosong, tak berapa lama ramen lain sudah datang dihadapan pemuda tersebut dan siap disantap.

"Menjijikan," komentar Sasuke sambil memainkan sedotan jus tomatnya.

Naruto ingin membalas ejekan tersebut dengan menghina makanan kelamin ganda favorit Sasuke, entah tomat bisa digolongkan sayur atau buah. Namun niat itu diurungkan ketika ada seseorang yang mengintrupsi percakapan mereka.

"Senpai," panggil seseorang pada mereka berdua, tepatnya pada pemuda pirang disana.

"Hm?" Naruto menoleh pada pemuda yang ada disampingnya, seorang laki-laki dengan surai merah dan iris jade berdiri disana, "Oh, kau yang tadi pagi kan?" Naruto mencoba mengingat adegan tabrak lari yang terjadi tadi pagi. "Ada apa?" tanyanya ramah dan sedikit penasaran. Kan jarang-jarang ia ditegur adik kelas. Kalau boleh Naruto akui, pemuda dihadapannya terlihat manis.

Pemuda dengan surai merah itu hanya menatap datar laki-laki dihadapannya, "Senpai, kau menjatuhkan bukumu tadi pagi," ucapnya sambil menyerahkan sebuah buku catatan bersampul coklat dengan namanya tertulis disampul.

"Eh, arigatou. Ku kira aku meninggalkannya," ucapnya senang, "Siapa namamu?" tanyanya mengabaikan Sasuke yang terus-terusan menatap datar dan sedikit kesal pada salah satu kohainya. Entahlah, mungkin cemburu.

"Gaara, Sabaku Gaara," ucapnya sambil tersenyum tipis, "Senang bertemu denganmu Naruto-senpai, kalau begitu saya permisi," ucapnya sambil berjalan meninggalkan tempat tersebut.

"Sekali-kali kau harus bertindak manis seperti dia," ucapnya pada Sasuke yang dibalas dengan delikan tajam oleh sang Uchiha.

"Hn," guram Sasuke sambil beranjak dari duduknya. Meninggalkan Naruto yang terus-menerus memanggilnya dari belakang. Sasuke tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, yang jalas ia merasa kesal, entah karena apa. Aura yang dikeluarkan oleh pemuda dengan surai merah itu berbeda dari kebanyakan orang, begitu gelap dan dingin. Entah ini hanya perasaannya saja atau apa yang jelas ada yang berbeda dengan pemuda itu.

***** Yuki Jaeger *****

Hari-hari berlanjut dengan damai, tidak ada hal khusus yang terjadi kecuali Naruto dan Gaara yang entah kenapa menjadi dekat, mungkin karena Gaara juga salah satu anggota tim basket dan Naruto diminta untuk membimbing salah satu kohainya tersebut.

Bel istirahat sudah berbuyi, waktunya untuk sang pemuda pirang menyerbu ke kantin untuk menemui kekasih hatinya tercinta, ramen. Ia sudah siap-siap untuk menyeret sahabatnya namun "Kita ke Atap," ucap sang Uchiha absolut. Tidak biasanya pemuda itu menggunakan nada absolutnya, tunggu, berarti pemuda Uchiha itu tidak mau dibantah kali ini? Eeeeeeh, berarti dia tidak akan makan ramen hari ini?

Naruto mengikuti Sasuke dengan gontai, dia tidak punya semangat hidup hari ini. Ngomong-ngomong apa yang ada ditangan Sasuke, sebuah kotak kah? Untuk apa pemuda itu membawa kotak? Mereka berhenti didepan sebuah mesin minuman yang berada dekat tangga sebelum naik ke atap. Dapat ia lihat Sasuke memasukan beberapa koin dan membeli minuman kaleng dari sana. Sebuah jus jeruk dan jus tomat.

"Sasuke, aku ingin makan," ucapnya memales. Setidaknya ijinkan dia makan roti karena pagi tadi ia tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan. Salahkan game yang begitu menggoda mengajaknya bermain.

"Diam dan ikut aku," ucapnya tak terbantahkan lagi dan hanya menyisakan Naruto yang diam seribu bahasa. Apa Sasuke sedang PMS saat ini? Kenapa dia begitu kejam kali ini? Ngomong-ngomong PMS itu apa? Kenapa Ayahnya takluk ketika Ibunya sedang PMS? Apa hal itu juga berlaku pada Sasuke?

Mereka sudah sampai diatap sekolah, tempat ini begitu sepi karena anak-anak lebih memilih pergi ke kantin saat jam istirahat seperti ini. Mereka berdua mengambil tempat yang terlindung dari sinar matahari didekat pintu atap. Pemandangan dihadapannya adalah sebuah gedung tua dibelakang gedung sekolah. Gedung yang sebantar lagi akan dihancurkan dan dibangun perumahan elit.

Sasuke meletakan kotak yang sejak tadi ia bawa diantara mereka berdua, "Kau jangan salah paham," ucapnya sambil membuka kotak yang ia bawa, dua buah bekal yang tertata rapi ada di dalam kotak tersebut, "Ibuku menyiapkan ini agar kau tidak makan makanan menjijikan itu lagi," ucapnya sedikit nada kasar dan malu terlukis diwajahnya. Semburat tipis menjalar di wajah porselen tersebut.

Naruto menyeringai tipis, apa Sasuke terpengaruh dengan kata-katanya kemarin? Kata-kata tentang Gaara yang manis. Kenapa dia bertingkah manis seperti ini? "Dasar tsundere… manisnya…" ucap Naruto pada akhirnya.

"Diam! Aku tidak tsundere dan aku tidak manis!" bentaknya, meski nada malu masih kentara pada kalimatnya.

"Makanan yang kau buat enak, aku ingin terus memakannya. Besok, kau mau membuatnya lagi?" ucap Naruto sambil tersenyum lebar sambil menyantap makanan tersebut.

"Sudahku bilang bukan aku yang membuatnya tapi Ibu ku!"

.

Makanan yang disediakan oleh 'Ibu' Sasuke sudah selesai disantap. Saat ini mereka hanya duduk tenang tanpa berbicara. Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke e-mail Naruto, Uchiha Obito –sepupu Sasuke- tertulis disana dengan lampiran sebuah foto didalamnya, foto seorang laki-laki dengan surai raven yang memakai celemek biru tua.

Tunggu bukankah itu gambar Sasuke yang diambil dari jauh dan secara diam-diam. Naruto menyeret pesan itu hingga kebawah sebuah teks tertulis disana. "Naruto, ku harap kau masih hidup," kalimat pertama tertulis seperti itu, apa maksudnya coba? "Foto ini diambil sekitar jam 4 pagi, saat semua orang masih terlelap. Aku tak tahu apa yang membuat Sasuke jadi manis seperti itu :v " . pesan itu berakhir dengan gajenya.

'Lalu kenapa kau bangun?' batin Naruto sweetdrop. Matanya beralih pada pemuda yang tertidur sambil bersandar pada bahunya, apa dia kelelahan? "Tapi, terima kasih Sasuke," ucapnya sambil memperhatikan wajah Sasuke yang tertidur dengan pulas. Sepertinya ia akan bolos pelajaran berikutnya mengingat bel sudah berbunyi dan ia tidak tega membangunkan Sasuke.

'Ku harap hari tenang seperti ini akan terus berlanjut.'

Tapi, bukan itu kenyataan yang akan terjadi selanjutnya.

.

Sore hari, sepulang sekolah. Naruto mendrible bolanya menuju ring basket lawannya, saat ini sedang berlangsung pertandingan latihan antara pemain basket di klub tersebut. Sorak sorai siswa dan siswi menganggur memenuhi gedung oleh raga tersebut. Memang benar ini hanya latihan namun beberapa siswa dan siswi tidak akan melewatkan penampilan bintang basket mereka. Pertandingan terus berlanjut hingga mencapai skor akhir 36-20 yang dimenangkan tim Naruto.

"Senpai," panggil Gaara pada senior berambut pirangnya. Tangannya memegang sebotol minuman mineral juga selembar handuk yang kemudian menyerahkannya pada Naruto. Pemuda pirang itu tersenyum lebar menerimanya sambil mengguramkan terima kasih. "Bisa temui aku digedung tua dibelakang sekolah setelah selesai latihan?" tanyanya.

"Okeh," Naruto tidak sadar bahwa tidak jauh dari tempat tersebut terlihat laki-laki dengan surai raven yang memperhatikan mereka berdua, pemuda itu masih memakai hakama hitam dengan busur panah dan anak panah yang masih menempel dipunggungnya. Tampaknya ia baru selesai latihan ditempat lain. Tampak ditangan pemuda itu sebotol air mineral yang masih utuh, kemudian botol itu dilemparkan ke bak sampah dan meninggal gedung olah raga tersebut.

Naruto dan Sasuke memang masuk ke klub yang berbeda, Naruto masuk tim basket dan Sasuke berada pada tim memanah. Meski keduanya berada di klub yang berbeda namun prestasi yang mereka raih selalu mengharumkan nama sekolah.

.

Latihan sudah selesai, saat ini Naruto sudah menunggu salah seorang juniornya yang meminta untuk bertemu disini. Tempat ini merupakan gedung yang sebentar lagi akan dirubuhkan dan diganti dengan bangunan baru. Memang sedikit aneh mengajaknya berbicara ditempat yang mengerikan seperti ini, tapi sudahlah.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Naruto berusaha bersikap normal meski ia benar-banar gugup saat ini. Biasanya di drama percintaan yang sering di tonton oleh ibunya akan terjadi scenario penambakan. Tunggu kenapa Ia jadi berpikir ke arah itu?

"Naruto-Senpai," panggil Gaara. Pemuda yang lebih pendek darinya itu sudah berdiri dihadapannya dengan jarak yang bisa dibilang dekat.

"Eh? Ya?" guramnya gugup, wajahnya entah kenapa begitu panas. Kenapa juga ia harus teringat adegan picisan yang sering ditonton ibunya dan kenapa juga ia setiap malam ikut ibunya menonton acara tersebut.

"Aku menyukaimu," bisiknya pelan, saat ini Gaara sudah memeluk pemuda yang lebih tinggi darinya tersebut. Menyandarkan kepalanya dibahu pemuda pirang tersebut.

"Eh?"

Naruto hanya tidak sadar kalau sejak tadi seorang pemuda raven yang sudah ia minta pulang lebih dulu mengikutinya dari belakang, menyaksikan adegan klise yang entah kenapa membuat dadanya berkecamuk aneh. "Kenapa? Kenapa sakit?" memegang dadanya sendiri, seperti ditusuk begitu sakit. "Kenapa?" cairan hangat keluar dari dua kelopak mata tersebut. Kenapa ia meangis? Sasuke tidak tahan dengan itu semua memutuskan pergi dari tempat tersebut.

.

"Aku menyukaimu," guram pemuda dengan surai merah tersebut. Entah kenapa hawa ditempat tersebut jadi lebih dingin dari biasanya. "Aku menyukaimu!" entah kenapa tubuh Naruto terasa begitu kaku, partikel-partikel merah bertebaran disekitar mereka, sebanarnya apa itu? "Aku menyukaimu, Senpai!" rasa sakit tiba-tiba terasa pada leher pemuda pirang tersebut.

"Gyaaaaaaaa!" teriakan tersebut menggema diseluruh gedung kosong tersebut. Naruto mencoba melepaskan diri dari gigitan pemuda merah tersebut. Terus mencoba hingga terlepas dan ia terjatuh ketanah. Ia menatap horror pada orang didepannya.

"Kenapa Senpai? Kau tidak menyukaiku?" ucapnya dengan senyum yang aneh, dari belakang tubuhnya keluar sejenis ekor berwarna merah pekat, kedua mata tersebut berubah menjadi merah dan hitam, merah untuk bagian pupil dan hitam untuk bagian yang biasanya berwarna putih. Urat-urat hitam tampak mencuat disekitar mata tersebut seperti akar.

"Ghoul?" sebutan untuk makhluk pemakan manusia yang memiliki wujud persis seperi manusia. Makhluk yang tahan tanpa makanan selama satu bulan hanya dengan sekali santap daging manuisa. Kenapa ghoul bisa ada disekolah ini? Kenapa ia berbaur dengan kehidupan manusia?

Benda mirip ekor tersebut tepat menancap diperut Naruto menyiksakan banyak darah yang keluar dari sana. Teiakan pilu kembali terdengar dari mulut Naruto. Apakah ini akhir dari hidupnya? Masih banyak yang ingin ia lakukan. "Bertahanlah Senpai!" ucap Gaara sambil melemparkan Naruto pada salah satu tiang yang ada gedung tersebut. "Sudah mati?" tanyanya ketika Naruto sama sekali tidak bergerak lagi. "Ku kira kau bisa menghiburku lebih dari ini Senpai," ucapnya lagi sambil berjalan kearah Naruto. Benda berwarna merah itu senantiasa bergerak kesana kemari.

.

"Naruto!" teriak seseorang dari arah belakang mereka, pemuda dengan surai raven berdiri disana. Melihat apa yang terjadi, nafasnya memburu karena ia berlari kembali ketika ia mendengar teriakan Naruto. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya marah. Meski tidak dipungkiri kalau sebenarnya ia takut, ini pertama kali ia melihat Ghoul secara nyata.

"Uchiha senpai, apa yang kau lakukan disini?" Ucapnya sambil memiringkan kepalanya bingung meski itu hanya pura-pura semata. Ia menyadari kehadiran pewaris utama klan Uchiha tersebut sejak pertama kali ia menginjakan kaki di gedung tua tersebut. Itu sebabnya ia bermain-main sebentar dengan sang Uzumaki.

Sasuke berlari kearah mereka berdua, berusaha menyerang laki-laki dengan surai merah itu, namun tidak bisa karena sebelum tubuhnya mencapai Gaara, sesuatu yang mirip ekor tersebut menghempaskan tubuhnya kedinding. Membentur bagian belakang kepalanya hingga sang Uchiha tidak sadarkan diri.

"Ssasuke, jangan sentuh Sasuke!" desisnya. Tubunya sudah banar-banar tidak sanggup bertahan lagi.

"Kau masih hidup Senpai?" benda mirip ekor tersebut kembali menusuk tubuh Naruto menyisakan teriakan penuh kesakitan dari Naruto.

"Senpai sungguh mengesankan kau masih hidup. Sebenarnya aku tidak boleh berurusan dengan Uchiha apalagi keturunan utama. Tapi, dia telah mengganggu makan malamku dan aku ingin merasakan daging Uchiha yang katanya begitu nikmat," ucap Gaara enteng.

'Sret, brak, brak, brak!' Bangunan tua tersebut tiba-tiba saja runtuh, hancur berkeping-keping dan menimpa tiga siswa yang berada ditempat tersebut.

*** Yuki Jaeger ***

Delete or Continue?

** Yuki Jaeger **

Keterangan :

Kadar Plagiatnya sama kayak fanfic BTOOOM! Real Game! *kwkwkwkwkwk #kabur*

Disarankan untuk membaca Manga atau mendownload Anime Tokyo Ghoul :3

PS. INI BRLUM DI EDIT JADI MAAF TYPO NYA, NANTI SAYA PERBAIKI .