A/N : Cerita baru, plus akan ada dua versi, yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris. Entah akan di update atau tidak karena sibuknya IRL. Enjoy~


Chapter 1 : Falling from Ordinary Life


*CRASH*

Serangan keras yang kemungkinan besar bisa membunuhku telah mengenai tempat aku sebelumnya berada.

Heracles tidak goyah sedikitpun ketika serangannya meleset. Seketika dia sudah ada di hadapanku mengayunkan kembali axe-swordnya, aku pun kembali menghindar dan meneruskan lari darinya.

Aku menyalahkan keberuntunganku yang sangatlah ampas untuk mendapatkan heroic spirit Hans untuk melawan heracles. Yep A FUCKING HANS DAMNIT.

Merasakan hawa yang tidak enak, aku pun melompat kedepan bersamaan dengan serangan heracles datang menghampiri, lagi2 aku selamat dengan sangat tipis. Sialnya kini aku terdiam dengan heracles berdiri dihadapanku. Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku hanya ingin hidup yang normal, lulus dari sekolah dan memiliki keluarga bahagia!

##############

Banyak orang bilang sekolah itu membosankan. Mengapa kita harus duduk dari pagi hingga sore untuk mendengarkan orang menerangkan hal yang belum pasti akan dipakai nantinya? Belum lagi hal yang diterangkan tersebut harus kita ingat dan jika tidak maka akan ada hukuman yang dinamakan Pelajaran tambahan. Orang - orang seperti itu adalah tipe orang yang aku benci. Mereka yang bilang seperti itu biasanya tidak akan sukses didunia ini. Mungkin akan ada beberapa pengecualian, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak.

Namun aku tidak akan menunjukan kebencianku, selama mereka masih mengikuti peraturan yang ada dan menjadi bagian dari sistem, aku tidak akan protes, bagaimana pun komentar dan keluhan mereka.

Seperti yang kalian duga, aku adalah orang yang pragmatis, itulah mengapa aku senang dengan kehidupan sekolah ini. Karena dengan lulus dari sekolah, aku bisa meneruskan ke kuliah, dan setelah lulus kuliah aku akan bekerja menjadi bagian dari sistem baru yang dinamakan masyarakat. Dari situ selama aku mengikuti peraturan - peraturan yang ada, dan memenuhi ekspektasi terhadap diriku, aku bisa menjalani hidup bahagia. Setelah memiliki pekerjaan yang tetap, aku yakin pasanganku nanti akan datang dengan sendirinya.

*RING*

"Baiklah pelajaran hari ini cukup sampai disini saja, jangan lupa pertemuan selanjutnya kita akan tes untuk review materi bab ini, sampai jumpa." Setelah berkata itu, Kuzuki-sensei pun meninggal kan ruangan, dan para siswa mulai membereskan barang – barangnya, termasuk aku.

"Kotaro~ ikut karaoke yuk" Ujar seorang siswa yang berdiri di depan mejaku. Dia adalah Fukami kalau tidak salah… Sebelumnya dia pun sering mengajakku untuk main dengan yang lain.

"Hayu" Jawabku singkat, namun Fukami sudah terbiasa dan mulai mengajak anak – anak yang lain.

Bermain dengan siswa lainnya merupakan peraturan tidak tertulis bagi seorang siswa. Dengan bermain setelah sepulang sekolah, baik itu karaoke, bowling bahkan hal seperti mixer(kencan buta), kamu akan memiliki bahan untuk pembicaraan saat bekerja nanti. Perbedaan sikap lingkungan pekerjaan terhadap orang yang ketika masa sekolahnya hanya sekolah terus pulang sangatnya diskriminasi, terutama saat pembicaraan dengan atasan.

Oleh karena itu, memiliki setidaknya kedok siswa yang sosial, akan meningkatkan kemungkinan diriku untuk naik jabatan atas rekomendasi atasan dan rekan kerja. Dunia memang keras bung.

Sebelum aku lupa, nama ku Tanaka Kotaro, dan aku adalah seorang siswa SMA yang realistis.

###############

Sepulang karaoke langit sudah berubah gelap, dan jam tanganku sudah menunjukan pukul 07:32 PM, waktu yang cukup untuk terlihat seperti siswa yang aktif namun tidak melewati batas dan di cap sebagai berandalan.

Namun aku baru teringat ada acara tv yang sedang populer di kalangan remaja, dan aku lupa untuk menyalakan Recorder tadi pagi, maka dengan berat hati akupun memutuskan untuk memotong jalan melalui gang. Sungguh sangat tidak seperti diriku untuk melupakan hal semacam itu.

Dan betapa aku menyesali keputusanku malam itu.

Aku sedang berjalan pulang ketika aku mendengarkan suara teriakan dari lorong didepanku. Meski badanku tidak terlalu lemah, aku tidak punya pengalaman bertarung dengan orang bersenjata tajam sama sekali. Namun jiwaku sebagai bagian dari masyarakat terus memaksaku untuk menolong siapapun yang berteriak tersebut. Aku pun berkompromi dengan diriku sendiri untuk setidaknya menelepon polisi untuk bantuan, setelah memastikan apa yang sedang terjadi.

Mengendap - ngendap ke arah lorong tersebut sambil memegang hp yang menelepon 110. Namun disaat aku mengintip apa yang terjadi di lorong tersebut, aku hampir melepaskan genggamanku karena saking kagetnya terhadap apa yang aku lihat.

Disana aku melihat seorang perempuan dari sekolahku, sedang dalam posisi yang agak sugestif, digenggam oleh perempuan yang cantiknya sangat tidak manusiawi. Karena saking cantiknya aku sampai merasa dia bukanlah manusia.

Kekagetanku bertambah ketika aku melihat lebih jelas, perempuan itu bukanlah sedang melakukan hal seksual terhadap perempuan dari sekolahku, melainkan melakukan hal layaknya vampire, yaitu menghisap darah dari lehernya.

Disaat yang bersamaan, aku menyalahkan kelalaianku untuk kedua kalinya, dan juga keberuntunganku yang ampas ini.

*BEEP!* "mohon maaf, layanan tidak dapat ditemukan, silakan coba lagi"

Hp di tanganku mendadak berbunyi dengan kencang, membuat makhluk itu berpaling ke arahku.

"Sial!" aku pun langsung berlari sekuat tenaga. Aku tidak begitu hafal dengan gang ini, jadi aku lari saja tanpa tujuan. Tanpa melihat ke belakang, aku pun tahu kalau perempuan itu mengikutiku.

Setelah sekian lama berlari, aku merasa ada yang aneh dengan arah aku berlari, seolah seseorang mengubah jalan disini. Ketakutanku pun terbukti ketika aku sampai ke jalan buntu, yang ada perempuan dari sekolahku tergeletak.

Perlahan aku pun berbalik dan melihat makhluk tersebut terdiam menatapku. Meski matanya ditutupi, aku bisa merasakan tatapannya menusuk seluruh bagian dari diriku, dan mukanya yang sangat datar sangat tidak membantu untuk menebak apa yang monster ini pikirkan. Perlahan aku pun berjalan mundur hingga punggungku menempel ke tembok.

"Ahaha… beginikah caraku mati? Sungguh sial nasibku ini" Tawaku pasrah sambil berfikir, dimana aku salah jalan? Apakah dari ketika aku lupa merekam acara tv tersebut? Ataukah dari keputusanku untuk melewati gang ini? Atau bahkan keputusanku untuk menjadi roda masyarakat itu sendiri sudah salah?

Tidak mengetahui apa yang sedang berjalan di kepalaku, monster itu pun menyiapkan senjatanya, rantai dengan paku yang kebesaran yang datang entah dari mana, yang kemudian dilemparkan kearahku. Akupun pasrah terhadap nasibku.

Aku bisa melihat paku tersebut melayang ke arahku. Namun kecepatannya semakin melambat, aku merasa kecepatannya sangatlah lambat, bahkan hingga hampir seolah seseorang menekan tombol pause.

Apakah ini yang dinamakan saat - saat terakhir? Dimana semuanya terasa lebih lambat? Disaat yang bersamaan, aku melihat ini sebagai kesempatanku untuk tetap hidup. Namun seolah mengolokku, akupun tidak bisa menggerakkan badanku sama sekali. Tidak, badanku sebenarnya bergerak, namun dengan sangat perlahan seolah terdiam. 'APAKAH DUNIA INI TIDAK PUAS DENGAN HANYA AKU MATI SAMPAI SAMPAI AKU HARUS MERASAKAN PENDERITAAN SAAT KEMATIAN SEMAKIN MENGHAMPIRIKU! '

Namun lagi lagi, dunia mempermainkanku. Setelah berbicara seperti itu ada 2 buah roulette muncul dihadapanku, yang satu berbentuk bulat seperti papan dart, dan yang satu lagi berbentuk silinder, seperti mesin pachinko. Tidak, aku sendiri sebagai siswa yang benar - benar siswa, tidak pernah bermain di tempat judi seperti itu, tapi setidaknya aku tahu bagaimana bentuknya.

Kemudian tanpa aba - aba apapun, roulette yang bulat pun berputar dengan sendirinya. Setelah beberapa saat, putarannya pun melambat sampai kemudian berhenti dengan panahnya menunjuk ke tulisan Lancer.

Setelah itu giliran roulette yang berbentuk silinder yang berputar. Setelah beberapa saat roulette itu pun berhenti juga dengan sebuah tulisan yang berisikan nama yang pernah kubaca dari buku sejarah luar.

Medusa (lily)

Seketika badanku terasa panas, namun aku tidak bisa melakukan apapun selain berteriak di dalam pikiranku. Berbagai informasi dalam jumlah yang sangat besar memaksa masuk ke dalam otakku, aku tidak bisa membaca semuanya namun aku merasa beberapa kata seperti heroic spirit, noble phantasm, alignment, irregular, holy grail war dan corruption.

Kemudian badanku pun mengeluarkan cahaya. Disaat aku tersadar waktu berjalan seperti semula, dan aku menangkis paku yang melayang ke arahku menggunakan sabit yang entah mengapa berada ditanganku. Monster itu akhirnya menunjukan perubahan ekspresi di wajahnya. Mungkin dia terkejut karena tiba2 aku memiliki sabit atau mungkin karena aku bisa menangkis serangannya. Tapi sekali lagi ada yang aneh, kenapa monster tersebut terasa lebih tinggi dari sebelumnya? Kenapa tanganku yang memegang sabit ini terasa lebih kecil dan pendek? dan mengapa aku merasa hampa di selangkanganku

. . .

. . .

. . .

SIAAAAAAAAAAAL

Disaat aku berteriak kesal, sebuah kalimat mendadak muncul dan melayang di hadapanku


"Instalasi selesai. Heroic spirit Medusa(Lily) berhasil terpasang"

Status

Class : Lancer

Strength : C

Endurance : E

Agility : A

Mana : E

Luck : D

Class skill :

Magic Resistance B

Goddess' Essence A

Heroic Spirit Skill :

Monstrous Strength C

Alluring Nightingale B

Mystic Eye Cybelle Rank A

Affection toward the beyond A

Personal (Permanent) Skill :

Lucky(?) Person C (Tanaka Kotaro)

Monstrous Strength C (Medusa lily)

Noble Phantasm :

Embrace of Goddess Rank B (Anti-unit)


Aku belum sempat membaca semuanya, sebelum lawanku ini kembali menyerangku dengan senjatanya, dan dengan otomatis aku pun kembali menangkisnya dengan sabitku. Namun setelah aku menangkis, monster itu sudah ada dihadapanku dan melontarkan tendangan dari samping.

Memanfaatkan tubuhku yang sekarang, akupun langsung menunduk menghindarinya dan memberikan serangan balasan dengan tangan kiriku. Jika aku masih dalam ukuran tubuhku yang asli, pasti tendangan itu tetap mengenaiku. Bahkan mungkin aku tidak bisa melihat serangan itu, apalagi menghindarinya.

Pukulanku mengenainya tepat di perutnya, monster itu pun melayang ke belakang. Namun aku merasa pukulanku ringan, seolah monster itu mengurangi hantamannya dengan melompat ke arah pukulanku. Setelah monster itu mendarat, dia kembali mengambil posisi menyerang. Aku pun sama dengan menyiapkan sabit dan rantaiku.

Untuk sesaat kami saling bertatapan satu sama lain, sebelum kemudian kami berdua bergerak dengan bersamaan. Dia menyerang dengan pakunya, aku menangkis dengan sabitku. Kami saling beradu dengan kecepatan yang sampai pemandangan sekitar terasa ngeblur. Aku lebih cepat darinya, tapi serangan dari monster tersebut berat dan sulit untuk ditahan.

Selain itu, kedua senjata kami sama - sama memiliki jarak serangan jauh dan dekat, ditambah dengan perbedaan status kami sebelumnya, kami berdua imbang dalam pertarungan ini. Aku lebih sering menghindar dan menyerang dengan teknik membalas, meski cepat, monster itu masih kalah cepat dariku. Tapi hanya dengan tenaganya, dia menahan seranganku.

Pertikaian kami berlanjut untuk beberapa saat. Selama aku bertarung dengan monster tersebut, entah mengapa ada sesuatu yang aktif dari tubuhku ini, entah perasaanku saja atau memang ada sesuatu yang berubah, semakin lama kami bertarung aku merasa serangannya semakin mudah untuk dilawan,aku pun merasa ada hal yang bertambah di wadah yang sedang menjadi tubuhku ini. Dan juga meski aku mengandalkan ingatan tentang bagaimana cara bertarung dengan tubuh ini, entah mengapa semakin lama gaya bertarungku semakin mirip dengan gaya bertarung monster ini.

Pada saat itu, mungkin jika aku melihat ke cermin, aku akan menyadari kalau tubuhku saat itu memiliki paras yang mirip dengan lawanku, namun dengan umur yang lebih muda.

Semakin lama, semakin jelas terlihat kalau aku bisa mengalahkan monster ini, dan lawanku pun sepertinya menyadari bahwa dirinya semakin terdesak oleh seranganku.

Dan tanpa ada peringatan apapun tiba - tiba aku teringat, aku sedang buru - buru pulang karena harus merekan acara tv.

Spontan seranganku pun menjadi semakin agresif, dan akhirnya, sabit ku pun berhasil menusuknya tepat di dadanya, dan langsung ku lemparkan ke arah lantai. Monsterku pun terpaku ke lantai oleh sabitku yang menembus dadanya dan terbenam ke lantai.

"Akhirnya…."

Pada saat itu terdengar teriakan ""TIDAK MUNGKIN!? BAGAIMANA BISA!?"

Curiga dengan apa yang dia katakan, aku pun mencabut sabitku dan melompat menghampiri orang yang berteriak tersebut. Terlihat orang tersebut merupakan remaja, dan dia terlihat sangat frustasi dan menggenggam buku yang terlihat mencurigakan dengan sangat keras. Setelah tersadar aku menghampirinya dia pun terkaget "Hyaa!" sambil terjatuh ke belakang.

Kalau dilihat lebih seksama, sepertinya aku pernah melihat orang ini, apakah dia siswa Homurahara juga? Dan kenapa dia ada disini? Mendengar teriakan sebelumnya, kecil kemungkinan dia hanyalah orang yang tidak sengaja melihat kejadian tadi. Penuh curiga akupun melangkah mendekat sambil menaruh sabit ku di lehernya.

"Jawab pertanyaanku, apa peranmu disini? Dan apa hubunganmu dengan monster penghisap darah di bawah itu?"

Melihat wajah dia yang semakin pucat mungkin aku mengancamnya terlalu keras, namun untuk manusia yang jelas - jelas sangat melanggar aturan dengan bekerja sama dengan monster seperti itu, tidak ada ampun baginya.

Sebelum aku bisa mendapatkan jawaban darinya, tiba - tiba instingku merasakan adanya serangan datang, akupun menghindar saat kumpulan serangga menyerang posisiku sebelumnya, dan membuat seperti pagar diantara diriku dan laki - laki tersebut. Kemudian para serangga tersebut membentuk sosok manusia, dan entah bagaimana caranya, dihadapanku ini bukanlah lagi kumpulan serangga menjijikan, namun seorang kakek tua yang auranya menjijikan.

Dia kemudian menilai ku, dan tatapannya sangatlah menjijikan, membuatku ingin menebasnya secepat mungkin. Sebelum kesabaranku habis, dia pun membuka mulutnya "Tuan Servant, saya harap tuan bisa mengampuni cucuku yang tidak berbakat ini, karena bisa anda lihat sendiri, tuan sudah mengalahkan servantnya tadi, jadi saya harap tuan bersedia melepaskan dia."

Meski kata - katanya terasa sangat sopan, nada dan gerak - geriknya tidak menunjukan kesopanan sama sekali, seolah dia yakin kalau aku menyerangnya saat ini, dia bisa menang melawanku.

Entah itu hanya gertakan atau fakta, aku tetap menerimanya, karena aku yakin, jika dia mau, belum pasti aku bisa mengalahkannya, dan dia memiliki senjata lain yang aku takutkan. T

Tawanan.

Kalau aku tidak melepas laki - laki tersebut dan menyerang mereka berdua, dia pasti akan menggunakan siswi dari sekolahku menjadi tawanan, meski aku tidak peduli dengan hidup perempuan itu, kematiannya dapat membuat nama sekolahku menjadi tercemar, yang ada kemungkinan bisa mengganggu karirku di masa yang akan datang.

Akupun menurunkan senjataku. "Baiklah, enyahlah dari sini kalian berdua."

Kakek menjijikan itu pun menggangguk, dan mulai memarahi cucunya yang masih duduk di lantai. Meski cucunya tidak terima dengan keputusan kakek tersebut, dia pun akhirnya turun melalui tangga dan pergi. Setelah memastikan laki - laki tersebut pergi, pandanganku kembali fokus ke kakek yang masih belum pergi meski tujuannya sudah tercapai.

Dan gaada angin, gaada hujan, dia tiba - tiba tertawa terbahak - bahak.

Aku pun otomatis menatapnya keheranan, namun sebelum aku menyuarakan pertanyaanku, dia mengalahkanku duluan.

"Tidak kusangka akan ada servant kedelapan di perang ini. Sepertinya perang ini akan semakin ramai saja, kukukuku."

Tawanya sungguh menggangguku, akupun coba mengingat informasi yang ku dapat saat tubuhku berubah dan kudapatkan info tentang perang Holy Grail ini, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membacanya, karena masih ada satu monster lagi dihadapanku ini.

"Lalu apa yang lucu dari semua ini kakek tua?" Tanyaku dengan sedikit kesal.

Tapi bukannya menjawab, kakek tua itu malah tersenyum, dan kemudian berubah kembali menjadi sekumpulan serangga dan pergi meninggalkanku sendiri.

"Kau juga akan tahu nanti, Tuan servant anomali".

Misteri bukanlah genre favoritku, aku pun mengutuk kakek tua itu sambil berjalan kembali mengecek keadaan siswi yang masih terkapar di lantai gang tadi.

Saat aku mau turun tangga, tiba - tiba badanku kembali terasa sangat panas, cahaya pun muncul seperti saat aku berubah sebelumnya. Disaat cahaya menghilang, titik pandanganku menjadi semakin tinggi. Sepertinya aku kembali ke tubuh asliku, dan seperti sebelumnya, kalimat tiba - tiba muncul melayang dihadapanku.


"Pencabutan selesai. Heroic spirit Medusa(Lily) berhasil dicabut"

Status

Personal (Permanent) Skill :

Lucky(?) Person C (Tanaka Kotaro)

Monstrous Strength B- (Medusa Lily)


Hmm? Aku tidak terlalu membacanya tadi, tapi apakah ini artinya dalam tubuh asliku aku bisa memiliki kemampuan yang dimiliki tokoh terkenal yang aku pakai tadi? Lagipula kemampuan apa yang kudapat? Dan seolah menjawab pertanyaanku, kalimat muncul lagi dihadapanku.


Lucky(?) Person

Rank C

Tanaka Kotaro

Skill which affect user luck. Randomly rank-up or rank-down Luck up to two rank.

Tanaka Kotaro's life has been an ordinary one. He smooth sailing through his life, truly manifestation of ordinary but his mean to reach this ordinary life was abnormal. This made him either went very lucky with job or sometimes very unlucky to be killed by his ex-coworker who angry and jealous to him.

Monstrous Strength

Rank B-

Medusa (Lily)

Skill that temporarily grants a rank-up to one's Strength parameter for a time limit determined by the ranking of this Skill. This Skill is borne from the holder's nature as a monster or Demonic Beast.

Rank is low because Medusa (Lily) demoniac disposition is small. But after fighting with true Medusa, she affected by her skill 'Affection toward the beyond' and get rank-up.


. . .

Tunggu sebentar, pertarungan dengan Medusa asli? Berarti yang aku lawan tadi adalah Medusa juga? Berarti Lily disini berarti versi mudanya? Ahaha.

Sambil memproses informasi yang dipaksa masuk saat aku memasang Heroic Spirit tadi, akupun turun dan mengecek keadaan siswi yang semakin lama terasa semakin terlupakan.

Namun saat aku baru saja mau mengecek keadaannya, aku mendengar suara langkah kaki menuju kearahku.

Beberapa saat kemudian, sosok dari langkah kaki tersebut muncul di muka gang. Ada dua orang, yang satu merupakan laki - laki berambut merah yang terkenal disekolahku dengan sebutan Si Pesuruh sekolah, bersama dengan seseorang yang aku tidak dapat melihat jelas karena memakai jas hujan fullbody berwarna kuning menutupi seluruh badannya.

Tiba - tiba Si Pesuruh sekolah, Shirou kalau tidak salah namanya, melihat ku dengan tatapan yang cukup mengerikan. Aku sedikit keheranan sebelum menyadari betapa mencurigakannya posisiku sekarang. Aku yang jongkok disamping perempuan yang tidak sadarkan diri, dan sedang memeriksa bagian leher dimana darah dia dihisap oleh monster tadi mungkin terlihat sangat lain dimata Shirou dan kawannya.

Aku punya firasat ini akan menjadi hal yang sangat panjang dan berarut.


A/N : Dan itulah chapter pertama. Tidak terlalu banyak detail namun tidak terlalu pendek juga. FF ini akan mengikuti Heaven's Feel route, yang ini artinya saatnya membuka save file dari Fate Realta[Nua] dan re-play Heaven's Feel route dan berbagai macam detail yang berbeda dari animenya.

Btw tentang servant apa yang akan di panggil, gua pake excel + summon simmulator untuk me-random-ise servant apa yang akan dipakai… kecuali Hans yang muncul saat melawan Heracles because why not?

R&R please~ see ya someday~ sometime later~