Blind Love

Chapter 1

By Yuya Matsumoto

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Cast: Sungmin, Sungjin, Minho, Lee Yeomin Ha, Hangeng, Heechul, etc

Summary: Hangeng kembali ke Korea, setelah lama tinggal di China. Ia kembali untuk menghindari masalah yang tak pernah terselesaikan di China. Saat ia kembali, ia menemukan sebuah cinta. Cinta yang seharusnya tidak ia miliki. Bisakah Hangeng bertahan? Atau ia akan melepas cintanya itu?

.

.

\(^w^)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.

"Ketika hatiku telah terpaut olehmu, ku tak mampu berkata apa-apa melainkan membiarkan diriku terhanyut dalam dekap cintamu"

.

.

Aku menghirup udara segar di negara yang telah lama kutinggalkan ini, Korea Selatan. Aku tarik semua oksigen yang ada hingga menyusup masuk memenuhi rongga paru-paruku. SEGAR. Kata pertama yang dapat menggambarkan perasaanku saat ini. Seoul, sebuah kota metropolitan yang penuh dengan impian, gemerlap kehidupan, dan tuntutan menjadi yang terbaik bagi semua penduduknya, namun kebudayaannya masih tetap terjaga serta keindahan kota ini tetap tak tertandingi.

Aku melangkahkan kaki ringan ke depan sebuah rumah yang nampak nyaman dan bersahabat. Rumah yang dahulu kutinggali selama bertahun tahun. Rumah yang menggoreskan banyak kenangan dengan tinta buku kisah hidupku. Rumput hijau yang sama seperti sebelum kutinggalkan. Warna cream soft yang sedikit memudar pada temboknya. Aaah… Bogoshippo!

Aku meletakkan jari-jemariku pada engsel pintu rumah itu. Menggenapkan seluruh keberanianku untuk dapat kembali pada kenangan-kenangan itu. Bagaikan film klasik, semua memori kehidupanku bersama rumah ini terpampang jelas di ingatanku. Dadaku sesak. Rasanya tak sabar kembali ke masa-masa kecilku itu. Kuputuskan untuk membukanya.

Pintu rumah itu terbuka lebar sebelum aku sempat memutar engselnya. Seorang yeoja terlihat membuka pintu tanpa memandang ke arahku. Lebih tepatnya ia masih sibuk dengan seseorang di dalam rumah. Aku tercekik. Nafasku berhenti. Yeoja itu terlihat sangat kaget, ketika melihat wajahku. Ia terlihat pucat bersamaan dengan seseorang yang menghampiri yeoja itu ke depan pintu. Satu lagi orang yang terlihat shock ketika menatap wajahku dalam-dalam dengan tatapan tajam nan menusuk.

.

.

Yuya (P.O.V)

.

.

Aku merasakan cahaya hangat menerpa wajahku. Silau. Aku menarik selimut di tubuhku, kembali bersembunyi lebih dalam pada kegelapan.

SREEEEET… Tubuhku tertarik ke bawah. Semakin tertarik, tertarik, dan tertarik hingga… BRUUUUK! Tubuhku menghantam keras lantai kamarku.

"YAAA! Siapa yang berani-beraninya mengganggu tidurku? SIAAAAL!", kataku sambil keluar dari gulungan selimutku.

"YAAAA… NOONA! SUDAH SIANG! BANGUN CEPAT!", teriak Sungjin, adik laki-lakiku tersayang. What? Tersayang? Nggak banget deh untuk saat ini.

Aku mendaratkan jitakan keras di atas kepalanya yang alhasil membuatnya meringis kesakitan. "HYUUUUUUUNG!", teriaknya.

PLAAAAAAK! Kepalaku sakit sekali seakan ada hujan batu yang tepat mengenai kepalaku yang indah ini. Aku sontak menoleh ke belakang tubuhku, mencari asal jitakan keras itu. Aku mengeluarkan senyuman indahku—yang jelas-jelas kupaksakan—kepada orang itu. LEE SUNGMIN, kakak dari LEE SUNGJIN, yang secara sangat terpaksa aku katakan sebagai kakak dari Lee Yeomin Ha a.k.a Yuya a.k.a aku sendiri.

"Banguuuuun! Mau sampai kapan malas-malasan. Gadis macam apa yang tak tau aturan sepertimu ini", omel Sungmin oppa panjang lebar. Tak segan-segan ia menjewer kupingku sambil menarikku keluar kamar. Aku melihat Sungjin menjulurkan lidahnya padaku. Awas kau nanti!

Sampailah aku di meja makan dengan pakaian yang rapi, bersih dan wangi. Sungmin oppa tersenyum lebar kepadaku. Cih! Pasti senang betul dia berhasil membuatku bangun sepagi ini.

Aku menjitak kepala Sungjin yang sedang asyik menghabiskan rotinya. Ia meringis kesakitan sambil meledekku dengan lidahnya. Sungmin oppa tertawa melihat tingkah kami. Aku juga ikut tertawa, begitu juga Sungjin. Kami memang keluarga yang akur dengan segala tingkah laku aneh setiap saat. Aneh? Ya buktinya tadi itu.

Aku melahap roti coklatku dengan cepat, lalu menyeruput susu coklatku sampai habis. Aku menyisakan coklat di berbagai sisi bibirku. Aku menyeringai jahil, melihat Sungmin oppa sedang asyik merapikan arsip-arsip kantornya di ruang tengah. Diam-diam aku mendekatinya, lalu… SREEEET! Mengelap bibirku yang kotor dengan kemeja pink yang baru ia beli.

"YUYAAAAA!", teriak Sungmin oppa.

Sebelum ia dapat menangkapku, aku berhasil melarikan diri ke pintu depan. "Hahaha! Coba saja tangkap aku!", teriakku menantang.

Aku membuka pintu sambil melihat ke arah Sungmin oppa yang sedang mengejar di belakangku.

DEG!

Wajah ini? Aku berhenti bernapas.

"HAP! Tertangkap… kau…" Terdengar suara Sungmin oppa yang semakin memelan di telingaku.

Aku dan Sungmin oppa mematung, menatap sosok namja yang ada di depan kami. Sosok namja tinggi, putih, hidung mancung dan mata sipit yang berdiri tepat di depan pintu rumah kami. Namja itu terlihat pucat. Shock. Kaget. Bingung. Semua kegalauan bercampur satu. Ah sama! Sama seperti yang aku rasakan sekarang.

DEG!

Namja itu memelukku sebentar, lalu memeluk Sungmin oppa secara bergantian. "Aku pulang", katanya, memecahkan keheningan diantara kami. "Ayo masuk!", lanjutnya sambil menarik tanganku dan Sungmin oppa.

Aku menatap Sungmin oppa sambil mencari jawaban siapa namja ini. Sungmin oppa pun menatapku, memberikan jawaban yang sama seperti yang ada di otakku.

Namja itu membiarkan aku dan Sungmin oppa duduk di atas sofa ruang tamu, sedangkan ia mengambil barang-barangnya di depan pintu. Lah, yang tuan rumah siapa ya?

"Eh, Tuan Muda?", kata ahjumma, yang sepertinya sempat terusik dengan keributan tadi dan langsung melihat kejadian apa, tapi malah dibuat kaget dengan sosok namja itu. Ahjumma memeluk sosok itu. "Tuan muda Hankyung sudah besar ya"

"HANKYUUUUNG!", teriakku dan Sungmin oppa bersamaan hanya saja aku menambahkan kata oppa setelahnya, sedangkan Sungmin oppa menambahkan kata Hyung.

Aku bangkit dari dudukku, lalu menyingkirkan ahjumma dari sisi Han-gege (Panggilan kesayanganku). Aku memeluknya erat. "Bogoshippo!", teriakku di telinganya. Aku sedikit berjinjit untuk memeluk namja super tinggi ini.

Hankyung atau Hangeng dalam bahasa Cina-nya adalah sepupuku yang berasal dari Cina. Dia campuran Korea-Cina-Kanada. Ayahnya berasal dari Cina. Sedangkan ibunya adalah Kakak dari Appa-ku, keturunan Korea-Kanada. Namja super ganteng (kedua setelah namjachingu-ku Onew tentunya) ini mengelus lembut rambutku. "Nado. Nado bogoshippo", bisiknya pelan, yang secara otomatis memerahkan wajahku.

Aku mencium pipi Han-gege. Kesempatan. Kesempatan. Hehe. Justru mendapatkan jitakan kecil di kepalaku. Senang banget sih pagi ini orang-orang menyiksaku. *author: rasain loe. Genit sih. Yuya: lah gw kan elo juga thor. Ya loe and gw satu. Odonk niy authornya. Author: idih, ngatain diri sendiri. Readers: banyak cincong niy! Lanjuuut*

"Babbo! Masa nggak kenal sama aku tadi. Untung ahjumma masih kenal", protes Han-gege.

Wah terima kasih ya untuk ahjumma yang sekarang entah hilang kemana bersama barang Han-gege. Sungmin oppa menjabat tangan Han-gege dengan gerakan-gerakan seperti mereka kecil dahulu. Mereka langsung nostalgia. Capek deh!

Aku menatap satu sosok yang sedang terbengong-bengong melihat reuni di depannya. Sungjin ternganga bingung. Aku menahan tawa melihat ekspresinya yang kocak banget. Hahaha….

"Ini pasti Sungjin kan?", tanya Han-gege yang disambut anggukan pelan dari Sungjin. "Sudah besar ya?", lanjut Han-gege sambil mengelus kepala Sungjin pelan.

Hari ini berlanjut dengan pesta penyambutan Han-gege di rumah. Sungmin oppa sibuk mengenang masa-masa kecil kami bertiga, Sungjin yang cuma bengong tak mengerti, serta ahjumma dan ahjussi yang hanya bisa menghela napas merapikan kekacauan yang kami buat.

.

.

Hankyung (P.O.V)

.

.

Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa kusadari aku sudah berada disini selama dua minggu. Dua minggu yang menyenangkan, namun beberapa hari ini Sungmin dan Yeomin sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku ditinggal sendirian di rumah. Bukan. Berdua. Bersama Sungjin tentunya. Oke. Berempat. Jangan lupakan ahjumma dan ahjussi yang memang jarang sekali tampak di sekitar kami.

Sungjin, magnae di rumah ini, sama sekali tidak memiliki memori apapun terhadapku. Itu sudah pasti karena aku pindah ke Cina saat ia masih berusia satu tahun. Alhasil hubungan kami sangat canggung sekarang. Aaarghh… aku bosan!

Lebih baik aku berjalan-jalan, mencari udara segar.

Aku melangkahkan kakiku asal. Tak tentu arah. Aku menyusuri jalan pertokoan yang ramai. Mataku terpaku pada sebuah café yang terlihat sangat nyaman. Kubuka pintu café itu yang langsung disambut dengan senyuman ramah seseorang yang kukenal.

"Han-gege/Yeomin?", teriak kami bersamaan.

"Silakan duduk, ge!", tawar Yeomin. Ia menawarkanku duduk di pojok ruangan yang membuatku bebas melihat aktivitas di luar café. Pilihan tepat untukku. Tidak begitu ramai, namun pemandangan yang kudapat sangatlah indah. Thanks, Yeomin.

"Gege? Gege mau pesan apa?", tanya Yeomin yang sontak membuyarkan lamunanku.

Aku menatap yeoja di depanku ini. Ia terlihat sangat manis dengan pakaian pelayan. Yeomin mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahku. "Gege melamun terus", kesalnya.

"Eh, iya. Pesan waffle coklat dengan coklat panas", jawabku singkat.

Yeomin segera menghilang dari hadapanku. Aku kembali tertegun memandang luar café.

Hari sudah mulai gelap. Langit sudah berganti menjadi merah bercampur orange dengan kehangatan matahari yang masih setia menemani. Di luar café terlihat banyak pasangan kekasih yang asyik menikmati senja, segerombolan pelajar dan mahasiswi yang sibuk tertawa berbagi cerita, ataupun orangtua yang sibuk menemani pola tingkah anak-anak mereka dengan sabar.

Hangat. Suasana hangat ini yang kurindukan. Suasana sehangat senyuman yeoja manis di hadapanku yang mengerjapkan matanya dengan pandangan bingung kepadaku. PRAAAANG! Suara keramik bertemu dengan sisi meja yang aku tempati, berhasil mengusik kenikmatanku.

"Pesanan anda, tuan. Waffle coklat dengan segelas coklat panas", ujar yeoja itu dengan sangat sinis ditambah nada sarkastik yang menusuk. Tanpa menunggu jawaban apapun dariku, ia sudah meninggalkanku lagi.

Cantik, tapi ketus. Malas aku menanggapi yeoja seperti itu. Lebih baik aku kembali melanjutkan aktivitasku dengan pemandangan di sekelilingku.

Aku terbilang betah di dalam café ini. Sudah berkali-kali pengunjung silih berganti, namun aku masih setia di pojok ruang ini, menyantap coklat hangatku yang kelima. Tanpa kusadari lampu-lampu di dalam café ini sudah meredup. Bangku-bangku telah tersusun rapi di atas meja. Ommo! Jangan bilang café ini mau tutup.

Mana Yeomin?

Aku menghampiri meja kasir. Hanya ada yeoja sinis tadi. Ia sibuk mengelap meja. "Permisi. Apa Anda melihat Yeomin?"

Ia mengangkat alisnya dan mengeluarkan evil smirk-nya. "Yeomin? Ngarang! Mana saya kenal", jawabnya ketus, benar-benar ketus. Hufft!

"Dia…". Belum selesai aku merangkai kalimat, ia sudah memotongnya.

"YAA! Aku tahu taktikmu agar kau tidak bayar kan. Kau kira aku bodoh", ujarnya.

Kali ini aku yang mengangkat alis. Bingung setengah mati. Ia mengulurkan tangannya didepan wajahku. "Cepet bayar! 3 porsi waffle coklat dan coklat hangat 5 cangkir, jumlahnya semua 40.000won".

Oh ini toh! Dasar yeoja aneh. Dia kira aku penipu. Buta kali ya. Namja super ganteng, genius, jago martial arts, jago ballet, kaya, mempesona kayak aku dibilang penipu. Ga ada mirip-miripnya. *author: idih oppa narsis banget! Malas banget deh. Han-ge: kenyataan thor. Author: kabur ah ke Minnie oppa, muntah ntar ngedengerin oppa. Han-ge: lebay!*#abaikan!

Aku langsung membayar semua pesananku, lalu bergegas keluar dari café itu. Sepanjang jalan aku kepikiran dengan Yeoja manis nan sinis itu. Sayang banget yah! Coba sikapnya nggak kayak gitu, aku pasti jatuh cinta.

.

Rumah YuMin (Yuya+Sungmin)

.

Aku mendengar suara tawa renyah dari dalam rumah. Benar saja. Ketiga saudara itu sedang asyik berkumpul sambil nonton Bernard bear.

PLAAAAAK…

Tanpa permisi, aku menjitak kepala Yeomin dengan keras. "YA! APA-APAAN HAN-GEGE!"

"Kamu yang apa-apaan. Ninggalin gege di café sampai mau tutup begitu", omelku tak mau kalah. Yeomin memang super galak, tapi gengsi kalau aku kalah adu mulut dengannya.

"Yee aku pikir Han-gege dah pulang. Lagian ngapain sih lama-lama disitu? Kayak kambing conge ajah", jawab Yeomin tanpa menatapku, masih sibuk menonton.

Tuh kan ni anak ngajak berantem. Arrrggh! "YAAAA! AKU BOSAN TAU!"

"KALO BOSAN, CARI DONK AKTIVITAS. JANGAN MALAH NYALAHIN ORANG BEGITU!", teriak Yeomin di depan mukaku. Ia berdiri lalu menunjuk-nunjuk wajahku. Apa-apaan dia? Tak tau sopan santun.

"HEI! NGGAK SOPAN YA! BERANI-BERANINYA BENTAK OPPA SENDIRI", marahku.

"KAMU BUKAN OPPA-KU. OPPA-KU HANYA LEE SUNGMIN SEORANG"

Tanganku sudah hampir melayang ke pipinya, namun tertahan oleh teriakan kepala rumah ini, Lee Sungmin. "DIAAAAAAM! KALIAN BERDUA KEKANAK-KANAKAN", teriak Sungmin diantara kami berdua. "YUYA! NAIK KE ATAS", perintah Sungmin, yang dijawab dengan cemberut oleh Yeomin. "Hyung, tetap disini", kata Sungmin dengan nada yang lebih tenang.

Aku menekuk wajahku kesal. Aku melipat tanganku di depan dada.

Kami berdua, aku dan Sungmin, duduk dalam diam di atas sofa. Hanya ditonton oleh Bernard Bear yang sudah tidak mendapat perhatian siapapun. Sungjin sudah meninggalkan ruangan ini sejak Yeomin kembali ke kamar. Sebenarnya aku benci situasi seperti ini.

"Han-hyung, gwenchana? Ada apa?", tanya Sungmin memecahkan keheningan.

"Aku juga tidak tahu kenapa. Tiba-tiba saja aku merasa kesal dengan tingkah Yeomin", jawabku merasa bersalah sambil meremas jari-jemariku.

Sungmin menepuk bahuku. "Yeomin memang keras seperti itu, hyung. Kau seperti tak mengenalnya. Jadi bersabarlah"

Aku hanya menunduk. Benar-benar merasa bersalah. Aku merasa sangat kekanak-kanakan. Tiba-tiba marah tidak jelas kepada yeodongsaeng-ku itu.

Sungmin berdiri. Ia menepuk bahuku sekali lagi. "Apa pun masalah yang sedang kau hadapi sekarang, jangan membuat hubungan persaudaraan kita pecah, hyung. Aku tahu kau pasti sudah sangat dewasa"

Sungmin pergi meninggalkanku seorang diri di ruangan ini. Aku terdiam, menyandarkan punggungku. Aku menutup mataku, mencari sebuah ketenangan. Ya mencari sebuah ketenangan yang tidak kudapatkan di Cina. Sampai detik ini aku belum juga mendapatkan ketenangan yang kudambakan. Aaahh… Sampai kapan aku akan merepotkan dongsaengku di sini?

.

.

L($.$L) YuyaLoveSungmin (O.o)7

.

.

Suara-suara gaduh mengusik telingaku. Aku menggeliatkan badanku. Dengan malas, kubuka mataku. HOOOAM! Sudah pagi ya. Aku melihat sekelilingku. Oh, aku tertidur di atas sofa. Siapa ya yang menyelimutiku? Sudahlah. Aku lapar.

Aku melangkahkan kakiku ke dapur. Kegiatan di dapur sudah sangat sibuk. Sungmin sedang membuat sarapan yang tentu saja diganggu oleh Yeomin, sedangkan Sungjin menata meja makan. Ahjumma mencuci piring-piring atau peralatan masak yang baru saja digunakan. Hangat sekali pemandangan ini.

"Eh, ada Han-gege", sapa sebuah suara dengan sangat lembut. Kalian bisa menebak siapa.

"Hmm…", jawabku malas.

Cup~~ Sebuah ciuman mendarat di pipi mulusku. "Kemarin maaf ya gege. Aku banyak masalah di tempat kerja dan di sekolah", jelas Yeomin sambil tersenyum manis dengan puppy eyes-nya. Pipi chubbynya mengembang dengan lucunya.

Aku mencubit pipinya gemas. "Nado. Jeongmal Mianhae", kataku.

Sungmin tersenyum bahagia melihat kami berdua sudah berbaikan. "Gitu donk. Kalo bersaudara nggak boleh berantem. Hyung, mandi dulu sana. Kita sarapan bareng"

Aku mengangguk mendengar titah dongsaeng-ku itu. Aku mengacak-acak rambut Yeomin, sebelum aku bergegas kabur ke kamarku untuk mandi. Sekarang aku yakin, keputusanku benar untuk pindah ke Negara ini. Pasti akan aku temukan ketenangan yang kucari itu. FIGHTING!

Selesai mandi, aku sudah memakai pakaian santai yang modis, lalu bergabung dengan para dongsaengku. Sungmin sibuk membagikan makanan di setiap tempat, untuknya, Yeomin, Sungjin dan aku. Yeomin datang dari atas dengan terburu-buru sambil menggendong tasnya serampangan. Ia langsung meneguk susu coklat di atas meja, mengambil setangkup roti—menghiraukan nasi goreng seafood yang Sungmin masak—lalu mencium pipi kedua saudaranya itu dengan mulut penuh roti. Yeomin berhenti di depanku. Ia memberikan senyuman manisnya, lalu mencium pipiku.

"Oppa, aku berangkat ya. Udah dijemput Minho nih. Mian nasi gorengnya nggak ku makan, simpan aja buat siang", teriak Yeomin yang berlalu pergi, meninggalkan kami yang geleng-geleng melihat tingkahnya.

Aku duduk di bangkuku. "Siapa Minho? Pacar Yeomin ya?", tanyaku pada Sungmin.

"Bukan. Sahabatnya. Aku juga heran, kenapa dia lebih dekat dengan sahabatnya itu dibandingkan dengan pacarnya. Tiap hari Minho yang jemput, bukannya Onew. Aneh!", jawab Sungmin sambil menyerup susu strawberry-nya.

Aku hanya mengangguk pelan, sebagai balasan atas pernyataan Sungmin. "Sungjin, aku antar ke sekolah ya?", tawarku pada magnae di rumah ini. "Okay", jawabnya singkat. Sungjin benar-benar namja-dongsaeng yang kalem dan penurut, berbeda sekali dengan Yeomin. Aku menghela napas pasrah, mengakui kenyataan ini.

Sepanjang perjalanan, kami berbincang tentang banyak hal. Aku menanyakan mengenai dirinya dan kedua saudaranya selama ini. Aku berusaha dekat dengan Sungjin, yang ternyata sangat bijak dan baik hati itu. Setidaknya aku sedikit merasa lega dengan kehadirannya di keluarga itu. Seorang magnae yang dapat dipercaya. Tanpa kusadari kami sudah sampai di depan sekolah Sungjin. Ia berpamitan denganku.

Hmm… Aku sedikit bingung, entah ingin melangkahkan kaki kemana lagi. Sungmin sudah berbaik hati meminjamkan salah satu mobilnya, agar aku bisa bebas berkelana kemana pun. Hanya saja sekarang aku bingung. Aku memutuskan untuk menjalankan mobil, membiarkan Tuhan yang membimbingku pergi ke suatu tempat. Aku percaya dengan segala petunjuknya.

Suara ponselku berbunyi nyaring, membuatku sedikit tersentak kaget. Tanpa melihat siapa yang menelepon, aku mengangkat sambungan telepon itu. Sebuah suara dengan bahasa Cina fasih, menyambut jawabanku. Aku terpaksa menjawabnya dengan bahasa Cina-ku, karena aku tahu ini pasti berasal dari satu sumber yang ingin aku hindari. Aish!

"Wǒ hěn hǎo *(Aku baik). Sudahlah, Māmā berhentilah membuatku stress! Biarkan aku tenang di sini, Māmā! Tolong jangan menyebut namanya lagi! Bahkan aku tidak mengenalnya!", kesalku. Sebenarnya aku tidak ingin berkata sesuatu yang bisa menyakiti hati ibuku, tapi hal ini juga menyakitiku.

Perdebatan kami pun dimulai. Konsentrasiku terganggu, sehingga aku harus menepikan mobilku sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Māmābersikeras dengan semua keputusannya. Astaga! Kenapa ia bisa sampai mengejarku hingga Korea seperti ini? Darimana ia tahu aku bersembunyi di sini? Astaga!

"Sudahlah, ! Aku tidak ingin berdebat!", kataku menghentikan sambungan telepon. Aku membanting ponselku ke atas jok mobil di sampingku.

BRAAAK! Aku memukul setir mobil dengan keras. "AAARGH!"

Kemarahanku menguap entah kemana, saat aku melihat gerak-gerik seorang yeoja di depan mobilku. Ia berjongkok di depan pagar rumput yang lumayan tinggi. Ia sangat asyik dengan sesuatu yang tersembunyi di balik rerumputan itu. Penampilannya sudah sedikit berantakan. Aku keluar dari mobilku, merasa penasaran dengan apa yang ia lakukan.

"Neomu Kyeopta!", jeritnya senang. Sepertinya ia mendapatkan apa yang sedaritadi mengusik dirinya. Seekor Russian blue cat berada dalam pelukannya. Terlihat sekali ia menyayangi kucing yang nampak berantakan itu. "Kasian sekali. Kamu pasti sakit ya! Aku akan merawatmu ya, cantik", ujarnya lagi.

Ia bangkit, membalikkan badannya. Kami saling melemparkan pandang. Mata kamu membelalak. "KAMU?", jeritnya, seakan melihatku seperti melihat hantu.

Aku tersenyum selembut mungkin. Yeoja ini memang sudah memikat hatiku dari awal. Ia terlihat tidak mempedulikanku. Tanpa sepatah katapun, ia melengang pergi dariku. Aku menahan tangannya. "Chakkaman! Namamu siapa?", tanyaku dengan nada memaksa. Aku tidak mau kehilangannya untuk ke sekian kali.

Ia menghempas tanganku dengan kasar. "Apa-apaan sih?", tolaknya sambil melangkahkan kakinya pergi.

Aku berlari mengejar langkahnya sebelum aku kehilangannya. "Aku mohon beritahu namamu!", paksaku sekali lagi. Oh Tuhan! Tolong bantu aku menaklukkannya. Setidaknya bantu aku untuk mengetahui namanya saat ini.

"Kim Heechul", jawabnya dengan nada ketus. Ia melemparkan tatapan mematikan miliknya yang pernah ia tunjukkan padaku. Setelah menyebutkan nama indahnya itu, ia beranjak dari hadapanku. Aku yang terlalu terkesima dan senang, tidak menyadari bahwa ia telah pergi. Hmm… Kim Heechul, You'll be Mine!

.

.

::TBC::…

.

.


Ini adalah salah satu mini seri dalam ffku Oppa-ku Sungmin. FF jadul yg aku REPOST di sini

Keep or Delete?

Hanya FF REPOST, jadi kalo nggak suka, aku bisa DELETE secepatnya

Full version of Oppaku Sungmin on my WP: yuyalovesungmin

Thanks ^^