You're my beloved doctor

Kuroko no Basket milik

You're my beloved doctor milik Akuma Kurama

Rate T

Romance

AkaKuro

Sho-ai, yaoi, BL, typo dimana mana, cerita pasaran, bahasa nggak jelas jluntrungannya. Bahasa Indonesia sih, tapi nggak baku, alias nggak sesuai dengan EYD. Ini fanfic keduaku di fandom KuroBas, jadi semoga kalian semua suka ya.

A/N: ah maaf ya kalau Kuu balik lagi bawa fanfic baru. Habis tiba tiba aja pengen buat fict ini. Dan lagi Kuu kehilangan fell buat lanjutin cerita Kuu yang lainnya. Ah kenapa Kuu bilang ini fict kedua Kuu, itu karena yang pertama udah Kuu buat. Ceritanya triangle love gitu lah. Dan karena Kuu ini suka banget saka Kuroko Tetsuya, makanya di kedua fict Kuu tokoh utamanya selalu Kuroko. Hehehe.

Prolog: perjumpaan pertama

"Seijuro-sama… dia adalah Kuroko Tetsuya, yang akan mendampingi anda." Kata kepala pelayan keluarga Akashi itu penuh rasa hormat.

"hm."

"konnichiwa, Akashi-sama." Sapa Kuroko, dia membungkukkan badannya. Meski pemuda bersurai baby blue ini terbilang mungil, karena tinggi badannya, tapi nggak beda jauh dengan tinggi Akashi. Meskipun Kuroko mungil –jangan sebut kata pendek– tapi Kuroko adalah seorang psikolog pendamping yang kemampuannya sudah tak diragukan lagi. Di usianya yang ke 20 tahun, dia telah menyelesaikan S3-nya di Harvard University, dan baru beberapa hari ini dia kembali ke Jepang.

"kalau begitu, saya permisi dulu." Kepala pelayan itu segera pergi dari ruang kerja Akashi. Meninggalkan Akashi berdua bersama Kuroko.

Mereka berdua sama sama diam, sebenarnya sifat kedua pemuda tampan ini sama. Mereka nggak begitu suka keramaian dan banyak bicara. Tapi rasa canggung mulai merambati Kuroko. Pasalnya disini dia kan dokternya, dia harus memastikan seberapa jauh mental Akashi terluka.

"kau mau berdiri sampai kapan" tegur Akashi dengan suara datar, matanya masih tak teralihkan dari layar laptop yang selalu setia menemaninya. Jangan salah sangka kalau Akashi ini seorang pengusaha muda berusia 23 tahunan. Karena sebenarnya Akashi Seijuro masih bersekolah di SMU Rakuzan, kelas 2 dan baru berusia 17 tahun.

Mendengar pertanyaan Akashi yang nggak bisa di sebut pertanyaan juga, karena nggak ada intonasi nada tanyanya, maka Kuroko pun duduk di sofa yang ada di depan meja kerja Akashi. Memperhatikan seluruh ruang kerja yang digunakan Akashi untuk menyelesaikan semua urusan perusahaan milik keluarga besar Akashi yang memang di wariskan kepadanya.

"Akashi-sama. Apa anda merasa tertekan dengan semua tuntutan pekerjaan yang dilimpahkan kepada anda?" tanya Kuroko, penuh nada sopan. Selain karena dia udah lama sekali nggak memakai bahasa Jepang –karena Kuroko hamper selama 5 tahun ini berada di Inggris– juga untuk menghormati orang yang mempekerjakannya.

"nggak. Kenapa" lagi lagi, bertanya tanpa adanya nada tanya di kata terakhirnya. Cukup membuat Kuroko untuk mengerti apa yang telah dialami sang Akashi muda ini. Karena menurut cerita yang dia dengar dari kepala pelayan, bahwa sikap Akashi tidak seperti ini sebelum kecelakaan maut yang menimpa kedua orang tuanya, tepat di depan matanya.

"tidak ada apa apa, Akashi-sama. Kalau begitu saya permisi." Yah, Kuroko pamit karena dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Sikap Akashi sudah menjawab semua pertanyaan yang ad di benak Kuroko. Baru saja dia hendak beranjak dari duduknya, tapi suara Akashi menginterupsinya.

"aku tak menyuruhmu pergi. Diam dan duduklah." Perintah Akashi. Semua perintah Akashi adalah mutlak, absolute. Kuroko tau itu, karena tadi dia sudah diberi tau semuanya. Dia akan menuruti semua perintah Akashi, selama perintah itu masuk akal. Jadi Kuroko kembali duduk di tempat semula.

Suasana kembali sunyi, hanya terdengar suara keyboard yang sedang digunakan Akashi untuk mengetik tugas tugas kantor, atau tugas sekolah mungkin. Kuroko mungkin masih bisa membantu jika itu adalah tugas sekolah, tapi jangan harap kalau Kuroko akan membantu Akashi mengerjakan tugas dari kantor.

"berapa usiamu, Tetsu." Tanya Akashi. Lagi lagi tuan muda Akashi ini bertanya dengan nada datar. Dan sepertinya sikap datarnya ini tak begitu berpengaruh pada Kuroko.

"20 tahun, awal tahun kemarin, Akashi-sama." Jawab Kuroko kalem.

"bisa kau bersikap biasa saja padaku. Jangan terlalu formal." Kata Akashi, ini adalah perintah tak langsung yang lagi lagi harus Kuroko turuti.

"baik, Akashi."

"jadi, kau psikolog ya. Apa yang dapat kau nilai dariku."

"kondisimu cukup parah. Sampai berubah 180 derajat seperti ini."

"jadi, kau sudah tau. Hebat juga."

"terima kasih."

Percakapan mereka berlangsung, dengan Akashi yang masih sibuk dengan laptopnya. Tapi sepertinya baik Akashi maupun Kuroko menikmati percakapan mereka. Dan sikap Kuroko pun sudah tak seformal saat awal mereka bertemu tadi.

Tak banyak yang mereka berdua lakukan di ruangan tersebut. Permulaan yang biasa saja dan terkesan datar. Sama sekali nggak ada yang istimewa dari pertemua pertama mereka. Tapi siapa yang tau akan masa depan seperti apa yang menanti mereka berdua.

To be continued….

Mind to review?