Disclaimer:: Naruto © Masashi Kishimoto

Warning:: AU, OOC, M rated for later chapter. Bi-shounen ai. Slash of Naruto x Sakura.


.

Earl Yumi Trancy

mempersembahkan

cerita ini hanya untukmu

.

.

"Cherry Drops"

.

.


"Apa kalian sudah mengerti? Angket itu terdiri dari 2 halaman, jadi kalian harus mengisinya dengan baik dan hati-hati." suara cempreng milik seorang lelaki muda bergaris indah di atas batang hidungnya berpendar ke seluruh sudut ruangan. Segerombolan anak-anak yang duduk berderet-deret di ruangan kelas itu sangat gaduh membicarakan event yang akan datang. Sebuah kalimat yang terukir di papan tulislah yang membuat mereka sangat bersemangat.

.

"Aku dan Ibu"

(Keluarga)

.

Iruka, pemuda yang mengajar di kelas itu kembali angkat bicara untuk menenangkan situasi, "Kami akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada orang tua kalian di rumah tentang kunjungan hari ibu ini." ucapnya dengan ceria.

"Geh! Kalian juga tidak akan mengirimkan nilai rapotku, kan?" seru seorang anak berambut coklat tanah. Sesaat sesudah ia berseru, tawa anak-anak di sekitarnya membahana di ruangan itu.

"Lebih baik kau perbaiki dulu nilai-nilai merahmu, Kiba!" seru salah seorang anak yang lain, membuat anak-anak yang lain kembali tertawa. Sedangkan Kiba hanya kembali duduk sambil menyembunyikan rasa malunya dengan menelusupkan wajahnya ke meja.

"Sudah, sudah. Jangan mengejek Kiba. Kalian juga harus belajar untuk ujian yang akan datang, kalian sudah kelas enam." sela Iruka―masih dengan wajah 'matahari'-nya. Seluruh siswa di kelas 6-2 itu kembali terdiam, mereka langsung merasa takut begitu mengingat ujian akhir yang akan mereka hadapi di akhir semester. Melihat itu, Iruka hanya tersenyum simpul.

"Kalian tidak usah merasa khawatir, kalian akan baik-baik saja saat ujian nanti. Baiklah, hari ini cukup sampai di sini. Kalian boleh pulang." suara-suara meja dan kursi yang berderit terdengar di mana-mana saat bel yang menandakan waktu pulang berdentang, mereka ingin segera sampai di rumah. Mereka ingin kasih sayang yang biasa diberikan oleh orang tua mereka.

"Naruto!" Iruka memanggil seorang anak berambut kuning cerah yang tengah berlari keluar kelas. Anak itu menoleh cepat ketika mendengar namanya dipanggil.

"Ya, Sensei?" tanyanya.

"Tentang keadaanmu…aku bisa…" Iruka menggantungkan ucapannya, sedangkan matanya melirik ke arah papan tulis. Naruto mengikuti arah mata gurunya dan mengernyitkan dahinya melihat tulisan 'Keluarga' di papan tulis.

"Sensei, jangan khawatir! Aku punya kakakku! Terima kasih, Sensei!" serunya dengan ceria.

Kedua mata Iruka membelalak takjub, kemudian tersinggung senyuman tulus di wajahnya saat melihat sosok anak berkulit coklat itu berlalu di balik pintu kelas.


Naruto's POV::

"Ayo kita bermain di benteng kita hari ini!" aku memeluk kedua sahabatku yang berjalan di depanku dari belakang.

"Oh, iya. Aku ingin mengajak Akamaru berjalan-jalan hari ini." sahut seorang sahabatku yang memiliki ukiran semacam cat merah di kedua pipinya.

"Ahhh…Kau harus membawa Akamaru juga, Kiba." jawabku dengan tenang.

"Aku ingin makan siang…" seru salah seorang sahabatku lagi yang berbadan gemuk.

"Aku mengerti, aku mengerti!" sahutku lagi.

"Baiklah, kita bertemu di benteng jam 5 ya!" Kiba melambaikan tangannya ke arahku dan Chouji.

"Oke!" sahutku bersamaan dengan Chouji.

.

.

.

Aku melangkahkan kakiku yang pendek dengan cepat―berharap agar segera sampai di rumah.

Hm, yeah. Memang benar tak ada yang akan menungguku dengan kehangatan seorang Ayah dan Ibu seperti teman-temanku yang lain. Aku tidak punya Ayah maupun Ibu. Aku kehilangan mereka dalam kecelakaan yang terjadi saat aku masih balita. Tapi…

.

.

"Ah! Kunci…kunci…" aku merogoh saku tasku mencari logam yang tergantung buah Cherry sebagai hiasannya untuk membuka lapisan kayu di hadapanku.

"Aku pulang~!" seruku setelah aku menutup pintu dan berlari ke arah dapur. Aku mengambil sepotong roti sandwich di atas tudung meja dan sebungkus keripik kentang di atas counter dapur dan membawanya ke ruang keluarga.

.

.

Aku memang sendiri, tapi…

.

Aku memiliki kedua kakakku yang kusayangi. Kakak yang paling tua diantara kami, Itachi-niichan. Dan yang lebih muda, berada di tengahku dan Itachi-niichan adalah Sasuke. Kami selalu tinggal bertiga sejak kami kehilangan kedua orang tua kami. Sekarang Itachi-niichan berada di luar negeri karena pekerjaannya, karena itulah aku dan Sasuke hanya tinggal berdua di sini.

Aku memutar kedua bola safir terangku ke arah jam yang menempel di dinding ruangan."Ah! Gawat! Sudah jam segini!" aku menepuk dahiku begitu menyadari waktu yang berjala sekarang. Ini sudah melawati dari jam yang kujanjikan denga Kiba dan Chouji.

"Aku harus segera ke―Whoooa!"

BRUK!

Aku terjungkal ke belakang setelah menabrak sesuatu yang keras di depanku. Kulihat sebuah tangan yang pucat terulur bebas ke arahku.

"Ah, Maaf. Kau tidak apa-apa?"

"Sasuke? Kau tidak bekerja hari ini?" ucapku pada sosok lelaki tampan yang berada di belakang gadis yang membantuku berdiri.

"Aku masih ada urusan. Aku akan pergi nanti." sahutnya datar.

"Waaahh…Ini adik Sasuke ya? Manisnyaaa~" seorang gadis lainnya yang berambut kuning menghampiriku dan mengelus kepalaku dengan lembut.

"Umurnya berapa?" tanya pemuda di sebelah Sasuke. Ia juga memiliki wajah yang tampan, dengan matanya yang berwarna ungu violet dan rambut hitam kelam yang terurai panjang laiknya batu pualam.

"Sepuluh tahun." sahut Sasuke singkat, ia melirikku dan kembali berbincang-bincang dengan pemuda tampan itu, yang dipanggil Neji olehnya. Sedangkan kedua gadis itu masih berjongkok di hadapanku.

"Kyaa~Kau benar-benar imut, namamu Naruto-kun kan? Perkenalkan, aku Ino. Dan kakak yang dengan jahat menabrakmu tadi Sakura." gadis berambut kuning tadi tertawa sambil menunjuk gadis satunya yang berambut merah muda, seperti bunga Sakura yang indah. Aku hanya mengangguk pelan.

Sakura tersenyum malu dan melirik dengkulku, "Astaga, kau berdarah! Aduh, aku rasa aku membawa sapu tanganku," ucapnya panik sambil merogoh-rogoh tas pink-nya.

"Ah! Tidak usah, kak. Aku baik-baik saja." Aku menggerakkan kedua tanganku dengan maksud menolaknya.

"Jangan! Kau tidak boleh membiarkannya begitu, nanti kau bisa infeksi." Ia mengeluarkan sapu tangannya―yang juga berwarna merah muda―dan mengusapkannya pada dengkulku yang teraliri darah segar.

Aku terdiam. Sejak tadi aku tak menyadarinya. Kakak yang bernama Sakura ini benar-benar cantik. Rambutnya yang terurai sepunggung dan menggelitiki kakiku yang terkena helaian rambutnya benar-benar indah. Aku terpesona pada sosok di hadapanku ini. Tanpa sadar wajahku memerah seiring dengan pikiranku yang terpencar-pencar. Tapi, aku tidak perduli dengan hal itu. Toh, paling yang melihat hanya mengira aku merasa malu berada diantara orang-orang yang sudah hampir dewasa ini.

"Sekali lagi maaf, Naruto. Sampai nanti!" Sakura tersenyum lembut ke arahku. Sungguh, gadis ini benar-benar cantik, ia bagaikan malaikat yang turun hanya untukku.

Seraya menggegam sapu tangan yang diberikannya padaku, aku membalas senyumannya. "Tidak apa-apa, Kak! Terima kasih sudah merawatku!"

Aku melambaikankan tanganku dengan penuh semangat kepada teman-teman Sasuke, aku sangat senang bertemu mereka.

..

.

.


"―ruto…Naruto!" suara cempreng Kiba membuyarkan lamunan panjangku.

"Eh?"

"Jangan 'Eh' saja! Sedang apa kau melamun di situ dengan wajah memerah? Ayo cepat turun dan bantu kami!" cercanya dengan kesal sambil menunjuk-nunjuk wajahku.

Aku menghela napas panjang dan tersenyum padanya, "Aku satu langkah lebih dekat untuk dewasa…" gumamku sambil cengegesan.

"Haah? Apa maksudmu, sih?" tanya Kiba.

"Ah, anak kecil sepertimu tak akan mengerti." sindirku.

"KAU PIKIR KAU BUKAN ANAK KECIL, BODOH!" aku tertawa kecil.'Wah, sepertinya Kiba benar-benar sudah di ambang batas kesabarannya. Lebih baik aku segera turun.' Aku melompat dari dahan pohon yang kunaikki dengan ringan, dan menghampiri Kiba dan Chouji dengan cepat sebelum ia menyuruh Akamaru untuk menggigit pantatku. Bisa bahaya nantinya. Sambil mencium sapu tangan yang kini kuanggap sebagai hartaku, aku tersenyum cerah dan bermain dengan kedua sahabatku.

.

Baunya enak. Aroma sakura…

.

.

Dan satu hal yang kupelajari hari ini…

...

.

..

Aku juga telah jatuh cinta pada gadis yang bernama Sakura'.

.

.


.

TBC

.

.


A/N::

Halo, ini fic pertama saya di fandom ini. =)

Cerita ini terinspirasi dari komik yang pernah saya baca. Jadi kalau ceritanya mirip dengan cerita yang pernah anda baca, saya bisa memastikan bahwa ini saya ambil berasal dari sana. ^^

Saya memang tak tetap dalam satu fandom. Sebenarnya saya berasal dari fandom Kuroshitsuji. Tapi saya berharap saya juga dapat diterima di sini.

.

.

Review, please?

Silahkan koreksi dan sarannya. =)