Warning : cerita monoton, garing, gaje, miss typo bertebaran, banyak kekurangan, karakter OOC, dan kesalahan lainnya. Jika ada kesamaan ide, kejadian, alur, tempat, mohon maaf itu bersifat tidak sengaja. Cerita ini memang ide yang muncul dari pemikiranku. Dimohon tinggalkan jejak ya. Terima kritik, saran,komentar, dan masukan. Makasih

Disclaimer : Masashi Kishimoto

The Maid

Chapter 1

Terlihat gadis bersurai indigo terdiam sambil memfokuskan pandangannya pada buku tebal di hadapannya yang berjudul 'jacatra secret' di taman sekolah. Gadis itu, Hinata, memang lebih suka menyendiri di taman yang jarang dikunjungi oleh siswa lainnya pada jam istirahat karena yang lain lebih memilih ke kantin atau memakan bentou-nya di kelas.

"AAAAAAA" terdengar teriakkan para gadis di area sekolah. Ketenangan yang diharapkan Hinata dengan membaca di taman sekolah sepertinya salah. Tanpa menengok pun Hinata tahu apa yang membuat para siswi di sekolahnya itu histeris, siapa lagi kalau bukan..

"AAAAA SASUKEE-KUUUN" teriakan dengan suara manja – dipaksakan—makin terdengar walaupun yang diteriaki namanya tidak menggubris. Ya, Sasuke uchiha. Selebritis muda yang sedang naik daun. Karena bakatnya dalam bidang akting dan musik. Dan karena kesibukan dengan pekerjaannya itu, Sasuke hanya beberapa kali hadir ke sekolah. Pihak sekolah tidak keberatan, apalagi mengingat prestasi Sasuke yang tidak pernah turun dan mengharumkan nama sekolah.

Hinata menghela napas panjang, menutup buku yang tengah dibacanya. Pergi dari taman mungkin pilihan yang paling baik. Apalagi melihat semakin banyak siswi yang mengkerubungi senpai-nya yang jarang menampakkan mukanya di sekolah . ya, Hinata kelas dua dan Sasuke kelas tiga. Tanpa buang waktu Hinata berjalan menuju satu-satunya tempat yang mungkin memberikannya ketenangan, perpustakaan.

"Woi Temeee!" . terlihat pria berkulit tan bengan rambut pirang jabrik sedang berjalan menuju Sasuke. Hinata menoleh, ia mengenali suara ini. Sasuke dan Naruto selalu bersama sejak kecil, walaupun orang-orang lebih banyak menyukai Sasuke, tapi Hinata lebih tertarik pada Naruto. Melihat senyum pria itu, Naruto, Hinata tersipu. Senyum sepertinya tidak pernah hilang dari wajah Naruto, dan Naruto selalu bersemangat setiap saat. Naruto dan Sasuke merupakan senpai Hinata sejak smp. Dan salah satu alasan Hinata masuk ke konoha international high school adalah Naruto. Walaupun tidak pernah menyatakn cintanya, Hinata merasa cukup hanya dengan memandangi Naruto. Tanpa Hinata sadari, sepasang mata onyx memandang tidak suka pada perubahan warna di wajah Hinata karena melihat Naruto.

SKIP TIME

Hinata menyusuri jalan menuju flatnya setelah bel pulang berbunyi. Dia tinggal di sebuah flat yang terpisah dari orangtuanya. Memilih sekolah yang sama dengan Naruto membuatnya harus berpisah dengan orangtuanya yang memiliki bisnis di daerah sunagakure. Memang awalnya ayahnya yang over-protektif tidak mengijinkan Hinata tinggal terpisah di konoha. Hinata harus tinggal di apartemen yang dibelikan ayahnya, membawa pembantu untuk menurusnya dan diantar jemput oleh supir. Tentu saja Hinata menolak, bagaimana dia bisa mandiri dengan cara seperti itu?setelah perdebatan panjang dengan ayahnya, akhirnya syarat yang diajukan ayahnya adalah tinggal di apartemen dan ditemani oleh anak dari bawahan ayahnya yang bernama Konan yang memang berkuliah di konoha.

Hinata sampai di sebuah gedung yang bisa dibilang biasa saja, tidak terlihat mewah dan tidak terlihat kumuh. Itu persyaratan dari Hinata pada ayahnya agar tidak membelikan apartemen yang terlalu mewah. Hinata memasuki lift dan menekan tombol yang menunjukan angka delapan.

'ting' pintu lift terbuka dan menunjukan jalan pada sebuah pintu bertuliskan angka 1803. "Konan-nee sepertinya tidak pergi kuliah" batin Hinata setelah menyadari pintu apartement yang tidak terkunci.

"Konan-nee?" Hinata memanggil Konan, terlihat keadaan apartemen yang agak berantakan, dan suara riuh. Hinata mendekati sumber suara riuh yang ternyata kamar Konan. Saat dilihat, keadaan kamar Konan lebih berantakan dan Konan sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam kopernya dengan terburu-buru. Konan yang menyadari kehadiran Hinata menghentikan aktifitasnya sesaat, lalu menghela nafas "Hinata, maafkan aku, aku harus pergi. Penyakit ibuku kambuh. Kau tahu, semenjak ayahku meninggal tidak ada yang menjaganya jika paling lama seminggu," ibu Konan memang memiliki penyakit ginjal, dan semenjak ayahnya yang merupakan bahawah ayah Hinata meninggal Konan lah yang kadang mengurusnya. Walaupun ayah Hinata memberi tunjangan pada keluarga Konan sebagai tanda terimakasih atas pengabdian ayah Konan, Konan ingin membiayai kuliahnya sendiri dengan bekerja part time.

"tenang saja nee-chan. Dengan siapa nee-chan ke suna? Sebaiknya aku suruh seseorang menjemputmu saja"

"aku diantar Pein, kau tidak perlu repot Hinata-chan" sambil kembali melakukan aktifitasnya.

"apa ada hal lain yang bisa kubantu nee-chan?" Tanya Hinata, membuat Konan kembali menghentikkan aktifitasnya.

"Hinata-chan?..." Tanya Konan ragu-ragu,

"hm? Katakana saja nee-chan, apa yang bisa kubantu.." Hinata melihat keragu-raguan Konan yang akan mengatakan sesuatu.

"sebenarnya.." Konan tidak berani meminta bantuan Hinata yang sudah banyak berjasa juga untuk dia dan keluarganya.

"hmm? Tidak usah sungkan nee-chan" Hinata berusaha meyakinkan Konan bahwa ia bisa membantu Konan.

" sebenarnya aku baru saja mendaftar sebagai seorang pembantu. Gaji disana cukup besar karena pelanggan agen itu adalah orang terkenal.."

" harusnya aku mulai bekerja besok, jam kerjanya dari jam empat sore sampai delapan malam. Hanya membersihkan rumah kok…"

"tapi, kalau aku tidak datang di hari pertama bekerja aku bisa kehilangan pekerjaan ini.." Konan makin kesulitan menyambung kalimatnya,

"aku ingin minta tolong padamu untuk menggantikanku selama aku pergi, paling lama seminggu kok Hinata-chaan" Konan menaruh kedua tangannya di depan dada memohon pada Hinata.

"tenang saja nee-chan tidak perlu khawatir, aku mau menggantikan kok" ucap Hinata sambil tersenyum, membuat Konan lega.

"tapi aku mohon kau jangan mengatakan kalau kau pengganti, aku takut mereka kecewa karena di hari pertama aku sudah mengandalkan orang lain. "

"tenang saja, nee-chan tidak perlu khawatir. Sekarang sebaiknya cepat-cepat bersiap, agar saat Pein datang nee-chan langsung berangkat." Hinata kembali tersenyum, membuat Konan ikut tersenyum lega.

"terima kasih Hinata, kau memang baik sekali, maafkan aku selalu merepotkanmu," Konan berdiri dan membungkukkan badannya 90°.

Hinata berdiri, di depan sebuah rumah mewah dengan gaya minimalis. Dengan modal alamat dan kunci rumah yang diberikan Konan, Hinata pergi ke rumah ini. Menurut informasi yang didapat Hinata dari Konan, pemilik rumah biasanya pulang malam. Jadi kemungkinan besar Hinata tidak akan bertemu dengan pemilik rumah yang merupakan orang sibuk. Konan sendiri tidak mengetahui apa pekerjaan pemilik rumah karena dia hanya diberi sedikit informasi oleh agennya.

Saat memasuki rumah tersebut, semakin terasa kemewahan dengan aksen minimalis yang ditonjolkan namun terlihat eksklusif. Hinata segera mengganti pakaiannya dengan seragam maid. Membereskan beberapa barang yang tercecer, mengelap debu-debu, dan merapikan beberapa sudut ruangan yang cukup berantakan.

Hinata terlalu asik melakukan pekerjaanya sampai tidak menyadari sang pemilik rumah dan manajernya memasuki rumah.

"wah, sepertinya pembantu yang kuminta sudah datang." Ucap Kakashi saat melihat keadaan rumah lebih baik dari biasanta, membuat pemuda berambut raven disebelahnya menoleh padanya.

"siapa yang mengijinkanmu membuat orang lain masuk ke dalam rumahku?" ujar Sasuke, si pemuda tersebut.

"apa kau tidak risih melihat rumah yang kau beli dengan keringatmu ini berantakan? Sudahlah, lagi pula agen pembantu ini sudah professional. Mereka meyakinkan pembantunya tidak akan mencampuri dan menyebarkan hal yang bersifat pribadi. Lagi pula mereka hanya disini hingga pukul delapan malam." Tutur Kakashi yang melihat raut kekesalan di wajah artis asuhannya tersebut.

"hn, terserahmu lah." Sasuke malas menanggapi ucapan Kakashi. Sasuke sudah terlalu lelah, ia merebahkan tubuh di sofa empuknya, melirik jam dinding yang terpajang menunjukkan waktu pukul setengah Sembilan malam.

Tiba-tiba seorang gadis bersurai indigo panjang yang sudah mengganti seragamnya dengan pakaian kasual menghampiri Kakashi, "a-aku pe-pemmbantu baru disini, mo-mohon bantuannya ." ucap Hinata sambil membungkukkan badannya 90°.

Sasuke yang sudah memejamkan matanya kembali membuka matanya untuk melihat sosok yang berbicara terbata, seperti orang yang dikenalnya. Dan betapa terkejutnya Sasuke melihat gadis yang sempat mengganggu pikirannya sejak siang tadi berada di rumahnya, dan mengaku sebagai pembantunya!

"Hinata?" ucap Sasuke lirih, namun dapat didengar oleh dua mahluk lain yang berada di uangan tersebut.

"U-u-uuchiha senpai?" Hinata tidak terkejut melihat Sasuke yang berada di depannya. Tidak menyangka pria di depannya adalah pemilik rumah yang akan diurusnya selama seminggu ini.

"kau? Bekerja sebagai pembantu?" Sasuke heran melihat Hinata berada di rumahnya menjadi pembantu. Dia tahu Hinata bukanlah orang tidak mampu, sangat mampu malah.

"jadi ini Hinata yang itu?" ucap Kakashi, membuat Sasuke yang tadinya masih heran melihat Hinata membelalakan matanya, dan Hinata menatap Kakashi bingung. Sasuke dengan indahnya memberikan death glare pada Kakashi yang memasang senyum lebar saat menyadari salah berucap. Hinata yang merasakan hawa tidak enak dari kedua pria di hadapannya berpikir untuk segera pamit.

"uchiha-senpai, dan tuan.."

"Kakashi saja" ucap Kakashi.

"Kakashi, saya pamit. Terima kasih" tanpa menunggu respon kedua pria tersebut Hinata segera berlari meninggalkan rumah itu. Hinata terlalu panik. "Bagaimana bisa dia malah bertemu dengan senpai-nya itu sebagai majikannya? Apa saja yang akan dia lewati seminggu ini? Apa dia akan baik-baik saja? Mengingat gossip yang mengatakan Sasuke adalah pria yang suka mempermainkan wanita dan (ehem) mesum? Semoga saja Sasuke akan sibuk seminggu ini hingga mereka tidak akan sering bertemu." Batin Hinata

"jadi gadis itu yang sering membuatmu uring-uringan dan melampiaskannnya pada gadis lain eh?menarik." ucap Kakashi sambil mnyeringai pada Sasuke yang terlihat seperti berpikir.