What You Like

Cast: Park Chanyeol, Park (Byun) Baekhyun, etc

YAOI, BXB, DLDR

Happy Reading

.

.

.

When you turn off the lights

I get stars in my eyes

Is this love ?

Maybe someday

So don't turn on the lights

I give you what you like

Prologue

Chanyeol melangkahkan kakinya dengan gaya angkuhnya seperti biasa memasuki ruangan kelap-kelip itu tanpa peduli dengan kericuhan yang terjadi di sekitarnya. Tak peduli dengan teriakan dari sana-sini yang menggila karena anak buahnya baru saja melepaskan dua buah peluru ke udara. Suara musik yang memekakan telinga pada detik itu juga berhenti menyisakan lampu ruangan yang masih berkelap-kelip. Para lelaki hidung belang yang menempati ruangan itu sontak berlarian keluar ruangan diikuti dengan jalang-jalangnya yang berteriak-teriak seakan dunia akan kiamat. Fokus Chanyeol hanya satu. Mata phoenix-nya memandang tajam ke arah depan dimana seorang lelaki sedang duduk santainya di sofa pojok ruangan. Tepatnya ke arah seorang lelaki yang berstatus sebagai adiknya. Adik angkat lebih tepatnya. Bahkan dengan kericuhan yang ia buat sedimikan rupa adiknya itu tak sedikitpun beranjak dari tempatnya seolah sudah terbiasa dengan apa yang terjadi saat itu. Langkahnya ia bawa ke tepat di depan hadapan seorang lelaki yang masih mendudukan dirinya di sebuah sofa dengan segelas wine di tangan kanannya.

Mata dengan retina berwarna biru itu memandang Chanyeol dengan tak kalah tajamnya. Ia tahu Chanyeol pasti akan menyusulnya. Kakaknya itu tak akan pernah mengijinkan ia untuk keluar selangkah kaki pun dari sangkar emasnya. Tak akan pernah. Tapi pengecualian untuk malam ini. Ia tak tahan lagi terkurung di istana Chanyeol jadi ia memutuskan untuk kabur, setelah puas memukuli anak buah Chanyeol yang bertugas menjaganya. Dan disini-lah ia berada sekarang, sebuah club elit di tengah kota yang cukup jauh dari sarangnya berada. Ia memandang Chanyeol yang masih diam seribu bahasa. Dalam hati ia penasaran dengan apa yang akan kemudian Chanyeol lakukan padanya. Bisa ia rasakan dengan jelas aura kemarahan dari Chanyeol yang bahkan bisa ia rasakan semenjak Chanyeol memasuki ruangan ini. Kemudian memandang sekitarnya yang kosong tanpa satupun orang lagi di ruangan itu selain dirinya, Chanyeol dan anak buahnya.

"Kau tahu, tak perlu membuat semua orang ketakutan dengan anak buahmu hanya untuk membawaku pulang, hyung." Ucapnya dengan nada sarkasme yang kental.

Sementara Chanyeol hanya diam, masih mempertahankan tatapan datarnya dengan mata phoenix-nya yang menawan.

"Ahh, maafkan aku, aku lupa kalau kau tak akan menjawab perkataanku karena aku memanggilmu hyung." Lanjut adiknya.

Chanyeol masih diam memandang tajam ke dalam birunya mata adiknya yang terlihat sama menawannya dengan lautan bahkan dalam ruangan yang gelap sekalipun. Sementara adiknya mulai terkekeh memandang kakaknya yang diam bagaikan patung, tak mengucapkan kata apapun. Seperti biasa kakaknya terlihat sangat menawan dengan balutan jas-nya. Dilihat dari manapun dan dalam keadaan apapun kakaknya ini terlihat sangat sempurna. Bukan hanya wajahnya dan penampilannya saja yang sempurna tapi feromon yang dimiliki kakaknya begitu kental membuat siapapun bersedia berada di bawah kendalinya. Seperti dirinya.

"Jadi, apa kau merindukanku sampai-sampai menyusulku hingga disini, daddy ?" ucap adiknya dengan nada menggoda yang ketara.

Chanyeol mengeraskan rahangnya mendengar ucapan adiknya. Phoenix-nya tak pernah lepas dari adiknya, memperhatikan setiap gerakan, ucapan bahkan hembusan nafas yang dilakukan adiknya.

"Saatnya pulang, Park Baekhyun."

Bersamaan dengan ucapan itu si retina biru atau yang saat ini bisa dipanggil Baekhyun itu mengganti tatapan menggodanya dengan tatapan sendu. Tak ada nada yang menunjukkan kemarahan sedikitpun dari ucapan Chanyeol padahal ia tahu bahwa kakaknya itu pasti kecewa dengannya. Chanyeol memang tak pernah membentak ataupun memarahi dirinya. Chanyeol pasti akan menggunakan nada lembutnya tak peduli seberapa besar kesalahan yang ia buat. Kenyataan itu membuat sesuatu dalam dirinya menghangat sekaligus marah. Baekhyun marah pada dirinya sendiri karena dengan mudahnya jatuh pada lubang yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

Baekhyun menatap phoenix Chanyeol dengan mata birunya dengan pandangan yang tak dapat dimengerti siapapun kecuali Chanyeol sendiri. Chanyeol mengulurkan tangan kanannya pada Baekhyun masih dengan raut wajah datarnya. Tak ada alasan bagi Baekhyun untuk menolak uluran tangan yang Chanyeol berikan padanya karena sesungguhnya Baekhyun tak akan bisa bertahan tanpa ada Chanyeol disampingnya. Begitu pula sebaliknya. Mungkin. Setidaknya itulah pemikiran Baekhyun.

Jadi tanpa banyak berpikir lagi Baekhyun segera menyambut uluran tangan Chanyeol. Seketika Baekhyun merasakan kehangatan dalam balutan genggaman Chanyeol yang tak hanya ia rasakan di telapak tangannya tetapi juga menjalar hingga seluruh tubuhnya. Pada saat itu juga Baekhyun sadar bahwa ia memang harus pulang. Karena ia sadar bahwa tempatnya hanyalah berada di samping Chanyeol tak peduli kalau Chanyeol memiliki orang lain lagi untuk menempati sisi kosong yang tak ditempati oleh Baekhyun. Karena Chanyeol-lah rumahnya.

Tapi apakah hanya dirinya satu-satunya penghuni disana ?

.

.

.

TBC

ini masih prolog yaa, aku cuman pengen tau aja adakah yang menginginkan ff ini untuk dilanjut. terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.