Story: You Are My Fourth stars 1

Disclaimer: Naruto © Masashi Khisimoto

Rating: T

Genre: Romance & Hurt/Comfort (Ada usul perubahan genre? aku tak berbakat adalam memilih genre)

Pairing: SasuNaru

Warning: AU,berunsur Shounen ai/ Yaoi!,OOC(khususnya Sasuke!), typos, DONT LIKE,DONT READ!

\Naruto : 15 tahun

\Sasuke: 16 tahun

Author's note: Sekuel dari Insomnia, bila ada yang belum membaca 'Insomnia', saya rekomendasikan untuk membacanya terlebih dahulu, agar lebih mengerti jalan cerita di fic ini. Terus, fic ini saya buat jadi 2 shot karena bila dibuat 1 shot akan jadi sangat panjang! . Hope you like it, Minna^^.

((***Have a nice read***))

Suara langkah sepatu pantofel mulai mengema di dalam salah satu ruangan di dalam mansion tersebut, Suara langkah kaki yang berjalan kearah tujuannya, berjalan ke arah salah satu ruangan terpenting di dalam mansion megah bergaya eropa tersebut. Suara detak-detak jam teredengar jelas sabagai salah satu pengisi suara dalam mansion yang sepi itu. Jam 12.15 malam.

KRIEEEEETTTTTTT~ Suara sebuah pintu ruangan yang terbuka terdengar.

"Tuan."Sapa suara itu, lalu memasuki ruangan -kamar tersebut dengan kaki-kaki jenjangnya yang dialasi oleh sepatu pantofel tadi.

Di dalam kamar tersebut, tampak seorang pemuda berumur 16 tahun sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil melihat keluar jendela, begitulah posisi pemuda bermata hitam kelam tersebut dari kira-kira 20 menit yang lalu.

"Sasuke-sama, anda dapat tertidur hari ini?"

Pemuda-yang dipanggil dengan nama Sasuke itu mengeleng pelan, "hanya 2 jam, aku bermimpi buruk lagi, bawakan vitaminku, Kakashi!" perintahnya datar.

Kakashi- nama orang yang memanggil Sasuke tadi, selaku sebagai pelayan pribadi Sasuke menghela napas panjang, lalu menganguk kecil dan segera keluar dari kamar tuan mudanya tersebut. Tak kama kemudian Kakashi kembali sambil membawa sebuah 2 botol kecil, berisi vitamin dan satunya lagi berisi obat, ditambah dengan segelas air putih di tangannya yang lain.

"Sasuke-sama." panggil Kakashi menyadarkan tuannya itu dari lamunan semunya, sambil memberikan kedua botol yang berada di salah satu tangannya.

Sasuke mengalihkan pandangannya dari jendela dan langit malam yang sejak tadi terus ia pandang tanpa lelah, menganguk dan menerima kedua botol itu dari tangan Kakashi. Sesaat Sasuke terdiam melihat kedua botol yang ada di tangannya.

"Hn, Kakashi, buang jauh-jauh obat tidur itu dariku. Sudah beberapa kali aku mengatakan padamu aku tidak memerlukannya!" ujar Sasuke tajam sambil melempar pelan salah satu botol di tangannya ke arah Kakashi. Kakashi yang mempunyai daya fokus dan refleks yang baik tentu dapat menangkap botol itu dengan mudah.

Dari balik masker yang menutupi lebih dari setengah wajahnya, Kakashi kembali menghela napas panjang. "Tuan, minumlah obat tidur itu, saya khawatir kepada anda, Sasuke-sama.", Sasuke yang mendengar penuturan pelayan satu-satunya itu hanya terdiam bisu, dia lebih memilih untuk mengeluarkan beberapa vitamin dari tempatnya dan meminumnya.

"Tidak usah khawatirkan aku Kakashi, aku baik-baik saja. " ujar Sasuke datar, sambil kembali pada posisinya sebelum itu, menatap jendela atau lebih tepatnya langit malam dengan sedikit bintang ini.

"Saya sangat khawatir, Sasuke-sama. Anda selalu tidur 3-5 jam sehari selama bertahun-tahun ini. Itu sangat berdampak buruk untuk kesehatan anda."

"Hn.." Sasuke terdiam dan merespon dengan gumaman khasnya itu.

"Apakah anda masih bermimpi Sasuke-Sama?"

"Masih, dan selalu terjadi Kakashi." jawab Sasuke menundukan kepalanya, menahan sebuah getaran perasaan yang selalu membuatnya merasa kesakitan. Kakashi, yang mendengar perkataan tuannya itu pun menutup matanya, berpikir.

"Tuan, saya rasa sudah saatnya anda melupakan kejadian 8 tahun yang lalu. Sudah saat nya anda melupakan peristiwa itu Sasuke-sama"

.

.

'Hening sebentar, setelah Kakashi mengeluarkan kalimatnya itu. Sasuke tidak menjawab perkataan Kakashi sama sekali. Tuan dan pelayannya itu terdiam dalam jalan pikirannya masing-masing.

"Aku masih belum bisa Kakashi, masih belum bisa." kata Sasuke kemudian, sambil mulai beranjak dari tempat tidurnya, berjalan melewati Kakashi yang masih menunduk sopan padanya.

"Anda ingin pergi keluar lagi malam ini, Sasuke-sama?"

"Hn." Respon Sasuke, sambil mengambil sebuah jaket dari lemari baju di sudut kamar tersebut.

"hmm.. Baiklah, .. Sasuke-sama menjadi benar-benar sering sekali keluar akhir-akhir ini, apa ada yang anda cari, Sasuke-Sama?" tanya Kakashi sopan tapi dengan nada yang lumayan ceria, berusaha mencairkan suasana yang kaku sejak tadi .

"Hn." balas Sasuke lagi, sambil pergi meninggalkan Kakashi dalam ruangan kamarnya. Pergi menuju ke luar mansion itu.

"Tuan..." Kakashi berkata sendiri dalam ruangan kosong itu, menatap pungung tuannya itu dengan datar "sampai kapan kau akan terus begini?"

Dan langkah sepatu pantofel Kakashi itu pun kembali terdengar melangkah di lantai marmer mansion itu. Berjalan tanpa arah dan tujuan(?) .

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~~

"Kaa-san, aku sudah selesai mencuci piring!" Seru Naruto, berteriak kepada Kaa-sannya yang sedang berada di lantai dua sekarang.

"Ya Naru, kau boleh memakan snack malammu, sekarang!" balas sebuah suara dari lantai dua rumahnya. Naruto tersenyum lebar, benar-benar lebar malah, setara dengan 5 buah jari. Sebut saja senyum 5 jari ala Naruto.

"Horeee~~~" Naruto segera membuka rak yang berada di dekatnya dan mengeluarkan sebuah ramen instan dari situ. Ya, itulah snack malam Naruto. Ramen.

"Naruto!, cukup hanya 1 saja! Jangan lebih!" Seru Kushina yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu dapur keluarga Namikaze, memergoki Naruto yang sudah hendak mengambil bungkus ramen yang kedua.

"Yahhh~ Kaa-san~ Aku kan...u-ughh! Iya deh~" Naruto hendak protes, tapi niatnya itu harus diurungkannya karena ngeri melihat gertakan dan pandangan tajam dari Kushina.

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~~

"Haaahhh~~" Naruto menghela nafas panjang, beberapa saat setelah snack malamnya-ramennya- telah habis dia lahap. Membuat Kushina yang awalnya sibuk dengan majalah fashionnya, menatap bingung pada anak semata wayangnya itu.

"Ada apa Naruto?" tanyanya lembut, khas sorang ibu yang benar-benar mengerti dan sayang kepada anaknya.

"Aku tidak menemukan Sasuke lagi Kaa-san, aku memang bodoh. Seharusnya aku tanyakan kepada dia di mana rumahnya?" gumam Naruto dengan raut muka sedih. Benar, sudah sekitar 5 hari ini dia terus mencari-cari rumah Sasuke, tapi hasilnya nol besar!

Kushina memelototkan matanya mendengar perkataan Naruto, seolah-olah itu adalah kata-kata yang seharusnya tidak dikatakan oleh Naruto.

"Aku bingung Kaa-san, saat aku bertanya kepada beberapa orang di kompleks ini, mereka malah menjawab dengan jawaban yang aneh dan tak jelas." ujar Naruto lagi sambil mengaruk-garuk pipinya dengan pose berpikir.

"Jawaban semacam apa Naruto?"

"Yah~ ada seorang ibu-ibu yang menjawab 'Urusai,tidak seharusnya kau bertanya begitu?Uchiha seharusnya sudah tidak ada lagi di daerah sini!', lalu seorang bapak penjaga toko hewan mengatakan bahwa 'Aku tidak pernah mendengar marga Uchiha di kota ini lagi' , Kaa-san, menurutku ini sangat aneh, bila keluarga Uchiha memang tidak ada lagi di kota ini, la-lalu Sasuke itu siapa?" tutur Naruto mengungkapkan isi pikirannya. Kushina masih terdiam, berpikir keras dalam otaknya.

Naruto merengut, otaknya sudah terlalu keras berpikir, "Ukkkkhh~~" gerutunya.

"Naruto, Sasuke yang kau ceritakan itu memang Uchiha. Tapi mungkin...Uchiha yang terakhir.." Kushina mulai angkat bicara. Naruto yang mendengar perkataan ibunya mengangkat alisnya tidak mengerti.

.

.

"Apa yang Kaa-san katakan?"

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

"Naruto." Kushina memulai kalimatnya, melihat sebentar gangang cangkir yang dia gengam dengan pandangan ragu, lalu kemudian kembali menatap Naruto, anak satu-satunya yang sangat dia sayangi.

"8 tahun yang lalu, tepatnya pada saat kau berumur 7 tahun, terjadi sebuah peristiwa yang sewaktu itu benar-benar mengemparkan seluruh warga Konoha dan negara Jepang, bahkan peristiwa tersebut juga mendapat perhatian dari warga-warga negara lainnya." Kushina mulai bercerita.

Naruto mengaruk kepalanya bingung, ' aku sudah tak ingat lagi apa yang terjadi pada 7 tahun yan lalu' Pikir Naruto. "Hmm,peristiwa apa itu Kaa-san?"

"Pembantaian keluarga Uchiha"

.

.

.

Hening tiba-tiba menyelimuti Naruto juga Kushina, Naruto masih mencoba mencerna setiap kata- kata dari Kaa-sannya itu.

"A-apa Kaa-san? ulangi sekali lagi." Pinta Naruto sambil mulai mengorek-ngorek telinga kanannya, menyangka bahwa dia salah dengar.

"Jangan berpura-pura tuli Naruto! Kaa-san bilang tadi itu adalah 'Pembantaian keluarga Uchiha'. " Bentak Kushina setelah melihat tingkah Naruto yang terlihat main-main.

1 detik kemudian. masih hening.

3 detik mulai membuka mulutnya mencoba hendak mengatakan sesuatu.

5 detik kemudi..."APAAAA!"teriak Naruto kaget bukan main.

"Diamlah Naruto!, kau ingin Kaa-san menjelaskannya atau tidak?"

Naruto masih terdiam, 'a-apaaa?' tanyanya dalam hati, larut dalam pikirannya sebentar, lalu menganguk lemah. menatap meja makan dengan lirih, tak kuasa melihat wajah Kaa-sannya yang nampak serius.

" 8 tahun yang lalu, keluarga Uchiha adalah keluarga yang sangat ternama di negara ini, Naruto. Kepala keluarga itu, adalah Fugaku Uchiha, salah satu pengusaha yang sangat berhasil di dunia ini. " Kushina meminum cangkir kopinya dengan hati-hati, menatap anaknya, Naruto yang masih terdiam tanpa kata melihat meja makan.

"Kejayaan keluarga itu lenyap seketika saat sebuah segerombolan perampok bersenjata memasuki kediaman utama Uchiha, dan membantai habis keluarga itu, beseerta dengan pelayan-pelayannya. kejadian berdarah yang tak dapat dilupakan warga kota Konoha dan negara Jepang selama lebih dari 1 tahun setelah peristiwa itu. " Kushina mengakhiri kalimatnya sebentar dan menghela napas, dilihatnya Naruto masih seperti posisi yang tadi. Terdiam menatap meja makan, seolah-olah meja tersebut adalah sebuah televisi layar lebar yang menayangkan film terbaik.

Naruto merengutkan mukanya dengan gelisah "Ja..jadi? Sasuke itu siapa? apakah dia itu- hantu?"

"Tidak..."

"La-lalu?"

"Dia satu-satunya keluarga Uchiha yang selamat dari pembantaian itu. ."

Naruto menunduk, merasakan rasa sedih yang muncul di dalam dadanya, "Ce-ceritakan padaku Kaa-san~"

"Pihak kepolisian menemukan bocah berusiah 8 tahun yang sedang tertidur di tempat tidurnya, dan dia adalah Sasuke Uchiha, putra bungsu keluarga itu. "

"Ba-bagaimana bisa? bagaimana bisa dia selamat dari peristiwa itu Kaa-san? bahkan dengan keadaan tertidur pulas di atas tempat tidurnya?"Tanya Naruto lirih, dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Unsur kesengajaan, anak itu diberikan obat tidur berdosis tinggi, apa Kaa-san ada menceritakan tentang perlawanan yang dilakukan keluarga Uchiha?"

"Tidak!"

"Terjadi baku tembak yang terjadi di antara keluarga Uchiha dan perampok bersenjata itu, keluarga Uchiha memiliki beberapa senjata api di dalam rumahnya dan memakai itu untuk melawan kelompok perampok itu. Polisi mengatakan bahwa perlawanan itu terjadi begitu saja. Uchiha Fugaku, Mikoto- Ibu dari Sasuke, dan Itachi- anak tertua hanya ingin membela diri mereka, meskipun mereka sudah mengetahui akibat dari semua perlawanannya, karena itu mereka berusaha untuk menyelamatkan anak terbungsu mereka, Sasuke. Setidaknya, jika mereka mati, Sasuke masih ada untuk meneruskan marga tersebut"

"A-aku tidak mengerti~" Naruto berujar lirih. Otaknya lambat untuk berpikir.

"Polisi selalu datang terlambat, mereka datang setelah seluruh keluarga Uchiha ( kecuali Sasuke), dan kawanan perampok itu tergelepar bersimbah darah! . Mati! , A-andaikan polisi datang lebih cepat, mu-mungkin tidak akan menjadi begini!" geram Kushina kesal, mengingat kenapa polisi begitu bodoh sehingga tak dapat membantu keluarga yang dulunya sangat dicintai oleh warga konoha itu.

"Setelah itu, bagaimana nasib Sasuke, Kaa-san?"

"Kau pasti tahu kan bagaimana seorang perasaan anak kecil yang ditinggalkan oleh keluarganya dengan keadaan seperti itu kan, Naru? Tentu saja dia shock dan stress berat. terakhir Kaa-san dengar, Sasuke pergi ke New york untuk bersekolah di sana. Dan sejak saat itu Uchiha dan Sasuke tak pernah lagi terdengar kabarnya." Kushina menyelesaikan kalimatnya, Kalimat yang menjadi akhir dari cerita panjangnya. Wanita berambut merah itu pun melirik ke arah Naruto yang sedang bergetar dan menundukan kepala di meja makan, seperti menahan sesuatu untuk dikeluarkan. Tangan Naruto terkepal erat, bagai seseorang yang sudah menahan amarahnya bertahun-tahun.

"Naruto..." Panggil Kushina lembut.

Tak ada jawaban.

"Naruto..." Panggil Kushina sekali lagi.

Tapi tetap tak ada jawaban.

"Naruto, ibu rasa sekarang kau harus ti..."

*BRAKKKK!* Naruto tiba-tiba mengebrak meja makan dengan kedua tangannya, mengangetkan Kushina, menatap ibunya dengan pandangan yang tak dapat diartikan. " Kaa-san!
panggilnya dengan nada semangat. Sudah sembuh dari rasa shock dan sedihnya barusan.

"Di mana rumah keluarga Uchiha dulu!"

Kushina tersenyum kecil, melihat semangat anaknya yang berkobar-kobar."Kau tahu mansion bergaya eropa yang berada beberapa kompleks dari sini?, yang terlihat kotor dan tak pernah terawat? Kau pasti tahu kan? Peristiwa pembantaian itulah yang menjadi asal mula rumor yang mengatakan bahwa mansion itu berhantu." jawab Kushina sambil membereskan cangkir kopi yang dia minum tadi ke bak cucian.

"Yosh! terima kasih Kaa-san!.." ujar Naruto semangat, langsung melesat keluar dari dapur itu meninggalkan Kushina. Entahlah apa lagi yang akan dilakukan Naruto, tapi- sepertinya Kushina mengetahuinya.

"NARUTO!"

"YA, KAA-SAN?" Naruto menjawab dari lantai dua.

"Besok saja kau pergi ke mansion itu! ini sudah malam anak nakal!" Bentak Kushina.

Diam sebentar, Naruto tidak menjawab untuk beberapa saat, sampai "yahhh~~ Kaa-san~~" desahnya protes.

"TIDAK! sekarang waktunya tidur, Naruto!Apa kau ingin melihat, apa yang Kaa-san dapat lakukan dengan ramenmu.." Kushina membuka rak yang berisi khusus berbagai macam bungkus ramen.

"Baik! Baik! Kaa-san! Naru mengerti! Naru tidur!" jawab Naruto dengan tidak rela, dapat terdengar bahwa sekarang Naruto tengah melompat-lompat kesal di dalam kamarnya. Kushina tersenyum tipis, tertawa keras dalam hati.

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

*tok tok tok* Naruto mengetuk pintu mansion besar itu dengan pelan, sebab bel yang ada di mansion itu sudah tidak berfungsi lagi. Sambil menunggu, matanya jelajatan melihat bagian halaman mansion itu, penuh dengan pohon-pohon yang tinggi dan tanaman liar. Membuat mansion itu tampak semakin terlihat angker.

"Ukkh~ Padahal masih siang, tapi mansion ini benar-benar angker~" Naruto merinding sambil mengelus tengkuknya pelan.

*Cklekk~* Pintu mansion terbuka, menampakan seseorang berambut silver dan bermasker hampir menutupi seluruh wajahnya, dari pakaiannya, sepertinya dia adalah seorang pelayan pria di mansion itu. Ya,dia adalah Kakashi Hatake, satu-satunya Pelayan yang ada di mansion itu. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan pada Naruto.

"Err~ apa aku bisa menemui Sasuke?" Cengir Naruto.

Pria bermasker itu terdiam, memandangi Naruto dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ada raut muka bingung dan kaget yang terlihat. "Tunggu sebentar, tuan. Siapa nama anda?" tanyanya pelan dan sopan.

"Namaku Namikaze Naruto.,Hehehe", Kakashi menganguk, Lalu kembali menutup pintu yang tadi dibukanya untuk Naruto. Membuat Naruto terdiam cengo diperlakukan seperti itu.

'Loh?aku tidak diajak menunggu di dalam?' tanyanya pada diri sendiri. Bingung.

Merasa tidak ada yang menjawab pertanyaannya, Naruto menyandarkan punggungnya pada pintu mansion tersebut, menunggu dengan bosan sambil bersiul kecil.

.

.

.

"Lama~"

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

*Cklek!* Pintu besar mansion itu pun terbuka lagi setelah sekitar 20 menit lebih Naruto menunggu dengan sangat bosan di tempatnya. Bahkan Naruto sempat ingin mencoba mencabuti rumput liar yang ada di halaman mansion itu karena menunggu terlalu lama. Dengan mata berbinar-binar, Naruto yang tengah berguling-guling di lantai ala tikus tanah pun langsung mendatangi Kakashi.

"Jadi bagaimana?aku boleh masuk sekarang"tanyanya ceria.

"Tidak." Kakashi menjawab datar.

"..."

Naruto yang awalnya tersenyum ceria langsung memasang wajah bingung, dan kaget. "L-lho?kenapa?"

"Sasuke-sama mengatakan bahwa dia tidak mengenal anda. Karena itu saya mohon tolong segera pergi dari tempat ini. Sasuke-sama sangat membenci orang-orang yang berkunjung ke mansion ini."

Naruto cengo, diam tanpa kata, menatap kesal pada Kakashi yang ada di depannya. "Apa! Sasuke bilang dia tidak mengenalku!, CIH! Biarkan aku masuk! akan kupukul kepalanya, dan kutarik rambut runcingnya itu!" Geramnya. Memaksa menerobos masuk melewati Kakashi.

Kakashi berusaha menghalangi Naruto dengan sigap, mendorong Naruto agar menyingkir dari pintu mansion, "Maaf tuan, saya tidak dapat membiarkan anda masuk dan mengangu ketenangan Sasuke-sama.!"

*Braaakkkk!*

Pintu tertutup dengan kasar, tepat di depan hidung Naruto. Naruto melotot geram, lalu langsung memukul, menendang pintu tidak bersalah itu dengan beringas. "UCHIHA SASUKE-TEME BAKA! KURANG AJAR! AKAN KUBALAS KAU NANTI" teriak Naruto dengan sangat keras, kemarahan sudah menjalar keseluruh tubuhnya.

"HEI! BUKA PINTUNYA TEMEEE!" Naruto menendang pintu mansion itu dengan kasar.

"BUKAAAAA!"

Naruto terduduk di depan pintu itu frustasi, lelah berteriak dan memanggil, mengigit-gigit bibirnya dengan perasaan tak menentu. Mata Naruto melihat ke segala arah halaman Mansion itu. Naruto tersenyum, bergumam dalam hatinya 'Aku tidak akan menyerah Sasuke!,akan kuseret kau keluar dari mansion menyeramkanmu ini!'

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

Si salah satu ruangan, tepatnya ruangan tuan muda Sasuke, ruangan yang selalu sunyi. Sasuke terlihat terdiam di atas meja bacanya, jemari-jemari tangannya memegang sebuah buku, Membacanya dengan begitu serius. Pupil hitam kelam Sasuke bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan, mengikuti arah tulisan yang tertera si buku itu.

Tuk.. tuk~~ beberapa ranting pohon mengetuk permukaan jendela kaca kecil yang berada di depan meja baca Sasuke, tampaknya terdorong oleh angin , Sasuke mendongakan kepalanya dari buku, menatap ke arah jendela yang terkunci itu.

"Hari ini, berangin~" Gumamnya kecil, dan kembali memfokuskan kegiatannya pada buku di tangannya.

.

.

.

*TOK! TOK! TOK!* Sebuah ketukan yang sangat keras kembali terdengar dari jendela itu, membuat Sasuke agak sedikit bingung dan kaget, tapi tidak terlihat jelas dalam ekspressinya. Itu bukan suara ranting yang mengenai jendela, nenek-nenek sekarat kelindes truk saja tahu. Sasuke berusaha mengacuhkannya, buku yang sedang dia baca sedang bagian yang paling yang paling seru.

*DAK ! DAK! DAK!*.."HOI, TEME KURANG AJAR! BUKA JENDELANYA, BAKA!"

Oke, inilah saatnya Sasuke harus menghentikan mengacuhkan suara ketukan yang berubah menjadi gedoran itu, karena baru saja tadi ada suara BENTAKAN NARUTO! Sasuke mendongakkan kepalanya ke arah jendela yang dari tadi mengangu itu dan...

"TEME, BUKA JENDELANYA!".

.

.

"..."

.

" teme!"

.

"Idiot, apa yang kau lakukan di situ?" tanyanya kejam. Sasuke tetap tidak membuka jendela itu untuk Naruto, YANG SEKARANG SEDANG BERDIRI DI ATAS SEBUAH DAHAN POHON BERUKURAN SEDANG, SETINGGI 45 METER DARI TANAH!

"Teme! buka jendelanya!" Naruto berkata dengan panik, dahan yang dinaikinya sudah 'sekarat' .

" ...Idiot!"

"TEME! BUKA JENDELANYA! HUWAAAA!" mata Naruto mulai berkaca-kaca,karena dahan yang dinaikinya sudah terdengar bunyi 'kreek' kecil.

"...Idiot-Dobe. "

"TEME!"

"..."

.

.

.

*Kriiiiietttttt*~~~~ Sasuke membuka jendela kecil itu dan menaiki meja bacanya, "Pegang tanganku, Dobe" suruhnya.

Tapi bukannya memegang tangan Sasuke, Naruto malah langsung menerjang Sasuke dengan memeluk tubuhnya dan ' BRAKKKK! ', Sasuke yang tak siap menerima tubuh Naruto terbaring dengan tragis di atas meja bacanya, menindih buku kesayangan yang tadi dibacanya, dan juga ditindih oleh Naruto di atas tubuhnya. Nah, itulah yang dimaksud pepatah ' Sudah Jatuh Tertimpa Tangga'.

" Teme baka! kenapa kau lama sekali membuka jendelanya! Bila terlambat, aku bisa jatuh dan mati tahu!"

"Hn."

"Teme! Kau itu benar-benar baka!"

"Hn.".

"Teme! Aku menunggu lama di depan pintu mansionmu dan kau-..."

"Bisa kau bangkit dari atas tubuhku, Idiot?. Kau seberat gajah yang sedang hamil !. "

"Apa katamu Teme? Katakan sekali lagi! " Bentak Naruto sambil mulai pindah dari atas tubuh Sasuke dan turun dari atas meja baca itu. Diikuti Sasuke yang membangkitkankan dirinya dengan kesakitan. Sasuke melirik sekilas buku yang tadi dibacanya, buku itu terlipat-lipat dan agak robek, Sasuke langsung mengirimkan tatapan deathglearenya pada Naruto. Tapi diacuhkan.

Naruto, mendudukan dirinya di lantai marmer di dalam kamar Sasuke itu, melipat kedua tangannya dengan angkuh. "Kenapa kau menjauhiku Sasuke-Teme? Kenapa kau mengatakan tidak mengenalku?", tanyanya pada Sasuke yang sibuk merapikan bukunya yang berantakan.

"Hn."

" Teme! Kau benar-benar menyebalkan! kenapa kau tidak bilang bahwa kau tinggal di mansion ini. Kalau aku tahu kan, kemarin aku tidak akan susah-susah untuk lari karena melihat hal aneh di mansion ini!." Naruto mulai berkicau lagi.

"Hn."

"Sasuke! jangan 'Hn' saja yang kau katakan, Kau tahu aku sangat kesal ketika kau mengatakan 'kau tidak mengenalku', dan aku juga sangat kesal pada pelayanmu yang meng-."

"Dobe, kenapa tanganmu itu? " potong Sasuke, melihat lengan kanan Naruto tergores besar dan mengeluarkan darah, disertai dengan darah yang terlihat merembes di bagian lutut celana panjang Naruto.

"Oh.. ini, Luka di lenganku ini karena aku terjatuh 2 kali saat tadi memanjat ke sini, Teme. sedangkan yang di lutut ini adalah luka beberapa hari yang lalu yang tampaknya belum kering dan terbuka lagi. Haha, tidak apa-apa kok Teme, tidak sak~~...! ARGHH! Teme! apa yang kau lakukan! " Bentak Naruto saat Sasuke memencet luka di lututnya. Bodoh.

Sasuke mencekram tangan kanan Naruto dengan kuat dan menatap lukanya tajam, membuat Naruto menelan ludah. " Ini harus diobati Idiot, Tunggu sebentar." Ucapnya datar, beranjak ke salah satu lemari kaca di dalam kamar itu dan mengeluarkan kotak yang pastinya berisi obat-obatan.

Naruto menatap Sasuke yang sedang memilih-milih obat, dengan tampang polos, ini pertama kalinya dia terluka dan ada yang bersedia mengobatinya. Biasanya, orang-orang akan membiarkan dan mengacuhkannya. Naruto juga lebih memilih untuk cuma membersihkan lukanya, tanpa memperbannya, itulah alasannya kerap kali luka-luka kecil di tubuh Naruto dapat mengeluarkan darah lagi dengan mudah.

Sasuke mendatangi Naruto kembali dengan kapas, perban dan alkohol di tangannya, menatap Naruto dengan mata onyx dan wajah stoic' nya itu. Naruto jadi salah tingkah sendiri dilihat seperti itu.

Tatap-tatapan terjadi diantar Naruto dan Sasuke.

Naruto menatap Sasuke.

Dan Sasuke menatap Naruto.

"Lepas celanamu, Idiot, bagaimana aku mengobati luka di lututmu nanti? "

.

.

.Hening.

.

" N-NANIIII!" Teriak Naruto shock dengan wajah yang memerah padam seketika.

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

"Idiot..." gumam Sasuke saat melihat Naruto yang tadi keras kepala dan tidak mau diobati olehnya, dan memaksakan dirinya saja yang mengurusi lukanya.

'Biar aku saja yang mengurusi lukaku!' Sasuke masih ingat perkataan Naruto beberapa menit yang lalu.

Maka kini, Sasuke hanya mengawasi Naruto yang sedang membersihkan luka di lututnya, dengan balutan selimut yang melingkar dari pinggangnya. Ya,selimut Sasuke yang dia gunakan untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang tidak memakai celana sekarang.

Dengan wajah berlipat-lipat, Naruto membersihkan lukanya dengan agak sembrono, melilit-lilit perban dengan sembarangan untuk menutupi lukanya. Wajah Naruto masih terlihat sedikit rona merah, entah apa alasannya. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

"Idiot, bukan begitu caranya. " Sasuke langsung merebut perban di tangan Naruto saat melihat luka itu tidak terperban dengan benar.

"T-Teme! biar aku saja yang melakukannya!" Naruto berusaha merebut perban itu dari Sasuke.

"Hn!" Perintah Sasuke, Naruto membeku, terdiam tanpa kata dan gerakan.

"Duduk di atas ranjangku, Dobe. Biar aku saja yang mengobati lukamu. Kau tidak becus melakukannya!."

"T-tapi Tem-"

"La-ku-kan se-ka-rang!" Sasuke mendeathgleare Naruto lagi, dan ini benar-benar jenis tatapan yang menakutkan untuk Naruto. Akhirnya, dengan hati-hati Naruto mulai berdiri dan mendudukan tubuhnya di atas ranjang king size Sasuke. Diikuti oleh, Sasuke yang langsung memegang salah satu kaki Naruto yang terluka dan menyibak bagian selimut yang menutupi luka itu.

"Ja-jangan melihat pahaku, teme-idiot!~" ujar Naruto pelan, hampir berbisik sambil menutupi bagian pahanya yang baru saja terekspos beberapa bagian karena Sasuke menyibak selimut yang menutupinya.

"Hn. Kau seperti perempuan,Dobe!"

.

.

.

"TEME BAKA!"

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

"Baik, jadi apa yang kau inginkan dariku, Dobe?" tanya asuke, sambil membersihkan tangannya memakai sebuah saputangan.

"Menagih permintaan maafmu, Teme!" Ujar Naruto, sambil melihat-lihat lutut dan lengannya yang dibalut perban dengan sedemikian rapi. 'Teme berbakat dalam pengobatan~' pikirnya.

"Hn?" Sasuke menyahut, tampaknya bertanya maksud dari 'menagih permintaan maaf'.

Naruto mengerling ke arah Sasuke yang masih berjalan di dalam ruangan itu, terlihat Sasuke mendatangi sebuah lemari yang paling besar di ruangan itu. "Permintaan maafmu, Teme!. Kau harus meminta maaf karena kau sudah meninggalkanku sendirian di lapangan itu!" Jelas Naruto.

*Blukkk!* Sasuke melemparkan sebuah celana jeans berwarna hitam kepada Naruto, "Pakai itu Idiot, celanamu kotor karena terkena darahmu." Ujar Sasuke datar, wajahnya stoic tanpa ekspressi seperti biasanya.

Naruto menganguk dan melihat ukuran jeans itu. Pas dengan ukurannya. " Arigatou, Teme~"

Sasuke menatap Naruto lama. Dilihatnya Naruto kembali menatap cemberut ke arahnya, seperti menunggu sesuatu. Sasuke terdiam sebentar. Berpikir. Lalu akhirnya mulai berbicara "Hn, gomen, Dobe."

Terlihat sebuah senyum lebar terkembang di wajah Naruto. menampakan gigi-gigi putih dan rapi miliknya. "Ah, dan ada 1 lagi alasan aku kesini,Teme! "

"Hn?" Tanya Sasuke.

"Ini!" Naruto mengambil 2 buah tiket di saku celana kotornya, "Kau siap untuk pergi ke auditorium? heh? Teme?"

"HN? !"

~~~~~~~~^*^IRIA^*^~~~~~~~~~

"Sasuke-Sama, sekarang saatnya untuk makan siang. " Kakashi mengetuk pintu kamar tuannya dengan pelan, sambil membawa sebuah nampan berisi makanan. Tapi tak ada satu pun jawaban yang ada dalam ruangan tersebut.

"Sasuke-sama." Kakashi mencoba lagi mengetuk pintu kamar itu. 'Tampaknya ada yang salah' pikir Kakashi, sambil mulai membuka kenop pintu ruangan tuannya itu.

"Sasuke-sama...?" Kakashi terdiam melihat kamar yang kosong melompong itu, kamar itu lumayang berantakan, terutama di bagian meja baca Sasuke. Kakashi berjalan cepat menyusuri ke dalam ruangan itu. Ke arah jendela di depan meja baca yang sedang terbuka lebar.

'Sasuke-Sama tidak pernah 1 kali pun membuka jendela ini.'

.

.

.

Gerakan kakashi terhenti saat matanya yang tajam melihat sebuah celana kotor tergeletak di lantai marmer kamar itu, pelan, Kakashi mengambil celana itu dan memperhatikannya lekat-lekat. 'Bukankah ini celana yang dipakai oleh anak berambutkuning tadi?' Innernya.

Tak lama, sebuah nafas panjang kelegaan terdengar dari mulutnya yang tertutup masker.

"Arigatou, Kami-Sama." Ujarnya pelan, bersyukur. Karena inilah yang sekinan lama Kakashi tunggu, orang yang dapat mempu membuat tuannya pergi keluar dari mansion pada siang hari. Kakashi yakin, pasti ada hal yang baik di balik anak itu.

Sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam jas seragam butlernya. Kakashi menyeringai melihat buku kecil yang dia gengam di tangannya itu. Suara tawa kekehan terdengar lagi, saat Kakashi mulai membuka buku kecil di tangannya itu.

Buku 'Icha-Icha Yaoi Paradise Summer' .

Ini . Aneh. Sekali.

TBC...

Hmmm~.. semoga kalian semua suka ya Minna-san.

Review Minna? /Nadah tangan/