Baekhyun berdiri mematung di kamar mandi. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dari benda kecil pipih berbentuk persegi panjang itu. Bahkan berulang kali ia mengucek kedua matanya sembari berharap kalau ia hanya salah lihat. Namun, kenyataan berkata lain. Ia tetap melihat dua garis merah di benda itu. Baekhyun memutuskan untuk melakukan tes lagi, tetapi hasilnya sama saja.
"INI TIDAK MUNGKIN!" teriaknya frustasi.
Setelah itu Baekhyun memutuskan untuk menenangkan diri. Lalu ia pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya. Ketika ia sudah di depan ruangan dokter keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Baekhyun menarik napas dan mengembuskannya, ia merasa lebih baik. Baekhyun masuk ke ruangan itu dan disambut senyuman ramah laki-laki berjas putih.
Selama diperiksa, Baekhyun berharap kalau tes yang ia lakukan sebelumnya memberikan hasil yang salah. Tetapi, takdir berkata lain. Senyuman kebahagiaan dan nada ceria sang dokter seolah menjadi malapetaka baginya.
"Selamat, Anda hamil. Usia kandungannya satu bulan."
.
.
.
When Will You Love Me?
Pair: Chanyeol x Baekhyun
Note: BOYS X BOYS, M-PREG, OOC
I hope you enjoy
.
.
.
Baekhyun tidak lapar dan ingin menyendiri sekarang. Oleh karena itu ia menjauh dari keramaian karyawan lain yang sedang makan siang dan berakhir bersembunyi di toilet. Pikirannya berkecamuk mengenai pilihannya, memberitahu sosok yang menghamilinya atau tidak.
Masalahnya, orang itu bukan kekasih maupun yang ia kenal dekat. Tetapi orang itu adalah presiden direktur di tempatnya bekerja, Park Chanyeol. Belum lagi laki-laki itu sudah memiliki tunangan dan akan menikah beberapa bulan lagi.
Tanpa sadar Baekhyun meremas rambutnya sendiri.
Baekhyun bukan orang yang terjebak dalam pergaulan bebas. Ia anak baik-baik. Bahkan bisa dihitung jari berapa kali ia keluar rumah selain berangkat kerja. Alasan dirinya berbadan dua karena salah mengambil gelas saat pesta perayaan ulang tahun perusahaan sebulan yang lalu. Baekhyun mengira gelas yang diambilnya berisi jus buah, tetapi ternyata minuman beralkohol. Lebih parahnya lagi ia tidak tahan dengan alkohol. Begitu sadar keesokan harinya, Baekhyun terbangun di ruangan mewah dan telanjang bulat. Kemudian ada lelaki yang tertidur di sampingnya. Dengan tergesa-gesa Baekhyun memunguti lalu memakai pakaiannya dan pergi dari sana.
Memikirkan kejadian itu membuat Baekhyun mengembuskan napas panjang dan menyenderkan punggungnya ke dinding toilet.
"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya sendiri.
Lalu Baekhyun memejamkan mata. Memikirkan matang-matang pilihan yang harus diambil. Akhirnya Baekhyun memutuskan untuk memberitahunya besok, meskipun sang presiden direktur tidak ingin bertanggung jawab setidaknya sosok itu mengetahui keberadaan jabang bayi yang di kandungannya. Ia berharap kalau lelaki itu tidak menyuruhnya untuk menggugurkannya saat mengetahui hal ini.
Jam makan siang sudah selesai, Baekhyun menyalakan keran di wastafel dan mencuci muka. Ia bercermin dan berusaha mengukir senyum di bibir pucatnya.
"Kamu harus semangat! Ayo kembali bekerja! Kamu sudah tidak sendiri lagi dan harus mengumpulkan uang lebih banyak!" ucapnya menyemangati diri sendiri.
.
.
.
Keesokan harinya Baekhyun berusaha bekerja seperti biasa. Tadi pagi ia mencoba pergi ke meja resepsionis supaya bisa bertemu dengan presdir, namun ternyata lelaki itu sedang sibuk. Baekhyun sedang memikirkan cara memberitahu orang itu mengenai kandungannya.
'Oh tidak, aku mau muntah lagi.' batinnya ketika isi perutnya memberontak ingin keluar. Baekhyun berlari ke toilet dan langsung memuntahkannya. Entah sudah berapa kali ia muntah hari ini.
Merasa lega setelah muntah, Baekhyun melihat pantulan dirinya di cermin. Kantung mata hitam dan wajah pucat, dua hal yang cocok untuk mendeskripsikannya sekarang.
Baekhyun keluar toilet dan kembali bekerja, namun salah satu teman dekatnya menghampirinya.
"Baekhyun, sebaiknya kamu hari ini pulang lebih awal. Sejak kemarin wajahmu pucat sekali dan sering pergi ke toilet. Kamu sakit?" tanya laki-laki yang bernama Zhang Yixing itu.
Baekhyun menggeleng. "Aku tidak apa-apa, sungguh."
"Jangan memaksakan diri. Kamu bisa izin pulang lebih awal." balasnya.
"Aku tidak apa-apa." kata Baekhyun.
Tiba-tiba ada orang yang menghampiri mereka.
"Baekhyun, kamu boleh pulang jika memang sakit. Kalau kamu bekerja dalam keadaan seperti ini bisa-bisa menimbulkan masalah. Nanti teman-temanmu juga kena imbasnya." selanya.
Baekhyun dan Yixing menatap orang itu. "Pak Manajer." seru mereka bersamaan.
Ternyata orang itu adalah atasan mereka, sang manajer keuangan.
"Sudah kubilang panggil saja Minseok. Aku tidak suka dipanggil 'Pak Manajer'. Memangnya aku terlihat tua? Wajahku ini mirip member EXO yang namanya Xiumin tahu." kata sang manajer.
"Baiklah Pak–maksudku Minseok." ujar Yixing.
"Bagus." kata sang manajer sambil tersenyum dan menganggukkan kepala. Kemudian matanya beralih memandang Baekhyun lalu menunjuknya. "Kamu sebaiknya pulang lebih awal dan beristirahat beberapa hari. Kalau kamu tetap bekerja nanti kita semua yang susah. Mengerti?" Setelah itu Minseok berbalik dan pergi.
Yixing menepuk pundak Baekhyun. "Jangan terlalu diambil hati omongan Pak Manajer."
Baekhyun hanya mengangguk. Lalu ia memutuskan untuk pulang lebih awal setelah dinasihati manajer dan sahabatnya.
.
.
.
Sesampainya di rumah, Baekhyun langsung ke kamar mandi dan kembali memuntahkan isi perutnya. Setelah itu ia berbaring di sofa ruang tamu.
"Ternyata begini rasanya ketika hamil." gumamnya sambil mengelus perutnya.
Baekhyun ke dapur lalu memasak. Setelah itu ia minum vitamin dari dokter. Kemudian laki-laki itu pergi ke kamar dan berbaring di ranjang. Perlahan kedua matanya terpejam dan tak lama ia pun tertidur.
Matahari semula berada di puncak mulai terbenam, sampai akhirnya digantikan bulan dan taburan bintang yang menghiasi langit.
Baekhyun terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding. "Sekarang jam 7 malam."
Baekhyun mencuci muka lalu pergi ke dapur. Lelaki itu membuka kulkas untuk mengecek persediaan makanan.
"Aku membuat telur dadar saja." ujarnya sambil mengambil telur.
Baekhyun mulai memasak. Ia mulai mengocok telur lalu membumbuinya dengan garam dan lada, menyalakan kompor dan menuangkan minyak di atas wajan, kemudian menuangkan telur dan menggorengnya sampai matang. Setelah itu, ia meletakkan masakannya di piring. Lalu ia mengambil nasi dari rice cooker.
Kakinya melangkah mendekati meja makan. Ia duduk dan berdoa. Kemudian Baekhyun mulai makan masakannya. Selesai makan ia mencuci piring dan menonton televisi.
Saat asyik menonton drama kesukaannya, muncul iklan es krim rasa stroberi. Entah mengapa tiba-tiba ia menginginkannya.
"Apakah ini yang sering disebut ngidam?" tanyanya pada diri sendiri.
Baekhyun mematikan televisi dan bangkit dari sofa, ia mengambil suatu benda di meja. Lalu ia pergi ke minimarket.
.
.
.
"Totalnya 500 won." kata penjaga kasir sambil menyodorkan es krim stroberi.
Baekhyun mengambil uang dari dompetnya dan membayarnya. Lalu ia mengambil es krim itu. "Terima kasih." ucapnya sambil tersenyum ramah.
Sambil berjalan kaki untuk pulang, Baekhyun memakan es krim yang dibelinya dengan mata yang berbinar-binar.
"Enak sekali!" serunya.
Tetapi rasa mual menghampirinya. Baekhyun mengeluarkan isi perutnya.
"Hoek... hoek..."
Setelah selesai muntah, ia merasa lemas. Tenaganya hilang entah ke mana. Kedua matanya perlahan menutup. Tubuhnya hampir menyentuh aspal dingin kalau tidak ada kedua tangan yang menahannya.
"Akhirnya aku menemukanmu."
.
.
.
to be continued
