Whisper

Disclaimer : Vocaloid © YAMAHA.

Warning : Typo(s), abal, GaJe, dll.

Words (story only) : 421.

Submitted for : #BrilliantWords : Upon a Day – Day/Noon – Eternal Breeze.


Lui selalu bingung tiap kali melihat Ring. Gadis itu selalu begitu, duduk di atap sendirian sembari memejamkan matanya, seolah-olah menikmati alunan musik yang sangat indah. Jadi, hari itu Lui memutuskan untuk duduk diam di atap sekolah tua itu.

Sunyi, senyap, tak ada suara yang menerpa indra pendengarannya. Ia tak mengerti, apa asyiknya duduk diam sendirian di tempat seperti ini. Tangannya menggaruk belakang kepalanya, tatapannya tertuju pada langit biru yang tak tertutup awan. Biru muda…

"Seperti, Ring-chan…"

"Ada apa denganku?"

Pemuda itu terlonjak, mendapati sosok itu tengan menatapnya lembut, sosok putih dengan sepasang langit biru yang menatap lurus, membuat senja kembar merasa hangat. Namun, masih dengan sikap tenang, ia menggeleng pelan, penuh dengan kebohongan ia berkata, "Tidak ada apa-apa…"

"Begitukah?"

Lui tak menjawab, laki-laki bersurai senja itu memutuskan untuk tetap diam, menatap birunya angkasa dengan tatapan lurus. Ring tersenyum kecil, lagi, ia memejamkan matanya, sembari duduk dengan tenang. Ekspresinya begitu tenang, suara lembut terdengar samar di antara desiran angin, nampak seperti seseorang yang tengah mendengarkan sebuah simponi klasik karya komposer terkenal.

Keduanya diam, tak saling bicara, sama-sama bergelayut pada dunia masing-masing. Lui menghela nafas, lagi, Ring melakukan hal itu, memejamkan mata seolah menikmati lantunan nada-nada indah.

"Pejamkan matamu dan cobalah mendengarkan angin…"

Heran, gadis itu benar-benar tahu yang dia pikirkan. Rasa penasaran itu sudah memuncak, dengan cepat, kedua tirai itu menyembunyikan senja kemerahan, membuat bisa menajamkan indera pendengarannya. Perlahan, desiran halus angin berbisik jahil di telinganya, sepoinya membuat surai itu bergerak bagaikan ombak yang tertimpa cahaya matahari.

Lui tersenyum, ia mengerti sekarang, kenapa ia tak menyadarinya dari dulu? Gadis itu bukannya aneh, justru gadis itu benar-benar beruntung, bisa menemukan hal luar biasa seperti ini. Simponi… seperti suara bisikan lembut yang menggelitik telinga, menenangkan jiwa yang lelah dengan urusan dunia, sejenak melupakan penat yang telah dipikul selama ini, membiarkan alunan lembutnya berbisik, bersahut-sahutan.

"Itulah bisikan angin… Kau suka…?" Ring bertanya, masih dengan mata yang terpejam, masih menikmati angin yang sama, masih membiarkan rambutnya diterpa angin yang nakal.

Lui tersenyum simpul, kedua tangannya ditaruh di atas kulit putih, meremasnya dengan lembut dan perlahan, membaurkan kehangatan dari dua orang yang berbeda.

"Aku menyukainya… dan juga ini jadi lebih menyenangkan…."

"Kenapa begitu?"

Lui mengeratkan gengamannya, membuat kulit putih itu diselimuti oleh kehangatan yang menenangkan jiwa. Keduanya masih memejamkan mata, sama-sama mendengarkan bisikan demi bisikan angin yang bersahut-sahutan. Kedua masih tersenyum, menikmati sensasi menggelitik pada telinga mereka. Keduanya masih bersama, sama-sama menikmati kombinasi perasaan yang tak terdiskripsikan.

Di antaran bisikan angin itu, Lui berujar pelan, dengan nada lembut yang menenangkan hati.

"Karena aku bisa mendengarkan angin bersamamu…"


~FIN~