Butterfly
Disclaimer : Vocaloid © YAMAHA.
Warning : Typo(s), abal, GaJe, dll.
Words (story only) : 418.
Submitted for : #BrilliantWords : Upon a Day – Afternoon – Lantern of the Sunset.
Matahari senja merona kemerahan. Sinarnya menerpa lembut dua sosok yang bermandikan debu yang tengah menatap satu objek yang sama. Sebuah stoples kaca yang terisi sebuah ranting kayu. Di sana, tengah terjadi sebuah persolekan yang menentukan masa depan makhluk kecil itu. Membung jauh-jauh dirinya yang lama, yang begitu lemah, buruk, dan dibenci. Mengisahkan sebuah pengorbanan yang harus ditempuh untuk sebuah takdir yang baru. Menemui dirinya yang baru, anggun, memukau, indah, dan disukai.
Ketika pupa mulai terkoyak, sesosok hewan kecil muncul dari dalamnya, kemudian sepasang sayap nan anggun terkepak, menunjukkan pesona barunya. Dirinya yang baru, hasil dari persolekan yang memakan waktu, tiap garis pada sayap yang mengisahkan sebuah pengorbanan. Tepat ketika stoples itu dibuka, kupu-kupu itu pun mulai terbang, mengejar takdirnya yang baru, mewarnai langit dengan warna-warnanya yang anggun.
Kokone tersenyum puas, dirinya terlihat sangat terpukau dengan sosok baru yang keluar dari stoples kaca itu. Masih dengan senyum yang sama, gadis itu menoleh pada pemuda yang lebih tua darinya, sebuah lensa pengelihatan menghalangi kedua lautan biru yang menatap dingin, namun terselip sebuah kehangatan yang tak terelakan.
"Senpai, lihat! Kupu-kupunya terbang! Cantiknya…"
Masih terpesona dengan makhluh mungil itu, iris coklat itu tampak menyatu dengan rona kemerahan senja yang terpancar. Memantulkan cahaya matahari dari kedua permata itu. Kaito mengangguk singkat, tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Lihat… tak ada yang perlu ditakutkan, bukan? Ulat yang kau benci pun, pasti berubah menjadi kupu-kupu yang indah."
Kokone mengangguk pelan, senyuman tulus bercampur rona merah nampak jelas di wajahnya. Ketika kedua permata sebiru lautan itu menatapnya, mempertemukan iris sewarna tanahnya dengan lautan tak berpenghuni itu. Membuat kedua kakinya terasa kaku. Membuat darah berdesir, seolah-olah jantung memompa darah lebih cepat dari sewajarnya.
Wajah itu begitu menawan. Wajah maskulin itu nampak kemerahan ketika diterpa sinaran senja, warna biru yang diterpa angin nakal mengingatkannya pada lautan. Dengan kedua permata yang begitu kontras dengan warna senja. Melihat rahang tegas yang membingkai garis wajah yang sempurna, membuat pikiran dan hatinya kini terisi oleh nama dari sosok di hadapannya. Shion Kaito.
Pemuda itu yang mengajarinya tentang kupu-kupu. Secara tidak langsung pula, mengajarkan pentingnya arti kehidupan. Kala melihat ulat yang dibencinya melewati fase-fase sulit untuk berubah menjadi kupu-kupu, sebuah persolekan yang membutuhkan waktu, dan harga yang pas untuk hasil yang sempurna.
"Kau tak apa?"
"Ti-tidak apa-apa!"
Gadis itu memalingkan wajahnya. Tak ingin menatap pemuda tampan yang bisa dengan cepat mencuri hatinya itu, membuat Kaito menaikkan alisnya. Membiarkan bibirnya mengucapkan kata-kata penuh makna. Kalimat yang diucapkan dengan senyum simpul yang menghapuskan wajah datar yang dibenci itu.
"Gadis aneh…"
Kokone hanya tersenyum dalam hati.
~FIN~
