Best Partner!

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

WARN: Jika ada kemiripan cerita dan alur. Itu hanyalah unsur ketidak sengajaan. Karena fict ini pure karya saya.

TYPO/GAJE/OOC/EYDancur.

.

.

.

Konnichiwa! Tahun baru, Author ikutan nyumbang Fict NejiTen yang baru juga ya! Hehe, padahal fict yg dulupun masih blum usai. Tapi, Author mau nyoba pake genre yang beda. Jujur fict ini buat Author super exited. Author uda lama nyimpen ni ide, dan baru kesampean nulis akhir-akhir ini...

Okedeh, Simak aja langsung ya!

.

.

.

.

.

Kolom Review ada dibawah, jangan lupa..!;-)

.

.

.

.

.

.

Aku percaya, sebuah ikatan itu memiliki banyak macam dan bentuk. Bahkan, sebuah pertemanan adalah salah satu contoh kecilnya. Tapi, mungkinkah pertemanan seperti ini akan bertahan lama? Sebuah pertemanan dimana semuanya berasal dari sebuah ketidaksamaan yang nyata. Yeah, itu benar! Aku adalah Tenten. Hanya Tenten, seorang gadis gila tanpa sebuah marga dan keluarga. Itu benar, semua orang menganggapku gila tidak tanpa alasan. Aku memang gila, berbicara sendiri tanpa memperdulikan sekeliling yang tentu menatapku aneh. Tapi sebenarnya tidak. Itulah saat dimana aku sedang berbincang dengannya. Seorang manusia yang tak terlihat.

Hyuuga Neji, satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Dia sama sepertiku, manusia pada umumnya. Hanya saja dia memiliki pekerjaan khusus dimana itu tidak pernah ada didunia manusia. Apa kau pernah dengar tentang Shinigami? Seorang dewa kematian, atau sesuatu yang berhubungan dengan kematian. Kalian pasti bertanya bagaimana bisa aku berteman dengannya? Atau sebagian lagi, menganggapku gila dengan membicarakan sesuatu yang dianggap sebagai mitos. Saat kecil, aku pernah mengalami kecelakaan hingga membuatku koma selama hampir satu bulan. Dan saat itulah, aku mendapat keanehan dengan melihat arwah atau makhluk halus yang aku yakini berhubungan dengan kecelakaan itu sendiri. Meski akupun tidak bisa menjelaskan secara logika, itulah yang ku alami. Saat dimana, semua orang mengucilkanku dan meninggalkanku.

Flashback

percayalah, tidak akan ada yang suka ini. Berlari sangat kencang karena dikejar anjing. Sial, sepertinya Tenten lupa berdoa ketika hendak berangkat kesekolah tadi. Alhasil sekarang ia tengah mempertaruhkan hidupnya(?) dengan seekor anjing gila yang ditemuinya digang tua tadi.

"Sial, berhentilah mengejarku!" teriak Tenten, menoleh ke arah anjing yang masih mengejarnya, sembari melolong keras.

"Uugh, berhentilah mengejarku! Anjing gila!" Teriaknya lagi, semakin mempercepat laju larinya. Terlalu cepat hingga rasanya sangat sakit ketika tubuhnya menubruk sesuatu.

"Hey!" pekik seorang pemuda ketika tubuhnya tersungkur begitu saja ketanah. Ia menilik kesampingnya, entah datang dari mana gadis itu, tiba-tiba saja menabraknya dengan sangat keras.

"Apa yang..." tanya Tenten berhenti sejenak. Matanya melotot bulat, sembari kembali berdiri. "Anjingnya!" teriak Tenten ketika melihat anjing itu berlari menerkam pemuda itu tiba-tiba.

"Apa!" pekik pemuda itu tak percaya dengan apa yang terjadi dengannya. Bagus! Sekarang gadis itu benar-benar pembawa sial.

"Hey, cepat usir anjing ini dariku!" Pemuda itu berusaha melepaskan diri dari anjing yang mulai menggigit lengannya.

"Baiklah!" Dengan cepat Tenten mencari sebuah batu untuk melempar anjing gila itu.

"Batu? Apa kau gila? Kau hanya akan melukai ku!" Oke, Tenten panik. Ia tidak tau apa yang harus dilakukan. Dihadapannya seorang pemuda tengah berusaha melawan seekor anjing gila. Dan ingatkan, pemuda itu meminta bantuannya. Apa yang harus dilakukan Tenten sekarang.

"Jangan hanya diam! Cepat singkirkan anjing ini!" Pemuda itu berteriak padanya cukup keras. Cukup membuat Tenten mendekat dan mengambil sebatang kayu tak jauh dari tempatnya. Dengan gemetar, Tenten mengayunkan kayu itu tepat didepan si anjing. Kemudian membuangnya sejauh mungkin. Ia menghela napasnya, karena berhasil membuat anjing itu pergi darinya.

"Siaal!" desah pemuda itu sembari membenarkan bajunya yang tampak berantakan. Tampak lengannya penuh dengan luka yang diakibatkan oleh anjing gila itu.

"Maaf!"

"Hey! Apa-apan itu tadi? Tunggu, dimana bukuku?!" Ujar pemuda itu segera mengedarkan pandangannya.

"Tanganmu... terluka," bisik Tenten takut jika pemuda itu memarahinya lagi.

"Jangan pedulikan. Sebaiknya kau membantuku mencari bukuku," ucap Pemuda itu berdiri dari duduknya. Tenten memperhatikan langkah pemuda itu yang sepertinya tengah menahan kesakitan.

'Aneh? Kenapa aku merasa sakit diseluruh tubuhku? Seharusnya gigitan anjing itu tidak mempan untukku,' batin pemuda itu sembari mencari bukunya.

"Boleh aku membantumu tuan? Sebaiknya, kau obati dulu lukamu itu. Aku berjanji akan membantumu mencari bukumu," ujar Tenten berjalan mendekati pemuda itu.

"Tidak bisa! Buku itu sangat penting! Hari ini ada dua orang yang harus kudatangi, tapi aku tidak tau namanya karena buku itu hilang!" bentak Pemuda berambut panjang itu kesal.

"Baiklah," ujar Tenten pasrah. Gadis itu akhirnya ikut mencari buku yang dieluh-eluhkan pemuda asing itu.

"Aku dapat!" Tenten menoleh cepat, berjalan mendekati pemuda yang baru saja menemukan bukunya. Buku hitam tua itu terlihat sangat lusuh. Benar, bukankah tadi buku itu terlempar karena pemuda itu menggunakannya sebagai pertahanan dari anjing gila tadi. Tenten menelan ludahnya kasar, mungkin saja 'kan isi dari buku itu tidak lagi utuh, atau robek karena gigitan anjing tadi.

"Yokatta, akhirnya ketemu," desisnya senang. Pemuda itupun membuka buku miliknya cepat. Matanya membulat ketika melihat selembar dari buku itu tersobek. Mungkin ini kelakuan anjing gila itu tadi. Tapi tetap saja, ini menghambat pekerjaannya.

"Tidak mungkin!"

"Ada apa?" tanya Tenten, membuat pemuda itu menatap nya tajam.

"Ini semua gara-gara ulahmu! Apa-apaan ini, membawa seekor anjing dan menyerangku seperti tadi! Sekarang lihatlah perbuatan anjing gilamu itu pada bukuku!" Sembur pemuda itu berjalan mendekat seolah hendak memakan Tenten.

"Baiklah-baiklah. Lagipula itu hanya buku tua usang. Aku akan menggantinya dengan buku yang baru kok," ucap Tenten menenangkan pemuda itu. Tapi justru membuat pemuda itu semakin kesal.

"Haah, dasar tidak berguna!" ketusnya, kemudian pergi meninggalkan Tenten yang ikut-ikutan menggerutu.

'Kenapa menyalahkanku begitu sih!' batinnya melipat kedua tangannya. Tunggu, Tenten terdiam, ia ingat untuk apa ia datang kesini. Gadis itu melirik ke arah jam yang terpasang ditangannya.

"Apa!? Jam 9 lebih! Aku telat kesekolah!" pekiknya, menepuk jidatnya keras.

Gadis itu membalikkan badannya, sembari menatap punggung pemuda yang menjauh itu kesal.

Sementara pemuda berambut panjang itu masih memperhatikan bukunya bingung.

"Apa yang harus kulakukan, halaman akhirnya robek. Padahal satu bulan lagi aku bisa menyelesaikan tugas ini tanpa hambatan. Sial!" gumamnya mendongakkan wajahnya menatap langit yang saat itu sedang sangat cerah. Tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat berat. Pemuda itu memejamkan matanya, sembari menekan keningnya yang terasa sakit.

"Kenapa? Padahal..." Pemuda itu tersungkur begitu saja, membuat Tenten yang masih memperhatikannya dari jauh sedikit terkejut. Gadis itu berjalan mendekat dengan ragu. Takut, jika pemuda itu akan memarahinya lagi.

"Tuan? Kau baik-baik saja?" tanya Tenten menyentuh pundak pemuda itu pelan.

"Tolong, bawa aku meneduh dari sini!" ujarnya segera membuat Tenten mengangguk. Tenten berusaha membantu pemuda itu bangkit. Menuntunnya pelan, sedikit tertatih. Mungkin, sebaiknya Tenten membawa pemuda itu kerumahnya. Lagipula rumahnya tak jauh dari sini. selain itu, akan gawat jika anjing gila itu kembali lagi nanti. Dengan terpaksa, Tenten membawanya pulang kerumahnya.

.

.

.

.

.

.

Tenten menatap takut ke arah pemuda yang terduduk bersender di sofa rumahnya. Tatapannya memaku pada sebuah buku tua usang yang tergeletak diatas meja. Tampak lengannya sudah rapi terbalut oleh perban.

"Siapa namamu?" tanya Pemuda itu tiba-tiba.

"Aah, eeh. Aku Tenten," jawab Tenten gagap.

"Kau bisa melihat arwah, atau makhluk halus 'kan?" tanyanya lagi, kali ini membuat Tenten sedikit heran.

"Eeh, kau bisa membaca pikiran seseorang ya?"

"Tidak."

"Kau peramal?"

"Tidak." jawabnya singkat.

"Lalu?"

"Karena kau bisa melihat ku," balasnya, tiba-tiba dihadiahi tawa dari Tenten dengan keras.

"Haha, kau pelawak ya?"

"Tidak. Aku seorang Shinigami. Kurasa kau tau banyak tentang mitos itu," balas pemuda itu lagi dingin.

"Benarkah?" tanya Tenten sedikit menaikan alisnya, setengah mengejek. Seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.

"Kau tidak percaya?"

"Tidak, tentu saja tidak! Berdasarkan legenda yang kubaca. Seorang Shinigami adalah dewa kematian yang kuat. Bukankah mereka tidak akan jatuh pingsan hanya karena digigit seekor anjing gila?" ejek Tenten melipat kedua tangannya didepan dada.

"Itulah yang sedari tadi menganggu pikiranku. Aku bisa merasakan sakit karena digigit anjing. Dan terik matahari itu benar-benar membuatku pusing," gumamnya pelan.

"Kau bicara sesuatu?"

"Tidak!"

"Baiklah, jadi tuan Shinigami. Siapa namamu?" kekeh Tenten masih menganggap perkataan pemuda itu hanyalah lelucon.

"Hyuuga Neji," jawabnya, membuat Tenten terdiam. Gadis itu menatap pemuda bernama Neji didepannya dalam. Tidakkah cara berpakaian pemuda itu sedikit aneh. Masih menjadi style kah memakai celana, dan baju serba hitam seperti itu. Ditambah lagi, jari-jari pemuda itu terlihat lebih panjang dari manusia biasa. Apa pemuda itu benar-benar dewa kematian seperti katanya tadi. Tenten segera menggeleng-gelengkan kepalanya. Didunia modern seperti ini, untuk apa mempercayai mitos. Yeah, cerita itu hanyalah mitos, mana mungkin itu benar-benar ada.

"Hanya ada satu kemungkinan," ucap Neji tiba-tiba. Membuyarkan lamunan Tenten.

"Haa?"

"Bola kekuatan itu keluar dari tubuhku," lanjut pemuda itu, semakin membuat dahi Tenten mengerut bingung.

"Apa?"

"Aku mendadak lemah seperti manusia biasa. Bahkan, aku mendadak pusing ketika melihat sinar mentari. Satu-satunya alasan paling masuk akal adalah bola kekuatan itu keluar dari tubuhku. Pasti menghilang ketika kau secara tiba-tiba menabrakku dengan amat keras,"

"Tunggu-tunggu, pertama-tama aku harus meyakinkan jika kau tidak sedang sakit tuan Shinigami," kata Tenten meraih kening pemuda itu paksa. Tenten cemas, jika didepannya seorang pemuda super duper tampan itu mengigau karena pusing yang dialaminya.

"Percayalah! Dan panggil aku dengan namaku!" kata Neji tak terima dengan perilaku Tenten. Pemuda itu menepis tangan Tenten kasar. Kulit mereka tak sengaja bersentuhan, dan itu justru membuat Neji kesakitan. Seolah sesuatu yang sangat tajam menusuk uluh hatinya.

"Kau baik-baik saja Tuan?" tanya Tenten yakin jika pemuda itu memang sedang tidak baik-baik saja.

"Ada yang aneh, aku tidak bisa berbuat seperti biasa nya. Aku kehilangan kekuatanku!" ujarnya, membuat Tenten terdiam sejenak. Apakah yang didepannya itu memang benar-benar bukan seperti yang ia pikirkan. Mungkinkah pemuda itu memang benar-benar dewa kematian seperti apa yang dikatakannya? Tenten duduk dihadapan pemuda itu. Memandang manik lavender itu tanpa rasa takut lagi.

"Kau bersikap sangat aneh, dan berkata aneh. Apa kau benar-benar seorang Shinigami?"

Flashback End

Kalian tau, sangat sulit untuk percaya pada semua itu. Ketika kau dipertemukan dengan seorang dewa kematian yang kehilangan kekuatannya, dan juga merusak buku kematiannya sendiri. Itu benar, pemuda itu tidaklah seceroboh itu. Itu semua kesalahan tak tersengaja ku yang justru membuatnya kesulitan. Untuk itulah, aku menawarkan diri padanya. Membantunya menemukan bola kekuatan miliknya, juga halaman terakhir dari buku kematiannya itu.

Detik jarum jam itu menunjukkan pukul 8 pagi. Waktu berlalu sangat cepat, seminggu setelah pertemuan tidak masuk akal itu. Dan kami bahkan belum menemukan petunjuk apapun tentang keberadaan bola kekuatan itu. Aku benar-benar kasihan padanya. Sepertinya dia kesulitan menjalankan tugasnya jika ini terus berlanjut.

Author POV

Minggu pertama berlalu sangat cepat. Tenten benar-benar tidak mengira dirinya akan menjadi dekat dengan malaikat kematian tampan itu. Anggap saja, ketampanannya itu adalah bonus. Tentu saja melelahkan bukan, mencari sesuatu hal yang tidak pernah Tenten lihat itu tanpa ia tau dimana keberadaannya pula. Meski begitu, gadis itu tetap bersedia membantu Neji.

"Berapa orang hari ini?" tanya Tenten sembari menyeruput es teh yang baru saja dibelinya dikantin sekolah. Mereka berdua tengah duduk santai diatap sekolah. Menikmati semilir angin musim gugur yang menyeruak dingin.

"Tiga," balas Neji cepat.

"Hey, apa kau tidak merasa bosan? Maksudku, kau memisahkan mereka dengan keluarga mereka. Apa kau baik-baik saja melihat kisah menyedihkan seperti itu?" tanya Tenten menghentikan Neji yang tengah membaca buku hitam miliknya.

"Untuk itulah aku diberi bola kekuatan itu. Ketika bola itu berada ditubuhku, aku tidak akan merasakan luka, atau rasa sakit apapun itu." balas Neji menutup buku hitamnya. Tenten mengangguk paham.

"begitu ya? Ooh ya, berapa hari lagi, sebelum sampai kelembar paling akhir?" tanya Tenten ikut menengok kebuku hitam milik Neji.

" 3 minggu. Jika aku berhasil menyelesaikan buku kematianku tahun ini. Maka, keinginanku akan terpenuhi,"

"Tapi, anjing sialan itu merobek lembar akhirnya. Mungkin keinginanku tidak akan benar-benar terwujud," sambungnya berubah kesal.

"Kau punya keinginan yang bisa terwujud?" tanya Tenten membuat Neji menoleh dan mengangguk.

"3 tahun lalu, ketika usiaku 17 tahun. Aku menjalin asmara dengan seorang gadis. Tapi, Kami-sama mengambilnya dariku, karena dia memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kami saling mencintai. Dan setelah kematiannya, aku mengalami kecelakaan, dimana aku koma hampir selama satu tahun. Ketika aku sadar, gelar sebagai Shinigami sudah melekat pada diriku. Aku bertanya apa yang paling kuinginkan dalam hidupku, dan saat itu bayangannya kembali menghantui pikiranku. Aku jadi berpikir, mungkin inilah alasan mengapa aku terbangun dari koma lamaku. Kau tau bukan. Mitos dimana Shinigami yang telah bekerja selama 3 tahun memiliki dua hak. Yaitu mengabulkan permintaannya, dan menjadi kekal?" ujar Neji panjang lebar sembari memiringkan wajahnya. Menatap Tenten telah berkaca-kaca mendengarkan kisahnya.

"Dan kau, meminta kehidupannya kembali?" ujar Tenten ikut menyimpulkan. Neji terkekeh, sembari mengangguk.

"Akan sangat menyenangkan hidup bersama dengan orang yang kau cintai. Dan hidup kekal bersama. Aku selalu mendambakan saat-saat itu." lanjut Neji, membuat Tenten ikut tersenyum senang.

"Kalau begitu, ayo kita cari bola kekuatanmu itu sungguh-sungguh. Kau pernah bilang, jika bola itu ketemu maka kau akan tau lembar akhir itu tanpa harus melihat nya 'kan?" Neji menatap Tenten tajam. Tapi justru menyentuh hatinya dengan sangat lembut.

"Baiklah, aku mohon bantuannya, Tenten-san," kekeh Neji, membuat Tenten menarik ujung bibirnya indah.

...

To Be Continue...

Yeeaaaahhh! Chap satunya uda dipublish. Semoga gak merasa aneh dengan gaya penulisanku yang semakin hari semakim berantakan ya minna. Aku butuh masukan tentang alurnya nih. Apakah keceptan, atau justru terlalu pelan? Gak tau deh, yang jelas. Author udah usaha maksimal buat fict abal ini. Semoga, jlan ceritanya gak ngebosenin ya minna..,

Sekian dulu deh, Author mau lanjut nulis chap selanjutnya... Ditunggu ya Minna..!

JAA nee...!

.

.

.

.

.

Scroll kebawah donk!

.

.

.

.

.

Next chapter...

"Gadis itu, akan mati besok," ucap Neji pelan, sontak membuat Tenten terkejut.

"Kau yakin? Tapi mereka terlihat sangat bahagia bersama," sanggah Tenten, berpikir jika Neji hanya bergurau.

"kebersamaan tidak menjanjikan apapun. Takdir lah yang harus lebih dipercayai." ucap Neji, tiba-tiba membuat Tenten diam. Gadis itu memaku tatapan sendunya pada kedua manusia yang saling berbagi senyum dibawah sana. Seolah hatinya, ikut merasa tersakiti, mendengar perkataan Neji barusan.

"Berapa orang?" tanya Tenten tanpa menoleh ke arah Neji.

"Apa?"

"Berapa orang yang sudah kau bunuh?" lanjut Tenten, ikut membuat Neji memperhatikan sumber tatapan Tenten.

"Aku tidak menghitungnya. Tapi jawabannya lebih banyak dari perkiraan mu," balasnya, Tenten menatap Neji tidak percaya. Sorot matanya berubah menjadi sendu. Serta tatapannya seolah sulit diartikan.

"Kau takut padaku?" tanya Neji.