Madara Reborn

DISCLAIMER : Masashi K. I do not own Naruto

WARNING : Fanon, crack pair, OOC, Typo(s), Gaje, dsb.

Prolog

Di tanah lapang yang begitu luas dan tak lagi rata, terdengar suara tangis haru dan ucapan syukur dari shinobi yang selamat setelah berjuang melawan Sang Dewi – Kaguya. Uzumaki Naruto sang pahlawan utama selain Uchiha Sasuke bekerja sama dengan baik sehingga mereka semua dapat memenangkan perang dunia shinobi ke-4 yang begitu dahsyat. Mereka bisa beristirahat sekarang, tapi tidak dengan para ninja medis. Mereka masih harus melakukan tugas mereka memberikan pertolongan pada ninja yang terluka dan mengumpulkan jasad para shinobi yang gugur dalam peperangan. Gadis yang dijuluki Tsunade kedua – Haruno Sakura – memberikan instruksi kepada tiap-tiap divisi ninja medis dari kelima desa untuk melakukan tugas itu. Setelah tugas keseluruhan selesai, terakhir ia pergi ke tempat dimana Sang pencetus perang ini terkapar tak berdaya.

"Tidak…mungkin…" Sakura hanya sanggup menutup mulut dengan sebelah tangan, sedangkan tangan lainnya memeriksa denyut nadi dengan konsentrasi penuh. Ia berharap dugaannya salah. Tapi denyut itu ada meski lemah.

"Ada apa Sakura?" Tsunade mantan hokage itu menatap heran muridnya.

Sakura menelan ludah susah payah, menatap Sang guru seraya berkata, "Dia…masih hidup. Madara masih hidup."

.

.

.

.

.

.

Just enjoy the story ^.^

Don't Like? Don't Read.

.

.

.

.

.

.

.

.

Cahaya mentari pagi menyusup melalui celah-celah gorden menerpa wajah cantik kunoichi medis andalan Konoha hingga memaksanya untuk segera membuka mata. Sakura mendudukkan diri diatas futon dan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Setelahnya ia bergegas membersihkan diri karena tak ingin mendengar teriakan (baca:omelan) ibunya karena bangun kesiangan. Ia masih memiliki banyak tugas di rumah sakit Konoha.

"Ohayou" sapa Sakura pada Sang ibu yang sudah duduk di meja makan bersama Sang ayah.

"Ohayou putriku yang cantik" Kizashi – ayah Sakura – membalas sapaan putri semata wayangnya dengan senyum lebar yang menjadi ciri khasnya.

Pagi hari itu seperti biasa, keluarga Haruno sarapan dengan suasana keluarga yang hangat. Meski jujur Sakura masih belum bisa sepenuhnya menyembuhkan 'luka' akibat perang dunia shinobi, tapi hidup haruslah terus berjalan. Ia bukan lagi gadis lemah yang hanya bisa menangisi kenyataan.

Putri tunggal Haruno itu melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri jalan desa menuju ke sebuah pemakaman khusus para pahlawan desa. Setidaknya satu bulan sekali ia pergi ke sana untuk berziarah, sekedar menyapa teman baiknya itu.

Dengan memaksakan senyum diwajahnya, Sakura meletakkan satu ikat bunga lily pada sebuah pusara. Sekuat tenaga ia menahan air mata yang mendesak keluar dari kedua emerald-nya.

"Ohayou, Sasuke-kun."

Satu air mata lolos begitu saja ketika Sakura menyebut namanya. Inilah luka menganga yang masih tertinggal akibat perang dunia shinobi. Kehilangan cinta pertamanya, cinta terdalamnya, itu sangat menyakitkan untuk Sakura. Saat itu Sakura menyadari jika kedua sahabatnya memang terluka parah, tapi sayangnya Sasuke tak berhasil ia selamatkan. Dan entah berapa banyak waktu yang Sakura lewati menyesali kegagalannya.

"Gomene….gomene…Sasuke-kun." Tangis Sakura pun pecah, "Aku memang lemah…. seandainya saat itu…" Sakura tak sanggup lagi mengeluarkan suaranya. Ia hanya mampu menangis mengingat kata-kata terakhir Sasuke yang tersenyum sambil mengucapkan 'terima kasih'padanya.

.

.

.

.

Tok Tok

"Masuk"

"Ah…kau sudah datang rupanya. Silahkan duduk Sakura."

Setelah puas menangis di pemakaman Sakura segera kembali lagi menjalankan kewajibannya sebagai ninja medis di rumah sakit Konoha. Termasuk yang ia lakukan saat ini memberikan laporang medis salah seorang pasien VIP kepada pimpinan rumah sakit Konoha – Senju Tsunade.

"Kau membawa laporannya?" Sakura mengangguk, memberikan laporan medis yang dipegangnya.

"Hm…" Dahi Tsunade mengerut meneliti setiap perkembangan pasien VIP tersebut. "Jadi kesehatannya makin membaik ya? Organ tubuhnya juga sudah bekerja normal," Tsunade membalik kertasnya, "hanya saja aliran chakra yang masih kacau."

"Tapi dia masih belum sadarkan diri setelah enam bulan lamanya, Shisou." Sela Sakura.

Tsunade mengembalikan lagi laporannya pada Sakura, "Mungkin karena aliran chakranya yang masih kacau. Yang jelas kau harus tetap memberikan perawatan dan pengawasan padanya."

Sakura mengangguk. Ia mengurungkan niatnya untuk undur diri kemudian memberanikan diri bertanya pada Tsunade.

"Ehm…Tsunade-sama, boleh aku bertanya sesuatu?" Tsunade tersenyum lalu mengangguk, "Kenapa…kita membiarkan Madara hidup? Eh…maksudku dia adalah musuh jadi-"

"Aku tahu maksudmu Sakura." Sela Tsunade. Ia tahu jika Sakura menyimpan kebencian begitu mendalam pada mantan pemimpin klan Uchiha itu karena Madara membuat muridnya itu kehilangan orang yang paling dia cintai.

"Jawabannya sederhana dan sudah kau pelajari sebelum kau menjadi seorang ninja medis." Tsunade melipat kedua tangan didepan dada, "'Ninja medis berkewajiban memberi pertolongan pada siapapun yang membutuhkan pertolongan'. Peraturan ninja medis nomor 2. Itu artinya musuh sekalipun juga termasuk di dalamnya, terlebih keadaan Madara tidak berdaya saat itu."

Sakura menunduk, meremas ujung bajunya. "Aku hanya…khawatir dia akan kembali berbuat jahat pada Konoha Shisou."

"Aku tahu kekhawatiran itu bukan hanya milikmu Sakura. Tetapi seluruh warga desa. Mengenai hal itu jangan terlalu khawatir, Hokage yang baru dan para tetua yang baru juga sudah punya rencana mengantisipasi hal itu." Jelas Tsunade panjang lebar.

Sakura mengangguk paham dan kemudian pamit undur diri. Apa yang dikatakan gurunya itu memang benar. Ia tidak boleh meletakkan kebencian dan berakhir menjadi pembalas dendam seperti yang pernah dilakukan oleh Sasuke, yang pada akhirnya malah membuatnya akan terlihat sama buruknya dengan orang itu.

Gadis bersurai merah jambu itu menatap sejenak pintu sebuah ruangan VIP tempat dimana Uchiha Madara dirawat. Seperti janjinya, ia akan tetap merawat Madara hingga sembuh. Tak jauh dari kamar itu ada dua orang anbu yang berjaga di sana. Bagaimana pun tak berdayanya Uchiha Madara, Konoha harus tetap waspada.

Kedua emerald Sakura membelalak ketika tak mendapati Madara di ranjangnya. Ia dengan jelas melihat Madara berdiri di dekat jendela kamar membelakanginya, membiarkan angin menerbangkan rambut gelapnya yang panjang.

Dengan perlahan Sakura mengambil kunai dari pocket-nya. Menyembunyikannya dibalik badannya sambil berjalan mendekat. Meski ia yakin Madara masih lemah tapi bukan berarti Madara tidak bisa menyakitinya bukan?

"Apa kau berniat membunuh pasienmu dengan kunai itu?" Madara berbalik menatap Sakura dengan senyum miringnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

A/N:

Fic ini hadiah untuk Madara menjelang hari ultahnya :D hehehe…. Maklumi kalau temanya pasaran ya *nunduk2.

Oh ya untuk fic ku multichap yang lama, sedang on the way. Ditunggu saja ya hehehe… maklum author sering kenak virus WB :-( *ditendangramerame :D

Lanjut tidaknya fic ini lihat respon para pembaca dulu deh :D hehehe becanda ding!

Mind to review?