Langkah kaki pria mungil dengan mata berhiaskan eye-liner itu terlihat terburu-buru. Beberapa kali mata sipitnya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Menyadari dirinya sudah terlambat dari waktu kelasnya –yang dimulai lima menit yang lalu, ia berdecak pelan. Untuk yang ketiga kalinya, pria mungil itu membenarkan posisi kanvas besar di tangannya dan mempercepat langkahnya dengan berlari. Di lain sisi, seorang pria jangkung dengan kacamata bening bertengger di hidungnya nampak asyik dengan novel yang baru dibelinya. Matanya tak pernah lepas dari novel itu dan itu membuatnya tidak memerhatikan keadaan di sekitarnya. Tepat saat dua pria yang berbeda tinggi badan itu akan berbelok di tikungan koridor–

BRUK!

Adegan tabrakanpun tak terhindarkan lagi. Pria mungil itu menjatuhkan kanvas besar dari tangannya karena kini kedua tangannya berganti menopang berat badannya yang menimpa pria jangkung itu. Sedangkan si pria jangkung itu hanya bisa membelalakkan matanya karena sosok yang menimpa tubuh besarnya. Novel yang tadinya ia pegang kini terlempar seperti kanvas besar milik si pria mungil yang juga sedang membelalakkan matanya.

Hening.

Wajah Chanyeol –si pria jangkung– memerah saat melihat wajah pria mungil yang berada di atasnya. Itu Byun Baekhyun –salah satu mahasiswa seni di kampusnya. Chanyeol bahkan bisa merasakan deru napas Baekhyun dari jarak sedekat itu, membuat aliran darahnya berdesir hebat.

"Astaga, maafkan aku. Kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun tanpa bangkit dari posisi 'strategis' itu.

"U–uh..ya, a–aku baik-baik saja." sahut Chanyeol gugup. Dia segera mengalihkan wajahnya yang memerah agar Baekhyun tidak melihatnya –meskipun agak terlambat.

Baekhyun segera bangkit dari posisinya, kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu pria berkacamata tersebut. "Aku sedang terburu-buru, jadi tidak memerhatikan jalan. Aku benar-benar minta maaf."

Chanyeol meraih uluran tangan Baekhyun dengan sedikit ragu. "T–tidak apa. Aku juga tidak memerhatikan jalan tadi."

Chanyeol menepuk jaketnya yang terkena debu lantai koridor, kemudian mengambil novelnya dan kanvas besar milik Baekhyun. Chanyeol sempat mencuri pandang pada Baekhyun yang juga sedang memperbaiki penampilannya.

Astaga, itu benar-benar Byun Baekhyun.

Sial.

Itu membuat jantungnya berdegup kencang lagi.

Tenangkan dirimu, Park Chanyeol! Dan cepat berikan kanvas itu padanya! –Chanyeol berusaha menenangkan debar jantungnya yang menggila. Setelah ia berdehem sebentar, dihampirinya sosok mungil itu.

"I–ini milikmu." ucap Chanyeol seraya memberikan kanvas besar tersebut pada pemiliknya.

"Terima ka–" Ucapan Baekhyun mendadak terhenti saat melihat sosok tinggi Chanyeol. Senyum Baekhyun yang awalnya terkembang di bibir tipisnya, kini perlahan menghilang. Matanya menelusuri setiap inci wajah dan tubuh jangkung di hadapannya dengan saksama, membuat Chanyeol salah tingkah.

"A–ada yang salah?"

Baekhyun kembali menatap mata Chanyeol dan itu sempat membuat Chanyeol terkejut untuk sesaat. Mata Baekhyun mendadak berbinar-binar saat menatap Chanyeol dan senyumannya mengembang begitu lebar. Belum sempat Chanyeol bertanya lebih lanjut, Baekhyun sudah memegang tangannya tanpa melepaskan tatapan berbinar-binar itu sambil berkata, "Jadilah modelku!"

Chanyeol mengerjap sekali. "Ne?"

.

.

.

###

BEYOND THE ART

Chapter 1 – Be My Model (for Nude)

by Pupuputri

Main Casts : Park Chanyeol & Byun Baekhyun

Support Casts : Kim Jongin

Genre : Romance, Fluff

Rate : M

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

Note: FF ini terinspirasi dari komik yang saya baca. Saya berniat untuk menciptakan karakter Chanyeol yang polos lagi dalam FF yang berbeda. Tapi polosnya Yeol disini mungkin agak berbeda dari Yeol di FF 'Finding Prince Charming' dan si Baek disini karakternya adem ayem bin lempeng-lempeng aja ngeliat pemandangan wajib sensor. So, hope you like this FF and happy reading~

###

.

.

.

Satu tahun yang lalu..

Chanyeol berlari secepat yang ia bisa menuju sebuah toko untuk berteduh. Begitu ia berhasil mendapatkan tempat untuk berlindung, Chanyeol segera menyingkirkan butiran hujan yang membasahi rambut hitamnya dan jaketnya. Dia berdecak kesal saat melihat butiran-butiran dari langit itu jatuh dengan derasnya. Selesai menyingkirkan butiran hujan dari rambut dan jaketnya, ia meraih kacamatanya yang juga kebasahan karena hujan yang mengguyur Seoul. Diambilnya sapu tangan dari jaketnya dan melap kacamata itu. Mata bulatnya sempat memandang ke arah langit tanpa menghentikan acara melap kacamatanya. Ini sudah ketiga kalinya ia terjebak hujan karena lupa membawa payung. Dia ingat Eomma-nya memperingatkannya untuk membawa payung sebelum ia pergi ke tempat les-nya, tapi dia malah lupa (lagi). Dan sekarang yang bisa dilakukannya hanyalah menghela napas panjang dan menunggu hujan itu mereda.

"Aku benci hujan." gumamnya seraya memakai kembali kacamatanya. Matanya kini menatap kosong butiran-butiran bening di hadapannya.

Ya. Entah kenapa hujan selalu mengingat Chanyeol pada Abeoji-nya. Tuan Park adalah tipikal orang yang keras pada anak-anaknya. Dia ingat betapa stresnya Noona-nya saat Tuan Park memaksanya kuliah di Seoul National University. Sepintar apapun Noona-nya, tapi jika ia ditekan seperti itu, tentu saja itu akan membuatnya mengalami stres berat. Chanyeol sempat membenci Tuan Park karena telah membuat Yoora –Noona-nya Chanyeol– sakit karena stres berat. Meskipun Noona-nya berhasil masuk ke universitas itu, itu tidak membuat Chanyeol menyukai pria paruh baya yang selalu ia panggil 'Abeoji'. Justru ia semakin tidak menyukainya karena sekarang giliran Chanyeol yang dipaksa masuk ke universitas itu, padahal Chanyeol ingin masuk ke Kyunghee University. Kalau diingat-ingat, waktu itu juga Seoul sedang sering diguyur hujan deras saat Noona-nya mengalami stres berat, seperti dirinya saat ini. Chanyeol sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi dia lulus. Karena itu, dia dipaksa ikut les ini-les itu demi lulus di ujian masuk Seoul National University. But, hell. Chanyeol bisa apa? Dia tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Abeoji-nya. Karena itulah, dia benci hujan.

"Kau tidak bawa payung?" Sebuah suara di sebelah Chanyeol berhasil mengalihkan kepala laki-laki tinggi itu. Alisnya terangkat sebelah melihat seorang laki-laki mungil sedang tersenyum padanya. Chanyeol yang tidak yakin, kemudian melihat ke sekelilingnya yang sepi, mencari orang yang mungkin menjadi lawan bicara laki-laki mungil tersebut, tapi dia tidak menemukan siapapun disana kecuali dirinya dan laki-laki mungil tersebut.

"Kalau begitu," Laki-laki mungil itu merogoh sesuatu di dalam tas-nya, kemudian menyerahkan sesuatu kepada Chanyeol, "Pakai ini saja."

Itu sebuah payung.

Chanyeol mengernyit kebingungan. "Kenapa kau memberikannya padaku?"

Laki-laki mungil itu tersenyum manis sampai mata sipitnya membentuk bulan sabit. "Kau sedang susah karena tidak ada payung'kan?"

.

.

.

"–lo? HA-LOOO?"

Chanyeol tersadar dari lamunannya saat suara Baekhyun memasuki pendengarannya. Segera ia gelengkan kepalanya dan kembali fokus pada pria mungil itu. "Yya?"

"Kau melamun ya? Kutanya apa kau mau jadi modelku?"

"M–model?"

"Ah, maaf. Kau pasti kaget ya karena orang asing tiba-tiba memintamu jadi modelnya? Kalau begitu perkenalkan, namaku Byun Baekhyun. Aku mahasiswa jurusan seni dan aku ingin kau jadi model lukisanku. Tidak perlu khawatir, aku pasti akan membayarmu." tutur Baekhyun seraya menampilkan senyuman manisnya.

Chanyeol ingin sekali menampar dirinya untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Tapi sekali lagi, dia tidak ingin terlihat bodoh di hadapan pria yang disukainya.

"Aish, gawat! Aku benar-benar terlambat!" decak Baekhyun. Pria mungil itu segera merogoh sesuatu dari sakunya dan memberikan sebuah kertas kecil pada Chanyeol, membuat pria jangkung itu mengernyit. "Aku sedang buru-buru sekarang. Jadi, bisakah kau berikan jawabanmu nanti? Ini kartu namaku. Pikirkanlah dulu. Aku akan senang jika kau mau jadi modelku, sampai nanti!" seru Baekhyun seraya berlari meninggalkan Chanyeol yang masih terbengong-bengong.

Pria jangkung itu terus menatap punggung Baekhyun yang menjauh dari tempatnya berdiri. Saat siluet pria mungil itu sudah menghilang di tikungan koridor, mata bulat Chanyeol berpindah pada kartu nama yang ia dapatkan secara cuma-cuma dari pria yang ia sukai selama ini. Terdapat nama, alamat lengkap, alamat email, dan nomor ponsel Baekhyun di kartu nama itu.

"Daebak.." gumam Chanyeol. Tanpa disadarinya, senyumannya mengembang begitu lebar. Perlahan, tangan kiri Chanyeol mengarah ke pipinya dan menariknya dengan keras. "Sakit." ucapnya lirih tanpa menghilangkan senyuman lebarnya. "Bukan mimpi.." Senyumannya terkembang semakin lebar. Matanya kini berbinar-binar. "INI BUKAN MIMPIIIIIIIIIIII!"

.

.

Chanyeol masih asyik menatap kartu nama Baekhyun yang ia simpan di atas meja. Senyuman masih terkembang lebar, membuat teman-teman sekelasnya mengernyit kebingungan. Pria jangkung itu bahkan tidak menyadari kehadiran Jongin –sahabatnya– yang baru duduk di sebelahnya.

"Kartu nama siapa itu?" tanya Jongin, tapi Chanyeol tidak menyahutnya. Jongin mengernyit kali ini seraya menjulurkan kepalanya untuk melihat kartu nama itu. "Apa itu kartu nama penari telanjang di night club?"

PLETAK!

"Auuw! Aish, kenapa kau pukul kepalaku?!" Jongin protes seraya mengusap kepalanya yang agak berdenyut karena jitakan Chanyeol.

"Jaga bahasamu, Kim Jongin. Ini bukan kartu nama penari telanjang, dasar otak mesum."

"Ah, benar juga. Menonton film porno saja kau belum pernah, apalagi masuk ke night club." cibir Jongin, tapi Chanyeol tidak memedulikan sindiran pria berkulit tan itu. "Jadi, itu kartu nama siapa?"

Chanyeol mengulum senyum lebarnya, kemudian menunjukkan kartu nama itu tepat di wajah Jongin. "TA-DA~! Ini kartu nama Baekhyun!"

"Baekhyun sia–aaaaah! Mahasiswa seni yang kau sukai itu?" Jongin baru ngeh. Chanyeol mengangguk semangat. "Woah~ daebak! Dari mana kau dapatkan ini? Yak, kau tidak menyelinap ke asramanya'kan?" Jongin memicing curiga.

"Ck, tentu saja tidak. Tadi aku tidak sengaja bertabrakan dengannya dan dia memintaku menjadi modelnya. Karena dia sedang terburu-buru, dia memintaku untuk memberikan jawabanku dan kemudian memberikan kartu namanya. Bukankah itu hebat?!" tutur Chanyeol kelewat antusias.

"Benarkah? Wow, itu lebih hebat lagi! Kau akan jawab 'iya'?"

"Tentu saja! Ini adalah kesempatanku untuk mendekatinya. Lagipula, menjadi model lukisan tidaklah sulit, bukan?"

Seharusnya memang tidak sulit, kecuali–

"Model apa?" tanya Chanyeol dengan mata membulat sempurna. Dia sedang menelepon Baekhyun saat ini.

"Model telanjang. Apa aku tidak bilang sebelumnya?" Baekhyun balik bertanya dengan polosnya, membuat Chanyeol jaw-drop.

"Aku yakin kau tidak mengatakan apapun mengenai 'telanjang'." Suara Chanyeol mengecil di ujung kalimat, berusaha untuk tidak menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

"Benarkah? Ahahaha~ maaf, aku lupa."

Sial.

Kenapa Chanyeol masih sempat-sempatnya berdebar karena suara tawa Baekhyun di seberang sana?

"Tapi kuharap itu tidak akan mengubah pikiranmu. Kau masih mau jadi modelku'kan?" tanya Baekhyun penuh harap.

Chanyeol menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Matanya menatap kartu nama Baekhyun di tangannya. "Uh..tapi kenapa harus telanjang?"

"Karena tema lukisan untuk pameran lukisan kali ini adalah 'keindahan Tuhan', jadi aku ingin mengambil objek manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling indah." tutur Baekhyun.

Meskipun alasannya logis, Chanyeol tetap saja ragu. Di lain sisi, Chanyeol ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Baekhyun. Namun di sisi lainnya, Chanyeol belum pernah telanjang bulat di depan orang lain dan sepertinya tidak akan mau, apalagi di hadapan orang yang disukainya. Demi apapun, itu akan sangat memalukan.

"Um..maksudmu dengan 'telanjang', apakah itu berarti..," Chanyeol menelan ludahnya gugup, "..telanjang bulat?"

"Tentu saja telanjang bulat."

DHUAR! –jantung Chanyeol meledak saat itu juga. Wajahnya benar-benar merah sekarang.

Jadi intinya, kalau Chanyeol bersedia jadi model lukisan Baekhyun, dia harus telanjang bulat di hadapan pria mungil itu? Serius? Telanjang seperti..TIDAK MENGENAKAN APAPAPUN? TELANJANG BULAT SECARA HARFIAH? SERIUS? Apa kata dunia kalau seorang Park Chanyeol yang bahkan belum pernah nonton film porno, harus telanjang bulat –secara harfiah– di hadapan Byun Baekhyun selama berjam-jam? DEMI APA?!

Oke, Chanyeol mulai parno.

Segera Chanyeol hembuskan napas perlahan untuk menenangkan jantungnya.

"K–kau serius? Benar-benar telanjang bulat?"

"Tentu saja." tandas Baekhyun cepat, membuat Chanyeol menunduk lesu.

Kenapa Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk mendekati pria yang kusukai dengan cara seperti ini?! KENAPA?! –Chanyeol berteriak dalam hati.

"A–apa melukis manusia telanjang itu membutuhkan waktu yang lama?" tanya Chanyeol kembali.

"Hm..tergantung. Aku belum pernah melakukannya sebelumnya, jadi mungkin akan agak lama."

Hening.

Ada lagi yang lebih buruk dari ini?

"Ah, tapi tenang saja. Meskipun kau akan telanjang bulat nantinya, aku tidak akan melukis kelaminmu."

Dan itu seperti musik di telinga Chanyeol.

"B–benarkah?"

"Ya. Aku akan atur angle-nya agar kelaminmu tidak kelihatan, mungkin menggunakan beberapa properti akan membantu." Sontak Chanyeol tersenyum lebar mendengarnya. "Jadi, kau mau jadi modelku'kan?" tanya Baekhyun sekali lagi.

Chanyeol mengulum senyumnya agar tidak menjadi lebar (karena orang-orang di sekitarnya akan menatapnya aneh). "Tentu."

"Bagus! Kita bertemu di gedung seni jam tiga sore, oke? Oh ya, namamu?"

"Park Chanyeol."

"Kalau begitu, Chanyeol-ssi, sampai jumpa besok di gedung seni jam tiga sore."

"Ya, sampai jumpa."

TUT.

Chanyeol tak bisa menahan lagi senyumannya kali ini. Begitu sambungan telepon diputus, Chanyeol tersenyum selebar-lebarnya. Ia sudah tidak peduli lagi jika ditatap aneh oleh orang-orang di sekitarnya karena yang pasti, ia sangat bahagia. Well, akhirnya dia bisa punya kesempatan untuk berdekatan dengan pujaan hatinya. Chanyeol senang sekali. Jantungnya rasanya ingin melompat keluar dari tempatnya saking senangnya. Pria bertelinga peri itu rasanya sudah tidak bisa bersabar lagi menanti hari esok.

Tapi tunggu dulu.

Rasanya Chanyeol melupakan sesuatu.

Sesuatu yang penting.

"Aku akan atur angle-nya agar kelaminmu tidak kelihatan, mungkin menggunakan beberapa properti akan membantu."

Sial.

Chanyeol lupa.

Meskipun Baekhyun tidak akan melukis kelaminnya, tetap saja dia harus bertelanjang bulat di depan pria manis itu. Bagaimana mungkin Chanyeol bisa melupakan hal sepenting itu?

"Aish, bagaimana ini?" gumamnya lirih sambil mengacak rambutnya frustasi.

Chanyeol memang bodoh. Bodoh karena satu pria pendek bernama Byun Baekhyun.

Jadi, apa boleh buat.

Chanyeol tidak mungkin menarik ucapannya sebagai pria.

Jadi malam ini, dia harus menyiapkan mentalnya untuk bertelanjang bulat di depan Baekhyun besok.

TBC

Oke, meskipun rate FF ini M, gak berarti saya akan keluarkan adegan ranjang ChanBaek ya. Semua ada prosesnya. Gak lucu banget tiba-tiba mereka NC-an'kan?

Dan ya, chapter ini memang pendek *ketawa setan*

Sip, review dulu ya?