Disclaimer: Biar udah nantangin adu suit 100 kali, yang menang tetep Kubo-sen

Warning : Gaje, Abal, Typho(s), AU, OOC, OC, humor garing

Rate: T or M *belum memutuskan*

...

"Konser final di kota kalian, bagaimana rasanya?"

"Menyenangkan. Setelah konser ini, kami akan beristirahat dulu." Pria berambut biru itu berkata.

"Maksudnya, vakum?" tanya wanita berkaca mata.

"Terimakasih buat semua sponsor dan semua awak media yang setia meliput kami. Terimakasih sebesar-besarnya kepada fans yang membuat konser final ini berlangsung sukses. Terimakasih!" Pria itu menutup jumpa pers, tidak menjawab pertanyaan terakhir yang diajukan. Dia beranjak meninggalkan tempat duduknya, sama seperti rekan-rekannya yang lain.

"Apa kabar itu benar? Kalian akan berjalan sendiri-sendiri? Grimmjow-san mohon dijawab!" Tapi yang bersangkutan sudah berlalu.

"Mereka lelah. Untuk lebih jelas, silahkan lihat di situs resmi kami," jawab pria berjas cokelat. Semua LO pun mengikuti mereka, meninggalkan tempat itu, sementara para wartawan masih berkerumun menghubungi kantornya masing-masing atau saling berdiskusi sesama rekan pers. Beberapa diantaranya mencoba mengikuti para personel ataupun staf label untuk mengorek informasi lebih lanjut. Sayang, para bodyguard dengan sigap menahan mereka.

...

"Maksudnya apa?!" teriak Kugou Ginjou, manajer, bujangan, 15 tahun menjomblo.

"Libur," jawab si vokalis.

"Ayolah, kami capek tur 15 kota di 3 benua," jawab gitaris berambut oranye.

"Aku tahu kalian perlu liburan! Tapi kenapa di Vegas?" protes si manajer.

"Tidak apa-apa kan?"

"Pasti apa-apa! Terakhir kali kalian ke Las Vegas, kalian membuat segudang skandal!"

"Kali ini tidak, aku janji!"

"Janjimu tak bisa dipercaya Renji!"

"Kalau begitu, ke pegunungan Andes saja. Patagonia, I'm comin-"

PLAK!

"Ulqui! Katanya setuju ke Vegas?" sewot si pembetot bass.

"Benar!"

Beginilah sosok asli para member The Bleached, suka seenaknya. Bukan hal baru jika staf menemukan si manajer adu mulut dengan mereka. Tapi biarpun begitu, di luar mereka tampak begitu keren.

Seperti saat ini. Setelah melakukan jumpa pers yang begitu profesional dengan para awak media, begitu tiba di kantor manajemen sifat kekanak-kanakan mereka kembali. Ginjou tahu, mereka lelah dan butuh liburan. Tapi, dia masih ingat dengan segudang skandal, yang mereka buat di Las Vegas, yang harus ia urus. Hah... Sebenarnya, tidak di Vegas pun mereka pasti akan buat ulah.

Grimmjow Jagerjaques, si vokalis utama ini sangat berjiwa panas, salah satu rekor besarnya, dia pernah membuat masalah dengan kawanan gangster di New York. Dia juga sering terlibat perkelahian di bar. Satu lawan satu? Keroyokan? Yang mana saja pasti diladeninya.

Abarai Renji, drummer berambut merah ini juga sering membuat Ginjou pusing. Sikap ala anak sekolah dasarnya itu membuat barang-barang di sekitarnya rusak atau hancur. Dan Ginjou lah yang selalu mengurus klaim ganti rugi yang dialamatkan pada Renji.

Hisagi Shuuhei, si pembetot bass juga tidak kalah merepotkan. Ginjou tahu benar kesukaan Shuuhei dengan minuman beralkohol. Sering kali Ginjou harus memanggul Shuuhei yang pingsan karena mabuk berat. Jika mabuk Shuuhei seperti Merlion yang muntah. Satu lagi kebiaasan jelek Shuuhei, judi.

Ulquiorra Cifer si gitaris biarpun bertampang anak baik yang tak bersalah bukan berarti tidak pernah merepotkan manajernya. Pengidap phobia laba-laba ini sering tertidur dimana pun, dan punya kebiasaan untuk tidak membawa ponselnya. Dibawa pun, ponselnya akan segera rusak barang sekejap. Aneh. Dan sifatnya prefeksionis itu menjadikannya bak 'ibu tiri' bagi beberapa restoran dan hotel.

Lalu...

"Kau juga Ichigo! Berapa kali skandal memalukanmu tersebar di internet!"

Si gitaris utama yang juga vokalis, Ichigo Kurosaki yang berambut oranye. Gonta-ganti pacar lebih sering daripada ganti baju. Model? Perawat? Pramugari? Guru? Istri orang? Kau bisa bayangkan sendiri.

"Ya... Aku tahu..." jawabnya asal-asalan.

"Kau ini!"

"Heh, mulai lagi," komentar Shuuhei.

...

An Indonesian Bleach Fanfiction by Poppyholic Uki

Honey Bunny

Ichigo melempar jaketnya sembarangan dan menaruh gitar Gibsonnya pelan-pelan. Dari jauh dia bisa melihat kerlap-kerlip di mesin penjawab telepon. Bisa dipastikan ada banyak pesan yang masuk. Ichigo menghampiri mesin tersebut dan memutar semua pesan yang masuk, lalu mengambil gelas dan membuka sebotol brandy.

Bip

"Ini Kugou. Jangan kelayapan! Istirahat malam ini! Lalu singkirkan brandynya!"

'Ya.. Ya...' ucapnya dalam hati dan menaruh kembali brandy ditangannya.

Bip

"Hai, Ini aku Tatsuki. Kau sedang istirahat? Besok ada waktu? Datang ke barnya Chad ya?"

'Oke.' Dia mengambil air di kulkas.

Bip

"HEH! KUROSAKI! KAU APAKAN MARIE PACARKU HAH! KUBUNUH KAU!"

Bip

'Marie? Siapa? Tidak kenal.'

Bip

"Hai, ini Yuki. Kurosaki-kun, malam itu benar-benar malam yang istimewa. Besok malam ada waktu? Telepon aku ya? Bye."

'Yuki siapa?'

Bip

"Hei ini aku Neliel. Apa paketnya sudah tiba? Eh masih tur ya? Ya sudahlah. Hubungi aku begitu sampai ya? Muuahhh!"

'Paket?' Tanyanya dalam hati. Lalu dia melihat sebuah paket di atas meja kacanya.

Bip

"Oi! Masih hidup? Besok kita bujuk Ulqui ya! Harus jadi ke Vegas!"

'Lakukan saja sendiri.' Ichigo tidak perduli, yang dia pedulikan adalah paket di depan matanya ini. Dia membuka paketnya sambil bersiul-siul.

Bip

"... Tidak jadi. Nanti kuhubungi ponselmu."

'Dasar aneh. Tidak heran sampai sekarang masih perjaka.'

Bip

"Kau kenal wanita yang bernama Mayuko Kuwatani? Dia salah kirim e-mail padaku. Katanya dia minta putus, kalian pacaran? Telepon dia sebelum dia bunuh diri! Oh iya, sejak kapan aku jadi operator telepon ha? Awas, lain kali kucabut 'biji'mu itu!" Ichigo tidak memperhatikan, dari suaranya dia tahu Ulquiorra yang meninggalkan pesan untuknya.

"Fiuuh." Sebuah pakaian dalam wanita kini nampak di matanya, sebuah kartu bertuliskan 'kembalikan aku pada pemilikku.' ada di sebelahnya. Ichigo sangat tahu maksud dari undangan ini dan dia menyeringai senang.

Bip

"A-ah ini Chiaki. Sudah pulang?Aku lihat di televisi lho! Sudah ya!"

'PESAN SELESAI.'

Bip

DEG!

Ichigo menoleh, menjatuhkan 'undangan' yang dikirimkan Neliel ke lantai. Suara jernih dan menggemaskan dari si pengirim pesan membuatnya lupa segalanya. Persetan dengan 'undangan' itu. Di kepalanya, pesan terakhir itu terus berulang.

Ini Chiaki. Sudah pulang?... Ini Chiaki... Ini Chiaki... Sudah pulang? Aku lihat di televisi lho! Ini Chiaki... Ini Chiaki... Ini Chiaki... Aku lihat di televisi lho! Sudah pulang? Ini Chiaki...

"CHIAKII!"

Ichigo memeluk bantal sofa dengan erat lalu berguling-guling di sofanya yang empuk. Berguling-guling hingga jatuh ke lantai, tapi itu tidak bisa menghentikan luapan perasaannya saat ini.

.

.

.

Begitu buka mata, Matahari sudah bergeser jauh ke ufuk barat. Yup! Ichigo Kurosaki menghabiskan seharian untuk tidur. Hmph, bisa dimaklumi sih alasannya.

Ichigo berjalan gontai menuju dapurnya. Di meja makan, sudah tersaji makanan yang tinggal dihangatkan saja dengan microwave. Pengurus rumah tangganya memang cekatan. Biarpun sudah menyendokkan sarapan, atau makan siang –terserahlah mesti menyebutnya apa– Ichigo tetap merasa lesu.

Secangkir kopi kental nan pahit pun tidak bisa mengusir kelesuan ini. Ini bukan efek tekanan darah yang turun karena tidur seharian, juga bukan karena rasa lelah setelah menggelar konser. Ini akibat menangis semalaman –mungkin istilah semalam kurang tepat, karena setelah kurang lebih 2 jam menangis, dia tertidur pulas sambil memeluk bantal–

Peralatan makan hanya dia letakkan di bak cuci piring. Agar matanya terbuka sepenuhnya, Ichigo mencuci mukanya sekalian di bak cuci piring itu. Mungkin inilah yang disebut kebiasaan lama yang sulit untuk dihilangkan. Ini kebiasaannya sebelum tenar dan kaya raya, saat Ichigo dan kawan-kawannya memulai karier mereka dari bawah –dari pub ke pub– Padahal di kamar mandinya, Ichigo menempatkan sebuah wastafel mewah yang tak kalah dengan hotel bintang lima.

Setelah cuci muka, kerjaan Ichigo hanya luntang -lantung tidak jelas. Beberapa menit yang lalu dia mondar-mandir sambil memeluk bantal. Sebentar kemudian dia guling-guling di sofa. Lalu tak lama setelah itu dia terlihat sedang menghitungi jumlah bulu di karpet buatan Belgia miliknya.

Di atas meja kaca, ponselnya –yang telah diaktifkan kembali– berbunyi. Dengan malas-malasan Ichigo membuka pesan yang masuk. Tatsuki mengirim pesan mengingatkannya akan pesta malam ini.

...

Ichigo melarutkan diri dengan hingar-bingar musik, irama khas dunia gemerlap. DJ dengan lihai memainkan lagu dari koleksi DJ kenamaan macam Ayla atau Above and Beyond. Semua bergoyang di lantai dansa, termasuk Ichigo yang asyik meliukkan tubuh bersama seorang wanita –berani bertaruh, Ichigo pasti akan lupa siapa namanya esok pagi– dengan sensual. Tak jarang keduanya saling memeluk dan meraba. Betapa tipikalnya.

Puas berdansa, dan meraba, Ichigo berjalan terhuyung –karena memang sudah mabuk– ke counter. Dia memesan lagi Lychee Martini kepada bartender. Chad, si bartender, hanya menggelengkan kepala melihat teman sejak masa sekolahnya ini melempar pandangan genit kepada pelayan wanita di sebelahnya.

"Pulanglah, kalau sudah mabuk begitu. Perlu dipanggilkan supir?" tanyanya.

"Aku –hik masih sanggup minum –hik kok."

"Tatsuki?"

"Di –hik menelpon temannya. Lihat –hik banyak wanita cantik begini, mana –hik mungkin aku pulang."

"Perlu kutelepon Kugou-san?"

"Jang –hik jangan, nanti dia membawaku pulang –hik di sana ada Chiaki."

"Chiaki-chan? Jangan bercanda. Kau ini sudah mabuk! Berhenti minum!" Chad merebut gelas Ichigo.

"Heh! Kau ini –hik bartender! Berikan gelasku! –hik aku tidak bercanda! Kemarin Chiaki meninggalkan pesan –hik bukan, suaranya. Sekarang suaranya terus – berputar-putar menghantuiku –hik kau tahu?" Ichigo menghabiskan isi gelasnya.

"..."

"Katanya –hik 'Ini Chiaki' –hik 'Sudah pulang?' Terus menerus begitu."

"..."

"'Ini Chiaki'... 'Sudah pulang?''Ini Chiaki' 'Sudah pulang?' –hik"

"..."

"Chad... aku –hik sudah tidak waras ya?"

"..."

"Ya pasti begitu. –hik aku tidak waras hahahahaha..."

"Ichigo."

"Ngh?"

"Kau... tidak gila, kau cuma rindu bertemu Chiaki-chan."

"-hik"

"Temui dan habiskan waktu dengannya. Sebentar." Chad mengalihkan perhatiannya kepada pesanan tamu yang lain.

"Ichigo, kalau kau mau-" Ichigo sudah tidak ada di sana lagi.

...

Mobil berstir kiri itu berhenti ketika lampu lalu lintas menyala merah. Di dalam kabin, kedua mahluk berlainan jenis kelamin itu saling memagut mesra. Jalanan telah mulai sepi, ini pukul 2 dini hari. Ichigo tidak kenal wanita seksi ini, tapi dia sama sekali tidak keberatan pergi bersamanya.

"Mmmhh..."

"Nghh..."

"Temui saja.."

"Nghh..."

"Mmm.."

"Temui saja..."

"Hei, di tempatku, atau tempatmu, hmm?" tanya wanita itu.

"Ngh?"

"Atau... Ke hotel saja?"

"Aku..."

"Temui Chiaki-chan!"

"Aku turun di sini saja." Ichigo menolak ajakan dari si seksi ini. Suara Chad seperti membentaknya, menyuruhnya menemui gadis kecilnya.

"A- Hei!" protes wanita itu.

"Terimakasih buat tumpangannya, setelah ini aku naik taksi saja. Hati-hati menyetir, bye!"

TIINNN TIINNN

Ichigo berlari ke pinggir jalan secepatnya –lampu telah kembali berwarna hijau– dan segera menghentikan taksi yang kebetulan melintas.

.

.

.

Harum makanan menyadarkan Ichigo. Kepalanya mendadak sakit begitu dia berusaha duduk, hangover. Hasil akumulasi alkohol yang dikonsumsinya tadi malam. Pelan-pelan dia mencoba mengingat dan merangkai urutan kejadian tadi malam. Yah... dia ingat pesta Tatsuki dan ceramah Chad, dia juga ingat kalau dia menumpang mobil seseorang –tapi Ichigo tidak ingat siapa– taksi, taman lalu...

"Uughh..."

Ichigo tersadar sepenuhnya. Sofa ini, meja kayu ini, denah ruang ini, serta lantai kayu ini bukan bagian dari tempat tinggalnya. Ruangan ini lebih kecil – dan sempit– dari miliknya.

"..." Ichigo akhirnya sadar bahwa sejak tadi dia diperhatikan oleh orang lain.

"A-"

"Ibuuuu!" Gadis itu berlari.

Ichigo mengikutinya. Gadis cilik itu berlari menuju sumber bau makanan yang sejak tadi diciumnya.

"Ibu! Ayah sudah bangun!" panggilnya.

"Jangan berlari di dalam rumah!" kata seorang wanita. Ichigo terdiam melihat wanita yang sibuk menggoreng telur dadar itu. Dia hafal sekali dengan sosoknya, dan juga gadis kecil itu.

"Ya..."

"... Ck! Polisi yang membawamu kemari," wanita itu berkata seolah tahu isi kepala Ichigo.

'Polisi? Yah... Polisi...' Ichigo akhirnya menemukan puzzle ingatannya yang tertinggal.

"Cepat sarapan Chiaki! Lalu kau, cuci muka dan ganti bajumu Ichigo!" perintahnya.

Ichigo menurutinya dan menuju kamar mandi. Di sana, dia menemukan baju ganti dan handuk yang sudah disiapkan untuknya. Ichigo menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum senang. Chiaki, putrinya yang baru berumur 5 tahun, melongokkan kepalanya. Ichigo menghentikan aktivitasnya membuka baju.

"Kata ibu, 'Sikat giginya ada dalam laci'." Gadis itu berlari lagi ke dapur.

Yah, tidak banyak yang tahu bahwa Kurosaki Ichigo adalah seorang duda yang memiliki seorang anak. Berkat manajemennya, tidak ada yang tahu bahwa Ichigo pernah menikah dan telah bercerai. Menjadi bintang yang digilai banyak wanita membuatnya harus menutup rapat kehidupan pribadimu. Sudah 4 tahun sejak Ichigo dan mantan istrinya, Rukia, berpisah. Chiaki masih berumur sekitar 1 tahun waktu itu.

...

"Kalau sudah sarapan, pulang sana!" usir Rukia.

"Tidak mau! Aku mau main seharian dengan Chiaki!"

"Tapi Bu-"

"Busnya datang Chiaki," sela Rukia sambil mencium pipi putrinya. Sang guru segera menjemputnya dan membantu Chiaki naik bis sekolahnya.

"Aku pergi!" Chiaki melambai dari jendela.

"Hati-hati ya, Sayang!" seru Ichigo dan Rukia serempak. Bis berjalan meninggalkan kawasan apartemen itu.

"..."

"..."

"..."

"Ini masih hari sekolah, Ichigo. Bukannya kau sendiri yang mengajukan syaratnya? Lupa?" tanyanya sinis.

"Kalau begitu-"

"Pulang! Manajermu sudah menelponku! Taksinya sudah datang! Bye!" Rukia berjalan cepat dengan tasnya, menuju kantor.

"Oi! Rukia!" Ichigo berusaha memanggil Rukia. Kepalanya masih terasa sedikit pusing.

"Silakan naik, Pak."

"Rukia! Hei!" Sayang, Rukia tidak mendengarnya dan segera naik bis bersama para pekerja yang siap menjalani aktivitas hari ini.

.

.

Bersambung...

Yah... uki emang masih blum memutuskan ratingnya, draftnya aja blum selesai. Ehehehehe... uki tau, 2 fic multichap aja blum selesai, tapi udah ada multichap baru. Tenang, fic ini ga bakal lebih panjang dari Try Me! kok.. apartemen Rukia modelnya sama kyk apartemen di Atashin Chi, kalo Ichigo tipe rumah elit kayak iklan perumahan mewah di tv. Trus, Chiaki masih tk n diantar pulang pergi dengan bis sekolah kayak Shin-chan.

Alurnya kecepetan ya? Ntar uki lambatin deh. Soal gimana selama Ichigo pisah dengan Chiaki n cerai dengan Rukia, ntar diceritain *kalo ga lupa* Ichigo playboy? Yah gitu deh... Rukia sinis? Yah gitu deh... #tabokberjamaah.. Kalo ada yg ingin disampaikan, kalian tahu harus lakukan apa? Ya! RnR!