.
Akhir musim gugur di Seoul. Daun-daun yang berguguran akan tergantikan oleh kristal-kristal indah yang dinanti-natikan oleh kebanyakan orang. Seperti biasa udara dingin menaungi kota Seoul hari ini. Tiap warga sibuk dengan dengan aktivitas paginya.
Disebuah apartemen kecil di pusat kota Seoul seorang gadis juga sedang melakukan aktivitas paginya. Melakukan ritual sebelum berangkat ke kampusnya. Seperti biasa ia akan memasak untuk sarapan walaupun ia tinggal seorang diri, tak mau ambil resiko jika penyakit maagnya kambuh.
Berjalan dengan santai menikmati suasana musim gugur yang sebentar lagi akan berakhir. Jarak apartemen dan kampusnya memang dekat, hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai. Ia membenarkan syal dan merapatkan mantelnya. Memandang takjub daun-daun yang berguguran dan tiba-tiba mengerucutkan bibir saat helaian rambutnya menghalangi pandangan. Sesekali tersenyum dan menyapa saat berpapasan dengan orang yang dikenalnya, mengingat dia adalah gadis yang ramah terhadap semua orang.
Gadis manis itu tersenyum saat mengetahui gerbang kampusnya terlihat semakin dekat. Inha University, begitulah tulisan yang tertera pada gerbang pintu masuk universitas itu. Salah satu universitas terkemuka yang berada di Seoul.
Ckiitttt...
"Ah maafkan aku. Aku tidak melihat jalan tadi. Maafkan aku." Begitulah katanya saat tak sengaja ada sepeda yang hampir menabraknya.
Sedangkan pengendara sepeda tadi hanya diam dan melirik pada gadis itu. Seolah tak terjadi apa-apa laki-laki bermata obsidian itu langsung saja berlalu meninggalkannya begitu saja. Bahkan gadis itu tak melihat wajah pelaku yang hampir menabraknya.
"Heeii~ apa yang salah dengan laki-laki itu? Aku kan sudah meminta maaf. Tak bisakah dia bicara? Huh!"
.
.
Dengan tergesa-gesa dia mengayuh sepedanya dengan brutal. Seolah tak peduli dengan sekitarnya. Bahkan dia mengabaikan teriakan ibunya yang mengingatkannya untuk sarapan. Bukankah tidak sopan? Dasar Kim Jongwoon!
Ya. Kim Jongwoon, laki-laki berambut merah dengan postur tubuh tinggi mahasiswa Inha University jurusan musik itu mengendarai sepedanya secepat kilat seakan dia sudah terlambat padahal ini baru pukul delapan dan kuliahnya baru dimulai pukul sembilan. Apa yang membuatnya tergesa-gesa sampai mengabaikan ibunya?
Ckiitttt...
'Oh Tuhan apa lagi ini?' batinnya.
"Ah maafkan aku. Aku tidak melihat jalan tadi. Maafkan aku."
Dan Jongwoon berlalu begitu saja. Tak peduli bahwa orang yang hampir ditabraknya akan bersumpah serapah.
Sifatnya yang cuek dan cool dengan wajah tampan tetapi jarang tersenyum itu tak ayal membuat para gadis dikampusnya tergila-gila pada padanya. Walaupun banyak gadis mendekatinya dan menyatakan cinta padanya, namun belum ada satupun yang dapat memikat hati seorang Kim Jongwoon. Hanya gadis bermarga Kim itulah yang membuat hatinya bergetar. Yang menjadi alasan dia ingin cepat sampai dikampusnya.
Setiap pagi Jongwoon selalu memerhatikan gadis pujaannya dari atap kampusnya. Gadis itu setiap pagi sebelum kuliah dimulai selalu duduk di taman kampus sekedar untuk membaca buku, terkadang memberi makan kelinci peliharaan kampus atau hanya duduk saja sambil memainkan ponselnya.
.
Kim Ryeowook. Gadis berusia 20 tahun itu duduk termenung di bangku taman kampusnya. Surai coklat madu sepinggangnya yang terurai dengan poni miring menambah kesan manis pada wajahnya itu sebagian bergerak-gerak terkena hembusan angin. Bibirnya mengerucut lucu mengingat kejadian tadi pagi yang menurut Ryeowook akan berimbas buruk sepanjang hari ini.
Setelah kejadian yang bisa dibilang "tabrak lari" tadi, Ryeowook mendapat tugas berupa karya tulis dari Kang Seonsaengnim. Bukan, bukan masalah tugas yang diberikan. Namun dengan siapa ia harus bekerja sama untuk membuat tugas itu yang membuat Ryeowook uring-uringan tak jelas. Oh Tuhan, apakah ini hukuman untuknya karena ia tadi tak sengaja menginjak semut didepan pintu kamarnya? Menginjak semutpun Ryeowook tak tega. Lalu apa salahnya sampai Tuhan memberikan cobaan seperti ini? Tapi, hei! Bahkan dia tak tahu siapa itu Kim Jongwoon dari jurusan musik! Demi Tuhan..
Ryeowook bukan gadis pemalu yang hanya bisa berkata "aa..uu..aa..uu" saat ditanya ataupun saat ingin bertanya. Hanya saja dia tidak bisa mengekspresikan dirinya dengan sesuatu hal yang baru. Dia tak suka beradaptasi. Bahkan Ryeowook memilih tinggal sendiri saat ayahnya dipindah tugaskan ke London. Dan sekarang dia harus berhadapan dengan seorang Kim Jongwoon yang namanya saja belum pernah ia dengar.
Seperti apakah dia?
Apakah dia tampan?
Apakah dia baik?
Ryeowook tidak peduli dengan penampilannya. Yang ia pedulikan adalah Kim Jongwoon harus dapat bekerja sama untuk menyelesaikan karya tulis yang diberikan Kang Seonsaengnim.
Saat ini Ryeowook berdiri didepan gedung musik salah satu fakultas dikampusnya. Dia akan menemui partnernya di kafetaria gedung musik. Ryeowook memang sering mendapatkan tugas seperti ini dengan bekerja sama dengan fakultas lain. Namun biasanya ia diperbolehkan memilih sendiri partner untuk bekerja sama, jadi dia memilih seseorang yang ia kenal agar tak perlu beradaptasi. Tetapi untuk kali ini? Dia merasa bersalah kepada semut yang ia injak tadi pagi. Betapa polosnya seorang Kim Ryeowook.
Beginilah seorang Kim Jongwoon. Walaupun Cha Seonsaengnim berkata bahwa orang yang akan bekerja sama dengannya akan menemuinya pukul 3 tapi dia sudah berada ditempat perjanjian 30 menit sebelum waktu yang ditentukan. Tepat waktu sekali bukan?
Baru 10 menit ia menunggu, rasanya sudah 10 jam! Yang membuat penantiannya kali ini lama adalah ia terlalu penasaran dengan orang yang akan ditemuinya. Jongwoon selalu penasaran dengan apa saja yang akan menyangkut masa depannya. Cih, berlebihan! Ini hanya pembuatan karya tulis Kim Jongwoon!
Cklek!
Jongwoon menoleh pada asal suara itu.
Deg! Gadis itu..
'Kim Ryeowook.'
'T-tunggu. Bukankah Kim Ryeowook berada di jurusan psikologi?'
'Apa? Psikologi?'
'Oh Tuhan! Apa ini..?'
'Lupakan Kim Jongwoon. Mungkin dia ingin bertemu dengan salah satu temannya, atau kekasihnya?'
Lalu Jongwoon teringat perkataan Cha Seonsaengnim.
"Kau akan bekerja sama dengan salah satu siswi psikologi."
Jongwoon berpura-pura mengabaikan Ryeowook yang duduk tak jauh dari tempatnya. Bukan, bukan tak jauh. Sangat dekat malah! Kim Ryeowook duduk didepannya! Karena meja kafe kampus sangat penuh dan yang tersisa hanya empat bangku memutar yang salah satunya telah ditempati Jongwoon. Ryeowook tidak tahu bahwa orang yang akan bekerja sama dengannya telah berada didepannya.
Tunggu dulu! Kenapa Kim Jongwoon terkejut saat Kim Ryeowook memasuki kafe kampusnya? Bukankah tadi pagi ia hampir menabraknya dan berlalu begitu saja?
Apakah disini tidak ada yang tahu bahwa seorang Kim Jongwoon mempunyai sifat arogansi dan gengsi yang begitu tinggi? Dan ingat! Kim Jongwoon terlalu susah untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan.
Sebenarnya tadi pagi ia benar-benar shock saat mengetahui seseorang yang hampir ditabraknya. Ia hampir menabrak Kim Ryeowook. Ya. Kim Ryeowook, gadis pujaannya selama setahun belakangan ini. Gadis yang membuatnya mengabaikan ibunya. Gadis yang diam-diam ia perhatikan. Gadis mungil dengan iris caramel bening, hidung kecil yang bangir, dan jangan lupakan bibir mungil cherrynya yang menggoda. Dan Jongwoon terlalu gengsi untuk mendekatinya apalagi menyatakan perasaannya.
Saking shocknya ia tak bisa berbuat apa-apa dan berlalu begitu saja. Kau pengecut Kim Jongwoon. Namun ia bersyukur mengetahui Ryeowook tidak terluka sedikitpun karena insiden tadi pagi. Bahkan sekarang ia duduk didepannya. Sepertinya Ryeowook tak melihat wajah Jongwoon karena saat ini ia hanya biasa saja saat berhadapan dengan Jongwoon.
Diam-diam Jongwoon memerhatikan wajah manis Ryeowook. Bukankah lebih indah jika dilihat dengan jarak sedekat ini?
Apakah memang Kim Ryeowook begitu manis? Atau hanya anggapan Jongwoon saja?
"Ya, hallo? Kang Seonsaengnim? Saya sudah tiba, tapi saya tidak tahu yang mana orangnya. Apakah anda bisa menyebutkan ciri-cirinya?"
"..."
"Ya? Rambut merah?" tanya Ryeowook lirih agar tak terdengar laki-laki berambut merah didepannya.
"..."
"Ah, ya. Terimakasih seonsaengnim."
-TBC-
