Derap langkah kaki yang berlari terdengar di dalam apartemen. Pintu kamar Sisyphus terbuka saat pria berambut coklat itu sedang membaca sebuah novel di tempat tidur dan menampakkan sosok batita berusia dua tahun dengan rambut berwarna senada seperti Sisyphus, ia membawa sebuah buku bergambar bersamanya.

Aiolia melemparkan buku yang ia bawa ke atas ranjang dan dengan susah payah ia memanjat naik. Makan beberapa menit hingga Aiolia berhasil memanjat naik, Sisyphus sendiri tidak ada niatan untuk membantu anak asuhnya itu. Jika sang bayi singa tidak meminta bantuan padanya dan Sisyphus membantunya naik, bisa dipastikan batita satu itu akan mengambek nantinya.

Senyuman puas terlihat jelas di wajah batita itu setelah berhasil menjejakkan kaki di atas ranjang Sisyphus. Dipungutnya buku tadi, Aiolia langsung melompat dan mendarat tepat di pangkuan Sisyphus. Ditatapnya ayah angkatnya itu dengan kedua mata hijaunya yang besar dan menggemaskan.

"Cissy! Bacakan celita inwi unwtuk Lia!" ujar Aiolia dengan suara kelewat ceria dan lidah cadel khas anak kecilnya. Disodorkannya buku yang ia bawa pada Sisyphus dan pria itu mengambil buku tersebut dari tangan mungil Aiolia.

Sisyphus membaca judul yang tercetak dengan tinta emas di buku bergambar itu, 'The Doll Who Wanted To Be A Human,' itulah judul yang tertera di buku tersebut. Sampul buku itu adalah sebuah boneka porselin antic dengan rambut panjang berwarna sebiru langit dan mengenakan pakaian abad delapanbelas. Hanya sosok boneka di sampul dan judul di buku itu yang memiliki warna, sementara latarnya hanyalah hitam dan putih.

Mata biru Sisyphus memandangi Aiolia, ia tampak ragu dengan buku pilihan anak asuhnya itu dan ia tahu kalau buku ini bukan jenis buku seperti dongeng Cinderella atau lainnya. "Lia yakin mau Papa bacakan buku ini? Papa ambilkan yang lain saja, ya," ujarnya.

Aiolia menggelengkan kepalanya dengan mantap. "Lia mau yang inwiii!" katanya. Ekspresi wajahnya serius, nyaris mirip dengan ayahnya yang satunya, Aspros, jika keputusannya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.

Sang Fotografer hanya bisa menghela napas panjang. "Baiklah, Lia. Akan Papa bacakan." Sisyphus sudah menyerah.

Aiolia tersenyum senang mendengar ucapan Sisyphus. Ia menyamankan diri dalam pangkuan Sisyphus sebelum pria berambut coklat itu membacakan cerita untuknya.

Sisyphus memulai ceritanya, "Once upon a time…"


Manhattan: Bedtime Story

.

.

Disclaimer:

Saint Seiya © Masami Kurumada

.

Saint Seiya: The Lost Canvas © Teshirogi Shiori

.

The Doll Who Wanted To Be A Human Himeno Masuta

.

Manhattan: Bedtime Story belongs to Manhattan Series

.

.

Warning:

Modern!AU, OOC, Typo, dan lain-lainnya

.

Characters:

Daddy!Sisyphus, CEO!Aspros, Baby!Aiolia, Doll!Albafica

.


Pada suatu waktu, ada sebuah boneka yang ingin menjadi manusia. Boneka itu memiliki wajah yang sangat cantik dengan rambut sebiru langit yang panjang, matanya pun berwarna senada, bibir semerah delima dan kulit seputih porselen. Lugonis, sang pembuat boneka, sangat bangga akan karyanya yang satu ini dan memperlakukannya dengan hati-hati, Albafica adalah nama yang diberikan untuk boneka itu.

Albafica selalu diletakkan di etalase toko untuk menarik pengunjung, entah sudah berapa banyak orang yang jatuh hati padanya dan bertanya apakah mereka bisa membeli boneka tersebut. Tapi sang pembuat boneka itu selalu berkata bahwa ia tidak menjualnya.

Setiap hari Albafica melihat manusia-manusia yang berlalu-lalang dari etalase toko. Ia merasa iri pada mereka. Sang boneka berharap dan terus berharap agar bisa menjadi manusia seperti semua orang yang memandanginya.

"Oh, bagaimana caranya agar aku bisa menjadi manusia?" ujar boneka itu.

Lugonis mengangkat tubuh boneka Albafica. Senyum puas terukir di wajah pria berambut merah itu. "Kau lebih sempurna daripada manusia manapun, Albafica," ucapnya penuh dengan rasa bangga.

Mendengar ucapan sang pembuat boneka, Albafica berharap tanpa suara, "Lebih baik aku tidak menjadi sempurna jika aku bisa menjadi manusia."

Suatu hari, seorang wanita berambut perak yang merupakan langganan toko itu datang. Seperti banyak orang sebelumnya yang melihat sosok Albafica, Wanita itu pun jatuh hati pada rupa Albafica yang cantik dan menawan. Ia menggendong Albafica dengan sangat hati-hati, seakan boneka itu akan pecah kapanpun jika ia terlalu kasar memegangnya.

"Kau lebih cantik daripada manusia manapun," ujar wanita berambut perak itu.

Albafica kembali berharap, "Lebih baik aku tidak menjadi cantik jika aku bisa menjadi manusia."

Lalu ada pula seorang Ilmuwan berambut hijau yang datang, mata ungu di balik kacamata yang ia kenakan memandang sosok Albafica dengan penuh kekaguman. Pria itu tersenyum pada boneka di tangannya, jemarinya menelusuri wajah Albafica dengan penuh afeksi.

"Kau lebih masuk akal dibandingkan manusia manapun," ujar Ilmuwan itu.

Lagi, Albafica kemabali berharap, "Lebih baik aku tidak menjadi masuk akal jika aku bisa menjadi manusia."

Pada suatu waktu, ada sebuah boneka yang ingin menjadi seorang manusia. Boneka itu tak pernah berhenti berharap sepanjang waktu, bahkan saat sang pembuat boneka telah mati dan meninggalkannya di etalase toko bersama boneka lain.

Pada suatu waktu, ada seorang pria dengan rambut putih yang menutupi sebagian wajahnya. Pria itu memberitahukan pada sang boneka kalau harapannya untuk menjadi manusia bisa dikabulkan olehnya. Albafica tentu saja merasa senang mendengarnya. Harapannya selama ini bisa dikabulkan oleh pria itu.

"Tapi kau tidak akan bisa kembali lagi," kata pria itu. "Sekali menjadi manusia, kau akan selamanya menjadi manusia."

Untuk pertama kalinya, air mata menetes dari mata biru Albafica. "Aku tidak peduli," Sang Boneka berharap. "Aku ingin menjadi manusia."

Pria berambut putih itu mengenggam tangan sang boneka berambut biru. Ia tersenyum pada Albafica. "Baiklah, jika itu keinginanmu," ucapnya.

Pada suatu waktu, ada seorang pria dan ada pula sebuah boneka. Setiap hari, pria itu memberikan pada sang boneka bagian dari dirinya, dan sang boneka memberikan pria itu bagian dari dirinya; kaki, tangan, dan bagian lainnya.

Lagi dan lagi

Lagi dan lagi

Lagi dan lagi

Lagi dan lagi

Hingga suatu hari, sang boneka yang sebelumnya adalah seorang manusia berkata pada sang manusia yang sebelumnya adalah sebuah boneka, "Sekarang, kau adalah seorang manusia."

Lalu dia menjadi bukan apa-apa. Eksistensi si pria yang kini telah menjadi boneka sudah menghilang tanpa bekas. Air mata mengalir dari mata Albafica dan membasahi kedua pipinya. Ia menangis tanpa suara.

Pada suatu waktu, ada seorang manusia yang sebelumnya adalah sebuah boneka. Ia berharap dia tidak pernah menjadi manusia. Keputusan yang ia sesali hingga saat ini dan membuatnya mengorbankan nyawa seseorang yang tak berdosa untuk keinginan egoisnya.


Aspros memasuki kamarnya, kedua mata birunya menangkap sosok anak angkatnya yang bergelung dalam selimut di tempat tidurnya dengan Sisyphus yang berbaring di sebelah batita itu. Tumben sekali si bayi singa jatuh tertidur di kamarnya, biasanya kekasihnyalah yang sering ketiduran di kamar Aiolia setelah menidurkan batita berambut coklat itu.

Sang CEO berjalan mendekati tempat tidur. Ia mendaratkan sebuah kecupan singkat di puncak kepala Sisyphus, membuat sang fotografer terbangun dari tidurnya. Aspros tersenyum simpul padanya. "Maaf sudah membangunkan kamu, Sugababe," ucapnya dengan suara setengah berbisik.

Sisyphus bangun dari posisi tidurnya sehati-hati mungkin agar tidak membangunkan Aiolia. "Kamu baru pulang jam segini—" Pria berambut coklat itu menguap lebar, tangannya mengucek-kucek matanya untuk mengusir rasa kantuk.

Pria berambut biru itu melemparkan jas hitam yang ia pakai ke sembarang arah, tidak peduli jika jas itu kusut atau menyasar ke tempat yang tak seharusnya, dasinya pun bernasib sama dengan jasnya. Ia membuka 3 kancing teratas kemeja merahnya dan mengambil tempat duduk di pinggir tempat tidur.

"Tumben Lion Cub ketiduran di sini," katanya sambil mengelus helaian coklat milik batita itu lalu berpindah ke pipi tembemnya, gemas rasanya untuk tidak mencubit pipi Aiolia, tapi sang CEO tidak mau membangunkan anak asuhnya sekarang.

"Tadi Lia minta saya agar membacakan cerita untuknya, setelah itu ia menangis karenanya." Sisyphus menghela napas pelan.

Sebelah alis Aspros terangnkat, menatap kekasihnya itu dengan pandangan bingung. "Dan kamu menolak untuk membacakan dia cerita itu?" tanyanya.

Sang fotografer tidak menjawab pertanyaan Aspros, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil buku bergambar yang ia letakkan di tempat tidur tadi dan menyerahkannya kepada pria berambut biru itu.

Aspros menerima buku bergambar itu dari Sisyphus, "The Doll Who Wanted To Be A Human'?" Ia membaca judul buku itu dan mulai membuka satu persatu halamannya, membacanya secara singkat. "Nggak heran kalau Lion Cub menangis setelah kamu bacakan cerita ini, Sugababe. Kenapa nggak buku yang lain saja?" tanyanya lagi.

Sisyphus menggelengkan kepalanya. "Saya sudah membujuk Lia agar memilih buku lain, tapi dia bersikeras kalau dia mau saya untuk membacakan buku yang itu saja," ucapnya.

Sang pemimpin klan Gemini terdiam memandangi buku bergambar di tangannya. Ia ingat kalau Aiolia sendiri yang mengambil buku itu saat mereka berempat—dirinya, Sisyphus, Regulus dan Aiolia—sedang mengunjungi sebuah toko buku antik bersama-sama, sang bayi singa langsung memeluk buku itu dalam pelukannya erat-erat dan tidak maau melepaskan buku itu hingga Aspros setuju untuk membelikan buku bergambar tersebut, membuat pria tua yang merupakan pemilik toko buku tersebut tertawa geli akan tingkat batita bermata hijau itu.

"Mungkin seharusnya saya bakar saja buku bergambar ini..."


The End


A/N:

*Uhuk* Halo, Jio di sini~
Iya, saya kembali 'buang sampah' di fandom sini lagi. Teehee~~

Nah, berhubung biasanya 'Manhattan Series' fokus ke anggota keluarga Gemini-Sagittarius di Modern!AU, kali ini saya nyelipin dongeng dengan karakter si Cantik dari kuil ke-12~ Dan untuk ketiga orang yang nggak disebutkan namanya, pasti ketahuan banget 'kan itu siapa-siapa aja? XD

Di sini, Aiolia kecil nan unyu nan lucu sudah bergabung di keluarganya Sisyphus, dan... bukan, si bayi singa bukan anak kandung Sisyphus. Dia itu... Ah, mungkin akan saya jelaskan nanti di fanfic lain kalau saya niat ngetik/nulis. :D

.

.

Salam hangat,

—Kurobara Jio—