Konnichiwa \^o^/

Uwaah tetiba terinspirasi bikin fic yang ada hubungannya sama taun 90an. Ya, kehidupan taun segituan, yang dimana indahnya masa kecil kita terukir di sana #asik. Jujur aja, aku masih baru banget terjun di dunia fanfic, dan ini pertama kalinya juga crossover dua fandom yang sebenernya punya latar belakang dan basic yang jauh haha.

Oke, sebelum masuk cerita, aku bakal kasih 2 clue tentang ciri khas taun 90an yang aku tonjolin di sini. Yaitu…. Mesin dan game

Nah, penasaran apa maksud dari clue itu? Dan gimana sih jadinya crossover Naruto sama King of Fighters?

Disclaimer:

Sakura Haruno and all characters of NARUTO ©MASASHI KISHIMOTO Crossover Asamiya Athena and all characters of KING OF FIGHTERS ©SNK PLAYMORE

It's contain a semi-canon and OOC Story by : Kairi10969

Happy Reading!

#Unfor90ttenMemories

.

.

"Pokoknya, Tou-san, Kaa-san, untuk liburan kali ini aku ingin jalan-jalan!"

Tidak peduli seberapa sering aku meneriakkan kata-kata itu, keinginanku tak juga dituruti. Padahal aku sudah lulus ujian genin, tapi mereka sama sekali tidak ada sedikitpun niat untuk merayakannya. Mereka malah hanya menyelamatiku dan kembali sibuk pada pekerjaan masing-masing. Ibu pada kesibukannya mengurus rumah tangga, dan Ayah pada kesibukannya mengurus bisnis yang baru dirintisnya beberapa bulan lalu.

Huh, nanti apa komentar Ino tentang kesialanku tak bisa bepergian di hari libur ya? Ia pasti akan mengolok-olok sambil memamerkan oleh-oleh hasil liburannya. Sial. Apa yang akan aku bangga-banggakan padanya kalau liburan hanya di sekitar Konoha saja? Ah, tapi kalau dipikir, Naruto dan beberapa shinobi lainnya juga menghabiskan waktu di Konoha. Mungkin aku bisa mengajak mereka untuk bermain.

Siang hari di saat kebanyakan warga sekitar lebih memilih untuk bermalas-malasan di rumah, aku menyeret langkahku memaksakan diri untuk berjalan-jalan. Habisnya, untuk mengobati rasa bosan tak ada yang bisa kukerjakan di rumah. Ichiraku Ramen pun tumben sekali sepi, dan para juru masaknya terlihat hanya sedang mengelap meja dan kursi pelanggan saja.

"Ya, lebih baik diletakkan di sini saja"

"Baik, 4 unit ya? Nanti akan saya kirimkan ke sini lusa di pagi hari"

"Tidak, percepat jadi besok pagi saja"

Eh? Aku penasaran Hokage ketiga berbicara dengan siapa ya? Orang yang menjadi lawan bicaranya itu seperti bukan berasal dari desa Konoha. Gaya berpakaiannya sungguh lain karena ia mengenakan setelan kemeja dan celana panjang merah yang terlihat cukup kaku. Lalu apa yang sedang dibicarakan mereka di depan rumah kosong yang telah terbengkalai selama 2 tahun lebih ya? Kalau tidak salah mereka menyebut '4 unit'. Apakah akan dibuka sebuah pabrik rumahan? Entahlah. Aku memilih untuk meneruskan kembali langkah malasku mengelilingi desa Konoha.

Tanpa sadar kini aku tiba di depan rumah Naruto, berdiri terpaku tanpa mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. Mungkin sebaiknya aku mengajak ia berjalan-jalan di sekitar Konoha.

"Naruto," panggilku dari luar, siapa tahu ia sedang ada di rumah.

Tak lama kemudian grendel pintu bergerak dan muncullah Naruto di celah pintu, "Ya, ada apa Sakura-chan?"

"Emm.. kau sedang ada rencana liburan tidak?"

"Eeto… tidak ada, memangnya kenapa?"

"Aku benar-benar kesepian, mau menemaniku jalan-jalan?" aku bertanya cukup hati-hati padanya, khawatir mengganggu istirahatnya.

"Ah, mau jalan-jalan ya..," Naruto menggaruk hidungnya dengan telunjuk, "Jujur saja sebenarnya aku ingin sekali, tapi sayangnya kondisi tubuhku sedang sangat menurun. Jiraiya-sensei saja menyuruhku untuk istirahat sejak beberapa hari lalu"

"Sou ka..," aku memaksakan senyum canggungku, "Baiklah kalau begitu, maaf mengganggu waktu istirahatmu"

"Justru aku yang harus minta maaf padamu, Sakura-chan," ia langsung menutup pintu perlahan tepat saat aku berbalik meninggalkannya. Yah, terpaksa agenda "jalan-jalan tidak jelasku" akan kuhabiskan seorang diri.

Fuh, ternyata semua orang sama saja! Membiarkanku menghabiskan waktu liburan sendirian!

Besoknya, aku kembali meneruskan agenda jalan-jalanku. Meski aku keluar rumah pada pukul 9 pagi, tapi entah kenapa udaranya masih sedingin pukul 6. Kulit lengan yang tak tertutup oleh pakaian terusan merahku terus tersapu udara dingin di setiap langkahku. Oh, iya, sebentar lagi Konoha akan memasuki musim dingin, dan ini adalah angin di minggu terakhir musim gugur. Angin yang sedaritadi membelai rambut merah mudaku.

"Sakura-chan! Ohayou!"

Dari belakangku, Naruto yang sumringah menghampiri tempatku berdiri kini. Wajahnya sudah terlihat lebih ceria dibanding kemarin yang memucat karena sakit. Ia melambai-lambaikan tangan tanda menyapaku.

"Ah, Naruto, Ohayou. Kelihatannya kondisi tubuhmu sudah membaik"

"Yah begitulah, aku 'kan calon Hokage, jadi terkena sakit apapun aku akan segera sembuh," Naruto lagi-lagi membual soal calon Hokage, padahal ia kemarin mengaku sudah beristirahat beberapa hari. Apanya yang segera sembuh?

"Oh ya, kau masih tak memiliki rencana liburan apapun hari ini kan?" tanya Naruto mengalihkan topik pembicaraan.

"Hm… tidak ada. Memangnya kenapa?"

"Begitu ya. Yah… mungkin… aku bisa menemanimu jalan-jalan hari ini," pemilik surai jingga itu mengedarkan pandangannya sambil menggaruk hidung dengan telunjuk,"Sekalian kutraktir semangkuk ramen di Ichiraku, sebagai permintaan maafku kemarin"

"EH? R-ramen? Padahal tidak usah repot-repot begitu, Naruto," wajahku mendadak semu merah karena agak sungkan dengan tawaran teman satu timku itu.

"Tidak apa-apa, ayolah Sakura-chan. Lebih baik sekarang saja kita pergi ke Ichiraku Ramen," anggota klan Uzumaki itu berlari mendahuluiku menuju kedai langganannya. Buru-buru aku mengejarnya dengan langkah kecil.

"Hey, Naruto, tunggu"

Saat kami baru berjalan kurang lebih 50 meter, kami melihat sebuah keramaian kecil di depan salah satu rumah. Di sana Hokage ketiga sedang berdiri mengawasi gerak-gerik beberapa orang yang mengangkuti mesin yang kelihatannya cukup berat. Mesin yang diangkut oleh 2 orang itu tingginya sedikit mendahuluiku dan memiliki warna yang mencolok disertai gambar beberapa karakter asing.

"Hm? Di sana ada apa ya?"

Naruto menghentikan langkahnya tepat di dekat keramaian, dan aku pun mengikutinya. Meski sedang di agenda jalan-jalan, bagaimanapun juga aku penasaran sebenarnya apa yang direncanakan oleh Hokage sejak hari kemarin. Menyela beberapa orang dewasa yang berdiri di sekitar rumah, aku dan Naruto dapat melihat dengan jelas mesin-mesin yang sedang dipasang di dalamnya.

"Ah, kebetulan sekali ada kalian, Naruto, Sakura"

Aku menoleh dan menghampiri saat Hokage ketiga memanggil nama kami.

"Apakah kalian tahu mesin-mesin apa yang sedang dipasang itu?" Kakek bersetelan putih itu berkata sambil menunjuk pada salah satu mesin yang dipasang oleh salah satu pekerja berkemeja merah. Aku dan Naruto hanya bertatapan, kemudian menggelengkan kepala.

"Sudah kuduga kalian tidak tahu ya, karena memang baru pertama kali masuk desa Konoha," ujar Hokage ketiga, "Nama mesin itu adalah arcade"

"Ar… apa itu?" Naruto mencoba menyebutkan nama mesin yang kedengaran cukup sulit itu.

"Arcade itu adalah mesin yang digunakan untuk bermain game," Hokage menyilangkan kedua lengannya, "Tujuanku memasang mesin-mesin ini di desa tak lain untuk hiburan masyarakat sekitar. Apalagi mengingat banyak shinobi yang berlibur akhir-akhir ini"

"Uwaaa ternyata itu game! Aku jadi penasaran game seperti apa yang ada di dalamnya ya," aku menjadi antusias setelah mendengar penjelasan mengenai mesin itu. Itu artinya waktu liburanku di Konoha tidak sia-sia. Sedangkan Naruto di sampingku hanya mengangguk-angguk menyetujui.

"Entahlah, kalian coba saja saat mesin itu sudah dinyalakan," jawab Hokage mantap sebelum mendekati salah satu pekerja untuk membicarakan sesuatu.

"Naruto, sebelum kita makan di Ichiraku, bagaimana kalau kita mencobanya dulu?" ajakku semangat

"Hm… tapi bagaimana cara menggunakannya? Kita 'kan masih belum mengerti apa-apa," wajah Naruto berubah menjadi bingung.

"Ehm.. kita 'kan bisa tanyakan pada salah satu dari paman pekerja itu," aku berusaha untuk meyakinkannya walau diriku sendiri pun masih belum yakin.

"Kalau kalian mau mencoba arcade, tanyakan saja caranya padaku"

Sebuah suara yang sedikit teredam datang menimpali percakapan kami. Ternyata itu berasal dari seseorang yang bermasker navy dengan rambut putihnya.

"Kakashi-sensei!" Naruto berseru saat menyadari siapa yang menimpali dari belakang.

"Yah, mungkin aku bisa sedikit mengajari kalian, karena aku pun baru mencobanya di desa sebelah," Kakashi-sensei sedikit menggaruk belakang kepalanya, "Ah, kebetulan sekali sudah ada satu mesin yang menyala"

Aku dan Naruto mengikuti langkah Kakashi-sensei menuju salah satu mesin arcade yang baru saja dinyalakan oleh salah satu pekerja. Kini aku bisa melihat dengan jelas gambar dan warna mencolok yang mengkilap di atas mesin itu. Di antara gambarnya yang cukup ramai aku melihat sebuah tulisan graffiti berbunyi "SNK" berwarna biru langit.

"Pertama, kalian harus memasukkan koin khusus untuk memainkan satu sesi permainan," Kakashi mengeluarkan sebuah koin keperakan dari sakunya yang entah didapat dari mana. Mungkin dari salah satu pekerja, pikirku. Lalu tangan yang berbalut sarung tangan biru itu memasukkan koinnya ke sebuah slot di kanan bawah mesin. Bunyi berkelentang terdengar cukup keras di dalamnya.

Setelah koin dimasukkan, Kakashi-sensei menekan salah satu tombol dan layar pun menampilkan beberapa karakter yang tergambar di mesin arcade. Baik karakter laki-laki maupun perempuan memeragakan adegan bertarung yang cukup menarik. Kemudian muncullah tulisan jingga kemerahan yang sepertinya nama dari game itu, "The King of Fighters 96". Guru sekali lagi menekan tombol.

"Waah, ternyata ini game tentang pertarungan ya," ujar Naruto dan hanya ditanggapi ekspresi senyum Kakashi-sensei yang terlihat dari matanya. Layar di hadapan kami kini menampilkan beberapa deret kotak berisi wajah-wajah karakter. Menggunakan alat yang berbentuk seperti lollipop merah, pemilik surai putih itu menggeser kursor dan memilih 3 orang karakter wanita. Karakter pertama memakai kimono merah dengan rambut coklat panjang, yang kedua berambut ungu tergerai dan mengenakan baju merah, lalu karakter ketiga memakai ikat kepala merah yang melintasi rambut panjang navy-nya.

"Baik, untuk mode permainan team, ronde pertama dimulai," jelas Kakashi-sensei sambil bersiap-siap menekan tombol di mesin itu. Lalu semuanya berlangsung begitu cepat. Karakter wanita yang dikendalikan sensei bergerak menyerang lawan dengan gesit. Tidak sampai 30 detik lawan pertama berhasil dikalahkan.

"Yeeeaay! Kakashi-sensei hebat!" aku dan Naruto bersorak bersamaan di sampingnya. Namun pertarungan masih belum usai karena masih ada 2 lawan lagi yang belum dikalahkan. Kami berdiri menatap layar dengan antusias, menatap gerak-gerik karakter yang lincah sambil sesekali mengeluarkan jurus yang begitu asing. Ada yang mengeluarkan bola cahaya berwarna pink, ada pula yang melempar kipas berselimutkan api untuk melawan musuhnya.

"Bagaimana? Menarik bukan? Sekarang coba kalian mainkan game ini bersamaan," Kakashi-sensei mundur selangkah untuk memberi kami ruang tepat di depan layar.

"Eh? Bisa untuk dua orang pemain juga ya?" tanya Naruto sambil menatap tombol kendali satu persatu. Guru tim kami itu hanya mengangguk. Ia memberikan dua koin keperakan kepada kami berdua dan memberi isyarat untuk memasukkannya.

Setelah itu, layar kembali menampilkan deretan karakter untuk dipilih. Naruto memilih tiga karakter laki-laki yang kelihatannya sangat kuat, sedangkan aku memilih dua karakter perempuan dan satu laki-laki. Salah satu karakter yang kupilih itu yang tadi berambut ungu panjang dan bisa mengeluarkan bola cahaya pink. Ternyata namanya Athena. Sepertinya dia cukup kuat.

Ketika suara wanita yang menandakan dimulainya ronde pertama keluar, kami bersiap-siap untuk melancarkan serangan-serangan melalui tombol arcade. Pertarungan pun dimulai. Meskipun kami merasa belum menguasai kendali, tapi permainan tetap dinikmati dengan baik. Secara bergantian aku dan Naruto memenangkan babak pertarungan.

Permainan ini menarik! Sepertinya besok aku akan ke sini lagi!

.

.

"Ohayou, mau bermain arcade?"

Seorang pria berusia 20-an menyapaku saat baru memasuki area permainan arcade. Sepertinya kini ia menjadi penjaga di sini.

"O-ohayou, ya, aku ingin bermain lagi di sini"

"Lagi? Hm.. jadi kau sudah pernah mencoba sebelumnya ya?" tanya pria penjaga itu dengan ramah.

"Begitulah," jawabku singkat sambil menyerahkan selembar uang untuk membeli sebuah koin. Setelah mendapatkannya, aku menghampiri mesin arcade yang kemarin dicoba bersama Naruto dan Kakashi-sensei. Untunglah meski tempat ini cukup ramai, belum ada yang menyentuh arcade sasaranku lebih dulu.

Aku memilih karakter yang sama seperti kemarin ketika deretan karakter ditampilkan di layar. Saat pertarungan dimulai, aku mencoba mengingat-ingat kembali tombol apa saja yang ditekan agar Athena mengeluarkan jurus bola cahaya. Setelah berulangkali menekan tombol dan menggerakkan kursor secara acak, ternyata yang keluar adalah jurus yang lebih hebat. Athena terlihat setengah melayang sambil dikelilingi dua buah bola ungu yang memancarkan energi listrik saat diarahkan pada lawan. Babak kedua berakhir, dan aku menjadi pemenangnya.

"Yatta!" pekikku di depan mesin arcade saat muncul foto Athena berpose dengan cerianya.

Ronde yang menampilkan bermacam-macam lawan bertarung kuhadapi dengan serius. Tombol-tombol pun terus kutekan secara acak agar jurus hebat keluar lagi seperti sebelumnya. Kemenangan demi kemenangan berhasil kuraih dan membuatku berpikir bahwa aku bisa menamatkan permainan ini sampai ke boss terakhir, seperti yang sempat diceritakan Kakashi-sensei. Namun sayangnya, sebelum sempat menghadapi boss, koinku sudah habis karena menderita kekalahan di babak sebelumnya.

Keesokan harinya, setelah menonton sederetan film kartun di Minggu pagi dan melahap sarapanku, aku berlari keluar rumah. Tentu saja aku sudah tidak sabar untuk bermain arcade lagi, apalagi hari ini masih bagian dari liburan. Meski udara dingin membuat lenganku merinding, kedua kaki yang berbalut sendal biru tua ini terus berlari. Deru nafasku yang penuh antusias membentuk gumpalan embun pagi.

"Ah, ternyata kau datang lagi," sapa si pria penjaga saat melihatku masuk,"Pagi-pagi begini sudah tak sabar ingin bermain arcade ya?"

"Hehe..," aku hanya tertawa tersipu mendengar komentarnya. Saat melihat sekeliling aku baru menyadari bahwa akulah pelanggan pertama hari ini. Yah, setidaknya dengan adanya tempat arcade ini, sudah memberiku satu kegiatan yang sangat mengasyikkan di hari libur. Ia menyerahkan sebuah koin setelah menerima selembar uang.

"Yosh, pagi ini kita akan bertemu lagi, Athena," bisikku setelah memasukkan koin pada mesin. Dengan cepat aku memilih karakter untuk memulai ronde baru permainan. Tak lama musik latar yang sudah kuhafal sedikit-sedikit menyemangatiku untuk menghadapi pertarungan. Karena aku sudah memainkannya lebih dari dua kali, aku juga jadi hafal beberapa karakter yang pernah aku hadapi. Kyo, Iori, Terry, Mai, Yuri, dan masih banyak lagi. Dan aku juga ingat kata-kata yang selalu diucapkan Athena saat menang : Watashi wa makenai wa! (Kami tidak akan kalah). Jadi setiap aku memenangkan permainan, aku memeragakan gaya dan kata-kata perempuan cantik berambut ungu itu.

"Sakuraa, sedang apa kau di sini?"

Seorang perempuan bersetelan ungu dengan rambut pirang panjang yang diikat tiba-tiba menghampiriku, dan kini telah berdiri di dekat mesin arcade.

"Oh, hai Ino," aku hanya menatap sekilas kepadanya karena permainan masih berlangsung seru, "Tentu saja bermain arcade"

"Arcade? Maksudmu mesin berisi permainan pertarungan ini?" karena terlalu sibuk menekan tombol secara acak, aku tidak sempat merespon pertanyaan Ino.

"Eeto.. nanti mau bermain lompat tali bersama Hinata dan yang lainnya tidak?" anak penjual bunga itu langsung mengalihkan topik saat aku tak kunjung menjawabnya.

"Hm… mungkin aku akan bergabung setelah menamatkan game ini"

"Huh, ya sudah, aku duluan ya. Kutunggu jam 2 siang di lapangan," lalu pemilik rambut pirang itu meninggalkanku yang masih antusias di depan mesin arcade. Tepat ketika aku berhasil mengalahkan boss terakhir, rasa bersalah karena mengabaikan Ino mulai mengganggu pikiran. Sedari tadi aku terus menerus menatap layar tanpa sedikitpun memperhatikan Ino berbicara. Apa ia marah kepadaku? Ah, mungkin tidak, dia pasti tak akan mengambil hati terhadap sikap cuekku tadi.

"Sakuraa, dari mana saja kau tadi? Kami menunggumu cukup lama loh"

Ino mengomeliku saat aku baru saja datang ke lapangan tempat kami biasa bermain. Ternyata sudah cukup banyak teman yang menunggu kedatanganku. Yah, aku juga sadar kesalahanku datang terlambat 15 menit dari waktu yang dijanjikan.

"Ah, gomen, gomen, tadi aku baru selesai bermain game tempat arcade dan membeli ini sebentar," aku menunjukkan setumpuk kepingan kaleng yang bergambar berbagai macam karakter. Apa lagi kalo bukan tazos.

"Uwaaa.. rupanya kau membeli tazos. Karakter apa ini?" tanya Ino sambil melihat-lihat beberapa keping tazos di tanganku.

"King of Fighters, itu loh game yang kemarin aku mainkan di arcade," jawabku penuh semangat.

"Yare yare (ya ampun), ternyata kau sudah keranjingan game itu ya"

Aku sama sekali tak menyalahkan pendapat Ino. Bagaimana tidak, hampir setiap hari aku rela mengabaikan waktu bermain di luar dan memilih untuk bermain game itu di arcade, juga membeli kepingan tazos ini. Bila aku tidak keranjingan tentu mustahil akan melakukan hal-hal seperti ini. Ah, semoga semua ini tak mengubah pandangan mereka terhadapku. Permainan lompat tali pun dimulai.

"Ayo, sekarang giliranmu melompat, Sakura"

Tali yang dirangkai menggunakan karet itu kini dibentangkan tinggi-tinggi. Salah satu pemegang tali bahkan sampai berjinjit untuk menyamakan tinggi dengan teman di hadapannya. Saat talinya sudah setinggi ini, baru Ino saja yang lolos. Sebelum mencoba melompat, aku memperkirakan dulu kekuatan sebesar apa yang harus dikeluarkan agar dapat melaluinya. Kemungkinan cara melompat pun kuperkirakan dengan hati-hati. Salah sedikit saja aku pasti akan terkena cedera cukup parah.

Ah, aku teringat sesuatu. Selama bermain game, aku menyadari bahwa Athena dapat melompat tinggi, bahkan ia bisa melancarkan serangan setelah lompatan itu. Perlahan aku mengingat cara perempuan berambut ungu itu melompat, seperti kuda-kuda, cara ia meliukkan tubuh di udara, dan saat mendarat di tanah dengan mulus. Yosh, aku bisa melakukannya!

Kedua kakiku diposisikan sedemikian rupa untuk bersiap melewati tali itu. Setelah yakin mengingat caranya, aku berlari kencang dan mulai melompat. Tak kusangka lompatanku cukup tinggi, dan ketika waktunya tepat, aku segera meliukkan tubuhku 180 derajat seperti yang dilakukan Athena. Berhasil! Tali itu berhasil kulalui, sekarang tinggal bersiap mendarat dengan mulus di atas tanah.

Tap. Akhirnya kakiku berhasil memijak tanah dengan baik. Semua orang termasuk Ino malah terbengong-bengong menatapku. Aku yakin mereka pasti heran dengan cara melompatku barusan. Bahkan di benakku masih terbayang-bayang bagaimana rasanya berputar seperti itu di udara. Kemudian seluruh temanku bertepuk tangan dengan ceria.

"Ngomong-ngomong Sakura, aku bisa menebak dari mana kau mempelajari lompatan itu," Ino yang tadi berdiri di bawah pohon langsung mendekatiku, "Pasti dari karakter game yang kau bicarakan tadi kan?"

Aku hanya meresponnya dengan tawa kecil, mengakui tebakannya yang jitu.

"Sudah kuduga kau memang benar-benar keranjingan"

Diriku hanya tersipu-sipu mendengar komentar anggota klan Yamanaka itu. Mulai dari arcade, tazos, sampai lompatan, ya kini aku memang sedang keranjingan King of Fighters!

.

.

"Semuanya, mari kita bersulang untuk Haruno Sakura yang kini menginjak 16 tahun. Kanpai!"

Kakashi-sensei memimpin seluruh hadirin bersulang untukku. Aih, tak terasa diriku semakin beranjak dewasa. Mengingat bahwa usia akan semakin bertambah, entah kenapa aku jadi enggan untuk menjadi orang dewasa. Aku ingin terus menikmati warna-warni masa anak-anak dan remaja. Mungkin semua orang juga berpikiran hal yang sama denganku.

Seperti yang kuduga sebelumnya, Ino dan Naruto pasti membuatkanku kue bergambar logo King of Fighters dan wajah Athena Asamiya di sampingnya. Yah, memang tak terasa juga kurang lebih sejak 3 tahun yang lalu aku keranjingan dengan game arcade itu, sampai-sampai hampir semua temanku tahu. Tak hanya kue, aku juga diberi hadiah action figure Athena terbaru oleh sang penjaga arcade. Sudah tentu ia mengetahui kesukaanku. Senang sekali rasanya teman-teman shinobi dan keluarga bisa berkumpul bersama di pesta ulang tahunku.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Satu per satu tamu pesta berpamitan untuk pulang sambil memberikan kado untukku. Saat hampir semuanya sudah pulang, aku baru menyadari bahwa Naruto masih diam di tempatnya duduk selama pesta.

"Naruto?"

"Ah, Sakura-chan, maaf aku memang sengaja memilih pulang paling akhir. Ada satu hadiah spesial yang ingin aku berikan untukmu"

"Eh?" dadaku jadi berdebar kencang, sedangkan Naruto hanya tersenyum simpul menatapku. Sebenarnya apa yang disiapkannya untukku. Aku tahu selama berada di tim 7 perasaannya sama sekali tak berubah untukku, mungkinkah dia akan memberikanku sebuah… Ah jangan dulu berpikir aneh-aneh.

Tetapi seberapa besarnya usahaku untuk menghindari berbagai prasangka, ternyata gagal juga. Naruto mendekatiku perlahan sambil memegang bahu kananku dengan sebelah tangan. Ia mendekatkan wajahnya ke telingaku.

"Kau tahu," Naruto mulai berbisik, "Kudengar turnamen King of Fighters dan para peserta yang terlibat di dalamnya itu, memang ada di dunia nyata"

Tadi itu adalah satu kalimat yang telah membuat seluruh kata-kata dalam benakku menghilang. Mulutku setengah terbuka, namun tak satupun ungkapan yang keluar darinya. Seolah aku telah mendapatkan sesuatu yang kutunggu sangat lama, dan baru mendapatkannya pada detik ini.

Ya, kini aku terkejut, sekaligus bahagia tak terbendung karenanya. Ah, Athena, aku berjanji akan menemuimu sesegera mungkin!

.

.

Akhirnya chapter ini selesai! Yeay!

FYI, untuk tema "Unfor90tten Memories" ini, aku milih ngangkat tentang fenomena arcade atau dingdong di kalangan anak muda taun 90an. Ada yang pernah ngerasain hype-nya? Yah, meskipun aku belum pernah ngerasain kegilaan arcade di taun segituan, tapi aku tetep nyoba ngangkat ceritanya karena menurutku itu ciri khas gamer 90an yang ngga dirasain sama kebanyakan gamer jaman sekarang. Juga aku bahas sekilas tentang tazos! Nah kalo yang satu ini aku emang pernah banget ngoleksi hahaha.

Oke, karena pasti banyak yang belum ngerti seputar King of Fighters, aku bakal bahas di sini of Fighters (KoF) itu fighting game side-scrolling 2D (view kameranya dari samping doang, jadi cuma bisa geser kiri-kanan aja) yang dikembangin perusahaan "SNK Playmore" (makanya di salah satu scene ff Sakura ngeliat ada tulisan SNK di mesin arcade). Pernah denger developer game "Capcom"? Nah, SNK tuh sejenis itulah. Serial KoF yang dimasukkin di ff ini KoF 96 (judul gamenya itu karena emang pertama kali dirilis taun 96) yang menurutku salah satu serial terbaik karena sistem permainan asik, BGM keren sama storyline yang kuat. Tapi bagi yang belum puas sama informasi di sini, boleh cek di mbah Google hehe.

Oh iya, di sini walau dibilangnya cross over KoF sama Naruto, tapi masih lebih mendominasi Naruto sih. Buat chapter selanjutnya, unsur dari KoF-nya bakal ditonjolin juga kok. Ditunggu yaa! ^_^