Halo minna san lama tak jumpa, setelah sekian lama hiatus baru bisa buat fic baru lagi sekarang hehehehe.
Byakun: *nabok Haru pake katel* bego bukanya selesein fic lama malah buat fic baru!
Haru: Eeeeeeee *high pitched voice* Byakun kesini *jingkrak-jingkrak*
Byakun: *sweatdrop* dasar yang bego tuh sapa sih disini?!
Haru: Loh tidak merasa Byakuya san?
Byakun: Maksud?
Haru: Ngak-ngak…. Yayaya sekarang mulai aja ficnya *nyeret Byakun*
Disclaimer: Tite Kubo…. Masa saya.
Say Goodbye For Lonely
Pair: Dalam setiap chapter pasti ada UlquiRuki tapi endingnya tetap IchiRuki ^^ yo hidup IchiRuki!
Rukia POV.
Kuchiki Rukia itulah namaku, kini aku tengah hidup sebatang kara kalian tau Shinigami kan mungkin dalam benak kalian bertanya-tanya mengapa aku yang dulunya Shinigami bias menjadi manusia seperti ini.
Setelah winter war berakhir populasi Shinigami semakin meningkat tidak seimbang dengan jumlah Hollow yang muncul, soutaichou memutuskan untuk mereinkarnasi sebagian Shinigami agar menjadi manusia. Awalnya aku menolak tapi lama kelamaan upayaku tak membuahkan sedikitpun hasil dan begini jadinya… aku sekarang menjadi manusia….
Aku hidup tak memiliki siapapun dihidupku bahkan sahabatku sendiri mungkin sudah melupakanku, Kurosaki Ichigo atau mari kita panggil dokter Kurosaki.
Flashback.
"Ichigo…," aku memanggil Ichigo.
"Ichi!" aku menaikan nada suaraku berharap dia mau mendengarkanku.
"Ichigo kau dengar tidak sih!"
"DIAM! Bisa tidak kau tidak mencampuri urusanku dasar midget bodoh pergi sana!" aku tersentak air mataku hampir ingin mengalir dengan bebas tapi aku segera membalikan badanku dan pergi tampa mengucapkan salam perpisahan pada Ichigo.
End OF Flashback.
Aku memegang perutku, lapar rasanya seharian ini aku belum makan apapun aku terhenti pada sebuah café disana tertulis bacaan "HELP WANTED" menggunakan huruf kapital agar dibuat semenarik mungkin.
Mataku menunjukan sedikit harapan aku berjalan gontai kearah café itu dan segera pergi mencari salah seorang staf disana.
"Permisi nona ada yang bisa aku bantu?" tanya seseorang dibelakangku.
"Iyah aku lihat café ini mencari pelayan baru…," aku memutar arah badanku yang sekarang tengah menghandap tubuh mungil si orang yang memanggilku.
"Rukia chan…"
"Hinamori!"
"Kyaa! Rukia chan lama tak jumpa!" Hinamori memeluku aku juga membalas pelukanya.
"Rukia chan mau mendaftarkan diri sebagai pelayan disini…," tanya Hinamori.
"Iyah! Bisa kan!" jawabku dengan wajah yang sangat berbinar-binar.
"Tentu!" Hinamori mengulurkan tanganya padaku aku segera meraih tangan yang lebih kecil dariku itu dan berlari bersamanya.
~Akankah ini awal kehidupan baruku… aku sangat berharap ini akhir dari penderitaanku oh Kami-sama… aku harap kau mendengar permohonanku yang satu ini.
End Of Rukia POV.
Sudah seminggu Rukia bekerja di Café bernama Fur Elise. Rukia melewati hari-harinya sendirian walau begitu dia tetap tegar dan tetap teguh mengejar impian-nya yaitu kebahagiaan.
"Masih kurang yah," jawab Rukia sambil menghitung gajih pertama yang ia dapatkan setelah seminggu bekerja keras.
"Ada apa Rukia chan," tanya Hinamori sembari mengelap beberapa piring yang sudah di cuci Rukia.
"Sebenarnya aku ingin membeli arpartemen tapi masih belum cukup juga uangnya," jawab Rukia pasrah.
"Bukanya soal tempat tinggal Rukia chan tinggal bersama Kurosaki san?" tanya Hinamori.
"I… tu, aku sudah memutuskan untuk hidup lebih mandiri kok!" jawab Rukia tersenyum palsu.
"Oh… memang uangnya sudah terkumpul berapa?" tanya Hinamori.
"Baru 2 juta sedangkan arpartemen harganya 3 juta," jawab Rukia.
"Kalau begitu pinjam uangku sajah!" Hinamori mengepalkan tangan.
"Eeeehh.. tidak usah! Nanti malah merepotkanmu!" Ruki menolak dengan lembut.
"Tidak apa-apa!"
"Yakin…."
"Yah!" Hinamori menggenggam tangan Rukia lalu dia selipkan gaji kecilnya pada tangan Rukia, Rukia hanya tersenyum lalu menunduk mengucapkan berjuta terimakasih pada Hinamori.
~Oh Kami sama… apakah kau mendengarkan doaku, terimakasih atas apa yang selalu kau berikan padaku dan tetap bimbing hambamu ini kejalanmu Kami sama…
Seorang pria turun dari sebuah gerbang garganta angin yang cukup keras mengibaskan rambut hijau kehitam-hitaman miliknya mata kuning itu melihat setiap sudut kota Karakura.
"Jadi ini dunia manusia….," jawab pria itu sambil loncat dan berjalan menuju kerumunan orang yang sedang berlalu lalang dikota.
Rukia tengah membereskan arpartemen sederhana miliknya dia sangat berterimakasih pada Hinamori sudah meminjamkan uangnya dia juga sudah mau mengantarnya mencari arpartemen.
"Lelah juga… tapi aku tidak boleh putus asa!" ucap Rukia lalu kembali menjelajahi lowongan kerja yang tertera di Koran, setiap kali ada lowongan kerja yang memungkinkan dia pilih dan dia lingkari dengan spidol hitam.
Tiba-tiba suara kecil terdengar dari arah dapur Rukia tersentak dan kaget dia segera berjalan kecil kearah dapur sambil mempersiapkan kayu yang entah dari mana dia dapat.
"Pencuri.. pencuri.. pasti pencuri," Rukia semakin optimis dan segera melihat kearah dapurnya. Saat dia masuk Rukia segera memasang kuda-kuda dan ingin memukul si pencuri tapi sayang si pencuri sudah menahan kayu Rukia terlebih dahulu.
"Lepaskan dasar pencuri!" Rukia melepaskan dan saat ini matanya tertuju pada seorang matan Espada nomer 4 dengan wajah datar sedang mengotak-atik dapur Rukia.
"Maaf nona tapi aku bukan pencuri," jawab Ulquiorra Schiffer sang Espada nomer 4.
"Lalu kenapa kau bisa ada didapurku!"
"Aku lapar nona, mengerti," Ulquiorra kembali mengotak-ngatik beberapa lemari berharap ada makanan di dalamanya.
"Kau itu… pergi dari rumahku!" Rukia menuntun tangan dingin milik Ulquiorra keluar berusaha menyeret pria berwajah dingin itu keluar dari arpartemenya.
"Kumohon nona 'manis' izinkan aku tinggal disini," Ulquiorra mengeluarkann jurus puppy eyes super yang membuat Rukia melepas dan dalam seketia merasa iba pada pria bermata bak seekor kucing.
"Hm… itu…..," Rukia melipat tanganya berusaha berpikir memecahkan perang antara perasaan dan penghasilan.
"Aku mohon aku bisa memasak, mencuci baju bahkan memperbaiki elektronik," jawab Ulquiorra sambil melipat tanganya.
"Itu… yasudahlah tapi dengan ada syaratnya!"
"Apa itu?"
"Pertama berhenti memanggilku NONA panggil aku RUKIA kedua kau harus mencari pekerjaan ketiga kau harus bisa mengurus dirimu sendiri dan yang terkahir jika kau ditanya oleh orang lain katakana kau saudara jauhku!"
"Baik nona Rukia," Ulquiorra yang memang ada yang salah dengan pendengaranya malah memanggil Rukia dengan sebutan nona Rukia.
"Apa yang salah dengamu sih, panggil aku RUKIA!" jawab Rukia dengan memberi penekanan pada kata RUKIA.
"Okok Rukia….," jawab Ulquiorra sambil memberi Rukia senyum yang tak pernah diberikan pada siapapun.
~Oh.. Kami sama apakah ini akhir dari kesepianku, apakah kau benar-benar mendengar disetiap detik aku berdoa agar diberikan seseorang untuk menemaniku disini.
"Jadi Ulqui kau mau yang mana?" tanya Rukia kepada teman searpartemenya.
"Hmm… aku tidak suka pekerjaan yang susah," jawab Ulquiorra lalu merebahkan dirinya di sofa miliki Rukia dengan menyilangkan tanganya sebagai bantal.
"Bagaimana kalau kau jadi ini….," Rukia menunjukan sebuah brosur lowongan kerja di suatu apotek.
"Okok terserah kau saja," jawab Ulquiorra lalu menutup matanya dengan segera Rukia melempar Koran yang tadi dia gunakan kearah Ulquiorra.
"Baca yang benar bodoh!" Rukia membentak Ulquiorra.
"Hmm.. jadi staf di apotek Kuro gaji 1 juta pebulan waktu buka jam 6 sampai jam 10 malam…," Ulquiorra menaikan alisnya lalu melempar sembarangan koranya.
"Ok… besok yah… baik besok aku mulai bekerja," jawab Ulquiorra sambil mulai tertidur di sofa kecil milik Rukia.
Rukia tersenyum kecil lalu beranjak kekamarnya… dalam benak Rukia walaupun Ulquiorra urakan tapi cukup menyenangkan, dalam benaknya setiap amarah yang dia lontarkan hanya semata wayang untuk membuat pria dingin itu mau menunjukan ekspresi dirinya.
"Oyasumi… Ulqui," jawab Rukia kecil lalu masuk ke kamarnya.
~Oh Kami sama… terimakasih kau telah mendengar doaku. Bantu aku keluar dari pahitnya nasib ini.. akankah kau mendengar dan selalu disampingku menuntun hambamu ini agar bisa tetap berada dijalanmu.
Tobecontinue
Katakanlah selamat tinggal untuk kesepian~
Karena tidak ada orang yang diciptakan untuk sendiri
Rasa cinta, benci, cemburu maupun senang adalah ekspresi bagi hidup kita.
(say goodbye for lonely chapter 1 end---- Tobecontinue to chapter 2)
Summary for next chapter:
-Aku bisa melihat gadis berambut hitam dengan mata amesthy itu terus bersemangat walaupun pagi-pagi sekalli dia harus mengantarkan Koran kesetiap rumah, saat dia sampai di apotek-ku kulihat pria itu memanggil namanya "Rukia!" membuat diriku serasa terbakar api cemburu.
Byakuya: PAAN NIH JELEK!
Haru: Memang apa? *nengok kertas ujian matematika waktu kelas 7*
Byakuya: Kenapa… kenapa.. kenapa aku ngak ada di fic ini?
Haru: Belum saatnya tunggu ajal menjemputmu *ditabok Byakuya*
Ichigo: APAAN INI PERASAAN GUE NGAK PERNAH NGEBENTAK KAYAK BEGITU DEH!
Haru: Sopo lagi ini… ngusik ketenangan fic aku…
Rukia: Perasaan gue ngak segitu menderitanya deh…
Haru: *bengong*…. *ditempeleng sama Byakuya*
Haru: APAAN SIH LO GANGGU ORANG LAGI BENGONG AJA!
All except: *swetadrop*
Haru: OKE… repiunya… terus jangan GANGGU SAYA MAU BENGONG LAGI, AWAS KALAU ADA YANG GANGGU!
I I
I
I
I
I
V
Review~
