AABIDAH
•
•
Main Cast:
Park Chan Yeol a.k.a Chanyeol (namja)
Do Kyung Soo a.k.a Kyungsoo (yeoja)
•
Summary:
Tidak sulit untuk mengetahui apakah seseorang itu adalah orang yang baik atau tidak...
Cukup cari tahu bagaimana ia bersikap sebagai anak terhadap orang tuanya...
Dan bagaimana ia bersikap sebagai hamba terhadap Sang Pencipta...
•
F*U:BISAKAH KAU DELETE FF INI?! INI SANGAT MENGGELIKAN! K*O IS NAMJA!
Sang yeoja bermata bulat atau biasa dipanggil Kyungsoo itu mengerjapkan matanya lucu setelah membaca komentar orang asing pada ponsel sahabatnya, Baekhyun. Yeoja yang selalu memakai eyeliner. "Jadi sedari tadi Eonnie murung hanya karena komentar ini?"
"Apa maksudmu dengan 'hanya'?" Baekhyun mencebikkan bibirnya kesal. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Kamu kan tahu jika aku tidak mempermasalahkan kritikan para pembaca tentang FF-ku, tapi yang ini benar-benar menyebalkan! Seharusnya jika mengkritik itu juga harus menunjukkan bagian mana yang salah atau harus diperbaiki! Berbagi ilmu, lho! Bukan hanya menyalahkan! Seharusnya dia menunjukkan bagian mana yang menggelikan! Dan-"
Kyungsoo meringis ketika yeoja yang menjabat sebagai sahabatnya itu memasang wajah menahan marah. "Dan?"
BUGH
"Aku kan sudah menuliskan 'GS'! Jadi seharusnya dia tidak komplain jika aku membuat cast FF-ku yang seorang namja menjadi yeoja!" jelas Baekhyun setelah sempat memukul meja kantin yang sedang mereka tempati.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan," bujuk Kyungsoo menyodorkan minuman untuk sahabatnya itu. "Eonnie kan sudah menghasilkan banyak FF dan lebih banyak readers yang menyukai karya Eonnie, sepertiku. Aku kan senantiasa membaca FF karya Eonnie, jadi jangan terlalu dipikirkan."
"Kyung-ie... Meskipun pahit, manis, ataupun pedas, semua komentar itu sangat berarti untukku. Dengan komentar dari para readers, aku bisa menghasilkan karya yang lebih baik dan bermutu."
"Iya, Baek-ie Eonnie. Tapi jangan sampai Eonnie murung seperti itu. Memperhatikan komentar readers itu boleh saja, tapi jangan sampai mengusik atau bahkan membebani diri sendiri." Kyungsoo mengambil ponsel sahabatnya, membuka, dan menunjukkan isi ponsel itu. "Lihat! Di ponsel Eonnie ada banyak aplikasi untuk menulis seperti FanFiction, Wattpad, Celtx, JotterPad, Steller, dan masih banyak lagi. Eonnie sudah membuat banyak karya tulis dan mempublishnya pada semua aplikasi itu. Eonnie punya banyak readers... Jangan murung, tetaplah bersemangat! Aku dan readers yang lain setia menunggu karyamu, Eonnie."
Yeoja penggemar eyeliner itu menatap datar sang lawan bicara. "Entah mengapa aku merasa jika kamu hanya ingin membaca FF-ku saja. 'Hanya membaca'... Tak peduli apakah FF-ku itu bagus atau tidak."
"Eh?! Aku tidak bermaksud seperti itu, Baek-ie Eonnie... Semua karya Eonnie bagus, kok. Bahkan semakin baik dari hari ke hari," jujur Kyungsoo. "Apalagi FF Eonnie sudah menyentuh semua genre dan rating. Ah, iya! Kecuali rating dewasa. Aku baru ingat. Kenapa FF Eonnie tak pernah ada adegan dewasa?"
Bibir Baekhyun berkedut kesal ketika Kyungsoo mengatakan 'rating dewasa' dengan mata polos dan wajah lugu. "Kyung-ie, sahabatku yang sok lugu dan polos... Rating dewasa itu termasuk pornografi. Aku tak mau masuk dalam hal-hal yang berbau 'dewasa'. Lagipula, hal-hal 'itu' dapat mengganggu kinerja otak dan emosimu. Jelas sangat tidak baik, mengerti?"
"Arrasseo..." tanggap Kyungsoo dengan anggukan kecil.
"Aku juga tidak mau harus sering-sering potong rambut."
Kyungsoo menatap tak mengerti akan ucapan sahabat ber-eyelinernya itu yang kini memainkan poni rambutnya. "Apa hubungannya?"
"Huft... Kyung-ie... Rambut bisa cepat panjang jika otak kita berisi hal-hal seperti 'itu'."
"Jeongmal? Memangnya itu benar? Bukankah itu hanya mitos?"
"Molla. Aku tak peduli. Yang jelas sesuatu yang berbau pornografi itu tidak baik."
Kesal dengan sikap Baekhyun yang nampak acuh menjawab, Kyungsoo jadi teringat sesuatu. Diliriknya jam pada pergelangan tangannya sebelum memanggil sahabatnya itu. "Byun Baekhyun Eonnie, bukankah kelas kalkulus Eonnie dimulai 5 menit lagi?"
"Mwo?!" Mata Baekhyun melotot ngeri. "Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang? Jarak dari kantin ke kelasku cukup jauh!"
"Daripada Eonnie ribut, lebih baik Eonnie segera ke kelas sana!" titah Kyungsoo yang melihat sang sahabat hanya menggerutu tanpa ada tanda-tanda akan pergi.
Baekhyun mengangguk patuh segera berlalu meninggalkan Kyungsoo. Belum sampai ia meninggalkan kantin, yeoja itu berbalik dan berseru, "Kyung-ie! Bayarkan pesananku dulu! Lain kali aku ganti, deh! Tolong, ya!"
Sepeninggal sahabat ber-eyelinernya itu, Kyungsoo menatap horor pesanan Baekhyun. Lemon tea, jjangmyeon, tteokgalbi, kentang goreng, jjampong, dan ggukbab babi. "Kenapa aku harus membayar lebih? Padahal aku cuma makan tteokgalbi dan es teh," gerutu Kyungsoo yang akan membayar pesanan mereka.
"Aku bisa membayarkannya untukmu," sahut seorang namja yang sedari tadi diam dan hanya memperhatikan interaksi kedua sahabat itu, Park Chanyeol.
Kyungsoo menatap lamat-lamat namja itu dengan kedua alis yang menukik tajam. "Benar. Seharusnya Oppa yang membayar pesanan Baekhyun Eonnie karena kalian sahabat sedari kecil. Tapi kenapa Eonnie malah memintaku untuk membayar?"
"Sudahlah. Tidak perlu diperpanjang. Hari ini aku yang traktir. Ayo pulang!" Usai membayar pesanan mereka bertiga, Chanyeol memimpin langkah mereka untuk bergegas pulang.
Park Chanyeol adalah sahabat dari Byun Baekhyun. Sedari kecil mereka tumbuh bersama-sama meski tempat tinggal mereka tidak berdekatan, tapi mereka selalu berada di sekolah yang sama hingga kini di universitas yang sama. Yeoja ber-eyeliner itu sendiri baru menjalin persahabatan dengan Do Kyungsoo beberapa bulan yang lalu ketika mereka ada di klub yang sama, klub menyanyi. Sedangkan Kyungsoo dan Chanyeol dekat karena mereka tetangga dan memiliki sahabat yang sama, Baekhyun.
"Oppa..."
"Hn?"
"Tumben sekali Oppa tidak banyak bicara hari ini. Apa Oppa sedang sakit? Atau sedang ada masalah?"
Namja tinggi dengan telinga caplang itu memang tipikal orang yang periang dan banyak bicara. Jadi, suatu keanehan menurut Kyungsoo ketika tetangganya itu tidak seperti biasanya. Dan mungkin karena hal itulah Byun Baekhyun yang paling suka mengusik Chanyeol tiba-tiba lebih memilih mengganti targetnya pada sang yeoja bermata bulat.
"Kamu tahu kan jika eomma ku sedang sakit parah?"
"Ne." Yeoja bermata bulat itu mensejajarkan langkah mereka guna memahami permasalahan yang akan diutarakan sang tetangga.
"Eomma ingin aku menikahi seorang yeoja."
Jika saja Chanyeol tidak bicara dengan wajah serius, ingin rasanya Kyungsoo tertawa mengingat tetangganya itu pasti menikah dengan yeoja karena dia masih straight. Tapi ia urungkan. "Wae? Apa yeoja itu hamil?"
TAP
Chanyeol menghentikan langkahnya dan menatap tajam yeoja di hadapannya. "Apa kamu pikir aku ini namja brengsek yang akan menghamili yeoja di luar nikah?"
"Eh? Ani. Bukan begitu..." Kyungsoo menggaruk tengkuknya, salah tingkah ketika mendapati lawan bicaranya nampak tersinggung. "Yaah... Mungkin saja yeoja itu hamil di luar nikah tapi namjachingu-nya tidak mau tanggung jawab. Karena itu bibi Park memintamu untuk menolong yeoja itu dengan menikahinya."
"Ani. Yeoja itu tidak hamil." Chanyeol kembali melangkahkan kakinya di susul Kyungsoo, mereka kembali berjalan beriringan.
"Lalu, waeyo?"
"Eomma ingin setidaknya jika aku sudah menikah, akan ada yang mengurusku dan appa kelak ketika eomma sudah tiada."
"Oohh... Apa paman Park juga tahu?" Chanyeol mengangguk kecil. "Bagaimana pendapat paman?"
"Appa b-"
BRUK
"Akh!"
"Aduh!"
•
TO BE CONTINUED
