Halo semua! Ini ficku yang kedua sejauh ini, dan yang pertama di fandom Frozen. Aku mohon bantuan dari para reader kritik dan sarannya supaya fic ini bisa lebih baik ke depannya^^
Baiklah, daripada Uzu-chan banyak cingcong, lebih baik kita langsung ke jalan ceritanya! :D
Disclaimer: I do not, and will NEVER own Frozen. It belongs to Disney.
Summary: Dari mereka masih kecil, orang tua Elsa dan Anna mengajarkan Elsa untuk tidak menunjukkkan kekuatannya dan merahasiakannya dari siapapun, termasuk Anna. Tapi apa jadinya kalau Anna sebenarnya sudah tahu kekuatan es Elsa? Dan bagaimana kalau Anna sendiri sebenarnya punya rahasia lain? Fire-Powered!Anna. Calmer!Anna. RnR plz?
Unrevealed Secret
Prologue
Frozen © Disney
Anna's POV
Matahari belum terbit, tetapi kedua kelopak mata kecilku sudah terbuka, menampilkan sepasang mata coklat indah milikku. Sempat terlintas di pikiranku untuk mengajak Elsa ke aula istana kami, lalu membuat boneka salju dengannya.
Aku menggeleng-gelengkan kepala. Jangan konyol, Anna. Tidurlah. Ini masih subuh, tidak mungkin ada yang bangun sepagi ini.
Aku berusaha tidur lagi, namun mataku tidak mau bekerja sama denganku, dan itu membuatku sedikit kesal dengan diriku sendiri. Menyerah dengan kekeraskepalaan mataku, aku pun bangun. Aku melihat lilin di sampingku, dan berniat menyalakannya. Kujentikkan jariku, sambil memfokuskan pikiranku ke sumbu lilin itu, dan selanjutnya, lilin kecil itu menyala.
Ya, seperti yang kalian pikirkan, aku punya kekuatan untuk menciptakan dan mengontrol api. Sedangkan kakakku, Elsa, punya kekuatan untuk mengendalikan es.
Tapi, beda dengan Elsa, kekuatanku ini tidak diketahui seorang pun. Aku memutuskan untuk merahasiakannya, setelah aku tahu kalau aku punya kekuatan berbahaya ini.
Dan, aku bisa mengontrolnya lebih baik dibandingkan Elsa (ya, aku mengakuinya).
Aku punya 2 solusi yang bisa kugunakan untuk membunuh waktu. Yang pertama, bangunkan Elsa secara paksa, dan ajak dia untuk 'bereksperimen' dengan kekuatannya. Yang kedua, diam di dalam kamarku, dan belajar untuk mengontrol kekuatanku (dengan resiko aku tidak sengaja membakar salah satu gorden jendela kamarku, dan kemudian membakar setengah istana ini).
Dan melihat resiko pilihan kedua lebih besar, tentu saja aku memilih yang pertama.
Aku segera berlari keluar dari kamarku, dan menyusuri lorong ke kamar Elsa.
++##uzumakiheiress##++
Setelah sedikit paksaan dan rengekan dariku, akhirnya aku berhasil menyeret Elsa keluar dari kamarnya menuju ke ballroom istana. Di sinilah kami biasanya bermain dengan kekuatan Elsa.
"Kau siap?" tanya Elsa dan aku mengangguk antusias.
Ia menggerakkan tangannya, dan aura biru berkelap-kelip berputar di sekitar tangannya, sebelum kelap-kelip biru itu membentuk bongkahan kecil es. Aku bertepuk tangan senang melihatnya. Terkadang aku iri dengan kekuatannya. Es yang dihasilkannya begitu indah, dan selalu bisa membuatku senang. Sedangkan kekuatanku berbahaya, api yang panas, yang bisa menewaskan seseorang jikalau aku lepas kontrol. Untungnya aku diberkahi juga dengan kontrol luar biasa terhadap kekuatanku itu, dan tambahkan juga latihanku setiap malam untuk mengontrolnya, maka belum ada seorang pun yang menjadi korban apiku.
Kaki kanan Elsa kemudian menghentak lantai, dan ballroom istana pun segera berubah menjadi arena bermain es.
Kami melakukan hal-hal yang biasa kami lakukan setiap malamnya, bermain skating, seluncur es dan membuat boneka salju.
"Hai, namaku Olaf! Dan aku suka pelukan hangat," kata Elsa sambil menggerakkan tangan manusia salju yang kami berdua (Elsa) buat. Aku hanya tertawa melihatnya.
Kami berdua meluncur dari satu gundukan salju Elsa, dan saat itulah aku punya ide. Aku meluncur dari salah satu gundukan salju, dan membiarkan tubuh kecilku melayang di udara, sedangkan Elsa membuat gundukan salju lagi untuk mencegahku jatuh ke lantai.
"Tunggu! Pelan-pelan Anna!" sahutnya sambil terus berusaha membuat gundukan salju dengan lebih cepat.
Namun aku tidak menghiraukannya, sebuah keputusan yang amat kusesali nantinya. Karena setelah tubuhku melayang untuk kesekian kali, aku hanya merasakan rasa sakit dan dingin di kepalaku. Aku merasakan tubuhku menghantam lantai, dan sesudah itu hanya kegelapan yang kuingat.
-TBC-
OK, CUT! Yak, cukup sampai situ dulu.
Aku tahu, chapter ini memang SANGAT sedikit, tapi, Uzu-chan janji chapter berikutnya akan jauh lebih panjang dari ini. Dan ya, aku tahu kalau cerita ini udah pasati mainstream banget di fandom ini. Tapi, aku jamin, cerita ini 100% murni ideku. Aku tahu cerita dengan plot seperti ini udah umum itu dari teman saya.
Tapi tetap saja, saya tetap akan melanjutkan cerita ini, sampai titik darah penghabisan! MERDEKA! *author digebukin semua karakter Frozen*
Ouch, itu sakit. XP
Kritik dan saran sangat Uzu-chan apresiasi. Terserah kalian, mau meninggalkan review-review mendukung untuk saya, atau membuang sampah-sampah tak berguna di kolom review (yang dikenal juga dengan sebutan flame).
Baiklah sampai jumpa di chapter berikutnya!
Sayonara,
uzumakiheiress
24/09/2014
