Tittle : Seven Mysteries
Rate : T
Genre : Seram, Misteri, (apa lagi ya?)
Disclaimer : OwaSe milik Mas Takaya beserta partner-nya, saya minjem karakter tapi tak sempat ijin dulu (maaf)
Note : liat dari judulnya saja pasti sudah bisa mengira kisah ceritanya seperti apa kan? jadi saya akan memberi penjelasan sedikit. mungkin nanti tiap kapter karakternya akan ganti-ganti, jadi cerita fik ini hanya sampai kapter 7 (sesuai dengan judulnya) tapi, setiap tokoh maupun kisah dalam tiap kapter saling berhubungan, dan tokoh yang penting di sini sesuai dengan list karakter yang tertera.
Oke, itu saja, Happy Reading~
.
.
.
Mystery1. Tangga 13
Hari sudah menjelang malam, bisa dikatakan waktu sudah menunjukkan pukul 06.36 PM
Para siswa-siswi dari sebuah sekolah ternama St. Serafine High School, berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Memang benar, sekolah ini memiliki rutinitas belajar mengajar hingga waktu malam. Itu dikarenakan sekolah ini ingin menghasilkan anak didik berprestasi kelak di masa mendatang.
Akane, seorang siswi berparas manis dengan surai berwarna coklat dikepang ke depan, terdiam sebelum mengijakkan kakinya keluar gerbang. Ia membalikkan badan, bingung menatap ke arah gedung sekolah yang hampir gelap.
"Ada apa, Akane?" tanya Mikaela, siswa berdarah campuran dengan surai warna kuning, salah satu teman Akane sekaligus tetangganya.
"Eng, Yuu mana ya?" tanya gadis itu pelan, merasakan jika salah satu temannya ada yang kurang.
Manik biru milik Mikaela menatap sekitar, mengabsen teman-temannya, dan memang benar hawa keberadaan siswa bernama Yuichiro itu tak ada di antara mereka. Mereka yang ditatap pun hanya menggeleng tanda tak tahu.
"Biar aku hubungi dia.." Mikaela mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi sobat dekatnya itu.
Tut.. Tut.. Tut.. Nada sambung berkepanjangan, tak ada balasan.
"Mungkin sudah pulang duluan!" Tiba-tiba saja, Lacus menimpali.
"Tadi kulihat dia tidak ikut kelas sore, mungkin saja memang sudah pulang duluan.." Rene juga ikutan berkomentar.
Akane menghela nafas singkat, memaklumi sikap teman sejak kecilnya yang memang tukang bolos pelajaran.
"Ya sudah jika begitu.. Ayo pulang.."
Mikaela kembali menyimpan ponselnya, berpikir sebentar sembari melirik ke arah gedung sekolah. Benarkah jika Yuichiro sudah pulang duluan?
Keempat siswa-siswi itu akhirnya melangkah meninggalkan sekolah yang hampir tak ada penduduknya. Para guru sudah pada pulang sejak bel berbunyi jam 6 tadi, mungkin yang tersisa hanya satu satpam yang memang bertugas menutup semua pintu serta gerbang.
Agaknya, mereka tak menyadari jika orang yang dimaksud masih berada di sekolah. Tidur-tiduran dengan santainya di atap.
Manik hijau Yuichiro menatap ke arah ponsel yang ia genggam, tak ada niat untuk mengangkat panggilan barusan. Ketika dirasa panggilan sudah tak datang lagi, remaja ini kembali menyimpan ponselnya di saku jas, kemudian terdiam menatap langit malam.
Jika bukan karena tantangan dari makhluk berkacamata itu, Yuichiro sebenarnya tak mau berlama-lama mendekam di sekolah hingga malam seperti ini. Apa dirinya hendak menjadi penunggu? Atau malah ingin berubah profesi jadi satpam sekolah?
Itu kan konyol!
Jadi, pada pukul 12 malam tepat, hitunglah anak tangga di lantai tiga. Jika jumlahnya ganjil alias 13, yang katanya angka sial, maka kau akan melihat sesuatu. Tidak berani menerima tantangan sama dengan pengecut, Yuichiro tentunya mana mau dianggap pengecut.
Lagipula, kebanyakan orang menganggap jika kisah tangga ganjil ini adalah kisah nyata. Walaupun Yuichiro tak percaya sih.
Dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, bertepatan pada jam 12 malam, Yuichiro menghitung satu persatu anak tangga di lantai tiga gedung sekolahnya. Naik atau turun sama sajalah, yang penting terhitungkan?
"1.. 2.. 3.." Remaja ini menghitung dengan hati-hati, tak ingin kelewatan selangkah pun anak tangga. Hingga, "11.. 12.. tiga.." Yuichiro tak melanjutkan.
Bercanda kan? Apa kontruksi sekolahnya memang menciptakan anak tangga yang ganjil?
"13.." Yuichiro memberanikan diri menginjakkan kakinya di lantai dasar.
Hening sebentar.. Dan tidak terjadi apa pun..
"Cih.., ternyata kisah tangga 13 cuma isapan jempol belaka!" runtuknya kesal, "Akan kubunuh besok kau, Kimizuki! Seenaknya mempermainkan orang!"
Yuichiro hendak melangkah pergi, namun..
"Yuu..ichi..ro.."
Indera pendengaran remaja bersurai gelap ini menangkap adanya suara seorang wanita yang memanggil. Ia menghentikan langkahnya. Menatap secara perlahan ke arah belakang, ke arah tangga yang baru saja ia hitung tadi.
Manik hijau itu sedikit menyipit ketika mendapati seseorang berdiri di ujung tangga atas. Suasana sekitar gelap, Yuichiro agak kesusahan menebak siapa orang itu.
Seseorang di atas sana, yang diketahui wanita, perlahan menggerakan kakinya menuruni tangga. Seragam sekolah yang sama seperti Yuichiro, yang wanita itu kenakan amat sangat kusam dan berantakan. Wanita itu menundukkan kepala, menyembunyikan wajah di balik helai-helai rambut panjangnya.
Yuichiro seketika membelalakan mata, agaknya tahu siapa wanita itu. Penampilan serta warna rambut, Yuichiro kenal betul dengan sosok itu.
"Ma.. mana mungkin..?" Remaja ini masih menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Yuu.. Yuu..ichi..ro.." Wanita itu memanggil dengan suara sendu. Tangannya yang putih pucat menjulur, hendak meraih remaja di hadapannya.
Wanita itu perlahan mengangkat wajah, menunjukkan senyum manis di bibir pucatnya. Yuichiro menatap ngeri, kaki perlahan mundur beberapa langkah, hingga..
"Uwaa..!" Remaja ini berlari menuju lorong sekolah, tak berani memandang ke arah sosok yang kini sudah memperlihatkan wajahnya.
Wajah pucat dengan bola mata bulat berair, mulut tersenyum lebar hingga sobek, darah mengalir dari mata, hidung, mulut, bahkan kepalanya serta luka sobek di leher. Kepala wanita itu sedikit miring, seperti menunjukkan jika tulang lehernya patah.
Yuichiro tak mau mengingatnya. Sosok wanita itu, yang dulu dikenal sebagai seorang wanita yang cantik dipandangannya, kini sudah tak berbentuk lagi.
Lalu kenapa? Kenapa dirinya harus bertemu dengan wanita itu?
"Ahahaha.. Ke..napa.. lari..? Yuu..ichi..ro.."
Suara wanita itu menggema di lorong, membuat ia yang dipanggil berkali-kali menambah kecepatan larinya.
Yuichiro enggan melirik ke belakang, alasan takut itu wajarkan? Ia takut jika wanita itu mengejar dirinya.
Namun, di ujung lorong sana, bertepatan saat Yuichiro akan berbelok, sosok itu tiba-tiba muncul dari arah depan. Berlari dengan tangan terentang, hendak memeluk.
"AHAHAHAA.." Mulut sobeknya mengeluarkan tawa menggema.
Yuichiro tak tahu lagi hendak ke mana, ia tentunya terkejut. Angin menerpa kuat, membuat remaja ini terdorong ke belakang, hingga..
PRANG!
Remaja ini terjatuh dari lantai dua. Tubuhnya terlempar memecahkan jendela, menubruk jalanan berbatu beton dengan kerasnya. Seketika sudah tak mampu bergerak lagi.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 6.23 AM
Mikaela berlari dengan tergesa-gesa di lorong sekolahnya, menuju satu ruangan yaitu ruang kesehatan.
Kabar pagi ini mengatakan jika Yuichiro ditemukan tergeletak di halaman sekolah oleh salah satu petugas kebersihan. Kaki kanan remaja bersurai gelap itu mengalami retak ringan, membuatnya mau tak mau harus dirawat.
Namun, kepala sekolah menolak membawa Yuichiro ke rumah sakit, biarkan saja siswanya itu dirawat bagian medis sekolah. Ironis memang, tapi apa boleh buatkan? Salahkan Yuichiro sendiri berbuat nakal dengan mendekam di sekolah yang sudah tutup.
Lalu, Mikaela membuka pintu ruangan kesehatan. Ia memasuki ruangan itu dan mendapati sobatnya tengah berbaring di kasur menatap keluar jendela.
Sadar akan adanya tamu, Yuichiro menoleh, "Oh..? Hallo, Mika.." sapanya sembari senyum-senyum gak jelas.
"Apa pada saat seperti ini kau pantas berkata 'hallo'!?" balas Mikaela agak membentak. "Bagaimana keadaanmu? Kenapa bisa luka seperti ini? Memang apa sih yang kamu lakukan?" remaja beriris biru ini mendekat kemudian menyemprotkan segala macam pertanyaan.
"Argh.." Yuichiro memutar bola matanya, menatap ke arah lain, "Jika kamu ke sini hanya untuk protes, lebih baik segera tinggalkan tempat ini deh!"
"Hei, aku menghawatirkanmu, idiot!"
Iya memang benar, Mikaela tentu menghawatirkan kondisi temannya itu. Lagipula aneh juga kan? Apa penyebab hingga Yuichiro bisa terluka seperti ini?
"Oh.. Thanks-lah jika begitu.."
"Yuu!"
"Aku hanya jatuh, Mika. Maksudnya aku kan ketiduran di atap sekolah, terus bangun-bangun sudah malam. Nah, pintu semua sudah tertutup, dan satu-satunya cara aku untuk keluar adalah lewat atap. Maka aku manjat, berusaha meraih dahan pohon di seberang dan eh.. Nasib berkata berbeda.." Jelas Yuichiro panjang lebar sembari geleng-geleng kepala pasrah.
Mikaela tak mampu berkata-kata, sobatnya itu memang suka sekali bertingkah sembarangan di luar batas manusia normal.
Remaja bersurai kuning itu memejamkan matanya sembari menhembuskan nafas pelan, agak lega, "Tapi syukurlah tak ada luka fatal.."
"Huh? Aku malah berharap dipanggil.."
"Yuu!"
"Haha, bercanda-bercanda.. Sudah sana balik ke kelas, pelajaran hampir mulai kan?"
Mikaela menatap ke arah jam dinding, kemudian balik lagi menatap temannya, "Aku datang ke pagian, tahu.."
"Hanya untuk mengujungiku? Oh, baik sekali dirimu itu.. Bagaimana jika kamu belikan aku makan? Aku lapar.."
"Kau menyebalkan!" Mikaela memprotes tapi tetap saja ia menurut untuk membelikan temannya itu makan.
Yuichiro hanya cengengesan.
Mikaela membalikkan badannya, hendak melangkah keluar ruangan.
"Oh ya, Mika.." panggil Yuichiro tiba-tiba, Mikaela melirik dari balik punggung, menunggu kelanjutan panggilan temannya, "Aku.. aku semalam bertemu dengan 'dia'.."
Manik sewarna biru langit itu menatap tak percaya, namun masih berusaha untuk bersikap tenang, "Itu masa lalu, Yuu. Lupakan saja 'dia'.." ucap Mikaela tenang sembari keluar dan menutup pintu.
Yuichiro terdiam, menatap tanpa ekspresi ke arah pintu, kemudian tersenyum kecut.
"Kau tidak tahu apa-apa sih.." gumamnya pelan.
Manik hijau kembali menatap keluar jendela, menatap ke arah taman sekolah yang mulai kotor akibat daun-daun pepohonan yang mulai berguguran. Sekilas, ia melihatnya kembali. Wanita itu, berdiri di samping pohon.
Yuichiro segera mengalihkan pandangannya, tak mau berlama-lama melihat sosok itu. Ia malah mengubah posisi tiduran ke arah samping, berusaha untuk segera memejamkan mata.
Namun, langkah ringan seseorang terdengar. Ia terduduk di sisi ranjang. Yuichiro sungguh-sungguh tak ingin berbalik menatap siapa orang itu. Yang pasti itu bukan Mikaela. Mana mungkin kan temannya itu bisa masuk tanpa membuka pintu?
Lalu, orang itu..
"Yuu..ichi..ro.."
Yuichiro bisa merasakan tangan dingin itu menyentuh kepalanya, membelai lembut surainya sambil sesekali berbisik memanggil nama.
Dalam hati, Yuichiro berharap agar Mikaela segera kembali.
.
.
.
END
.
.
.
Note : seram tidak?
Ahahahaa, ada kesan pesan? Maaf jika ada typo dan kisahnya tidak seram..
Oke, next Mystery2. Piano di Ruang Musik
See yaa~
