The Night Before (Awaken Side Story)

Naruto & Rising of the Shield Hero crossover

I do not own anything. I mean anything.

.

.

.

.

The Night Before

Hari ini tidak seperti biasanya, hari ini terasa sedikit aneh bagi dirinya. Naruto, Sang Virtuoso, mengalami hari yang sedikit buruk. Dimulai dari kehabisan kertas dan tinta untuk menulis lirik lagu yang akan ia nyanyikan kepada Evelynn, lalu pagi tadi, ia juga tidak sengaja memecahkan cangkir teh favoritnya, cangkir berwarna putih gading dengan hiasan bunga mawar kecil disana. Dan sekarang, ia tidak tahu lagi harus melakukan apa.

Jarang sekali Naruto terjebak di situasi aneh ini, terdiam dan tidak melakukan apa-apa selain memandang Evelynn yang tidur di dalam peti kaca. Ia biasanya membaca buku atau memainkan alat musik untuk menghibur gadisnya, tapi semua buku sudah ia baca dan Evelynn pasti juga sudah bosan mendengar cerita yang sama ratusan kali. Kemudian Rosella the Piano, hari ini kondisinya tidak terlalu baik, sudah sekitar seminggu lebih Rosella mengalami gangguan pada kain felt miliknya, sehingga nyanyian yang dihasilkan oleh Rosella sedikit terganggu.

Ia benar-benar hampa.

.

.

.

.

Menjelang senja, Naruto masih berada di posisi yang sama, dia tidak beranjak dari kursinya dan tetap diam tanpa bersuara, rumah kecilnya yang ia huni bersama dengan Evelynn mulai membutuhkan sedikit penerangan karena matahari mulai menghilang ditelan waktu. Fana, ia sedikit tertawa ketika mengetahui waktu adalah hal yang fana, siang akan berganti malam, dan malam akan hilang saat fajar datang. Betapa ia bersimpati pada Sang Dewa Matahari ataupun Dewa Rembulan, mereka menciptakan sebuah keindahan yang bersifat sementara dan mahakarya itu saling berusaha menenggelamkan satu sama lain. Sebuah ironi yang tidak bisa ia maknai.

"Seseorang meletakan sesuatu di depan pintu, tunggu sebentar, aku akan kembali."

Di keheningan ini, Naruto dapat mendengar dengan jelas setiap suara yang muncul, entah itu suara dari dalam rumahnya ataupun dari luar. Selama 18 jam terakhir, bahkan ia tidak pernah melewatkan betapa merdunya suara yang keluar dari jaring laba-laba yang sedang ditenun oleh pemiliknya. Naruto meninggalkan kursinya dan berjalan pelan menuju pintu, jubah putihnya melambai pelan mengikuti gerak langkah Sang Virtuoso. Dengan gerakan lembut, pria yang kerap tampil mengenakan topeng dengan ekspresi tersenyum itu membuka daun pintu yang terbuat dari kayu akasia dan mendapati sebuah kotak kecil berwarna cokelat disana.

Kotaknya bergerak, meski sedikit, pria itu memiliki pengelihatan setajam elang, dan ia yakin ada sesuatu yang hidup didalam sana. Termakan penasaran, Naruto memutuskan untuk melihat isi dari kotak itu. Mantan pembunuh bayaran itu mendapati seekor anak kucing berwarna hitam disana. Sendirian, tanpa perlindungan, rapuh. Ia tahu hewan ini bisa mati kapan saja, itu merupakan konsep kehidupan yang diketahui olehnya. Semakin kuat seseorang, maka kesempatan hidupnya akan semakin besar, sebaliknya, semakin lemah seseorang, maka ia hanya akan menunggu kematian. Dan hal itu juga berlaku pada hewan kecil ini.

Sempat terlintas dibenak Naruto, kenapa tidak ia akhiri saja penderitaan hewan ini, Whisper akan dengan senang hati mengulurkan tangannya untuk membantu. Tapi tangisan kecil yang datang dari anak kucing itu membuat Naruto mengurungkan niatnya.

"Kau akan menjalani kehidupan yang sulit, nak. Meminta-minta tidak akan mebuatmu hidup lama, tidak ada orang yang benar-benar baik di dunia ini, kau harus merangkak sendiri, mendapatkan apa yang kau mau sendiri, barulah kau berhak untuk hidup."

Naruto kemudian melepaskan sarung tangan sebelah kirinya, kemudian ia menyodorkan jari telunjuknya kearah mulut kucing kecil itu, dan didorong oleh rasa lapar, kucing itu mulai menggiggit kecil jari Naruto. Sebuah harga yang pantas, Naruto melihat bagaimana kucing itu mencoba untuk mendapatkan sesuatu bahkan dengan kondisinya yang lemah sekalipun.

"Perut yang lapar, hati yang kosong, mengajarkanmu hal yang paling berharga dalam hidup."

Naruto kemudian membuka topengnya, ia ingin melihat dengan lebih jelas sosok pejuang kecil yang baru saja membuktikan dirinya. Oh Dewi, lihatlah betapa senangnya ia saat ini, Naruto tersenyum kecil sembari membayangkan wajah manis Evelynn yang berseri melihat kucing hitam ini. Sesaat ia tidak memperdulikan sekitarnya, lalu akhirnya ia kembali sadar bahwasanya ia tidak sendirian. Ada seseorang yang sedang melihat interaksi antara Naruto dan kucing kecil itu. Ia lantas kembali memasang topengnya untuk menutupi wajahnya. Dan tepat diseberang sana, seorang anak perempuan sedang berdiri memandanginya. Ia mengisyaratkan gadis kecil itu untuk tidak memberitahukan hal ini kepada siapa-siapa, ia dengan pelan meletakan telunjuk kanan di bibirnya, sebuah gestur untuk merahasiakan kejadian kecil itu, dan dengan polos, anak perempuan itu mengangguk kecil sebelum akhirnya melambaikan tangannya dan pergi.

Pada akhir senja, sebelum purnama tiba, untuk pertama kalinya Naruto mempersilahkan seorang audience untuk tinggal dirumahnya.

.

.

.

.

The End.

Oke, ini adalah side story dari cerita sebelumnya. Jika kalian kebingungan dengan segala unsur didalamnya atau bahkan belum membaca cerita tersebut silahkan klik s/13198983/1/Awaken dan silahkan lakukan pencarian di smartphone / PC masing-masing.

Ps: go follow unforjhinately/ tell him ol'Uncle Dean sent you.

Terima kasih.