Shogi

Warning: Rated M, OOC


Aku dan seorang laki-laki sedang duduk berhadapan dengan berkonsentrasi memandangi papan shogi yang kali ini terletak diantara kami

"Nee, bagaimana? Apa kamu yakin akan perjanjian kita?" kata laki-laki bersurai crimson itu mengintimidasi.

Pipiku bersemu merah mengingat perjanjian yang baru saja kami buat.


FLASHBACK

"Sei, Sora, jaga rumah selama Otousan pergi keluar kota. Otousan akan kembali minggu depan. Jangan melakukan hal bodoh. Sei, awasi adikmu dengan baik."

"Hai, Otousan." jawab kami berdua bersamaan.

Otousanku mengangguk mantap, setelahnya Otousan memasuki mobil dan segera tancap gas menuju bandara.

Otousan akan pergi ke Inggris untuk mengurus beberapa dokumen perusahaan yang masih belum terurus.

Akashi Seijuuro, laki-laki yang menjadi kakakku ini benar benar sangat mengkhawatirkanku. Mungkin lebih dari itu.

Aku sangat suka caranya berbicara padaku, tatapan dan ucapannya yang kerap kali membuatku tak berkutik dan selalu tunduk dan mengikuti arahannya itu...

Terdengar...

Ah, menimbulkan perasaan menggelitik.

Tatapan dari mata heterocomenya yang benar benar mengintimidasi itu cocok sekali dengan sifatnya yang absolut, otoriter, dan haus akan kemenangan, kesuksesan, dan lain sebagainya.

Wajar saja, kami sebagai keluarga terpandang harus menyesuaikan kemampuan kami dalam segala bidang, akademik maupun non akademik.

Seinii-chan, memiliki bakat di bidang non akademik di basket dan shogi. Akademiknya? Jangan ditanya lagi, aku saja selalu berada di peringkat bawahnya yang kadang membuatku menggerutu kesal karena tak mampu mengalahkan anak pertama keluarga Akashi itu.

Aku? Aku memiliki bakat seni melukis, musik, dan menulis cerita, dan tentu saja Shogi.

Jika kakakku sangat terkenal karena masuk salah satu klub basket ternama dari SMP kami berdua, SMP Teiko, sebagai salah satu anggota Kiseki no Sesai sekaligus kapten dari tim basket tersebut.

Berbeda denganku, aku menjuarai beberapa perlombaan nasional Shogi dan aku tidak pernah mendapatkan posisi selain juara 1.
Tetapi, itu semua berkat laki-laki yang tengah berdiri di sampingku, menatapku dengan tatapannya yang mengintimidasi, seakan membaca apa yang ada di pikiranku.

"Siapa yang kamu pikirkan?" tanyanya masih dengan nada dingin.

"Etto..." pipiku memunculkan semburat merah.

"Hn." tiba-tiba saja, tangannya mencengkram erat lenganku layaknya burung elang yang mencengkram erat mangsanya.

Dia menarikku memasuki rumah dan menaiki tangga kamarku.

"Nii-chan! Ittai!" rengekku.

Tidak ada jawaban darinya, dia malah mengeratkan genggamannya layaknya burung Elang yang mencengkram erat buruannya.

Nii-chan mendorongku, membuatku merebahkan diri diatas kasur.

Tak lupa menutup dan mengunci pintu.

Dengan cepat, dia sudah menumpu tubuhnya di atas tubuhku dengan kedua tangannya.

"Hanya aku saja yang boleh kamu pikirkan, Sora. Tidak boleh yang lain. Apa harus aku membuatmu melenyapkan pikiranmu dari orang itu, hm?" katanya sambil memeberikan kecupan kecil di leherku yang membuatku bergidik geli.

"Nii-chan!" aku memekik karena dia mulai menggigit kecil di leherku.

"Nii-chan! Jika ini dilihat teman-temanku bagaimana? Nanti aku dikira anak tidak baik!" rengekku lagi sambil berusaha mendorong tubuh Sei.

"Hn? Aku bisa saja berhenti melakukannya, tapi-" Seijuuro menjilat leherku membuatku mendesah pelan.

"Sei!" pekikku diiringi dengan desahan lagi dikarenakan dia yang mulai menghisap kuat leherku.

"Bermain shogi denganku. Bukankah aku yang mengajarimu bermain shogi, Sora?" melihatku sedikit terkejut dengan permintaan sederhananya itu membuat seringainya semakin melebar.

"Hanya itu saja?" kataku masih terengah.

"Tidak." katanya sambil menatapku seksama.

"Setiap bidakmu yang gugur maka aku akan melakukan satu hal untukmu dan kamu harus menerima apapun yang akan aku lakukan terhadapmu. Jika kamu benar-benar kalah, hmm.." sambungnya lagi sambil membasahi bibir bawahnya dengan lidahnya.

"Kamu tahu apa yang terjadi kan?"

Sial, dia tahu benar jika aku tidak pernah memenangkan permainan Shogi jika musuhku adalah dia.

Cih.

"Baiklah," kataku sambil mendorong tubuhnya agar menjauh dariku sejenak.

Aku merapikan bajuku yang compang camping karena perbuatan Sei-niichan.

"Akan aku turuti. Tapi, jika aku menang. Aku akan melakukan apapun yang aku suka. Dan kau? Terimalah saja apa yang telah aku berikan padamu, Akashi Seijuuro." kataku tak kalah sengut memandangnya sambil menaikkan tali braku yang tadinya hampir lepas.

"Hm. Menarik." seringainya semakin lebar, mata heterochromnya yang berkilat penuh dengan lapar akan kemenangan dan hadiah yang akan diterimanya.

TBC

A/N: Minta sarannya dong ini enaknya di jadikan drabble sama anggota GoM lain ga ya?'-') cuma kalo ratingnya bagus pasti langsung aku jadikan drabble sama anggota GoM lain dengan pairing GoM x OC.

Terima kasih sudah membaca!'-')9

Mind to RnR?