Troublemaker (re-make)
.
.
.
Namikaze Naruto atau dikenal juga dengan nama Uzumaki Naruto adalah seorang gadis bersurai pirang panjang dengan tiga goresan tanda lahir di masing-masing pipi mirip kumis kucing. Kulitnya berwarna tan lembut, wajah manis dan senyuman secerah sinar mentari. Putri tunggal dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Memiliki seorang sahabat kecil bernama Uchiha Sasuke yang sekaligus menjabat sebagai cinta pertama si manis bersurai pirang ini.
"teme... ayo temani aku makan rameeen..." rengeknya pada Sasuke yang saat ini sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Mereka berdua ada di bangku tama Universitas Konoha, Sasuke sibuk mengerjakan tugas, sedangkan Naruto lebih memilih memainkan surai raven milik sang sahabat yang mirip pantat ayam.
"berisik dobe." Sahut Sasuke datar, masih sibuk dengan laptopnya dan setumpukan buku tebal. Bungsu Uchiha sama sekali tidak memperdulikan rambutnya yang kini dipilin-pilin sang sahabat. Bagi orang yang tidak mengenal keduanya, maka mereka sudah pasti akan mengira kalau Naruto dan Sasuke adalah sepasang kekasih.
"ayolah temee... aku lapaaar..." lagi-lagi Naruto merengek. Terlihat kekanakan sekali jika bersama sahabat baiknya ini. Bahkan kini Naruto bergelayut manja di leher Sasuke, memeluk si raven dari belakang.
"kau tidak lihat aku sedang mengerjakan tugas, hn?" ujarnya sarkas. Sedikit kesal dengan tingkah Naruto hari ini.
"tugasnya dikerjakan nanti saja... sekarang ayo kita makan, temee..."
"kenapa kamu tidak mengajak Itachi saja"
"kak Itachi ada kelas... ayolah Sasuke…. Kenapa kamu tidak mau menemani sahabatmu yang paling manis ini? Nanti kalau dijalan tiba-tiba aku diculik bagaimana?" ucapnya, mulai melantur. Mana ada yang berani menculik gadis manis ini, yang ada mereka babak belur terlebih dahulu sebelum bisa menyentuh ujung rambut Naruto.
"siapa yang mau menculik makhluk bodoh sepertimu? Tidak ada untungnya sama sekali."
"huft! Kamu menyebalkan Sasuke! Kenapa setiap aku yang mengajak kamu selalu menolak dengan berbagai alasan, sedangkan saat pacarmu yang minta, kamu langsung turuti." Naruto mulai acara merajuknya. Tangan dilipat didepan dada dengan bibir mengerucut lucu dan wajah yang cemberut.
"kamu dan Sakura itu dua hal yang berbeda, dobe." Mendengar penuturan Sasuke ini, tentu saja membuat hati Naruto terasa sakit. Semenjak Sasuke berpacaran dengan Sakura, Sasuke selalu mencari alasan untuk menolak ajakan Naruto. Entah ajakan bermain, sparing, makan siang ataupun pulang bersama. Satu ajakan darinya yang akan Sasuke terima adalah, belajar! Naruto mengepalkan kedua tangannya erat.
"ya sudah. Aku makan sendiri saja." Dengan begitu, Naruto beranjak pergi dari taman. Wajahnya tertekuk kedalam. Sepanjang jalan dirinya menggerutu atas sikap Sasuke yang mulai berubah.
Naruto sadar dirinya sama sekali tidak ada tandingannya dengan Haruno Sakura, kekasih Sasuke. Sakura adalah idola kampus, dia cantik, anggun, putri salah seorang mentri di jepang, feminim, dan pintar. Cocok sekali bersanding dengan Sasuke yang tampan, cool, pintar, dan kaya. Sasuke dari keluarga Uchiha ingat? Uchiha adalah salah satu dari sederet nama yang memiliki kekuatan untuk menggoyahkan perekonomian negeri matahari terbit itu.
Kalau soal kekayaan, kedua orang tua Naruto tidak kalah. Siapa yang tidak mengenal nama Namikaze Minato, ayahnya? Namikaze Minato adalah seorang pebisnis yang dipandang segan, bahkan oleh keluarga Uchiha sendiri, sedangkan Uzumaki Kushina adalah seorang dokter hewan yang sudah terkenal namanya. Keluarga Uzumaki juga merupakan salah satu nama yang cukup disegani di dunia bisnis Eropa. Kakeknya,Senju Hashirama adalah pebisnis handal, neneknya Uzumaki Mito, seorang sastrawan yang tersohor. Jadi Naruto sama sekali tidak kalah kalau untuk urusan kekayaan, bahkan keluarga Uchiha berada dibawah mereka.
Yang menjadi kekurangan Naruto adalah, otak dan perilakunya. Memang benar keluarganya terkenal akan bakat masing-masing, tapi Naruto, putri tunggal keluarga Namikaze-Uzumaki hanyalah seorang gadis biasa yang suka sekali membuat masalah. Dia sering berdebat dengan senior yang berujung pada baku hantam, mengerjai dosen-dosen, bahkan berkelahi dengan mahasiswa dari Universitas lain. Singkat kata, dia ini Troublemaker. Kemanapun dia pergi, masalahlah yang akan menghadangnya.
Naruto tidak mempunyai seorang teman, bukannya tidak bisa, hanya saja Naruto terlalu muak dengan para penjilat yang hanya memandang marganya saja, bukan dirinya. Teman yang ia miliki hanya Uchiha Sasuke dan Uchiha Itachi, itupun karena keluarga mereka sudah berteman sejak jaman kakek mereka. Hashirama dan Madara, kakek Sasuke dan Itachi, adalah sahabat karib. Jadi tidak heran kalau sampai generasinya, mereka masih menjalin hubungan baik.
"kenapa mencintai rasanya sesakit ini..." gumamnya lirih. Gadis manis ini berjalan malas kearah kantin, ia terlihat ogah-ogahan menuju ke stand ramen.
"silahkan, mau pesan apa Naruto-chan?" sapa putri dari sang pemilik stand, Ayame.
"uhm… ramen miso ukuran biasa saja, kak Ayame…" sahutnya lesu. Melihat pelanggan setianya lesu dan tidak bersemangat seperti itu membuat Ayame mengernyitkan dahi, pasalnya Naruto selalu terlihat bersemangat dan ceria setiap kali mengunjungi standnya.
"apa kamu sedang ada masalah, Naruto-chan?" tanya Ayame hati-hati.
"tidak ada kok. Hanya malas saja kak." Jawabnya, menunggu pesanannya selesai disajikan.
"hmm… mungkin setelah makan ramen, semangatmu akan kembali lagi. Ini dia ramen miso ukuran biasa." Ayame menyerahkan nampan berisi semangkuk ramen dan sumpit disebelahnya.
"terima kasih kak..." Naruto membawa nampannya kearah meja yang masih kosong.
Lagi-lagi dia makan siang sendirian. Naruto jadi merasa seperti di tinggal oleh Sasuke dan Itachi, Sasuke yang sibuk dengan tugas dan kekasihnya, dan Itachi yang sudah mulai sibuk mengurus skripsinya. Namun begitu, Naruto sama sekali tidak memiliki hak untuk menginterupsi kesibukan keduanya, dia bukan siapa-siapa, hanya seorang sahabat. Mengingat hal itu membuat hati Naruto miris.
'kalau tau seperti ini, lebih baik tidak mempunyai teman sekalian saja' batinnya.
Naruto memakan ramennya dengan malas. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya, tidak bersemangat sama sekali saat makan ramen. Seandainya saja Kushina tau, pasti mamanya itu akan panik. Memikirkan hal tersebut membuat Naruto tertawa kecil. Mamanya itu memang terlalu berlebihan jika sudah menyangkut dirinya. Sebenarnya bukan hanya Kushina, Minato bahkan kakeknya, Hashirama juga sama. Dulu saat Mito, neneknya masih ada, juga selalu cemas akan dirinya.
"aku jadi merindukan nenek…" gumamnya lagi. Sebelum menghabiskan suapan terakhir dari ramennya. Setelah habis, Naruto membawa nampan tersebut kembali ke stand ramen Ichiraku. Ia menyerahkan nampan beserta uang ramen ke Ayame.
"terima kasih makanannya kak. Ramen paman selalu enak." Ucapnya ringan. Ayame tersenyum melihat semangat Naruto sudah kembali meskipun hanya sedikit.
"sama-sama Naruto-chan."
"aku pergi dulu kak, bye." Naruto meninggalkan stand tersebut. Berjalan menuju ke taman belakang, tempat favoritnya.
.
.
Troblemaker by Akuma Kurama
.
Naruto by Masashi Kishimoto
.
Rate T
.
Hurt/comfort, drama, romance
.
ItachiFemNaruto, SasukeSakura
.
Warning! Remake Troublemaker, OOC, Typo, FemNaruto, dan… Sasuke pairingan ama Sakura. Kalau kalian nggak suka pair ini, nggak usah dibaca, karena ini tuntutan naskah! Bahasa nggak baku, EYD berantakan, dan segala Kekurangan Kuu di cerita ini. Kuu masih dalam tahap belajar juga.
.
Happy Reading! :D
.
.
Ditaman belakang, terlihat Sasuke dan Sakura tengah asik duduk berdua dibawah pohon sakura yang tengah bermekaran, karena ini sudah masuk musim semi. Suasana yang sangat mendukung bagi sepasang kekasih jika ingin mendapatkan momen romantis. Sakura terlihat bersandar nyaman dibahu Sasuke, sedangkan sebelah tangan Sasuke memeluk pinggang kekasihnya, ditambah kelopak bunga sakura yang berguguran, mempermanis pemandangan tersebut.
Namun, hal tersebut sama sekali tidak terlihat manis dimata gadis bersurai pirang yang baru saja tiba, pemandangan tersebut terlihat menyakitkan baginya. Niat hati ingin menenangkan diri dan pikiran, tapi ia malah disuguhi pemandangan menyakitkan, baginya. Naruto tersenyum getir saat melihat Sasuke dan Sakura berciuman. Gadis bertubuh mungil tersebut meremat bajunya dibagian dada sebelah kiri. Hatinya sakit, dan lelehan air mata sama sekali tidak bisa ia hentikan. Dengan cepat Naruto berbalik dan berlari pergi. Perih rasanya jika harus tetap berdiri disana.
"Tuhan... kenapa Engkau memberiku perasaan ini jika akhirnya aku hanya terluka..." isaknya, Naruto kini sudah duduk meringkuk di dalam ruangan audio visual di gedung fakultas ekonomi. Ruangan itu sepi dan gelap karena tirai yang ditutup. Ia jadi teringat saat masih duduk di bangku Senior High School dulu. Dirinya pernah sekali mengungkapkan perasaannya pada Sasuke, karena tidak tahan menyimpannya.
Namun jawaban yang diberikan Sasuke membuat Naruto sadar akan posisinya. Dia hanya sahabat dimata Sasuke, tidak lebih. Bahkan Sasuke dengan wajah yang lembut berkata kalau Naruto sudah seperti adik baginya. Dan saat itu Naruto sendiri berkata bahwa ungkapan perasaannya itu hanyalah sebuah candaan, dan sekarang dirinya sendiri yang menderita.
Naruto menangis dalam diam, apa yang bisa ia lakukan selain menangis? Berkelahi? Yang ada Sasuke malah akan semakin menjauh darinya. Maka dari itu Naruto lebih memilih untuk menangis dalam diam. Dering ponselnya membuat perhatian Naruto teralihkan. Masih terisak kecil, Naruto memeriksa siapa yang menelponnya.
Kakak calling.
"halo?" Naruto berusaha untuk menormalkan suaranya saat menjawab panggilan Itachi.
"Naruto, kamu dimana?" tanyanya langsung. Dari nada suara Itachi, kentara sekali kalau pemuda tersebut cemas akan keadaan Naruto.
"uhm.. aku ada di kampus kak..."
"hahh... aku tahu itu, tapi dimana tepatnya?"
"memangnya ada apa kak?" suaranya kembali sengau. Efek dari kebanyakan menangis.
"kamu habis menangis?" tebak Itachi, membuat Naruto tersentak kaget.
"me-menangis? Siapa yang bilang kak? Uhh... aku hanya sedikit tersedak..." sahutnya memberikan alasan yang konyol.
"baiklah, kamu tersedak. Jadi sekarang kamu ada dimana?"
"uhmm.. di gedung fakultas ekonomi kak, di depan ruang audio visual." Jawabnya. Ia segera bangkit dan bergegas keluar dari ruangan tersebut. Tidak lupa ia mengusap pelan sisa air mata yang ada dipipinya. Berutung kulitnya berwarna tan, jadi rona merah sedikit tersamarkan, meski tidak untuk matanya yang memerah dan sembab.
"baiklah, aku akan menjemputmu sekarang."
"memangnya ada apa kak?" tanya Naruto lagi.
"pulang bersama?" jawaban Itachi membuat Naruto mengerucut sebal.
"aku kira ada masalah gawat…. Dasar kakak ini, selalu saja berlebihan." Gerutunya, terdengar tawa pelan diseberang sana.
"jangan tertawa kak. Memangnya ada yang lucu?" kesalnya. Meskipun begitu Naruto sangat berterima kasih pada Itachi, karena berkat kakaknya ini, kesedihan di hatinya sedikit berkurang.
"ah, tidak kok. Maafkan kakakmu ini yang sudah tertawa ya. ahaha" lagi, terdengar suara gelak tawa dari Itachi, membuat Naruto kembali sebal.
"kakak pasti mentertawakanku. Kakak menyebalkan!" sungutnya kesal.
"benarkah?" sahut Itachi, suaranya kini sangat dekat. Saat Naruto menoleh kebelakang, disanalah Itachi berada, tersenyum tulus menatapnya. Namun sayangnya senyum itu tidak bertahan lama.
"kamu menangis? Ada apa?" Itachi mengusap kedua pipi Naruto lembut. Menatap gadis didepannya ini dalam.
"siapa yang menangis?" elaknya. Memandang kearah lain.
"Naruto… kamu berbohong padaku. Katakan, ada apa? Siapa yang membuatmu menangis, hn?" dengan lembut, Itachi menghapus jejak air mata yang ternyata masih tersisa dikedua pipi Naruto.
"tidak ada. Aku tidak menangis kok." Itachi menghela napas sejenak. Gadis didepannya ini tidak mau bercerita, dan Itachi sama sekali tidak mau memaksa Naruto untuk bercerita.
"baiklah kalau begitu. Kamu tidak menangis. Jadi, bisa kita pulang sekarang, Hime?" ajak Itachi. Meraih tangan Naruto dan menuntun gadis yang lebih muda 3 tahun darinya ini ke tempat parkir. Dimana mobil ferari hitamnya terparkir.
Hime adalah panggilan Itachi untuk Naruto dulu saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Itachi selalu memanggil Naruto Hime saat gadis tersebut merasa tertekan, sedih ataupun terpuruk. Itachi tahu semuanya, dia tahu seperti apa perasaan Naruto saat ini. Bagaimana perasaan gadis itu terhadap Sasuke, bahkan saat Naruto berbohong pada Sasuke perihal ungkapan perasaannya dulu. Itachi tahu semuanya. Dia tahu, karena gadis yang kini berada dimobilnya ini adalah gadis yang ia cintai.
Cinta sebagai laki-laki terhadap perempuan, bukan cinta seorang kakak terhadap adik. Bukankah dunia ini lucu? Ia mencintai Naruto, Naruto mencintai Sasuke, sedangkan Sasuke berpacaran dengan Sakura. Sepertinya takdir sedang mempermainkan dirinya dan Hime-nya ini. Itachi selalu mengawasi segala tindakan Naruto dan Sasuke, selama masih batas wajar, maka itachi tidak akan turun tangan. Tapi tadi, Itachi melihat Naruto berlari dari arah taman belakang dengan derai air mata. Ia tidak mengejarnya, melainkan mencari tahu sebab gadis tercintanya ini menangis. Dan disanalah Itachi melihat Sasuke dan Sakura yang masih berciuman.
"mau main kerumah dulu? Mama merindukanmu." Ucap Itachi, memecah keheningan.
"uhm, lain kali saja kak. Kepalaku sedikit pusing." Tolaknya. Naruto sama sekali tidak berbohong, karena setelah menangis tadi, kepalanya terasa pusing sampai sekarang.
"baiklah, aku antar kamu pulang. Apa papa Minato dan mama Kushina ada dirumah?" Naruto menggeleng pelan. Kedua orang tuanya memang sedang pergi keluar negeri. Mungkin lusa baru pulang. Dan Naruto ditinggal sendiri di kediaman Namikaze, bersama beberapa maid dan Iruka, kepala pelayan sekaligus orang yang sudah mengurus Naruto semenjak gadis tersebut berusia 5 tahun.
"paman Iruka ada?"
"uhm… ada."
"mau kedokter dulu?" tawar Itachi. Dia cemas melihat wajah pucat Naruto. Itachi tidak mau terjadi hal buruk terhadap gadis tercintanya ini. Tapi gelengan kepala dari Naruto membuat Itachi menghela napas lelah.
"masih tidak suka dengan dokter dan rumah sakit?" Naruto mengangguk kecil.
"dasar... apa boleh buat, aku akan merawatmu." Putus Itachi. Naruto hendak protes saat Itachi memberinya tatapan dalam.
"tidak ada penolakan."
"uhh…" akhirnya Naruto hanya bisa menurut. Bahkan ia tidak banyak protes saat Itachi menggedongnya ala pengantin setelah mereka tiba di kediaman Namikaze.
"tubuhmu panas…" gumam Itachi, terlihat gurat cemas diwajah tampannya. Naruto hanya diam, menyamankan diri digendongan Itachi.
"selamat datang Naruto-sama, Itachi-sama…" sambut maid yang berpapasan dengan Itachi.
"hn, dimana paman Iruka?" tanya Itachi langsung.
"Iruka-san ada didapur, Itachi-sama. akan saya panggilkan." Dengan tergesa, maid tersebut berjalan kearah dapur. Memberitahukan perihal nona mudanya yang kini digendong Itachi.
"astaga… apa yang terjadi Itachi-sama? kenapa Naruto-sama digendong?" Iruka menyusul Itachi yang sudah berjalan menuju ke kamar si pirang.
"tubuhnya panas paman. Bisa tolong siapkan kompres dan obat paman?" pinta itachi, mendengarnya Iruka segera bergegas menyediakan apa yang dibutuhkan. Dia juga menyuruh juru masak untuk membuatkan bubur gandum dan coklat hangat untuk nona mudanya. Dengan sedikit tergopoh-gopoh, Iruka membawa mangkuk berisi air hangat, thermometer, obat penurun panas dan handuk kecil.
"kenapa Naruto-sama bisa sampai demam seperti ini?"
"mungkin masalah stress. Tolong paman kabari papa Minato dan mama Kushina."
"jangan… jangan beritahu mama dan papa…" gumam Naruto lirih, menghentikan langkah Iruka yang hendak menyambar telepon dikamar Naruto.
"kenapa?"
"aku tidak mau membuat papa dan mama cemas kak, aku kan hanya demam saja." Itachi mengangguk mengerti, begitu juga dengan Iruka.
Dengan telaten Itachi mengompres dahi Naruto dan mengukur suhu tubuh tunggal Namikaze tersebut. 39o C, suhu tubuhnya tinggi.
"Hime... minum obat ya?"
"tidak mau..."
"Naruto-sama..."
"aku baik-baik saja kak.. paman juga tidak perlu cemas." Baik Itachi maupun Iruka menghela napas lelah. Naruto memang tipe gadis yang susah sekali untuk minum obat.
"baiklah, tapi kamu harus istirahat. Aku akan tetap disini sampai kamu benar-benar tidur." Itachi mendudukan dirinya ditepi ranjang tempat Naruto berbaring. Sedangkan Iruka sudah pamit undur diri.
"uhhh.. aku bukan anak kecil kak."
"tapi kamu tetap adik kecilku yang berharga. jadi sekarang tidurlah." Itachi mengusap surai pirang Naruto yang kini sudah tergerai.
"baiklah... selamat tidur kak..." Naruto memejamkan kedua matanya, meneyembunyikan sepasang netra berwarna sebiru langit musim panas. Mencoba untuk tidur. Sepertinya saran dari Itachi harus ia turuti.
.
.
.
.
Akuma-Kurama
.
.
To be continued...
a/n: karena Kuu bingung bagaimana mau lanjutin cerita yang itu, akhirnya Kuu buat baru aja. Alurnya sedikit berbeda, dan Kuu berusaha untuk memperbaiki penulisan Kuu. Main pair tetep Itachi ama Naruto. Endingnya mungkin sama, mungkin juga berubah. Disini lebih kerasa nggak dramanya? Tulisan Kuu lebay ya? Hahaha, maklum, Kuu juga kan manusia biasa, masih belajar buat nulis cerita yang baik dan benar. Hohoho. Oh ya, cerita troublemaker yang itu khusus special seriesnya bakal Kuu hapus aja. Selesai di bagian Itachi ma Naruto yang nikah.
Delete or Next? Tergantung dari respon readers sekalian… ^^
Target Kuu sih, mungkin 10 chapter nggak sampai. Mungkin lho ya.
Jaa na.
