KONNIIIIIIIIIICHIWAAAAAAA~~!!!

Saya author baru di pendom naruto. Mohon bantuannya! m[_ _]m

WARNING : OOC, AU, Shonen ai [yaoi], gaje, typoooooooooo~ jangan diprotes! Super gaje hohohoho jangan terlalu gimana-gimana gitu baca penpik gua. Sori aja kalo terkesan kayak nopel. Tapi gua sama sekali gk niat bikin nopel tuh… apalagi kalo misalnya ni penpik kea telenopelah. Iiiih amit-amit deh gua mah. Sumpah, kgk niat bgt bikin kea begituan! Blahblah blah dah pokoknya ribet amet sih. Warning ato apa ni? Panjang amet…

Rated ; sekarang T dulu, tapi ntar naek jadi M [karena banyak hal-hal yang bukan untuk anak-anak =="a pokoknya M buat jaga-jaga biar aman]

Pairing : au ah gelap!

Maap, gua gk pinter disklaimer-disklaimeran==' langsung ajalah. Pokoknya kisah maupun tokoh-tokohnya bukan punya gua. Kalo penpik ini, sah seutuhnya punya gua.

Yo! Enjoy aja lah baca penpik gua. [kalo enjoy itu juga]. Jangan lupa ripyuuuuuu~

xxxPionistxxx

ΩΩΩLOVELESSΩΩΩ

ΩΩΩChapter 1 : PertemuanΩΩΩ

ΩΩΩLOVELESSΩΩΩ

xxxPionistxxx

Namaku Uzumaki Naruto. Usiaku 15 tahun dan sekarang aku sedang menikmati OSPEK SMA ku yang begitu membosankan. Ku pikir, OSPEK itu akan ada banyak siswa berdandan gila-gilaan. Ternyata hanya dandanan standar. Rambut siswi yang tak berkerudung diikat di ubun-ubun, siswa mengenakan dasi kupu-kupu dari pita berwarna warni sesuai warna lambang kelas, dan kelasku berwarna ungu. ―Kenapa harus ungu sih?!― Setiap anak membawa tas keresek. Kantong keresek biasa yang diikat oleh rapia [yang sudah dikepang] sehingga menyerupai tas soren. Benar-benar standar.

Yang paling membuatku kecewa adalah acara-acaranya. Apaan sih. Hanya penyuluhan, pengarahan dan perkenalan lingkungan. Mana usil-silannya? Atau dikerjai osis misalnya. Sangat membosankan. Mentang-mentang tidak boleh ada peloncoan. Huft, aku tidak suka sekolah ini. Menyesal aku masuk sini. Yah, entah bodoh atau tidak, tapi aku menyesal berhasil lulus di sekolah RSBI ini.

"Hey, Naruto! Ayo cepat!" Seru salah seorang mentor kelasku. Aku pun segera menghampirinya. Menuju ruang baru. Dimana kami akan diberi pengarahan lagi. Entah pengarahan tentang apa kali ini.

Ruang multimedia, itu yang mereka katakan. Kelasku pun segera memenuhi ruang ber-AC dan sangat eksekutif ini. Ada banyak lampu-lampu seperti di bioskop. Layar proyektor yang lebar , infokus mewah, laptop, tv, sound system, seluruh dinding dilapisi karpet dengan maksud kedap suara, pokoknya komplit. Sayangnya, duduknya secara lesehan. Kami pun harus buka sepatu.

Aku tengok kiri-kanan. Rupanya kali ini yang ikut pengarahan hanya kelas ku saja. Biasanya dicampur dengan kelas lain. Well, aku lebih nyaman dengan keadaan seperti ini. Terasa tenang dan nyaman.

Para mentor segera keluar setelah merapihkan kami untuk duduk. Siswa dan siswi duduk secara terpisah. Dihadapan kami berdiri 2 orang guru yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Lalu di belakang 2 guru itu ada seorang laki-laki yang duduk manis menghadap keyboard. Aku tidak bisa menebak umurnya. Dia muda tapi seperti tua. Atau tua tapi terlihat muda. Entahlah. Yang jelas dia mengenakan kemeja , dasi dan Blezer bercorak belah ketupat berwarna merah dan biru tua. Rapih bukan main. Aku benci dia. Dasar mutu! [muka tua] teme! Aku bisa merasakan aura aneh yang membuatku langsung membenci dia tanpa alasan yang jelas. Mungkin itu salah dia, punya wajah kok kayak begitu. Bikin orang tiba-tiba benci.

"Nah, sekarang kita belajar bagaimana menyanyikan lagu mars sekolah kita" kata guru laki-laki tanpa memperkenalkan dirinya terlebih dahulu. Hah menurutku itu tidak terlalu penting. Nanti juga aku tahu dengan sendirinya.

"…SMA 3 Kota Sukabumi… pewaris budaya bangsa. Mengutamakan pelayanan yang prima…."

Iukh…aku tidak suka menyanyi. Karena aku tidak bisa bernyanyi. Terlebih lagi, laki-laki pantat ayam itu mengiringi kami dengan permainan keyboardnya. Aku benci dia! Dia pikir permainannya keren, huh? Emm, ya memang keren sih. Tapi dia jelek! Muka tua! Ikh, jijik! Jika aku perempuan, aku tak akan mau menjadi pacarnya.

xxxPionistxx

2 Bulan kemudian…

Sialan! Ternyata laki-laki itu bekerja di sekolah ini. Entah sebagai guru pengajar atau guru honor. Bisa jadi sewaan dari luar hanya untuk bermain keyboard saja. Entah lha. Pokoknya aku sering melihat dia. Apalagi saat aku latihan bernyanyi. Uhm, kabar buruk. Aku mengikuti ekstrakulikuler paduan suara. Bukankah sudah ku katakan bahwa aku tidak suka menyanyi? Yap! Tapi kenapa dengan begonya aku masuk eskul nista itu? Bukankah si pantat ayam bermain keyboard di sana? arght! Aku benci si teme!

Setiap aku melangkah, setiap aku pergi, setiap aku berada di studio music sekolah, pasti ada dia. Si muka tua! Si jelek! Ugh, pengganggu. Kenapa kau suka berkeliaran di sekolahku?! Lama-lama, akan ku bunuh dia memakai death note. Biar aku pinjam dulu bukunya ke tetangga anime sebelah.

"Heh, Naruto, muka mu kusut terus. Kenapa?" kata teman baruku , Nara Shikamaru.

Dia nampak kesulitan merapihkan almamaternya. Takut almamaterku tidak rapih, aku pun ikut-ikutan membenarkan almamater sendiri.

"hah, tidak apa-apa." Aku menjawab malas. "Ayo cepat baris sebelum kita kehabisan tempat jajaran paduan suara."

Kami pun mulai menaiki tangga dan berbaris di tempat khusus untuk jajaran paduan suara. Tempat teduh dan agak tinggi.

Aku berdiri di samping Shikamaru. Memandang apapun yang dapat ku lihat. Ini bukan pertama kalinya aku berdiri di sini. Tapi rasanya tetap sama. Aku gugup. Bagaimana pun juga, suaraku tak pernah bisa merdu. Baiklah, tarik nafas lalu buang… ya, benar begitu Naruto. Kau pasti bisa. Lihatlah wajah-wajah peserta upacara pengibaran bendera hari Senin itu. Kau tak boleh mengecewakan mereka.

"Ayo kita latihan lagi!" seru Nenon neesan, mengalahkan riuh peserta upacara. Dia adalah ketua dari ekstrakulikuler padus sekaligus drijen kami. Dia juga adalah murid berprestasi dari provinsi Jawa barat. Rambutnya panjang kriting, selalu diikat seperti jin wanita di film Jinny Oh Jinny.

"Ayo!" Tangannya mengayun tinggi dan mulai menari-nari membimbing kami ke jalur-jalur melodi. Suara menari seirama alunan tangan Nenon Neesan. Suara kami begitu berlomba-lomba tapi tak pernah ada yang mencoba untuk berlari mendahului. Entah apa yang terkandung dalam suara kami, yang jelas hanya beberapa detik saja semua peserta upacara langsung terdiam. Lebih ampuh dari teriakan kemarahan guru-guru. Dengan seksama mereka menonton latihan kami. Kemanapun teriakan merdu kami berlari ditentukan oleh tangan cantik Nenon Neesan dan iringan suara piano dari keyboard.

KEYBOARD?!

Sontak aku berhenti bernyanyi. Sedikit terbatuk, berusaha tidak mengganggu yang lainnya. Buru-buru aku mengarahkan penglihatan ke tempat biasanya pemain keyboard berdiri. Dan… yeah, dia ada di situ seperti hari Senin biasanya. Si muka tua. Si Jelek yang sok jago. Siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke, pemain keyboard yang super culun. Kenapa sih sekolah harus menyewa dia? Kenapa tidak orang lain saja? Atau murid di SMA ini kan banyak yang bisa main keyboard. Kenapa harus dia? arght!

Tragisnya, kok aku bisa tahu nama dan marganya itu?

Sasuke menghentikan permainan keyboardnya lalu berjalan mendekati Nenon Neesan. Tangan Nenon Neesan menurun lambat, nyanyian pun ikut melamban dan mengikuti ke arah nada rendah sampai tangan Nenon Neesan jatuh dan tak terdengar suara nyanyian sedikit pun. Otomatis membuat riuh kecewa dari peserta upacara. Namun itu tak kami hiraukan.

Mataku focus pada mereka berdua. Ingin tahu apa yang sedang dibisikkan. Sesekali aku memperhatikan penampilan Sasuke. Arght, tua. Blazer, dasi, kemeja, celana, sepatu, dan kacamata. Sepertinya itu kacamata minus. Jalannya agak bungkuk. Pendek. Bahkan Nenon Neesan lebih tinggi dari dia. Adakah gadis yang menyukainya? Ku rasa tidak ada.

Aku tidak suka cara dia berjalan yang bungkuk. Aku tidak suka cara dia melihat. Aku tidak suka cara dia berpakain. Aku tidak suka kacamatanya sekalipun aku adalah fetish kacamata. Aku tidak suka ketika dia bermain keyboard. Makin terlihat tua. Sangaaaaaaat tua.

"Jadi, nanti aku GOR dulu? Terus latihannya kapan?" samar samar aku mendengar suara Nenon Neesan.

"Aku gk bisa. Aku sibuk." Dan samar-samar aku mendengar suara si Uchiha Teme. Ah…satu lagi bertambah yang tidak aku sukai, suaranya. Suara lembut yang sangaaaaaaaaaat aku benci.

Shikamaru menyiku pinggangku. Reflex aku mengaduh kesakitan. "Heh! Apa yang kau lihat, huh? Kau menyukai Nenon? haha" dia sedikit tertawan kecil.

"Bukan. Aku tidak memperhatikannya sedikit pun."

"Ouh, aku lupa. Kau kan yaoi. Jadi pasti…ehm, itu?" katanya sambil menahan senyum dan menunjuk-nunjukk si Uchiha dengan dagunya.

"Iya..e-eh?! BUKAN!" Aku meraung kencang tanpa sadar. Membuat seluruh jajaran padus melihatku aneh. Aku dan Shikamaru membeku. Tatapan yang mereka berikan terasa menusuk. Sampai mereka memberi sorakan payah kepada kami. Aku hanya garuk-garuk kepala walaupun tidak gatal sembari tersenyum. Dan Shikamaru bergumam tidak peduli, "che, mondokusei."

"Jadi benar kan, kau itu yaoi? Alias pecinta sesama?" kata Shikamaru mengembalikan topic utama setelah tidak ada yang menatap kami.

"Memangnya kau tidak bisa membedakan mana mata yang menunjukan cinta dan mana mata yang munjukan kebencian? Jelas-jelas aku melihatnya dengan mata penuh kebencian."

"Hn? Menurutku sih tidak begitu juga."

"ha?" aku mendongak. Melihat kepala Shikamaru yang tertuju pada Teme. Kunciran nanasnya terlihat jelas dari jarak segini. Hihihi aku suka kuncirannya itu.

"Matamu malah menunjukan ketertarikan menurutku." Jawabnya kembali ke nada Shikamaru Si Pemalas.

"Apanya yang menarik?! Mana mungkin aku bisa menyukai dia. Si muka tua dan jelek. Aku tidak mungkin bisa menyukai dia. Karena setiap inci dari bagian tubuh Si Teme semuanya aku benci. Benci. Benci. Sangat benci. Jika kau bertanya lagi hal yang seperti ini, aku tidak akan menjawabnya. Kenapa? Karena memang sudah jelas kan? Aku-benci-sa-su-ke. titik! Dan kau harus tahu, aku ini N-O-R-M-A-L!"

"Oh," jawab Shikamaru, sangat singkat. Padahal mulutku sudah berbusa untuk menjelaskan semuanya. Membudah. Sebagian busanya malah ada yang muncrat keluar mengenai punggung jas almamater teman yang di depan. Biarkan saja ah. Toh, tidak ada yang lihat. Ini kan gara-gara si Nanas. Kadang-kadang aku ingin sekali menjambak kunciran nanasnya.

xxxPionistxxx

2 jam mata pelajaran sosiologi pada hari Senin cukup membuatku bersemangat kembali. Tidak. Ku rasa yang membuatku semangat bukan pelajaran sosiologi. Melainkan karena sekarang adalah jam istirahat. Yeah, jam yang paling aku suka.

Seperti biasa, aku dan Shikamaru bergegas ke kantin yang biasa kami sebut 'pasar'. Memang selalu ramai tak kalah dari keramaian pasar. Setelah membeli beberapa bungkus dan jenis makanan, kami duduk di taman Chingcau. Hahaaha taman yang dengan seenaknya ku namai demikian. Karena taman itu adalah wilayah dari seorang pedagang es chingcau. Aku heran dengan pelanggan yang tak pernah surut. Apakah mereka tidak bosan terus-terusan makan chingcau? Ya, sepeti Shikamaru misalnya. Tiada hari yang dia lewatkan tanpa chingcau. Iukh… gula yang dia makan dalam satu porsi… iekh…sungguh sangat membuatku ingin muntah. Aku tidak suka makanan manis.

Aku duduk berdampingan dengan Shikamaru di bawah pohon rindang [yang entah pohon apa]. Ini adalah tempat nongkrong ke dua terfavorit setelah Kafe Si Om yang nyaman.

Saat makan, aku dan Shikamaru jarang ngobrol. Jangan ditanya kalau alasan Shikamaru. Dia pasti berkata : "Mondokusei". Aku harap Kiba ada di sini kentalku dari sejak SMP.

"Naruto," kata Shikamaru. Aku terkesiap karena kaget. Aku tersedak dan sedikit terbatuk.

"Nani desuka?" Tanya ku dengan mulut penuh makanan.

"Shikamaru hanya menunjuk dengan satu jari telunjuk ke arah depan. Di sana aku bisa melihat Kiba melambai-lambai. Ah, tepat pada waktu yang ku inginkan. Aku balas melambai. Dia pun datang menghampiri.

"Hai ,tem!" sapanya familiar. "Ada kabar baru?"

"Naruto jadi yaoi mulai kemarin." Cerocos Shikamaru dengan straight face. Innocent gila-gilaan tu anak!

"Ha? Yang benar?! Ah, kau bercanda! Maksud mu orang yang sering main keyboard setiap hari Senin itu? Tapi dia kan laki-laki." Kiba balas berseru. Wajahnya menampakkan syok yang berlebih-lebihan [lebay].

"Si Naruto jatuh cinta pada Pembina eskul Gamma sekaligus pelatih padus sekolah kita." Shikamaru melanjutkan cerocosannya yang makin ngawur.

"Benar kah, Naruto?" Tanya Kiba meminta persetujuanku.

"Ya-yang benar saja. AKU-INI-NORMAL!!!" Sembur ku tak kuat lagi ingin menegakkan kebenaran.

Shikamaru mengerlingkan mata, sudut bibirnya sedikit naik. Ah, dasar penyebar gossip!

"Heii, hei…jadi begitu ya, kau tidak pernah cerita soal… 'ketidak normalanmu'." Kata Kiba sambil melipat dua jari tangannya― membentuk telinga kelinci―ketika mengatakan kata terakhir.

"A-ku-nor-mal!"

"Dia masih malu mengakuinya." Kata Shikamaru santai sambil membuang muka. Aku tercekat. Manusia yang satu ini… kiba terbahak-bahak. Entah apa yang ditertawakan. Mungkin dia percaya. Entahlah, yang jelas semua pandangan orang-orang tertuju pada kami.

"A-KU-NOR-MAL!!!!" Jerit ku sampai kerongkonganku terasa sakit.

xxxPionistxx

Kamis… yeah, akhirnya hari ini datang juga. Fuh.. hari yang lumayan berat. Sore ini aku ada latihan padus. Kau tahu artinya apa. Hn, bertemu dengan si Teme jelek.

Yap, sekarang aku sudah duduk disamping Shikamaru. Pelatih sudah ada, Nenon Neesan sudah siap, keyboard oke, pemainnya juga ada. Huh…

"Ayo berdiri, volume Sovran tambah. Alto udah oke!" kata Nenon Neesa. Kemudian dia pun bersiap-siap mengangkat tangan dan…mulai!

Sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan latihan hari ini. Aku sangat tidak focus. Kenapa? Karena aku sibuk mengamati si jelek. Lihatlah bagaimana cara dia bermain. Uekh…eneg! Sok keren abis. Tubuhnya sok mengikuti alunan music. Make rada angguk-angguk kepala. Ih…merinding liatnya juga. So' tampil oke. Padahal wajah mutu kayak gitu juga. Cakepan aku keman-mana. Iiiiy~ ada nggk ya cewek yang mau jadi pacar dia?

xxxPionistxxx

Latihan usai. Hhaaah….akhirnya.

"Aku pulang duluan, Naru!" sahut Shika sambil meleos pergi.

"Lho?Lho? kan kita sejalur!" teriakku, berusaha menggapai baju Shika dan menariknya.

"Dijemput Tou-san." Jawabnya dingin. Itu sudah cukup membuatku bungkam mulut. Dan aku tidak ingin pulang bareng bersama ayahnya Shika. Niscaya sepanjang perjalanan pasti dipenuhi nasehat tentang wanita. Sudah tau aku dan Shika itu anti cewe. Ugh.

Disini lah aku. Berjalan sendiri di koridor sekolah. Hah…kasian sekali jadi aku. Begini nih kalau susah bergaul. Sedikit punya teman.

Suasana sekolah di sore hari oke juga. Sore cerah. Matahari kuning. Theater terbuka nampak eksotis. Aku berhenti berjalan. Memandang sekeliling. Waw, pemandangan yang jarang ku dapatkan. Sekolah yang sepi dan kosong. Jika biasanya aku berdiri di sini dan melihat ke taman pemisah kelas, pasti pemandangannya sesak. Sekarang kosong. Tanaman hijau serta bunga-bunga sangat terasa sekali kehadirannya. Diterpa angin, disinari matahari jingga, damai.. meliuk-liuk cantik. Hmm.. menyegarkan pikiran.

Aku membalikkan badan, kembali menghadap theater terbuka.

Hening…

Beberapa kali aku menarik nafas. Sungguh nikmat kesunyian ini.

Aku beralih ke barisan koridor. Sekali lagi, nampak eksotis. Jika aku memotret dari ujung sini dan menampilkan tiang-tiang yang menjulang tinggi, itu akan menghasilkan potret sekolah yang anggun. Dengan sedikit sentuhan editing photograph tentunya. Ah… sayang aku tidak punya kamera. Hanya kamera hape dengan pixel pas-pasan. Wew. ―sweatdrop―

Oops, aku menghentikan aksi curi-curi pandang. Ada objek kurang mengenakkan di hadapanku. Sosok yang aku benci. Yap, si wajah tengil, alias Uchiha Sasuke Teme.

Blezer, kemeja…oooh NO! SUPER CULUN MODE ON!!

Berani-beraninya dia berdiri tegak di tengah koridor seperti itu! Membuat jiwa photographerku bangkit. Dia tampak eksotis. Pose-nya sudah bagus : membersihkan kacamata. Yah, jika aku memotretnya dari sini, memposisikan dia di pinggir. Meluaskan pemandangan koridor dan taman. Lalu aku tinggal mem-blur koridor dibelakangnya. Ah…itu INDAH untuk dillihat. Tapi TIDAK! Selama objeknya adalah si Teme, it's NOT picture!

Aku pun menggeleng-gelengkan kepala. Menetralkan otak dan bergegas pulang.

Tadi itu situasi dan kondisi yang membuatnya nampak indah dan eksotis. Bukan karena hal lain. Yep! Pasti karena matahari sore. Oh matahari, kau sangat luar biasa. Mampu membuat makhluk jelek seperti dia menjadi cantik.

XxxPionistxxx

"Membuat fict itu tidak semudah mengedipkan mata. Jauh lebih sulit dari belajar bersepedah. Jadi tolong, kritik setelah pikir panjang. Berikan kritik yang membangun".

RIPYUUUUUUUUUUUUUUUUUU XD

Hahahahahahah gaje kan?

Ah bodo amat deh bagus ato kgk. Kan masih pemula gtloooks. Soooooooo, minta ripyuuuuu demi kelancaran ni penpik.

Tengkyuh buat yang udah baca. Dan gk tengkyuh buat yang udah baca tapi gk ripyu XC hhe gk denk! Tengkyuh tengkyuh aja donk!

DON PORGET TU LIP SAM RIPYU, OKEH????? *bahasa jampang* (JANGAN DITIRU!)