Yosh... Yahiko tidak akan banyak bacot, dan ini Fic NaruIno pertama buatan Yahiko. Jadi harap memahami semua kesalahannya.!*huuu... Turun, turun.* yaww.. This is the KONOHA KIIROI SENKOU 2
Disclaimer : Naruto and All Chara itu milik Masashi kishimoto, tapi Fic ini asli milik Yahiko.
Author : Yahiko namikaze
Title : Naruto x Ino
Rated : T (semi M) ^^V
Genre : Adventure and Romance
Warning : Gaje, OOC, OC, CANON, Abal, Typo/mistypo.
DON'T LIKE, DON'T READ,
.
Just enjoy this
.
Summary :dirinya amat sangat mirip dengan sosok 'dirinya' yang telah rela mengorbankan dirinya sendiri demi Desa dan orang yang dicintainya.
Pagi yang sangat cerah 'melanda' disuatu pegunungan yang amat jauh dari kehidupan Manusia, gemericik air disekitarnya menambah suasana pegunungan itu sangat tenang dan mungkin cocok untuk menyendiri. Burung-Burung saling berkicau di ranting pohon tua, angin pagi berderu pelan seolah memanjakan siapapun yang ada di sana. Mataharipun masih malu-malu untuk memancarkan sinarnya padahal hari semakin menanjak, biru langit di atas sana sangat indah di pandang membuat kita merasakan sebuah harmoni kesejukan teramat sangat, ditambah dengan gesekan antara satu daun dan daun lainnya menambah suatu simfoni yang tak pernah bisa ditiru oleh siapapun.
Jjrekk..
Tiba-tiba sebuah Kunai yang di lilit kertas kuning tertancap dimana-mana, pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah seorang Ninja yang memiliki perawakan rambut kuning sampai sebahu memiliki warna mata sebiru lautan dan memiliki tiga goresan kembar dipipinya dan sepertinya tengah kelelahan menghadapi serangan sosok berambut putih panjang di hadapannya, sosok berambut kuning ini menggenggam erat sebilah Kunai yang sama dengan yang tertancap di mana-mana, ada yang tertancap di pohon dan di tanah.
Didepan sosok tadi berdiri sosok manusia yang memiliki perawakan berambut putih dengan tato garis merah melintang Vertikal di kedua pipinya. Sosok itu juga tidak kalah kelelahan dengan sosok yang diketahui adalah muridnya.
''Bagus, Naruto'' ucap sang Guru sambil ngos-ngosan ''Akhirnya, kau sudah mencapai titik akhir dari latihan ini'' lanjutnya pada sosok di hadapannya yang sudah ambruk dengan Kunai yang sudah entah kemana melayangnya.
''Hosh.. Hosh.. Hosh.. Sudah dua setengah tahun Ero Sannin.'' ucap Naruto sambil mengatur nafasnya. ''Mana mungkin selama itu aku tidak bisa selesai latihan'' bantahnya sambil mengatur kembali nafasnya yang tersengal-sengal.
Diam, Jiraiya yang dipanggil dengan (1)Ero Sannin itu hanya melempar senyum maklum pada muridnya yang mungkin tak tau Tata Krama bicara pada orang yang lebih tua dari dirinya. Tapi toh, Jiraiya sudah terbiasa dipanggil seperti itu, dia memaklumi itu dan tak mengindahkan nama panggilan yang diberikan langsung oleh muridnya.
''Kapan kita kembali.?'' tanya Naruto sambil melihat langit biru yang sepertinya lebih bagus dipandang ketimbang Gurunya yang kelelahan setengah mati.
''Besok, dan persiapkan dirimu untuk mengikuti ujian Joonin.!'' balas Jiraiya sambil merebahkan dirinya disebelah Naruto yang tengah memejamkan matanya.
Naruto hanya bisa mendengus. Untuk beberapa saat mereka hanya diselingi keheningan, mencoba untuk mengistirahatkan tubuh yang sudah berontak untuk meminta istirahat sejak tadi.
Dipikiran Naruto saat ini hanya ada sosok gadis berambut kuning pucat panjang yang diikat ekor kuda dengan pony tail yang menutupi mata kanannya, mengingat senyum manis gadis itu membuat sudut-sudut bibir Naruto melengkung keatas. Senyum itu tak pernah dia lupakan meski sudah dua setengah Tahun dia meninggalkan err... Kekasihnya di Konoha. Mengingat Konoha dan Gadisnya, membuat bocah berumur Tujuh belas tahun ini ingin cepat pulang ke Desa. Tempat dia dilahirkan dan tempat dimana dia bertemu pertama kali dengan Gadisnya yang bermata Blue sky itu.
..o.O.o..
Pagi Cerahpun juga melanda Konoha, Shinobi-Shinobi melompat sana-sini sehingga menimbulkan bunyi 'trap' saat mereka mendarat di atap rumah Warga. Penjual a.k.a Pedagang sudah mulai aktiv dengan dagangan mereka yang menurut mereka berkualitas untuk dijual pada Masyarakat baik Shinobi maupun non Shinobi. Dan disinilah Dia, Gadis bermata Blue sky ini tangah sibuk dengan kerjaannya yaitu, menyiram bunga di Teras Rumahnya.
Melihat Heiress dari Clan Yamanaka yang lagi menyiram bunga, membuat para Shinobi atau non Shinobi mengalihkan perhatian mereka dan terfokus pada gadis cantik itu. Yah, siapa yang tidak kenal dengan Ino Yamanaka.? Hellooo, Seluruh Konohapun sudah tau kalau Gadis ini begitu cantik, gadis cantik yang selalu ceria ini jadi incaran bagi para laki-laki setelah Sakura sang Medic-nin terbaik di Konoha.
Tapi tak ada satupun diantara mereka yang tau kalau dibalik keceriannya dia merindu, merindukan sosok Kekasihnya yang telah lama pergi meninggalkan Konoha, yah.. Gadis ini tengah merindukan seseorang- terkecuali untuk Sakura, sosok bermata Blue sapphire itu selalu menghantui tidurnya, selalu masuk dalam bayang lamunannya, Uzumaki Naruto. Yah.. Narutolah orang yang pertama kali mengajarkannya akan sebuah kasih sayang, sebuah rasa yang mungkin tak pernah dia rasakan sebelumnya. Sebuah rasa yang didapatnya hanya pada Kekasihnya dan kasih sayang hanya tertuju padanya dari Kekasihnya yang entah kemana perginya demi melatih diri dan menambah Ilmu dengan sang Gama Sannin no Jiraiya.
''Ino-chan.!'' bahkan seruan sang Ibu dari dalam rumahpun serasa angin lalu ditelinganya yang sedang melamunkan kekasihnya sambil senyum-senyum.
Dengan garang Ibunya mengahmpiri Ino, mencoba menunduk sedikit menghilangkan jarak antara kepala sang Ibu dengan telinga kanan putrinya. Dengan sekali tarikkan Nafas dalam.
''INO-CHAN.'' Ibunya berteriak kencang tepat disebelah telinga kanan Putrinya yang tengah terlonjak kaget, dan tanpa sadar alat penyiram bunga itu terlempar mengenai Shinobi yang kala itu tak sengaja melintas di Zona berbahaya tersebut dan jatuh dengan tidak elitnya gara-gara lemparan akurat Ino.
''Astaga Kami-sama.'' Ino hanya mampu terlonjak kaget akan teriakan sang Ibu, mencoba untuk mengatur nafas yang memburu dan mendekap dadanya yang sudah berdebar amat sangat, sampai jantungnya terasa hampir keluar dari dalam tubuhnya. Setelah kembali tenang. Gantian Ino pula yang garang.
''KAA-SAN'' teriakan Ino membahana disekitar komplex perumahan tersebut. Inoichi yang melihat itu hanya bisa menghela nafas mencoba untuk memaklumi Istri dan Puterinya yang memang sama-sama cerewet tingkat Dewa. Sementara Puteri dan Istrinya bertengkar, Inoichi melanjutkan kerjaannya yang sempat tertunda memeriksa Dokumen mengenai Ujian kenaikkan Shinobi ke tahap Joonin.
Lama memeriksa Dokumen itu, setelah itu yang bisa Inoichi lakukan hanya menaikkan sebelah Alisnya melihat Daftar nama-nama peserta Joonin tersebut.
Yang membuatnya aneh hanya satu Nama yaitu Uzumaki Naruto.
INOICHI POV.
Bukankah Naruto masih berlatih dibawah bimbingan Jiraiya.? Dan lagi bukankah Bocah itu masih tahap Gannin.? Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Godaime-sama. Apa tidak apa-apa memasukkan Naruto kedalam lomba Kenaikkan tahap ke Joonin, menurut informasi yang kudapat dari Kakashi Bocah ini Bodoh dalam hal pengendalian Chakra.? Hhhuuff... Memikirkan ini membuat Kepalaku jadi pusing, mungkin harus aku tanyakan nanti pada Godaime-sama apakah Naruto masih bisa mengikuti lomba kenaikkan ke tahap Joonin ini. Yahh.. Biar kutanyakan Nanti.
NORMAL POV.
..o.O.o..
'Trang.. '
'Hampir saja aku kehilangan Kepala' batin Neji yang berhasil menghindari serangan Ten-ten.
''Hheyy...'' Seruan laki-laki yang memakai pakaian serba hijau itu mengganggu jalannya latihan sejoli ini, menengok secara bersamaan yang mereka dapat adalah tampang ceria seorang Rock Lee seperti biasanya.
''Ada apa Lee.?'' tanya Ten-ten seraya menggulung gulungan senjata Ninja miliknya dan memanggulnya di punggungnya. Sementara Neji sudah tidak mengaktivkan Byakugannya, keduanya duduk di bawah pohon Maple sembari menunggu Lee untuk berbicara di hadapan mereka.
''Ada berita bagus.'' seru Lee semangat seperti biasa.
''Maaf, aku sudah tau.'' ucap Neji datar. Sambil menyelipkan tangan kirinya kedalam lengan baju sebelah Kanannya.
''Kau sudah tau.?'' koor Ten-ten dan Lee secara bersamaan dan tak luput pula tampang bodoh keduanya.
''Lomba ketahap Jooninkan.?'' Lee hanya mengangguk dengan semangat membara sampai bagian kiri lehernya menimbulkan bunyi 'kretek'.
Hening
1 (atu Detik)
2 (Dua detik)
3 (Tiga.. De- )
''TIDAK LEHERKUUUU'' seru Lee sambil memegangi leher bagian kirinya, sedangkan Ten-ten dan Neji hanya bisa menggelengkan Kepalanya heran dengan tingkah Teman satu timnya.
..o.O.o..
''Hhuft.. Lomba ketahap Joonin ya...'' gumam Kiba sambil menimang-nimang formulir tersebut. Disebelahnya Akamaru sudah tepar, mungkin kelelahan karna terlalu lama berlatih dengan Timnya.
''Kau takut.?'' nada datar keluar tanpa terkendali dari seorang Shino, dia bersender di pohon dan merenggangkan otot-otot tubuhnya yang sudah minta istirahat. Sedangkan Kurenai dan Hinata sudah beranjak dari tadi.
''Aku hanya memikirkan Naruto. Dan perlu kau tau, aku bukan penakut.'' ucap Kiba sambil merebahkan tubuhnya di padang rumput hijau itu.
''Lalu.?'' sanggah Shino sambil mengambil tempat duduk disebelah Kiba yang memejamkan matanya.
''Apa sekarang dia sudah kuat.?''
''Yang melatihnya adalah Gama Sannin no Jiraiya.'' ucap Shino.''Mana mungkin dia masih bodoh seperti dulu''
''Ya, aku tau itu ehehe...'' ucap Kiba sambil terkekeh pelan, mengingat betapa bodohnya Naruto saat mereka masih di Academy Ninja. ''Yang jadi pikiran sekarang, apa dia akan ikut lomba itu.?'' lanjutnya sambil membuka kelopak matanya dan menghirup udara segar kala pagi ini.
''Entahlah, tapi yang pasti. Kita tidak bisa meremehkannya ketika Dia kembali nanti.'' jawab Shino sambil menengadahkan kepalanya keatas, dengan bermaksud untuk menatap langit biru melalui kacamata hitamnya.
..o.O.o..
''Ujian tahap Joonin.?'' tanya Sakura yang sudah tidak fokus lagi akan pekerjaannya. Dihadapannya, Ino menatap Sakura dengan mata berbinar-binar kemudian dia mangangguk mantap.
''Darimana kau dapat Informasi itu.?'' tanya Sakura sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
''Aku menguping Rapat Dewan pagi ini'' aku Ino sambil menggaruk belakang kepalanya dan meleletkan lidahnya.
Sakura hanya bisa menggelengkan Kepalanya, heran atas kelakuan teman kecilnya itu. Tiba-tiba sebuah pertanyaan menelusup ke Otaknya yang bisa dibilang diatas rata-rata.
''Individu atau kelompok.?'' tanya Sakura sambil mengalihkan pandangannya pada langit biru disiang itu.
''Menurut yang kudengar, Individu.'' ucap Ino sambil bangkit dari sana dan menuju satu-satunya ranjang di Ruangan tersebut.
''Kapan 'dia' akan kembali ya.?'' gumam Ino tanpa sadar.
Walau itu cuma Gumam kecil tapi Sakura tidak tuli untuk tidak mendengar Gumaman seorang Ino Yamanaka.
''Siapa yang kau maksud Ino.?''. Sambil menaikan sebelah alisnya.
''Siapa lagi.'' ucap Ino sambil selonjoran diranjang tersebut.
''Naruto yang kau maksud.?'' tanya Sakura sambil memandang Ino yang lagi menatap langit-langit ruangan itu dengan pandangan menerawang.
Dan jawabannya hanyalah anggukan pelan dari Ino yang sudah menelungkupkan tubuhnya demi menutupi air matanya yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Jujur, walau cerewet teman tetaplah teman. Sakura paling benci bila temannya yang satu ini menitikkan air matanya, melangkah perlahan Sakura menghampiri Ino yang terisak pelan.
''Kurasa dia akan datang.'' ucap Sakura asal walau penyampaiannya saja lembut, sambil mengelus punggung Ino yang sepertinya sudah lumayan tenang. Dia tersenyum miris, mengingat dia juga menanti Sasuke yang tak kunjung pulang Ke Konoha atau Desanya.
''Dia memang akan datang.'' suara bariton itu membuyarkan lamunan Sakura dan menghentikan isakan kecil Ino, seraya bersamaan Sakura dan Ino menoleh secara bersamaan. Disana berdiri si jenius tapi pemalas Shikamaru, Sai yang selalu tersenyum dan dia pula yang tadi berucap sedangkan Kakashi hanya menatap Icha-Icha Paradise tanpa menoleh sedikitpun dan duduk di Meja kerja Sakura.
''Maksudmu.?'' tanya Sakura yang sepertinya belum mengerti akan kata-kata laki-laki berkulit pucat tersebut.
''Naruto-kun akan kembali.?'' Tanya Ino sambil duduk bersila di sebelah Sakura.
''Ck. Mendokuse, dia memang akan datang.'' ucap Shikamaru sambil menguap dan setelah itu dia mendekati Ino dan Sakura. Setelah sampai didepan dua gadis ini, setelah itu dia menyerahkan formulir ujian tersebut.
''Dan ingat.! Ini ujian Individual.'' ujar Shikamaru sambil berbalik arah setelah Sakura dan Ino menerima lembar formulir tersebut dalam bingung.
''Dan jangan merepotkan panitia.'' cerocos Sai yang masih dengan senyum palsunya.
''yare... Yare..'' ucap Sakura sambil memutar mata Bosan.
'Semoga saja Naruto-kun sudah berubah' batin Ino sambil menerawang keluar jendela dan memperhatikan arak-arakan awan siang di langit biru itu.
''Dan sampai jumpa di ujian nanti'' ucap Shikamaru yang membuyarkan lamunan Ino, setelahnya mereka menghilang secara bersamaan dengan di akhiri dengan bunyi 'poof'.
..o.O.o..
Siang yang terik disuatu Desa sangat membuat Naruto dan Jiraiya merasa seperti jemuran, lelah.? Tentu saja. Sudah setengah hari mereka menempuh perjalanan untuk mencapai Konoha yang jaraknya masih Ratusan Kilo meter. Dengan tenang Naruto dan Jiraiya mampir ke Kedai yang mungkin menjual makanan yang cocok untuk Naruto, mengingat Bocah yang baru genap tujuh belas tahun ini hanya hobi makan Ramen- pengecualian kalau mereka masih di Myobokuzan- jadilah mereka mampir ke Kedai tersebut.
''Tolong, Ramennya Dua mangkok.!'' pinta Naruto saat pelayan berparas cantik datang menghampirinya. Setelah sampai didekat Naruto dan Jiraiya dia cuma Diam, untuk beberapa saat pelayan itu hanya diam sembari memperhatikan Naruto dari atas sampai bawah.
''Maaf.?'' basa-basi Naruto agar lamunan- yang entah apa dilamunkan- pelayan tersebut tersadar dari lamunannya.
''Ma-maaf, Anda pesan apa.?'' pelayan itu gelagapan dengan wajah yang merona, dia mencatat pesanan Naruto dan setelah itu bergegas pergi untuk menyampaikan pesanan yang dipesan Naruto.
Naruto hanya mendengus pelan sembari mengamati sekitar, sedangkan Jiraiya hanya tersenyum mengetahui bahwa pelayan tadi terpesona akan sosok Naruto yang kini telah menjelma menjadi sosok muridnya dulu yang dijuluki Konoha Kiiroi Senkou.
''Ma-maaf, ini pesanan Anda'' ucap Sang pelayan tadi sambil menyerahkan dua mangkuk Ramen untuk Naruto dan Jiraiya. Dengan pipi yang merona pelayan itu bergegas melesat pergi, agar tidak terlalu jauh terjerat dalam pesona Naruto.
''Entah kenapa, Pelayan itu dari tadi gelagapan'' gumam Naruto sambil memasukkan lembaran demi lembaran Ramen kemulutnya.
Sllrruupp...
Kompryang..
''HEY, KAU. APA-APAAN INI.?'' sembur seorang laki-laki pada sosok pelayan tadi yang mengkeret ketakutan.
''Ma-maaf saya tidak sengaja'' sergah sang pelayan sambil membungkkukan badannya tak luput pula keringat dingin yang mengucur dari pelipisnya. ''Sungguh saya tidak sengaja''
''AKU TIDAK TERIMA PENGHINAAN INI'' triaknya sambil bangkit dari bangku dan menghampiri sang pelayan yang sekarang sudah ketakutan setengah mati.
Melihat Pria itu akan menyakiti sang pelayan yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke bajunya, Naruto menoleh kearah Jiraiya yang tengah mengedikkan kedua bahunya dan tanpa pikir panjang Naruto bangkit dari bangkunya.
''KAU HARUS TERIMA INI.!'' ucap sang pria sambil mengayunkan tangannya tentu masih dengan amarah yang membara.
Sang pelayan hanya bisa pasrah dengan memejamkan kedua matanya, berDo'a dalam hati agar tamparan yang diberikan padanya tidak terlalu sakit.
.
PLUK..
.
Hening
.
Angin berderu pelan didalam ruangan itu, yang terdengar hanya suara kipas Angin yang berputar dengan santainya di Langit-langit kedai tersebut dan tak luput pula suara detikkan jam yang sudah menunjukan pukul enam belas tepat, Oke Yahiko tau itu hanya Deskrip jadi sebaiknya kita kembali ke topik.
Pelayan yang diketahui bernama Akiro itu masih memejamkan matanya, menanti rasa sakit yang tak kunjung terasa dipipinya. Demi mengecek keadaan, dia membuka kelopak matanya sebelah Kanan secara perlahan. Dan yang didapatinya adalah tangan sang Pria yang akan menamparnya hanya beberapa centi dari kulit putihnya, dapat dipastikan tangan itu akan menampar pipirnya yang bagian kiri kalau saja- tunggu. Bukankah sosok itu yang mengalihkan perhatiannya tadi, sosok Laki-laki berambut pirang sebahu itu tengah Menghadang tangan sang Pria yang akan menamparnya.
Tapi yang jadi masalah disini, jarak bangku sang Pria- yang memakai Hitai Ate berbentuk Awan tersebut- dengan bangku sang pria berambut kuning ini berjarak lima meter, tapi kalau melompat pastilah suara tapak kakinya saat mendarat pastilah terdengar. Sedangkan yang terjadi barusan sama seperti angin, sama sekali tidak ada suaranya berlari ataupun melompat.
''Ka-kau lihat yang tadi.?'' tanya sang pengunjung yang tengah mangap dengan sendok yang posisinya masih sejajar dengan dadanya. Di sebelahnya, sosok yang diberi pertanyaan tersebut hanya mengangguk patah-patah.
''Ki-kiiroi senkou,'' gumam pengunjung yang baru mau masuk kekedai tersebut, langkah kakinya berhenti ditapakkan pertama saat menyentuh lantai kedai tersebut.
Sedang Jiraiya.? Dia malah tersenyum, entah kenapa ada rasa bangga yang menelusup Jiwanya. Kemudian dengan santai dia malah melanjutkan acara makannya yang tertunda.
''Ti-tidak mungkin'' ucap Sang Pria sambil mengambil langkah mundur secara perlahan, menatap horor kearah Naruto yang menghela nafas.
''Aku, Uzumaki Naruto. Bukan Kiiroi senkou.'' ucapnya sambil mendekati Akiro yang tengah menatapnya tanpa berkedip sedikitpun. ''Kau tidak apa-apa.?''
''A-aku ba-baik-baik saja.'' jawabnya sambil menundukkan kepalanya demi menyembunyikan rona merah yang menjalar dipipi putihnya.
''Sudah... tidak apa-apa, lagi pula itu ketidak sengajaan bukan.?'' ucap Naruto mencoba untuk menghibur sang pelayan, dan setelahnya Naruto menoleh kearah Ninja yang diketahui berasal Dari Kumo Gakure itu.
''Si-siapa kau.?'' tanyanya sambil menyodorkan sebilah Kunai tepat kearah Naruto. Dan yang anehnya, yang berkeringat dingin sambil bergetar ketakutan bukanlah Naruto tapi malah dirinya yang menyodorkan Kunai.
''Aku Uzumaki Naruto, bukankah aku sudah menyebut namaku tadi.?'' jawab Naruto santai.
'jadi, dia Bukan Kiiroi senkou,? tapi kenapa gerakan jutsu Shunshinnya sama.?' batin sang Pria sambil menatap Naruto yang tengah menguap lebar. 'Tapi aku tidak menemukan satupun Kunai Jikkukan disini' batinnya sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan demi mencari sebilah Kunai yang menjadi inti dari kecepatan gerakan bocah yang telah menggagalkan aksinya ini.
''Hooeem.. Sudah.?''
''Apanya.?''
''Berpikirnya.? Karna kalau sudah, bersiaplah.!''
mendengar nada menantang dari anak muda yang mengakui dirinya bernama Uzumaki Naruto, dia langsung mengambil kuda-kuda.
Seluruh pengunjung menahan nafas mendengar pembicaraan barusan seolah itu akan mencabut nyawa mereka, dengan 'segenap hati' seluruh manusia yang ada didalam kedai tersebut berhambur keluar dan tak luput pula sang Koki yang dari tadi memperhatikan ikut keluar karna masih sayang nyawa.
Sedang Jiraiya, jangan ditanyakan. Dia malah asyik menyeruput Tehnya dan melangkah keluar. Dan tak luput pula senyum yang terkembang dipipi mesumnya (ditabok).
Hening. Jika sahnya sang pelayan tidak menginginkkan kerusakan pada kedai tempatnya bekerja, oke lalui itu.!
Mungkin kebanyakan dari para pengunjung yang keluar dari kedai tersebut menginginkan pertarungan hebat, maka jauh berbeda dengan keinginan sang pemilik Kedai, dia terus Berdo'a agar kedainya tidak rusak, minimal tidak memakan biayaya Ribuan Ryo untuk memperbaiki kedainya.
Hening, angin berderu pelan diluar sana. Seluruh warga yang mengetahui akan terjadinya pertarungan antar dua Ninja berbeda Desa, berkumpul demi melihat jalannya pertarungan.
''...''
''...''
''?..''
Mereka hanya mampu berpikir keras saat Naruto keluar dari kedai itu dengan santainya, padahal kalau dihitung baru beberapa menit mereka keluar Naruto malah menyusul mereka. Padahal mereka tidak tau kalau Ninja Kumo Gakure tersebut sudah tepar dengan tak elitnya di Kipas angin.
''Apa dia, psst...'' bisik sang warga saat melihat naruto keluar dari kedai tersebut tanpa cacat dan tanpa merusak ketampanannya, bahkan ada beberapa gadis yang pingsan saat Naruto melempar senyum kearah Jiraiya yang memasang tampang innocent.
''Iyaya.. Ppsstt..''
''Ah, aku dengar itu.'' langkah kakinya terhenti saat mendengar warga tadi berbisik tentang apakah Naruto pengecut sehingga keluar duluan tanpa lecet.?
Sedangkan Warga yang ketahuan berbisik seperti itu wajahnya langsung pucat pasi, seolah baru bertemu dengan Sadako Versi laki-laki. Dengan itu dia langsung ngacir entah kemana, meninggalkan temannya yang tengah dongkol gara-gara ditinggal sendirian.
..o.O.o..
Disinilah dia saat ini, gadis Heiress Yamanaka ini tengah merenung sendirian di atas patung pahatan Sandaime Hokage sambil melihat pemandangan Desa Konoha dikala sore itu sungguh indah, menyejukkan, dan yang pasti tempat kenangan yang tak pernah dia lupakan saat 'dia' masih disini. Meninggalkan kenangan tentang kalian dan terkubur selama dua setengah tahun semenjak dia berangkat hingga kini.
(FLASHBACK : ON)
Disinilah dirimu, bersama dirinya saat kalian Lulus dari Academy Ninja langsung Pelukan dalam haru. Melihat senyumnya membuatmu merasa bahagia, dengan tingkah konyolnya kau mampu tertawa, dengan ciuman sayang yang diberikkannya kau tersipu malu.
Tiba-tiba tanganmu digenggamnya, menoleh dalam bingung yang kau dapati hanya senyum bahagia yang mau tak mau membuatmu tersenyum pula.
''Selamat ya Ino-chan.'' suara girangnya mampu membuatmu terlena begitu dalam, sungguh kau menikmati saat-saat ini.
''Kau juga Naruto-kun, selamat ya.'' dan kaupun tak kalah girang karnanya, mungkin kau juga ketularan ceria dari bocah berambut pirang ini.
duduk dengan tenang diatas pahatan Sandaime bersama dengannya membuatmu merasa nyaman dan tentu saja Bahagia.
Oh.. Apakah ini suatu keberuntungan.? Kau lulus dari Academy Ninja dengan nilai terbaik, dia juga lulus tapi tidak dengan Nilai sebaik dirimu, dan pada akhirnya kalian bisa bersama disini. Bersama mersakan bahagia yang membuncah saat ini, dan kaupun untuk sejenak dapat melupakan ejekan si Jidat lebar itu.
''Ino-chan.'' bahkan suaranyapun dapat mengalihkan duniamu.
''Daijobu ka.?'' suaramu yang masih terbilang polos itupun mengalun demi menjawab seruan dari yang terkasih.
''Semoga kita bisa seperti ini terus Dattebayo'' kau hanya tersenyum. Tradermark kekasihmu itu sungguh tidak bisa hilang darinya, bahkan hampir setiap saat Tradermark itu keluar, walau tidak sesering sahabat Nanasmu itu, Merepotkan.
''Tentu saja Naruto-kun'' sergahmu walau dalam hati kecilmu itu masih menyimpan galau akan pernyataan dari kekasihmu barusan.
Sebuah kehangatan mengalir melalui tanganmu seketika itu, dan kau menoleh demi meniti apa gerangan yang membuat tanganmu seperti tertumpu, dan itu adalah tangan dari kekasihnmu yang berwarna Tan, tapi entah kenapa warna itu hampir menyerupai putih.
''Aku mencintaimu Ino-chan.'' terkejut dalam kebingungan, kau mengalihkan perhatianmu pada kekasihmu- yang mengucapkkan kata-kata yang mampu membuat pipimu merona-, dia mendekatkan wajahnya, terpaan nafas hangat itu membuat pipimu tersasa terbakar, dan detik kemudian sebuah kecupan lembut mendarat dibibir mungilmu, memberikan sentuhan kasih sayang disana. Ah.. Akhirnya ciuman pertamamu diambil oleh orang yang kau kasihi.
''Ngh.?'' kau hanya mampu bingung saat dia melepaskan ciuman itu, ada sedikit kesal dihatimu karna itu hanya berlalu beberapa saat.
Dia menoleh kearah Matahari yang akan tenggelam sebentar lagi, kau mengikuti arah pandangnya, menatap Sunset yang begitu indah dan tentunya kalian berdua tidak ingat waktu karna saat ini kalian sedang ingin bersama dan menghabiskan waktu bersama.
Lagi, tangannya menyentuh tanganmu menggenggamnya erat, seolah dia tak ingin melepaskanmu walau ada badai sekalipun. Dia mengucapkan kata, kata yang mampu membuatmu merasa bahagia walau secara terang-terangan kau membantahnya.
''Kau cantik saat tersenyum dan kau jelek saat menangis, aku mencintaimu karna hati ini hanya ada padamu Ino-chan. Aishiteru.''
sungguh saat itu juga kau merasa akan terbang akan kata-katanya, tapi kau terlalu malu untuk menerimanya walau kau menyukainya tapi itu berati kau tetap menyukai kata-katanya bukan.?
''Gombal''
(FLASHBACK : OFF)
Dulu kau dan dirinya sering bersantai disini, menatap langit sore dikala senja, bersama dirinya yang selalu menghiburmu, sungguh kau ingin sekali mengulangi itu semua. Apalagi saat tadi bersama Sakura diruangannya, kau sungguh bahagia saat mendengar berita akan kepulangannya dari berpetualang entah kemana. Dan sungguh saat ini hatimu sangat galau, banyak pikiran yang bergelayut dalam pikiranmu, apakah dia masih mencintaimu seperti sedia kala saat kalian masih bersama dan apakah dia masih mengingatmu.? Tapi mengingat saat-saat dimana dia akan pergi, kau memberinya sesuatu agar dirinya selalu ingat denganmu.
(FLASHBACK: ON)
''Berjanjilah cepat kembali Naruto-kun.!'' perintahmu dengan suara yang bergetar, yang bisa kau lakukan saat ini hanya menatap dirinya sebelum dia pergi entah kemana.
''Tenanglah Ino-chan,! aku pasti akan kembali.''
suara lembutnya seolah cukup untuk menghapus kesedihanmu kala itu.
''Aku ingin kau membawa ini Naruto-kun.!'' ucapmu sambil menyodorkan kalung berbuahkan batu Blue sky yang sewarna bola matamu.
Dia coba mendekat, tak menghiraukan tanganmu yang terulur dengan maksud memberikan kalung itu. Jarak diantara kalian sudah hilang, digantikan dengan jemarinya yang menghapus anak sungai dipipimu.
''Bagaimana mungkin aku melupakan orang yang kusayangi.?'' ucapnya sambil mengecup pelan bibirmu yang bergetar, bermaksud menghilangkan gundah dihatimu.
Lumatan lembut itu seakan menyihir hatimu yang tadi sedih dan luka sekarang diganti dengan keyakinan, keyakinan bahwa dia pasti kembali dan tak akan melupakan dirimu yang sudah nyata menjalin hubungan dengannya.
(FLASHBACK: OFF)
Hhuuff.. Disini terlalu banyak kenanganmu dengan dirinyakan Ino.? Sampai kau sendiri sudah tidak peduli dengan air matamu yang meleleh dari pelupuk Blue sky itu. Sungguh, saat ini kau bisa dikatakan sedang mengalami gundah gulana Ino.
''Apa yang kau lakukan disini.?'' suara bariton itu mengagetkanmu dan kau menoleh kebelakang. Dan disana, berdiri seorang Ayah yang akan selalu ada untuk Anaknya.
Dan kau hanya menggelengkan kepalamu sambil mengelap air matamu yang telah menganak sungai dipipi putihmu.
''Memikirkannya.?'' sungguh pertanyaan itu bagaikan petir yang tak diduga kedatangannya saat hari masih menampilkan seberkas cahanya.
''Maksud Tou-san.?''
''Ayah tau kau memikirkan Naruto.'' jawab Tou-sanmu sambil mengambil tempat duduk disebelahmu dan memandang Sunset bersamamu disini, diatas pahatan Sandaime Hokage.
Kau hanya menundukkan Kepala, mengehela nafas berat seolah siap dengan cercaan Tou-sanmu yang mungkin akan jadi batu penghalang antara Heiress dan Jinchuriki Kyuubi.
PLUK..
Kau menoleh dalam bingung, dan disana terpahat sebuah senyuman di wajah tuanya yang sudah menginjak empat puluhan, dia tersenyum.? Ohh.. Anak mana yang tak suka dengan senyum Ayahnya.?
bahkan senyum itu mengingatkan dirimu dengan Kekasihmu.
''Apa yang membuatmu menunggunya hingga kini.?'' Hey.. Ino, apa ini sebuah pertanyaan atau pernyataan kalau dia juga menginginkan hubungan kalian,?
''Maksud Tou-san.?''
''Apa yang membuatmu menunggunya hingga kini.?'' ucapnya sambil mengehela nafas ''Apa tidak ada laki-laki lain dihatimu selain dia.?''
Kau hanya diam, mencoba mencerna perkataan itu dengan tenang, dan iya, kau menemukan jawabannya.
''Tentu tidak, karna hanya dia dan tak ada lagi.'' tegasmu pada Tou-sanmu yang tengah tersenyum sambil memandang Sunset, dan apa kau sadar itu Ino.? Coba kau ingat berapa kali dalam hidupmu kau berbicara dengan Tou-sanmu di nuansa Sunset seperti ini.? Tentu saja jawabannya Ia, aku memang baru kali ini bicara dengan Tou-san di nuansa Sunset seperti ini.
''Tou-san bangga padamu Ino.'' ucapnya sambil menepuk kepalamu pelan mencoba menyerahkan rasa sayang seorang Ayah akan Anaknya. Dan dia bangkit dari duduknya, menepuk pantat celananya yang rada kotor setelah itu dia pergi meninggalkan dirimu yang kembali berkelit dengan sepi disini.
..o.O.o..
Uzumaki Naruto, Pemuda yang baru menapaki umur tujuh belas tahun ini tengah melamun diatas pohon sembari menikmati udara sore dan juga pemandangan Sunset disana, mengehela nafas sejenak kau menyandarkan tubuhmu didahan pohon tua ini, mencoba melepas penat yang seharian ini selalu menghantui dirimu selama perjalanan. Kau sempat mengeluh bukan,? mengenai perjalanan jauh ini.
Sejujurnya Naruto, kalau saja kau tau kalau Gadismu tengah gundah gulana menantimu apa gerangan yang akan kau lakukan saat ini. Menggunakan Shunshin.? Tentu saja jutsu itu akan membunuhmu saat kau sudah sampai nanti karna kaupun sudah tau kalau Jutsu itu banyak makan Chakra.
Bagaimana dengan senyumnya.? Kau merindunya Naruto.? Senyumnya selalu membuatmu kuat, membuatmu ingin cepat sampai dan merengkuh tubuh mungilnya dalam dekapan rindu taktertahan.
Kau menghela nafas berat, membayangkan perihal tadi sembari menunggu malam kau duduk disini. Didahan pohon ini, menatap tenang secercah cahaya matahari itu dan tanpa sadar kau mengulas masa lalumu, masa lalu yang penuh akan senyumnya, tawanya, dan mungkin jitakannya.? Semua itu semakin menyesakan hatimu mengingat kau sudah terlalu lama pergi, sempat terbesit dihatimu kalau dia akan mendua. Tapi kau menggelang keras demi menepis pikiran bodoh tersebut, kau menyandarkan tubuhmu didahan itu tetapi masih dengan memperhatikan Sunset disana.
''Narutooo.. Kapan kau turun.? Rusanya sudah siap.'' bahkan kau tak menghiraukan seruan gurumu yang berteriak dari bawah akan siapnya makan malam dari hasil berburumu barusan.
''Terserah kau sajalah.''
Dan jawabanmu hanyalah sebuah gelengan kepala pelan. Lagi, kau menghela nafas sejenak. Memandang langit sore itu mengingatkan dirimu dengan kencan pertamamu dengannya.
(FLASHBACK: ON)
Disini kau menunggu Gadismu, menanti akan dirinya datang saat tadi pagi kau menentukan tempat kalian akan bertemu. Berbaring sambil menatap awan membuatmu merasa seperti temanmu yang berambut Nanas itu.
''Gomene kalau lama menunggu Naruto-kun.'' suara itu membuyarkan lamunanmu, membawamu kembali ke kenyataan yang akan kau hadapi dan tak terelakan.
''Tidak apa-apa Ino-chan.'' jawabmu sambil tersenyum. Hey lihat, dia tersipu Naruto, apa itu berarti dirinya menginginkan dirimu terus tersenyum untuknya.?
Kau menepuk rumput disebelahmu, bermaksud menyuruhnya untuk duduk disebelahmu. Dia menurut, dan duduk dengan anggun disebelahmu sambil menundukkan kepalanya.
''Bagaimana kalau kita awali kencan ini dengan pergi ke Ichiraku Ramen.?'' kata-kata itu sukses keluar dari mulutmu dikala kau saat ini masih menginjak umur Empat belas tahun.
''Ramen itu tidak baik Naruto-kun'' bantahnya, dan kaupun pasti sudah tau, kalau sekali dia bilang tidak maka jangan pernah kau tanyakan lagi.
(FLASHBACK: OFF)
Dan jadilah Kencan kalian diselingi dengan adu mulut yang tak terelakan lagi, sungguh miris bukan kencan pertamamu kalau diingat-ingat. Memaksamu untuk tersnyum geli mengingatnya, ah.. Kau bahkan hampir lupa kalau malam tengah menjelang, walau cahaya matahari masih membekas dilangit sana.
Dengan tenang kau membatin, dengan segenap cinta kau merindu, dengan segenap kasih, kata itu kau keluarkan tanpa kau sadari kalau dia juga mengucapkannya.
'AKU AKAN TETAP MENCINTAIMU' itulah takdir kalian, bahkan kalian sendiri tidak sadar bukan, kalau kalian mengucapkan kata itu secara bersamaan. Hanya saja tempatnya berbeda, Dia dia duduk di bingkai jendela kamarnya, sementara dirimu di dahan Pohon yang masih dengan posisi sejak tadi.
..o.O.o..
Siang telah berganti dengan malam, terik panas dikala siang diganti dengan dinginnya malam. Dirimu masih disini, duduk dibingkai Jendela demi menikmati angin malam yang menyejukkanmu, menyejukkan pikiranmu dan mungkin menyejukkan Hatimu. Kau hanya mampu berdo'a dalam hati agar Kekasihmu sampai kemari dengan selamat, tentunya dengan senyuman itu. Senyuman yang selalu menghantuimu dikala tidurmu.
''Ino, kau belum tidur.?'' Ibumu mengetuk pintu dari luar dan mananyakan keadaanmu disini, melirik jam yang tergantung didinding kau hanya menghela nafas setelahnya.
''Belum Kaa-san'' balasmu sambil beranjak dari sana dan membukakan pintu itu.
Ckellt...
Ssrreegg...
''Kenapa belum tidur.?'' tanya Ibumu sambil tersenyum tentunya. Setelah pintu Kamarmu terbuka dan menampakan sosoknya yang tebalut Celemek.
''Belum ngantuk Kaa-san.''
''Ada yang membuatmu tidak bisa tidur.?'' tentu saja dia tidak bisa tidur, karna sekarang yang membanjiri pkikiran Anak Gadismu adalah Kekasihnya, Laki-laki yang mengajarkan segalanya padanya, mengajarkan Arti cinta dan menyadarkan arti hidup ini padanya.
Kau hanya menghela nafas sembari menggelengkan Kepala.
''Jangan berbohong.'' goda Ibumu sambil duduk diranjang mungil milikmu, dia masih menatapmu seolah meminta penjelasan. Dan Kaupun pasti tau kalau percuma saja kau menyembunyikan sesuatu, pada dasarnya pasti Dia bakal tau.
''Apa Tou-san tidak memberi tahu Kaa-san.?''
''Ohh.. Yang tadi sore.'' Ibumu hanya mangguk seolah mengerti akan segalanya. Dia mencoba merenggangkan Otot-otot tubuhnya, bangkit dari sana dan berlalu sesudah dia menepuk kepalamu dengan pelan dan dengan senyum yang terkembang diwajah nya.
..o.O.o..
Dan disinilah dirimu, menatap Bintang yang kerlap-krelip disana hanya ditemani dengan sepi dan rindu. Rindu akan Gadismu, Rindu akan Desamu dan Rindu Teman-temanmu.
Mengadah lagi, kau akhirnya melihat Bulan yang bersinar indah disana. Sinar itu selalu indah entah karena apa, dirimu hanya diam menatap keindahan ini dengan ditemani kesunyian. Sedangkan Gurumu sudah tidur dari tadi, dan untuk kesekian kalinya bayangan itu hadir lagi. Senyum Gadismu hadir lagi dalam lamunanmu, memaksa dirimu untuk tersenyum dan mengingat saat dimana dia tersenyum dibawah terangnya dewi malam.
(FLASHBACK: ON)
Kau selalu berpikir betapa indahnya wahai Dewi malam disana dan ditemani dengan intan langit malam yang indah. Tapi kau langsung menarik semua itu dan digantikan dengan senyumnya saat kalian latihan bersama, tertawa bersama disini. Dipahatan Hokage Sandaime.
''Kau tau Ino-chan'' ucapmu sambil berbaring menatap Bulan.
''Hmm..?'' dia hanya bergumam seolah ingin tau, dengan menoleh kearahmu yang sedang menghirup angin malam.
''Aku ingin kau selalu tersenyum, karna dengan itu. Sinar Bulan disana pasti kalah dengan senyummu.'' ucapmu sambil menatap wajahnya yang tengah merona, terdengar Gombal memang, tapi kau selalu jujur dalam kata-katamu diapun tau akan itu. Dia selalu percaya padamu dan hanya padamu dia memberikan Kasih tulus darinya karna dirimu yang dicintainya tanpa alasan, karna Cinta tak perlu alasan bukan.?
''To-tolong, jangan Gombal Naruto-kun.!'' ucapnya sambil menutupi kedua pipinya yang merona.
''Terserah apa katamu, tapi aku akan selalu jujur pada hatimu dan cintamu.'' ucapmu sambil menyingkirkan kedua tangannya di Pipinya dan menarik dagu itu untuk menatap dirimu yang termabukan Cintanya.
..o.O.o..
Mengehla nafas, hanya itu yang bisa kau lakukan saat ini. Menatap Bulan itu sungguh membuatmu ingin cepat kembali, mengingat senyumnya membuatmu ingin mengutarakan rasa Rindu ini padanya yang telah lama kau Rindukan.
SKIP TIME...
Pagi ini sepertinya sama seperti pagi biasanya, hiruk- pikuk warga mulai menjadi. Kicauan burung mulai terdengar dan tentunya hari ini dia siap untuk menjalani Aktivitas seperti biasanya.
''Pagi Ino-chan.!''
''Pagi Ino-san''
''Pagi Ino.''
Yah.. Seperti itulah Dia, selalu disapa tiap kali dia beranjak dari Rumah dan sampai ke Rumah sakit Konohapun dia disapa oleh orang yang memang mengenalnya maupun orang yang tak dirinya kenal.
melangkah dalam diam, Kaki jenjangnya mengajaknya untuk pergi ke Ruangan sahabat kecilnya, sahabat yang selalu disapanya dengan sebutan..
''Pagi FOREHEAD'' yahh.. Seperti itulah.
''Ah, Pig. Aku butuh bantuanmu.!''
''Ada apa.?''
''Bantu aku menyiapkan kamar untuk para peserta Ujian nanti.!''
..o.O.o..
Kau hanya diam disana, mengusap perlahan Bantal itu dengan perlahan demi mengingat dimana 'dia' terbaring lemah saat pulang dari Misi dengan membawa kegagalan, membawa Sasuke Uchiha itu pulang.
Kenangan itu bangkit lagi saat kau tak sengaja melihat mawar kuning tergeletak disana, kau hanya diam memperhatikan itu tak kau hiraukan sahabatmu memanggil, kau hanya diam untuk beberapa saat setelahnya kau tersenyum. Tersenyum getir mengingat dia kembali dengan hampir kehilangan nyawanya tanpa memikirkan dirimu yang menantinya di Konoha.
''Ino.?'' pertanyaan itu membuyarkan semuanya, membuyarkan kenangan itu, juga bayangan tubuh 'Dia' yang terbalut perban saat dia kembali dari misi kala itu.
''Ya.?''
''Ayo kita ketempat lain.!'' ajak sirambut merah muda itu, kau dan dirinya melangkah keluar dalam diam. Dirimu masih memikirkan kapan 'Dia' akan sampai kemari dan datang menemui dirimu disini yang tangah merindu. Merindu karena sayangnya, merindu pelukan kasihnya dan merindu senyumnya.
..o.O.o..
''Cepatlah,! Sensei.''
Jiraiya mematung, dia tak bergerak sedikitpun. Menatap tak percaya pada Naruto yang barusan mengucapkan kata-kata yang tak pernah didengarnya dari mulut seorang Naruto yang Notabene adalah Muridnya. karna selama mereka berlatih, baru kali ini Naruto memanggilnya dengan sebutan 'Sensei'.
.
.
.
.
.
To be continued
Uhm.. Gimana.? Gaje ya.? Harap maklum, ini Fic NaruIno pertama jadi masih kaku pembuatannya.
Uhm.. Berhubung Namikaze sedang sakit(?) jadilah Yahiko disini yang akan menjelaskan tentang alurnya,
hm.. Yahiko ingin tanya apa Boleh Yahiko lanjutin fic selanjutnya dengan jalan cerita seperti ini.?
Kadang POV orang ketiga kadang nggak. Itu terserah para Senpai, Reviewers dan Readers yang Vote.#digeplak.
Oea.. Perlu pemberitahuan kalau sebelum Naruto pergi bersama Jiraiya, dia sudah mendapat gelar Chuunin.
ERO : mesum/Hentai, dan semacamnya yang menyangkut dengan Seks.
CELEMEK : Celemek baisanya dipakai saat seorang Koki/Chef memasak, jadi kalau yang hobi memasak pasti tau dengan yang satu ini.
Ok, cukup disini jumpa kita, Yahiko dan rekan-rekan FFN(?) mengucapkan sampai jumpa lagi di Chapter Dua,
Akhir kata Yahiko ucapin.
..REVIEW..
\d(^_^)b/
.
.
.
.
.
REVIEW PLEASE...!
