SHATTERED MEMORIES
Created by : jitan88 | 2012 |
Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto
Semua nama tokoh dan lokasi yang tercantum tapi tidak terhubung dengan cerita Naruto yang sebenarnya, adalah fiktif hasil dari pemikiran penulis.
Note :
- Genre : Adventure / Mystery / Romance
- AU, OOC, mis-typo, Rating T
- Ditulis secara tak terduga jadi mungkin alurnya berantakan, mohon maaf~
- Semoga ceritanya berkenan, dan maafkanlah segala bentuk kesalahan penulis newbie.
- Tolong reviewnya (syukur kalo fave dan follow) yaa semua, makasih :)
.
.
PROLOGUE
.
.
22 Oktober
To : Sasuke
Sasuke, apa kau terima pesan ini?! Tolong balas secepat yang kau bisa! Aku yakin kau akan membalasnya! Jangan… Kecewakan aku. –Sakura-
Status : Delivered.
.
23 Oktober
To : Sasuke
Sasuke, kau baik-baik saja? Apa kau bisa menghubungi seseorang? Kuharap kau membaca pesan ini. Semua orang mencari dirimu, semoga ponselmu belum kehabisan baterai. Hubungi aku secepatnya! –Sakura-
Status : Delivered.
.
24 Oktober
To : Sasuke
JANGAN MAIN-MAIN! CEPAT HUBUNGI SESEORANG YANG KAU KENAL DI KONOHA! – Sakura-
Status : Pending.
.
30 Oktober
To : Sasuke
Ini sudah hari ke sembilan sejak terakhir kita bertemu. Tidak lucu. Mengirim pesan yang tidak pernah sampai adalah hal bodoh, tapi aku tetap melakukannya. Sasuke, meskipun kau tidak membaca pesan ini, kami masih yakin padamu. Cepatlah kembali ke Konoha, semua teman-teman sudah menunggu. – Sakura-
Status : Failed.
.
.
14 November
To : Sasuke
Sasuke, rasanya tidak percaya aku masih mengirimkan pesan singkat padamu. Hari ini aku datang bersama Naruto dan yang lain ke tempat terakhir kita bertemu. Semuanya sudah berubah sekarang… Oh ya, mungkin ini adalah pesan terakhir dariku, setelah ini aku tidak akan mengirimkannya lagi. Aku akan terus berusaha dan berjuang di Konoha. Sampai jumpa? Atau kurasa lebih tepat… Selamat tinggal, Sasuke Uchiha. – Sakura-
Status : Failed.
.
.
.
SHATTERED MEMORIES
CHAPTER 1 : PIECES OF YOU
.
.
15 November
Hujan yang turun sejak pagi membuat suasana di Konoha semakin terasa dingin. Tanah yang mengotori sepatu ketika menapaki rerumputan basah tidak menyurutkan kedatangan para teman juga kerabat. Payung-payung berwarna hitam membentuk barisan yang berjajar, mengelilingi sebuah batu nisan. Rintik-rintik air yang jatuh dari langit seakan ikut bersedih menangisi kepergian salah satu agen terbaik yang dimiliki Konoha, Sasuke Uchiha. Batu nisan yang terukir nama Sasuke itu basah oleh curahan air, yang dilengkapi dengan taburan bunga dan isak tangis.
Sudah satu bulan lamanya mereka menjalani proses pencarian, namun tidak membuahkan hasil yang baik. Tidak ada yang menemukan Sasuke. Akhirnya Organisasi Konoha mengambil keputusan pada status dirinya : gugur saat bertugas. Kuburan kosong dan batu nisan bertuliskan namanya ini adalah sebuah simbol penghormatan terakhir pada agen berbakat mereka, tanpa adanya jasad yang mengisi.
Air hujan itu mengalir dan menyamarkan air mata Sakura Haruno, yang seolah-olah tidak peduli pada kondisi mata yang membengkak karena sembab. Dia tidak pernah mempercayai situasi ini, tidak sekali pun. Rasanya ingin segera bangun dari mimpi dan kembali ke dunia nyata. Tapi faktanya, ini adalah kenyataan yang harus ia terima. Kehilangan teman, sahabat, partner, dan orang yang selama ini dicintainya. Kehilangan seorang Sasuke Uchiha. Rasanya sakit.
Terasa kosong hingga mati rasa…
.
"Hari ini kita hadir untuk mengenang kepergian salah satu agen yang berbakat, berani berkorban untuk Konoha…" Kakashi Hatake memulai upacara pemakaman, "Sasuke Uchiha yang kukenal adalah pribadi yang handal dalam berbagai bidang, bisa diandalkan, juga seorang anak buah sekaligus teman bicara yang baik. Aku yakin bukan hanya diriku yang merasa kehilangan, tapi kalian, dan juga Konoha. Kami mendoakan yang terbaik untukmu Sasuke, kini engkau bisa beristirahat dengan tenang…"
.
Kehilangan yang terlalu menyakitkan.
.
Suara tetesan hujan seakan tidak bisa menutupi isak tangis dari para agen yang menghadiri upacara tersebut. Teman-teman terdekat Sasuke yang berada di barisan paling depan, semua menunduk. Mereka tidak sanggup melihat batu nisan bertuliskan nama Sasuke. Sahabat terdekat Sakura, Ino… Dia merangkul pundak Sakura untuk menghibur, sekaligus menguatkannya.
.
Semua memori tentang dirinya berputar di kepala…
Tidak bisa berhenti, membuat hati terasa remuk.
Seandainya saja ada obat untuk menghilangkan ingatan…
.
.
"Sasuke Uchiha, kami tidak akan melupakan jasa dan pengorbananmu. Semangat juangmu akan tetap bersama kami untuk membangun masa depan Konoha. Kini beristirahatlah… Dalam damai."
Lalu beberapa agen yang telah berbaris di sebelah kiri menyiapkan senapannya. Terdengar suara tembakan penghormatan untuk mengenang agen yang telah gugur, diiringi dengan taburan bunga di atas pusaranya. Beberapa saat kemudian satu per satu orang yang hadir pun meninggalkan lokasi dalam isak dan keheningan. Kakashi hanya menatap Sakura dan Ino dari seberang, lalu menepuk pundak Naruto yang ada di sebelahnya sebelum pergi. Naruto yang merupakan rival sekaligus sahabat Sasuke, hanya mematung menatap batu nisan. Tidak dipedulikannya hujan yang turun membasahi seluruh tubuhnya. Biarlah hujan menghapus kenangan ini, sekali pun itu mustahil…
.
.
.
Konoha – Tiga tahun setelah itu.
Sakura Haruno berlari kecil menuruni tangga kantor, sudah dua bulan ia resmi menjadi agen khusus di departemen keamanan Negara Konoha, sesuai dengan janji masa kecilnya. Kantor yang terang benderang di pagi hari itu masih kosong, sesekali ia menyapa beberapa karyawan yang dilewatinya. Dia sampai di depan sebuah pintu kaca, dan ketika pintu dibuka, tampak di depannya wanita berambut pirang panjang membelakangi pintu. Orang itu sedang menghadap layar komputernya.
"INOOO! Selamat yaa, akhirnya kau memutuskan untuk menikah!" Sakura berseru dari depan pintu.
Ino membalikkan badannya, terkejut oleh pelukan tiba-tiba dari sahabatnya itu.
"Sakura… Se… Sebentar, hei! Sesak nih!"
Sakura segera melepas pelukannya, "Maaf! Terlalu kencang ya? Kebiasaan, hehehe…"
"Selalu saja, kau ini…" gerutu Ino, "Tapi terima kasih ya… Yap! Akhirnya aku memutuskannya juga."
"Aku tidak pernah mengira kau akan menikahi si cuek Shikamaru itu, Ino! Ya ampun dunia ini benar-benar gila dan penuh kejutan, padahal dulu kau bilang dia orang yang terlalu cuek sama hidup! Terus, kau pasti selalu ngomel kalau dia bilang 'ini merepotkan'! Benar kan? Huh, apa komentarnya kalau dia tahu soal ini ya?" Sakura langsung melanjutkan celotehannya di ruangan itu, "Tapi aku senang kau memilihnya, dia orang baik dan cocok untukmu. Jadi… Jadi? Kapan kau akan menikah dengannya?!"
Ino menunjukkan wajah berseri-seri, "Kira-kira enam bulan lagi… Cepat memang, yah kuharap persiapannya cukup. Kau akan membantuku kan, Sakura-chan?"
"TENTU SAJA, Ino sayang!" Sakura sekali lagi memeluk sahabatnya itu, "Sebagai sahabat, akan kubantu… Apa saja yang aku bisa!"
.
"Ramai sekali disini?"
Perkataan itu menghentikan ocehan kedua gadis yang sedang asyik mengobrol, mereka secara bergantian menatap sesosok pria berambut kuning yang berdiri di depan pintu dari ujung kepala hingga kaki. Dengan senyum khasnya Naruto Uzumaki menyapa mereka berdua, dia mengenakan setelan lengkap berwarna hitam. Sepertinya warna hitam membuat rambutnya jadi terlihat lebih menyala?
"Kenapa kalian jadi diam? Hahahaha aneh. Ada yang aneh di wajahku?! Eehh… Hmm Sakura, tadi Kakashi mencarimu. Kalau kau sudah selesai, sebaiknya segera menemuinya," lalu Naruto bermaksud menutup pintu itu, "Aku masih ada urusan. Sampai nanti ya, Ino… Sakura…"
Sakura dan Ino masih menunjukkan wajah kebingungan, sebelum akhirnya Sakura tersadar karena Ino menyikut perutnya.
"Kau masih belum ada hati untuknya, Sakura-chan?" tanya Ino.
Sakura hanya diam dan pura-pura tidak mendengar.
"Naruto hebat, karirnya benar-benar menanjak naik ya? Sekarang dia sukses, kaya, orangnya juga baik dan ramah… Uh kenapa kau tidak mau menerimanya sih? Apa kau mengidamkan pangeran sempurna berkuda putih?" Ino masih terus bicara, "Hei! Jangan bilang kau masih mengingat orang itu?"
Sakura menatap Ino, "Ti… Tidak, bukan begitu. Hubunganku dengan Naruto pokoknya rumit. Sudah ya, aku harus segera menemui Pak Kakashi! Sampai nanti, Ino!"
Sakura cepat-cepat keluar ruangan sebelum Ino bertanya lebih jauh.
Kakashi Hatake memegang jabatan sebagai supervisor Sakura juga Naruto, dia yang membawahi para agen departemen keamanan Konoha. Ruangannya terletak di atas ruang kerja departemen keamanan, ruangan penuh kaca seperti akuarium sehingga seluruh aktivitas anak buahnya dapat dilihat dari ruangan itu. Dia sedang duduk dan memperhatikan Sakura yang berjalan menuju ruangannya. Setelah gadis itu dipersilakan masuk, Kakashi meminta semua orang yang tidak berkepentingan keluar dari ruangan. Tampaknya dia ingin berbicara empat mata dengan agennya itu, Sakura yang kebingungan akhirnya duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan Kakashi.
"Pagi, Sakura. Kita bertemu lagi… Bukan sebagai murid, tapi sebagai seorang atasan dan anak buahnya?" Kakashi menyapa agen barunya itu, "Ini pertama kalinya kau datang ke ruangan ini ya?"
Sakura Haruno hanya mengangguk sambil menatap mantan gurunya di sekolah.
"Aku punya sebuah misi untukmu. Tapi tidak seperti pekerjaanmu sebelumnya, mungkin kali ini bisa dibilang penting… Juga berbahaya," Kakashi melanjutkan, "Sebelumnya aku ingin menanyakan sesuatu, lebih tepatnya memastikan. Apa kau keberatan menceritakan kepadaku… Peristiwa tiga tahun yang lalu?"
Kali ini Sakura tercengang mendengar pertanyaan itu, bibirnya membeku, "A… Apa?"
"Kau mengerti yang kukatakan… Kematian Sasuke Uchiha." jelasnya.
.
Sesaat keadaan menjadi hening, Pria berpenutup mata itu memperhatikan setiap gerak-gerik Sakura yang gugup. Tangan Sakura terasa dingin, dia teringat kembali peristiwa itu.
"A… Anda pasti sudah dengar dari orang-orang yang menginterogasiku lebih dari tiga hari, Pak Kakashi. Tidak perlu kujelaskan lagi, itu sudah tiga tahun yang la-"
"Aku yakin ada sesuatu yang tidak kau ceritakan. Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu, bukan menurut informasi mereka, Sakura… Kukira tiga tahun sudah cukup untuk mengobati perasaanmu? Dalam pekerjaan kita harus bersikap professional, meski sebagai manusia kita tidak luput dari campur tangan perasaan. Kuharap kau mau bekerjasama, Sakura Haruno?" kali ini Kakashi memotong perkataan agennya dengan sebuah penjelasan tegas.
Membuat wanita itu tidak berkutik.
.
.
22 Oktober tiga tahun silam – Lereng Tebing Perbatasan Konoha
Sasuke Uchiha memukul jatuh seorang pria asing yang membuat Naruto babak belur hingga tak sadarkan diri. Sakura yang ketakutan mencoba melindungi diri dan berlari menjauhi para pengejar, diikuti oleh Sasuke yang berlari dengan susah payah sambil memapah Naruto. Sakura menoleh ke belakang, seseorang mendekati kedua sahabatnya dengan pistol di tangan. Dengan kekuatan yang ia punya, ia mengeluarkan pisau dan mencoba melawan. Sebagai pelajar mereka tidak diperbolehkan membawa senjata api, pisau yang dibawa Sakura adalah satu-satunya senjata yang mereka bawa. Sasuke menarik pergelangan tangan gadis itu, menyuruhnya terus lari. Ia merebut pisau yang dimiliki Sakura.
"Bawa Naruto bersamamu, Sakura! Aku akan memberi mereka pelajaran…" katanya sambil memasang kuda-kuda menyerang, "Larilah ke Konoha dan cari bantuan!"
"Tapi mereka bersenjata Sasuke, terlalu bahaya!"
Sasuke menoleh ke arah gadis itu dengan geram, "CEPAT PERGI SEBELUM TEBING INI MENJADI KUBURAN KITA, BODOH! Aku akan coba menahan orang-orang ini! LARI!"
Merasa tidak punya pilihan, Sakura memapah Naruto dan dengan sisa-sisa kekuatannya, ia berlari meninggalkan Sasuke. Kira-kira setelah beberapa menit menembus hutan yang menjadi jalan pintas menuju Konoha, terdengar sebuah suara tembakan dari arah tebing. Sakura tercekat, tapi dia tidak bisa kembali. Dia harus segera mencari bantuan.
Ketika bala bantuan datang dua jam setelahnya, tebing itu kosong. Hanya ada sesosok tubuh yang teronggok di rerumputan, yaitu pria asing yang dijatuhkan Sasuke. Sasuke-lah yang menjatuhkan orang itu, tapi ada orang lain yang telah membunuhnya. Para pengejarnya menghilang, hilang beserta dengan keberadaan Sasuke. Itulah terakhir kali Naruto dan Sakura bertemu dengannya, ia menghilang tanpa pernah meninggalkan jejak.
Tebing curam itu ditelusuri selama beberapa hari tapi tetap tidak ditemukan petunjuk apapun kecuali pisau milik Sakura. Nyawa Sasuke selamat atau tidak, yang pasti lereng tebing ini memang ditinggali binatang buas. Medan yang cukup terjal juga merupakan hambatan apabila terjatuh, dan tentunya akan sangat sulit memanjat dalam kondisi terluka. Segala kemungkinan dapat terjadi, namun nyatanya pencarian selama satu bulan itu menghasilkan kata NIHIL.
Sasuke Uchiha dinyatakan gugur…
.
.
Sakura menceritakannya dengan suara bergetar dan linangan air mata yang tidak tertahankan. Peristiwa yang dikuburnya selama tiga tahun itu seakan digali lagi, dia merasakan setiap detil peristiwa itu, mengingat kembali wajah Sasuke Uchiha. Sakura menyesal karena saat itu ia meninggalkan Sasuke berjuang seorang diri. Tapi di sisi lain, berada disana hanya akan menghasilkan korban lebih banyak. Pengorbanan Sasuke tidak akan ada artinya kalau semua mati, begitu pikirnya. Naruto maupun Sakura, memiliki penyesalan teramat dalam, juga tanggung jawab yang besar akan kehilangan ini.
Kakashi Hatake mengangguk setelah mendengar seluruh cerita agennya itu, ia memberikan sebuah sapu tangan untuk menghapus air mata Sakura. Kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop coklat dari laci meja kerjanya, lalu mengeluarkan isinya. Beberapa foto yang diambil secara diam-diam, tampak beberapa orang dengan pakaian tertutup seperti jubah berwarna gelap. Wajah mereka tidak terlihat, tapi Sakura melihat mereka seperti menyeret seorang anak kecil dan membawa sebuah tas. Dia memandangi atasannya dengan pandangan bertanya-tanya, apa artinya ini?
"Sakura, kau tahu? Pada dasarnya semua luka itu harus diobati, bukan ditutupi. Menutup luka tanpa diobati hanya akan membuatnya membusuk, sama seperti luka hatimu…" ucap Kakashi sambil menyodorkan sebuah foto ke hadapan Sakura, "Aku akan memberikan sebuah kesempatan untuk mengobatinya."
"Maksudnya… Mengobati?" Sakura masih tidak mengerti.
Kakashi Hatake menunjuk sebuah foto.
"Lihatlah. Orang-orang yang ada di foto ini… Mereka menyimpan misteri akan hilangnya Sasuke Uchiha. Mereka tersangka yang harus kau selidiki, Sakura. Inilah misi yang kuberikan untukmu."
Perkataan Kakashi Hatake terdengar seperti petir yang menghentikan detak jantung Sakura kala itu. Tidak dapat berkata apa-apa selain menatap foto, dengan pikiran berkecamuk.
.
.
Misi melacak pembunuh Sasuke?!
.
.
Bersambung
.
.
.
Author's Note :
Selesai juga chapter pertama ini! Maafkan kesalahan penulis newbie, ini fanfic Naruto pertama saya! Kalau ada para yang mau memberikan masukan, saya menerimanya dengan senang hati. Bagaimana kesan-kesannya?
Tolong reviewnya ya semua, saya menanti segala bentuk review, (syukur kalo follow dan fave), atau ide, kritik, etc. Dan terima kasih kepada tiap pembaca yang mau meluangkan waktu untuk baca dan me-review cerita ini, antusiasme tentunya mempengaruhi semangat saya untuk update! Review ibaratnya penyemangat ketika ide lagi buntu? Hehe. Sampai jumpa di chapter berikutnya!
-jitan88-
