Pernah membaca kutiapan bahwa, "Kehancuranmu adalah awal kesadaranmu" apa kalian pernah membacanya? Kalau belum, ini adalah kutipan dari sebuah novel yang berjudul "SUPERNOVA". Mungkin benar dengan apa yang tertera pada kutipan itu. Hanya dengan kehancuranlah kita bisa sadar akan sesuatu yang salah...
.
.
Kehancuranku
.
M
.
Kyumin Fanfic
.
Warn : Yaoi, typo bertebaran dimana-mana, tidak sesuai dengan EYD
.
Disclaimer : Mereka milik diri mereka sendiri dan Tuhan tapi FF ini milik saya. Dan ff ini terinspirasi dari salah satu kutipan di novel Supernova.
DILARANG COPAS!
DON'T LIKE DON'T READ!
JANGAN MEMAKSAKAN DIRI ANDA UNTUK MEMBACA APABILA ANDA TIDAK SUKA! KARENA SAYA TIDAK AKAN MENANGGUNG APABILA ANDA MARAH-MARAH.
.
.
Suara desahan kenikmatan masih terdengar hingga sekarang. Padahal jarum jam sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari. Dua namja itu tidak peduli kalau ada yang terganggu dengan suara desahan keduanya. Dua namja itu masih "bertarung" dan bau khas percintan pun tercium jelas.
"Ahhh.. ssshh.. ahh.." desah sang namja yang sedang ditunggangi dengan mata terpejam. Tangan putihnya di gunakan sebagai tumpuan menahan berat badan dirinya.
"Aahh.. tahan.. Sungmin-ah..." ucap namja yang berada di atas. Namja tersebut masih menggenjot hole sang "uke", tangannya ia letakan di bahu namja yang ia panggil "Sungmin" sedangkan matanya itu terpejam menikmati sensasi nikmat saat juniornya serasa diurut.
"Aahh... sshh.. ohh... Kyuhh.. fas-terr... ahhh... le..bih.. ce-pat..."
Namja yang di panggil "Kyuhh" itu menambah tempo. "Ahhh.. Ming... sshhhh.. a-akuuh... ingin keluar..."
"Aahhh... sshh.. ohhh.."
Kyuhyun menambah kecepatan juniornya yang melakukan in-out tersebut hingga akhirnya mereka berdua mancapai puncak.
"AKH!" pekik mereka bersamaan. Cum yang dikeluarkan Sungmin menambah basah seprai di bawahnya. Sedangkan sperma Kyuhyun memenuhi hole Sungmin hingga tidak dipungkiri sekarang hole Sungmin sudah penuh dengan cairan berwarna putih itu.
Suara deru nafas saling memburu dari kedua namja itu terdengar. Peluh membasahi keduanya, tanda merah nampak sangat kontras terlihat digelapnya ruangan ini. Sang "uke" nampak masih tertindih di bawah.
"Kau berat!" keluhnya.
Namja yang berada di atasnya itu menyeringai, dia pindah kesamping sang "Uke". Namja jangkung itu menarik selimut dan menutupi tubuh "polos" mereka, mengecup kedua kelopak mata namja di hadapannya itu lalu berkata. "Selamat malam, semoga mimpi indah."
Dalam hitungan detik mereka sudah terlelap, tenggelam dalam mimipi indah dalam balutan selimut yang menutup tubuh "polos" mereka.
.
.
Sang Matahari mulai menyinari bumi, menghangatkan seluruh umat di bumi ini. Perlahan kelopak mata itu terbuka. Mata itu menyipit, membiasakan bias sinar matahari yang masuk memalui celah gorden. Mata itu melirik ke meja nakas yang terletak di samping ranjang.
Namja berwajah aegyo itu bergumam, "Jam 8. Sial! Aku kesiangan."
Namja aegyo itu hendak berdiri, tapi ia urang lakukan karena sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya erat. Namja aegyo itu menatap namja dihadapannya, bentuk bulan sabit tercetak dibibir berbentuk M itu. "Apa kau sadar apa yang kita lakukan ini jelas SALAH?"
"Eung..." lengkuhan itu terdengar. Selang beberapa detik mata itu terbuka dan dalam hitungan detik pula bibir namja ikut melengkung naik. "Kau sudah bangun, Sungminnie..." suara parau itu terdengar.
Sungmin mengangguk. "Hari ini aku ingin pulang. Kau tau, aku sudah seminggu berada di sini dan terus saja menemanimu. Izinkan aku pulang, ya.." pintanya dengan wajah memelas.
Kyuhyun, nama namja di hadapan Sungmin itu nampak diam.
"Tidak boleh, ya?" tanya Sungmin dengan wajah memelas itu.
Setelah terdengar helaan nafas dari Kyuhyun, Kyuhyun pun menjawab, "Boleh, asalkan aku ikut mengantarmu."
Wajah sumringah –walau sesaat- itu kembali muram. "Appa menyuruhku sendiri tanpa ada yang menemani."
Kyuhyun berpikir lagi. "Aku hanya akan mengantarkanmu sampai gerbang rumahmu. Kalau kau tidak mau maka kau tidak boleh pergi!" telak, Kyuhyun mengatakan keputusan itu.
Sungmin tertunduk dalam, "Aku mohon, izinkan aku pulang sendiri.." pinta Sungmin dengan suara lirih.
"Tidak!" jawab Kyuhyun tegas.
"Baiklah, kau boleh mengantarku sampai depan gerbang." Sungmin berucap dengan nada sedih.
Sungguh ironis saat kau melihat Sungmin, melihat namja super aegyo itu hanya bisa terkungkung di dalam apartemen mewah milik sahabatnya. Sahabat? Apa kalian salah baca? Tidak, kalian tidak salah baca. Kyuhyun dan Sungmin hanyalah menjalin hubungan persahabatan. Lantas, kenapa mereka melakukan adegan 'Itu'? Apa harus berlandasan cinta saat kita melakukan hubungan seperti itu? Tidak bukan. Dan inilah mereka. Mungkin mereka tidak saling mencintai atau mungkin belum mencintai, atau bisa saja belum menyadari mereka saling mencintai.
Mereka berdua sama. Mereka tidak menyukai hal yang terikat dengan kata "Pacaran". Mereka selau berpikir.. pacaran hanya akan membuat mereka tidak akan bebas dan merasa selalu diatur. Lebih baik tidak terikat apapun dengan hal yang berbau "pacaran" karena itu jauh lebih bebas. Itulah sebab mereka memilih hubungan tanpa status, bisa dibilang begitu.
.
.
Mobil hitam itu melesat, membelah lalu lintas kota Seoul yang padat. Tibalah mobil hitam itu di depan gerbang yang menjulang tinggi.
"Kau akan kembali ke apartemenku kan?" tanya Kyuhyun saat Sungmin hendak turun.
Sungmin tersenyum lembut. "Entahlah. Tapi, aku akan berusaha untuk kembali ke apartemenmu." Ucap Sungmin.
.
Sekarang Sungmin hanya bisa terduduk dengan kepala yang menunduk dalam. Sepertinya lantai di bawahnya jauh lebih menarik dibandingkan dengan wajah Appa dan Ummanya. Tentu saja lantai di bawahnya ini lebih menarik karena saat Sungmin melihat Appa dan Ummanya, dia hanya akan melihat kilatan marah dari keduanya.
"Jelaskan! Apa ini?!" sang Appa masih berteriak kalap.
Sungmin masih terus menunduk. "Jawab, Sungmin-ah.." titah sang Umma terdengar halus.
Suara sehalus gula halus itu membuat Sungmin sedikit berani mendongakkan kepalanya. "I...itu... photoku de...dengan Kyuhyun..." jelas Sungmin takut-takut.
"Siapa dia?" tanya sang Appa dengan mata memicing tajam.
"Di.. dia..." jawab Sungmin ragu, kepala itu menunduk kembali.
"Dia siapa?!" Appa Sungmin kembali mengeluarkan suara dengan intonasi tingginya.
Telapak tangan Sungmin mengepal, mata itu terpejam, dan jantung Sungmin berdetak semakin cepat. Sungguh, keadaan seperti ini membuatnya takut. Dia memang tidak pernah dimarahi Appanya sebesar ini dan baru kali ini.
"SUNGMIN-AH!" Panggil sang Appa, kemarahan masih terlihat jelas di wajah tegas sang appa.
"Dia 'sahabatku..." ucap Sungmin akhirnya.
Mata sang Appa kembali memicing, sekarang curiga. ""Sahabatmu" kau bilang?"
Sungmin mengangguk takut-takut, mata itu masih terpejam karena terlalu takut.
"Seperti ini kau bilang "sahabat"?" Namja paruh baya itu menunjukan photo yang dibawanya –Photo Sungmin dan Kyuhyun yang sedang ciuman- di depan wajah Sungmin yang masih tertunduk.
Sungmin perlahan membuka mata dan melihat photo itu, "Ne, dia sahabatku," jawab Sungmin masih penuh dengan keraguan.
Appa Sungmin itu kembali berdiri tegak. Dengan gerakan perlahan, sang Appa merobek photo itu menjadi sobekan-sobekan kecil. Hati Sungmin pun sama dengan sobekan-sobekan itu. Entah mengapa hatinya mendadak berdenyut sakit saat melihat photo dirinya dan Kyuhyun hilang dalam sobekan-sobekan kecil.
"Jangan lakukan itu!" teriak Sungmin seraya berlari ke sobekkan-sobekkan kertas tersebut, menggumpulkan dan berusaha memasang photo-photo itu kembali.
Appa dan Umma Sungmin shock saat melihat tingkah Sungmin yang sepertinya sangat menyukai hal yang barusana terjadi.
"Dia hanya sahabatmu!" teriak sang Appa, menyadarkan Sungmin yang masih berusaha menyusun potongan kertas tersebut.
Untuk pertaa kalinya Sungmin berani menatap sang Appa dengan tatapan tajamnya. "Tapi aku men-cin-ta-i-nya, APPA!" ucap Sungmin penuh penekanan.
Kembali, kedua orang tua Sungmin dikejutkan dengan tingkah Sungmin.
Sungmin berdiri dengan tangan yang menangkup potongan photo tersebut.
Sang Umma melirik leher Sungmin. rupanya sang Umma sadar dengan kissmark yang ada di leher anaknya. "Apa saja yang telah kau lakukan dengannya?"
"Aku?" mata itu masih terlihat tajam. "Aku telah melakukan banyak hal. Berciuman, bercumbu, dan sex..."
Bagai di timpa batu dengan ukuran yang sangat besar, sang Appa langsung limbung dengan tangan yang memang dada, wajah pucat pasi langsung terlihat di wajah tersebut.
"Yeobo!" teriak yeoja yang sedari tadi di sebelahnya.
Yeoja paruh baya itu langsung menidurkan kepala suaminya di paha, "Gweanchanayo?" tanyanya penuh kekhawatiran.
Bagaimana dengan Sungmin? Namja aegyo itu sama terkejutanya. Dia langsung mendekat ke kedua orang tuanya.
"Jangan mendekat!" teriak sang Umma. "Panggil ambulance, sekarang!" perintah sang Umma.
Sungmin mengangguk cepat.
.
.
Dua namja –Sungmin dan Sungjin- dan yeoja pauh baya itu sedang menunggu di depan ruang UGD, wajah penuh kekhawatiran itu masih terlihat. Sungmin hanya bisa meremas-remas jarinya. Dalam hati ia terus berdoa, "Sembuhkan Appaku, semoga tidak terjadi apa-apa."
Sungjin, namdongsaeng Sungmin itu sekarang hanya bisa menenangkan sang Umma yang sedari tadi menangis. Kenapa bukan Sungmin yang menenangkan yeoja paru baya itu? Sebelumnya Sungmin sudah berusaha mendekati Ummanya tersebut tapi gagal. Sang umma terus saja menolak kalau Sungmin berada di dekatnya.
Cklek
Pintu itu terbuka, menampakan seseorang dengan jas putih. Tiga orang yang sedari tadi menunggu langsung berhamburan mengerubungi orang tersebut.
"Bagaimana keadaan suamiku?"
Dokter itu tersenyum, "Beliau masih hidup dan beliau akan kami pindahkan ke ruang biasa. Saya harap, jangan ada kabar buruk lagi yang membuatnya begitu terkejut." Ucap dokter tersebut.
.
.
Sungmin hanya bisa duduk di pojok, melihat Umma dan namdongsaeng yang sedang berdiri di samping ranjang sang Appa. Pedeteksi detak jantung, bantuan pernafasan, infus terlihat berada di tubuh namja paruh baya tersebut.
"Sungjin-ah, pulanglah bersama dengan hyungmu.." ucap sang umma tanpa melihat ke Sungmin, hanya melihat ke Sungjin.
"Tapi umma—"
"Pulang atau kau akan membuat masalah lagi, Sungmin-ah! Apa kau ingin appamu semakin parah dan ummamu juga ikut jatuh sakit?!"
Sungmin diam saat ummanya yang lembut itu marah. Sungjin hanya bisa diam saat melihat hyungnya itu dimarahi. Dia bukannya tidak tau dengan permasalahan di rumah yang mengakhibatkan sang Appa sakit. Dia jelas tau saat pertengkaran itu berlangsung karena dia berada tepat di balik rak. Tapi dia lebih memilih diam dan tidak ingin ikut campur.
"Kajjia, hyung. Kita pulang..." ajak Sungjin.
.
.
Sungmin menyetir dengan tatapan kosong. Ponsel di kantong celana Sungmin kembali bergetar tapi Sungmin tidak peduli. Pikirannya sekarang kacau.
"Ponselmu bunyi, hyung.." ucap Sungjin. Sungmin hanya terus menatap kedepan, mengacuhkan ucapan Sungjin.
Sesampainya di kamar, Sungmin langsung tengkurap dengan wajah yang ia sembunyikan di bantal. Tidak lama kemudian bahu itu gementar, dia menangis.
Ponsel itu kembali bergetar.
Sungmin merogoh kantong celana tersebut dan menganggat telepon."Yeoboseo.." ucap Sungmin dengan suara yang ia buat biasa.
"Kau dimana, Sungmin-ah?" suara itu, suara Kyuhyun.
"A—"
"Aku akan menjemputmu! Sekarang sudah sore. Aku tidak ingin saat kita akan melakukan sex kau kelelahan.."
DEG! Entah mengapa hati Sungmin berdenyut sangat sakit. Sex? Jadi Kyuhyun menelponnya hanya untuk itu? batin Sungmin sedih.
"Sepertinya aku tidak bisa ke apartemenmu. Aku harus menemani Appa untuk saat ini. jadi, aku mohon jangan ganggu aku untuk sekarang.." PIP. Tanpa menunggu protes Kyuhyun Sungmin langsung menutup telepon tersebut.
Sungmin membongkar ponsel dan mengambil baterai hp tersebut, mennonaktifkan ponselnya. Dia butuh ketenangan.
.
.
Tiga hari sudah Sungmin tidak kembali ke apartemen Kyuhyun, dia sekarang sedang berusaha untuk mendekati ranjang sang Appa. Berusaha? Yeah, dia selalu dilarang Ummanya untuk mendekati ranjang Appanya sendiri. Ummanya sendiri masih sangat marah dengan Sungmin. Hubungan Sungmin dan kedua orang tuanya sangat jauh mulai sekarang, jurang pemisah itu semakin dalam dan lebar terbentuk dalam hubungan keluarga kecil itu.
Perasaan bersalah masih menyelimuti hati Sungmin. Tiga hari ini membuat Sungmin begitu tertekan. Dia memang tidak menyeritakan permasalahan ini pada siapapun. Jangankan ke Kyuhyun. Ke sahabatnya pun Sungmin enggan untuk bercerita.
Mata indah yang selalu memancarkan kebahagian itu sekarang menjadi mata dengan lingkar hitam dan sembab. Tidak ada lagi pancaran kebahagiaan yang ada hanya pancaran kesedihan.
"Kau harus makan, hyung.." titah Sungjin.
Sekarang Sungmin dan Sungjin berada di ruang makan, hanya mereka berdua tanpa ada umma dan appa –mereka masih di rumah sakit.
"Bagaimana keadaan Appa?" tanya Sungmin. mata itu sekarang hanya menatap kosong ke depan.
"Appa mulai membaik." jawabSungjin bohong. Bohong? Appanya memang sekarang ini masih dalam keadaan kritis.
Sungmin menghela nafas prihatin. Sendok garpu itu dia letakkan di atas meja.
"Aku ke kamar." Ucap Sungmin meninggalkan tempat makan.
Sungjin melihat ke nasi yang masih sangat banyak, belum termakan sama sekali.
"Kau sudah tiga hari hyung belum makan," ucap Sungjin prihatin.
Sungjin membereskan bekas makan mereka berdua –walau Sungmin tidak ikut makan.
"Huek..."
BRAK...
Pintu kamar Sungmin terbuka lebar, Sungmin langsung berlari ke kamar mandi. Sungjin menatap bingung.
"Kenapa dia?" tanya Sungjin dengan tangan yang memegang piring.
Sungmin keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat pasi, Sungmin kembali ke kamarnya. Sungjin dengan cepat meletakan piring dan menghampiri Sungmin.
"Kau kenapa, hyung?" tanya Sungjin saat dirinya berada di kamar Sungmin.
Sungmin telah membungkus tubuhnya dengan selimut. "Gweanchana." Ucapnya.
"Besok aku akan membawamu ke rumah sakit, hyung.."
Sungmin tidak memperdulikan ucapan adiknya, dia semakin merepatkan selimut yang ia gunakan.
.
.
Sungmin dan Sungjin hanya bisa duduk menunggu hasil pemeriksaan dokter.
Dokter itu nampak terkejut saat melihat hasil yang berada di tangannya, lalu tersenyum simpul. Dia duduk dihadapan Sungmin dan Sungjin.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Sungjin.
Sungmin hanya bisa diam dengan tatapan mata yang kosong.
"Sebenarnya saya tidak menyangka akan terjadi seperti ini," ucap Dokter itu ramah. "Tapi... selamat, anda hamil.."
Ucapan sang Dokter membuat Sungmin kembali ke alamnya. "Bagaimana bisa?" tanya Sungmin terkejut. Sungjin juga sama terkejutnya.
"Ini memang pernah terjadi di belahan bumi lainnya.."
Sungmin semakin tidak percaya. Perasaannya tidak jelas untuk sekarang ini. Dia bingung harus bagaimana mengartikan perasaan ini. Dia bingung apa dia harus bahagia, sedih, atau menyesal.
.
.
Sungmin hanya bisa duduk di pojok ruangan kamar yang sekarang ini gelap.
Empat hari sang Appa belum siuman, sekarang ditambah dengan kabr dia hamil. Dua kejadian yang membuatnya hancur.
Sungmin memeluk lutut yang ia tekuk, meremes-remas jarinya sendiri, gigi bergemelutuk, dia tertekan. Tes..
Entah sudah berapa ribu tetesan air mata itu jatuh.
Sungmin meraih ponsel yang sudah empat hari ini ia nonaktifkan. Layar itu mulai mengelauarkan cahaya tanda ponsel itu aktif.
Ponsel itu langsung bergetar.
25 pesan masuk. Sungmin membuka pesan itu. Rata-rata pesan itu menampilkan nama Kyuhyun.
Kyuhyun selalu bertanya dengan inti pertanyaan yang menanyakan, "Bagaimana kabarmu?"
Satu nama yang membuat Sungmin ingin cepat-cepat membalas. Eunhyuk, sahabatnya. Sungmin membaca pesan yang isinya sama dengan Kyuhyun, menanyakan kabar dirinya hanya yang ini Eunhyuk juga bertanya dengan keadaan kabar Appa Sungmin.
To = Eunhyuk
Keadaanku tidak penting. Appaku masih sakit. Doakan semoga Appaku cepat sembuh.
Send..
Sungmin langsung mendial nomer Kyuhyun.
Tut.. tut... tut..
"Yeoboseo..." sapa seseorang di seberang.
"..." Sungmin diam.
"Sungmin-ah, akhirnya kau menelponku. Kau tau a—"
"Temui aku di restoran tempat biasa kita makan di sana. Sekarang!" PIP, Sungmin memutuskan sambungan telepon tersebut.
.
"Kau ingin kemana, hyung?" tanya Sungjin saat melihat Sungmin telah menggunakan mantel tebal dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kusut.
Sungmin tidak menjawab dan hanya diam lalu pergi begitu saja.
.
.
.
"Mianhae, aku telat.." ucap Kyuhyun saat sampai di tempat itu.
Sungmin yang tadinya sedang melihat keluar jendela mulai menatap Kyuhyun. Kyuhyun terkejut saat melihat Sungmin. Terdapat lingkar hitam di wajah Sungmin, mata sembab, wajah pucat.
"Kau kenapa?" tanya Kyuhyun seraya mengulurkan tangannya untuk memegang pipi Sungmin.
Sungmin menghindar. Kyuhyun terkejut dengan perlakukan Sungmin.
"Kenapa kau tidak mengaktifkan poselmu?" tanya Kyuhyun.
Kyuhyun tidak tau kalau Sungmin sedang tertimpa masalah dengan sakitnya sang Appa.
"Aku ingin bicara padamu," ucap Sungmin to the point.
"Silahkan.."
Sungmin mendongak, menatap mata Kyuhyun lalu berkata, "Aku hamil, Kyu..." ucap Sungmin.
Kyuhyun mengangga, "Tidak mungkin.." komentar Kyuhyun.
"Aku juga awalnya tidak percaya. Tapi, memang inilah kenyataannya..." jelas Sungmin.
Kyuhyun berdiri dan berjalan menjauh dari Sungmin, "Ini tidak mungkin, Sungmin-ah.." ucap Kyuhyun dan pergi begitu saja.
Tes...
Kembali, air mata itu menetes. "Apa ini bertanda kau tidak menerimaku?"
.
.
.
Seminggu setelah kejadian itu. Total seminggu empat hari Appa Sungmin di rumah sakit. Bagaimana keadaan Sungmin? Sungmin sekarang terus saja mengurung diri di kamar, menunduk sedih, menangis dalam diam, berteriak frustasi. Itulah Sungmin sekarang. Keadaan sekarang membuatnya hancur. Di mulai dari keadaan Appanya yang belum kunjung membaik –walau sudah siuman, keadaan bayi yang berada dalam dirinya, Kyuhyun yang entah bagaimana kabarnya.
"Apa Sungmin belum keluar kamar?" tanya Umma Sungmin ke Sungjin.
Sungjin menggelang, "Belum umma. Hyung terus saja mengurung diri di kamar."
Umma Sungmin tertunduk sedih. Walau perbuatan Sungmin membuatnya marah besar, tapi tetap Sungmin adalah anaknya dan seorang ibu tidak mungkin menelantarkan sang anak. Bagaimana ummanya bisa tau kalau Sungmin tidak keluar kamar?
Itu karena Sungjin yang bilang. Tapi Sungjin tidak bilang bahwa Sungmin hamil. Dia hanya bilang kalau hyungnya itu tidak keluar kamar karena dia merasa sangat bersalah dengan sakitnya sang Appa. Hanya itu.
Tok.. tok... tok..
"Sungmin-ah... buka pintunya.." pinta sang Umma lembut.
"..." tidak ada sahutan dari dalam kamar.
"Sungmin-ah.." panggil sang umma dengan suara lembut, berusaha agar Sungmin mau membukakan pintu tersebut.
Gagal. Pintu itu tidak kujung terbuka. Ponsel Sungmin kembali di nonaktifkan setelah ia pulang bertemu Kyuhyun.
"Apa kita harus meminta bantuan Eunhyuk hyung?" usul Sungjin.
"Kau tau nomer ponselnya?"
Sungjin mengangguk. "Cepat telepon Eunhyuk.." perintah sang Umma.
.
.
"Sungmin-ah, ini aku, Eunhyuk. Buka pintunya, kau harus makan.." ucap Eunhyuk dari luar. Di balik pintu itu Eunhyuk sedang membawa nampan dengan bubur dan segalas susu di atas nampan. Eunhyuk sangat khawatir dengan keadaan Sungmin karena sejak seminggu lebih Sungmin susah dihubungi.
"Sungmin-ah..." panggil Eunhyuk lagi.
"PERGI!" teriak Sungmin dari dalam kamar. "Kalau kau ingin aku makan, letakan makanan itu di depan kamarku."
Eunhyuk menggelang, memberi isyarat bahwa dirinya juga gagal membujuk Sungmin keluar. "Baiklah, aku taruh di depan kamarmu." Ucap Eunhyuk.
Setelah beberapa menit berlalu, pintu kamar itu tetap tidak terbuka. Eunhyuk hanya bisa menunggu di depan pintu.
CKLEK...
Pintu itu terbuka sedikit.
"Apa kau di luar sendiri, Eunhyuk-ah?" tanya Sungmin dengan suara lemah.
Eunhyuk langsung berdiri dan menjawab, "Ne, aku sendiri"
Eunhyuk memang sendiri di rumah sebesar itu. Umma Sungmin dan Sungjin sekarang kembali untuk melihat kondisi Appa Sungmin yang katanya mulai membaik. Suatu kabar bahagia di tengah kejadian-kejadian ini.
Sungmin kembali ke ranjang dan duduk dengan posisi memeluk lutut, "Masuklah.." titah Sungmin dengan suara lemah.
Eunhyuk menggambil nampan berisi makanan dan membawanya masuk ke dalam.
"Tutup pintunya..." perintah Sungmin, lagi.
Eunhyuk menutup dengan menggunakan kaki. Eunhyuk menaruh makanan itu di meja nakas dekat ranjang.
"Kenapa kau seperti ini, Sungmin-ah?" tanya Eunhyuk prihatin.
Eunhyuk terkejut saat melihat keadaan Sungmin yang sangat berantakan. Keadaan kamar Sungmin juga sangat berantakan.
Sungmin langsung memeluk Eunhyuk dan menangis tersendu-sendu...
"A-aku hancur, Eunhyuk-ah.." ucap Sungmin di tengah tangisnya.
"Apa maksudmu?" tanya Eunhyuk bingung.
Sungmin melonggarkan pelukan itu, menarik nafas dan mulai menenagkan keadaannya. Setelah tenang, ia mulai menceritakan semua dari mulai photo yang memuat dirinya dengan Kyuhyun hingga keadaan sekarang ini.
"Mianhae, aku tidak bisa membantumu sebelumnya. Aku tidak tau kalau keadaanmu seperti ini. Aku terus menghubungi tapi tidak pernah bisa."
"Gwaenchana.." jawab Sungmin lemah.
Eunhyuk menatap prihatin keadaan Sungmin.
"Sekarang kau harus makan." Ucap Eunhyuk.
"Tidak, aku tidak mau makan."
"Aku akan memberitahukanmu kabar bahagia tapi kau harus janji setelah ini kau harus makan." Ucap Eunhyuk.
Sungmin tidak tertarik dengan tawaran Eunhyuk.
"Ini tentang Appamu."
Ucapan Eunhyuk barusan membuat Sungmin tertarik.
"Jinjja?" tanya Sungmin.
Eunhyuk menggangguk sambil tersenyum. "Tapi kau harus janji setelah ini kau harus makan."
Sungmin langsung mengangguk setuju.
"Appamu keadaannya semakin membaik."
"Dari mana kau tau?"
"Tadi Ummamu dan Sungjin pamit kerumah sakit setelah mendapat kabar bahwa Appamu keadaannya semakin membaik. Nah, sekarang saatnya makan!" Seru Eunhyuk.
Senyum yang selama ini pudar pun mengembang dan Sungmin langsung menerima suapan dari Eunhyuk.
"Selama ini kau makan bagaimana?" tanya Eunhyuk sesaat setelah menyuapi Sungmin.
Sungmin menelan makanan tersebut dan menjawab, "Selama ini aku makan beberapa sendok saja. Sungjin selalu menaruh mekanan di depan kamarku karena memang aku tidak mengijinkannya masuk ke dalam kamar."
"Pantas saja kau terliat lebih kurus." Batin Eunhyuk.
.
.
.
"Kenapa kau menyuruhku ke sini, Donghae hyung?" tanya Kyuhyun saat dirinya baru saja masuk ke apartemen Donghae.
Siapa Donghae bagi Kyuhyun? Donghae adalah sahabat Kyuhyun yang sekaligus namjachingu Eunhyuk. Berkat Donghae dan Eunhyuk lah Kyuhyun kenal dengan Sungmin dan membawa hubungan mereka hingga sekarang.
"Kau.." desis Eunhyuk kesal.
Kyuhyun hanya cuek dan duduk di sebelah Donghae. Eunhyuk langsung berdiri dari posisi duduknya dan hendak menyerang Kyuhyun. Beruntung, Donghae menahan Eunhyuk jadi Eunhyuk tidak bisa menyerang Kyuhyun.
"Kau kenapa?" tanya Kyuhyun, kesal.
"Gara-gara kau Sungmin semakin hancur!" sembur Eunhyuk.
Kyuhyun sebenarnya terkejut dengan ucapan Eunhyuk. Tapi, dia hanya bersikap tenang. "Lantas, aku harus bagaimana?" tanya Kyuhyun yang membuat Eunhyuk semakin geram.
Eunhyuk mulai memberontak dan hendak menyerang Kyuhyun. Kembali, Donghae menghalangi Eunhyuk.
"Tenanglah, Eunhyukie.." Donghae beusaha menangkan Eunhyuk.
Setelah beberapa saat kemudian, Eunhyuk tenang dan Eunhyuk bertanya.
"Jawab pertanyaanku, Kyuhyun-ah..."
"Apa?"
"Apa kau MENCINTAI Sungmin?" tanya Eunhyuk dengan menekan kata "Mencintai".
Kyuhyun kembali diam.
"Jawab aku!" seru Eunhyuk.
"Aku... aku tidak..."
.
.
.
TBC
Tenang, ini cuma TWOSHOOT..
chap depan Ending.. jadi, bisa tebak ini ending yang gimana.. atau pengen gimana..
FF My Hero emang blm publish baru setengah jalan hehe... Bye Bye...
