.

.

Someone Pov

Aku melihatnya. Suatu malam aku melihat gadis itu dan dua pria dewasa yang mengerumuninya di salah satu gang sempit yang sepi. Aku mengenalnnya. gadis itu, Hyuuga Hinata, tapi aku memilih untuk diam dan bertindak seolah tidak mengenalnya. Dua pria itu semakin memojokkannya dan salah satu dari mereka mencoba mengoyak pakaian yang dikenakannya.

Aku masih tidak bergeming, yang kulakukan hanya diam dan melihat saja. Dia mencoba mempertahankan pakaiannya yang hampir terkoyak seluruhnya, tangannya yang rapuh mencoba menjaga pakaian itu tetap utuh ditempatnya. Suara yang ia timbulkan dengan nada memohon agar kedua pria itu melepaskannya sama sekali tidak dihiraukan oleh mereka. Suaranya yang meminta tolong pun seakan hilang ditelan malam.

Sampai akhirnya dia sadar akan keberadaanku. Dia terus melihatku yang hanya bersembunyi di balik tembok tanpa ada niatan sama sekali untuk menolongnya. Sepertinya diapun sudah lelah dengan teriakan yang sedari tadi dikumandangkannya. Tapi dari tatapan matanya aku tahu dia mencoba meminta tolong padaku. Air mata yang terus mengalir sama sekali tidak membuatku tersentuh.

Setelah cukup lama berdiam diri disana, aku memilih untuk meninggalkan tempat itu. Juga meninggalkan Hinata bersama dua pria dewasa itu. Saat itu aku hanya merasa menolong seseorang adalah hal yang merepotkan, karena itu membuat orang yang ditolong menjadi merasa bergantung padaku. Tapi aku tidak sadar, perbuatanku saat itu telah membuatku merasakan penyesalan yang amat mendalam dan menyisakan rasa bersalah yang luar biasa menyiksa.

Jika saja aku sedikit lebih peduli dan menolongnnya, mungkin aku tidak akan terjebak dengan rasa bersalah dan penyesalan semacam ini.

Tapi semua itu hanya 'jika', sebuah angan-angan kosong yang tak berarti apa-apa. Pada kenyataannya, aku sama sekali tidak pernah kembali untuk menolongnnya. Itulah awal mula, titik balik dari kehidupanku dimulai.

.

IF

.

Warning : AU, OOC, [miss]TYPO, minim dialog, alur cepat, dsb.

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Rate: T

Pairing : Sasuke x Hinata

Genre : Romance, Hurt/comfort

.

Normal Pov

Kelas itu begitu ramai. Para siswi di dalam kelas membicarakan hal yang sama yaitu tentang kasus pelecehan yang menimpa putri sulung keluarga Hyuuga. Berita itu begitu menggemparkan karena keluarga Hyuuga adalah salah satu keluarga yang terkenal dengan bisnis propertinya. Dengan adanya kasus itu membuat nama besar keluarga Hyuuga sedikit tercoreng.

Mereka dianggap tidak dapat melindungi putri sulungnya karena terlalu terobsesi dengan dunia bisnis. Berita itu sampai pada pimpinan besar keluarga Hyuuga. Dan dengan adanya kasus itu, maka keluarga Hyuuga memutuskan untuk mencoret nama putri sulung mereka dari silsilah keluarganya. Putri sulung mereka bernama, Hyuuga Hinata. Tapi dengan dicoretnya gadis itu dari silsilah keluarga, membuatnya harus menanggalkan nama Hyuuga dibelakang namanya. Kini ia hanyalah Hinata tanpa nama besar Hyuuga dibelakangnya.

Hinata adalah salah satu siswi di kelas itu. Itulah yang menyebabkan seisi kelas membicarakannya. Banyak dari mereka yang merasa iba pada Hinata. Hinata adalah gadis yang cukup pendiam di kelas. Meski ia saat itu menyandang nama Hyuuga di belakang namanya, sama sekali tidak membuatnya menjadi pribadi yang sombong.

Mereka terus saja membicarakan hal yang sama, seorang pria yang duduk di bangku paling belakang merasa sedikit terganngu dengan percakapan yang selalu membicarakan hala yang sama.

Pria itu, Uchiha Sasuke, merasa kesal dengan keadaan kelasnya saat ini. Dia bosan mendengar teman-teman sekelasnya mengucapkan rasa kasihan mereka pada Hinata. Tapi Sasuke tahu, itu hanya omong kosong belaka. Jika mereka memang peduli dengan Hinata, kenapa mereka harus mengatakannya pada orang lain dan tidak menolongnnya langsung. Mereka hanyalah sekumpulan orang munafik.

"Kalau begitu apa Hinata juga akan diberhentikan dari sekolah ?" siswi yang duduk didepan bangku Sasuke pun membicarakan hal yang sama. Tentang Hinata.

"Sekolah tidak perlu memberhentikannya, keluarganya jelas yang akan menyuruhnya berhenti dari sekolah. Jika Hinata tetap berada di sekolah, itu hanya akan semakin membuat malu keluarga besarnnya" teman yang duduk disebelahnya menanggapi

"aaa.. Benar juga. Lalu bagaimana nasib Hinata sekarang ? Apa dia akan menjadi gelandangan karena keluarga Hyuuga sudah membuangnya ?" siswi lain ikut bergabung dalam percakapan mereka

"Entahlah. Hinata menghilang begitu saja. Awak media yang mencoba mewawancarainya pun tidak pernah menemukannya"

"Benarkah ? Pasti keluarganya sudah mengirim Hinata pergi jauh agar tidak seorang pun menemukannya"

"Benar juga, Hinata yang sekarangkan seperti aib bagi keluarganya, karena itulah mereka berusaha menyingkirkannya"

Hal-hal semacam itu yang terus mereka bicarakan. Sasuke sudah muak dengan pembicaraan ini. Dia memilih untuk meninggalkan kelas dan pergi ke tempat yang lebih tenang.

.

.

If

.

Sasuke memilih atap sekolah sebagaii tempatnya untuk pergi menjauh dari kelas. Berharap mendapatkan ketenangan dengan berbaring disana. Tidak ada seorangpun disana kecuali Sasuke karena sebentar lagi pelajaran pertama akan dimulai. Untuk kali ini Sasuke memilih untuk membolos dan berdiam diri di atap sekolah.

Sasuke berbaring menatap langit. Merasakan hembusan semilit angin yang menyejukkan. Sasuke mulai menutup matanya, tapi saat ia menutup matanya, muncul bayangan tentang gadis itu, Hinata.

Sasuke juga mengenal Hinata yang notabenenya adalah teman sekelasnya. Mendengar percakapan teman sekelasnya tentang Hinata membuatnya teringat kembali dengan kejadian di malam itu. Kejadian dimana iamelihat Hinata mengalami pelecehan oleh dua orang pria.

Sasuke sudah memutuskan tidak akan mempedulikannya sama sekali saat ia memilih untuk pergi dan bersikap seolah tidak melihat apapun yang menimpa Hinata. Tapi sejak hari itu, ada rasa aneh dalam dirinya yang membuatnya malah selalu memikirkan tentang Hinata.

Berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi jika ia menolongnya saat itu. Terus pemikiran seperti itu yang berkecambuk dalam benaknya.

"Sial. Sebenarnya ada apa denganku" Sasuke meremas rambutnya frustasi karena terus memikirkan tentang gadis itu, dan seiring berjalannya waktu perasaaan itu selalu saja muncul dan akhirnya membuat Sasuke sadar bahwa itu adalah perasaan bersalah.

.

.

If

.

7 tahun kemudian

Mobil itu mengarah pada sebuah pedesaan yang cukup terpencil. Jalanan yang dilaluinya bahkan tidak semulus jalanan beraspal yang banyak ditemui di daerah perkotaan. Meski begitu, pengemudi di dalam mobil tersebut tetap mengemudikan mobilnya mengarah pada sebuah desa terpencil yang menjadi tujuannya.

Setelah mengemudikan mobilnya cukup lama, akhirnya mobil itu berhenti di salah satu Sekolah Dasar yang berada di desa tersebut. Pengemudi itu keluar dari mobilnya dan disambut oleh 2 perempuan setengah baya.

"Selamat datang. Saya adalah kepala sekolah di sini, Tsunade Senju dan dia adalah wakil saya, Shizune" salah satu perempuan yang memiliki rambut berwarna pirang bernama Tsunade menyambut kedatangan pengemudi itu terlebih dahulu dan memperkenalkan dirinya beserta perempuan lain di sebelahnya bernama Shizune. Tsunade mengulurkan tangannya pada Sasuke.

"Terima kasih untuk sambutannya. Saya guru pengganti sementara, Uchiha Sasuke" Sasuke membalas uluran tangan Tsunade sambil memperkenalkan dirinya.

"Kami sangat berterima kasih karena kedatangan Uchiha-san kemari sangat membantu sekolah kami"

"Ini sudah menjadi kewajiban saya" Sasuke mengikuti Tsunade menuju ke kantor kepala sekolah.

Disana Tsunede menjelaskan tugas Sasuke sebagai guru pengganti. Mulai jam kerja sampai kelas berapa saja yang akan menjadi tanggung jawab Sasuke selama disana.

Setelah Sasuke lulus dari bangku Senior High School, Sasuke memilih untuk kuliah dan mengambil jurusan pendidikan. Sasuke lebih tertarik menjadi guru daripada bergelut di dunia bisnis seperti ayah dan kakaknya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah, di usianya yang ke-25 tahun ini, Sasuke sudah beberapa kali mengajar di sekolah-sekolah yang berada di kotanya.

Kali ini Sasuke memilih bekerja sebagai guru pengganti di pedesaan mencoba mencari suasana baru. Sasuke merasa jenuh dengan keadaan kota yang selalu dipenuhi dengan hiruk pikuk kendaraan yang berlalu-lalang. Toh dirinya disini hanya untuk beberapa bulan kedepan karena statusnya sebagai guru pengganti bukan sebagai guru tetap karena guru yang sebelumya sedang mengambil cuti. Disini Sasuke tinggal di rumah yang sengaja ia sewa untuk beberapa bulan kedepan. Letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah, dan setelah menyelesaikan urusannya disini, Sasuke akan langsung menuju tempat tinggal sementaranya itu.

Setelah Tsunade selesai menjelaskan semuanya, Tsunade menawarkan pada Sasuke untuk berkeliling sekolah terlebih dahulu agar Sasuke sedikit paham dengan keadaan sekolah baru tempatnya bekerja ini.

Sasuke menerima tawaran itu dan setelah semua pembicaraanya dengan Sasuke selesai, Sasuke segera beranjak dari kantor itu dan berniat untuk berkeliling melihat sekolah itu. Tsunade tidak dapat menemani Sasuke karena dirinya masih memiliki pekerjaan lain sebagai kepala sekolah.

Sasuke berkeliling mulai lapangan sampai lorong-lorong sekolah itu. Sasuke juga terkadang memasuki beberapa ruang kelas yang dilauinya untuk melihat keadaan didalamnya. Setelah cukup lama berkeliling Sasuke berniat untuk kembali ke kantor Tsunade.

Sekolah sudah selesai beberapa menit yang lalu, karena itulah semua murid sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

Mungkin tidak semuanya, karena di kejauhan Sasuke dapat melihat seorang anak laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolahnya di depan gerbang sekolah. Sasuke sedikit penasaran dengan anak laki-laki itu dan memilih menghampirinya.

"Kenapa belum pulang ?" Sasuke bertanya pada anak laki-laki itu setelah berada disampingnya. Anak itu sedikit tersentak kaget dan menoleh pada Sasuke.

Kali ini Sasuke dapat melihat wajah anak itu dengan jelas, dia memiliki warna rambut yang hampir sama dengannya tapi ada sesuatu yang membuat Sasuke terkejut adalah mata anak itu. Dia memiliki bola mata tanpa pupil yang mengingatkannya pada Hinata. Gadis yang beberapa tahun lalu menyiksanya dengan perasaan bersalah. Kembali, perasaaan itu kembali muncul saat Sasuke melihat anak yang juga sedang melihatnya itu.

"Aku sedang menunggu Kaa-san" anak itu menjawab pertanyaan Sasuke dan membuat Sasuke tersadar dari lamunannya tentang Hinata.

"Apa Kaa-sanmu terlambat menjemputmu ?" Sasuke kembali bertanya pada anak itu,

"Iya. Tapi ini sudah biasa. Kaa-san sedang bekerja karena itu sering terlambat" jawab anak itu. Sasuke memutuskan untuk menemani anak itu menunggu ibunya.

"Siapa namamu ?" tanya Sasuke

"Apa Jii-san tidak pernah diajari untuk memperkenalkan diri dulu sebelum menanyakan nama orang lain ?" anak itu berkata seolah mengajari Sasuke tentang tata krama. Padahal dirinya sendiri masih anak-anak, tapi cara bicaranya seperti orang dewasa saja. Bukannya merasa tersinggung dengan hal itu, Sasuke malah tersenyum melihat tingkah anak kecil itu.

"Benar juga. Nama Jii-san Uchiha Sasuke. Jadi, siapa namamu ?" Sasuke memperkenalkan dirinya terlebih dulu dan kembali menanyakan nama anak itu.

"Daisuke" anak bernama Daisuke itu menjawabnya dengan singkat

"Nama keluargamu ?"

"Tidak punya"

"Kenapa ?"

"Kaa-san juga tidak punya nama keluarga di belakang namanya, jadi aku juga tidak punya" Daisuke mengatakannya dengan santai seolah itu adalah hal yang wajar

"Lalu ayahmu ?" merasa penasaran, Sasuke kembali bertanya pada Daisuke.

"Tidak tahu" kembali, Daisuke mengatakan hal itu dengan entengnya.

Mendengar itu semua, enatah kenapa Sasuke kembali teringat pada Hinata. Tentang gadis yang sudah dicampakkan oleh keluarganya sendiri dan dipaksa untuk melepas nama Hyuuga di belakang namanya.

"Ah.. itu dia Kaa-sanku" Daisuke berteriak senang sambil menunjuk kedepan.

Sasuke mengikuti arah pandang Daisuke dan melihat siluet seorang perempuan yang berlari-lari kecil ke arah mereka berdua.

Semakin dekat, siluet itu terlihat semakin jelas dan menampakkan sosok perempuan itu sepenuhnya.

"Maaf Daisuke, Kaa-san terlambat lagi menjemputmu" setelah berada cukup dekat, Perempuan itu langsung berjongkok di depan Daisuke tanpa memperhatikan Sasuke yang sejak tadi berdiri di sebelah anaknya.

"Tidak apa-apa Kaa-san" Daisuke tersenyum menanggapi ibunya.

Sasuke seolah membeku ditempatnya begitu melihat siapa ibu Daisuke. Rambut itu, mata itu, Sasuke ingat jelas siapa perempuan itu.

"Hari ini aku ditemani oleh Jii-san ini. Jadi menunggu Kaa-san tidak terasa lama sama sekali" Daisuke menunjuk pada Sasuke yang masih berdiri di sampingnya.

Perempuan itu menoleh pada sosok pria yang berdiri di samping puteranya yang tadi sempat luput dari pandangannya. Sama halnya seperti Sasuke, perempuan itu juga terkejut dan seolah dilempar kembali pada ingatan masa lalunya tentang Sasuke.

"Hinata" Sasuke menggumamkan nama perempuan itu dengan lirih.

Perempuan yang dipanggil Hinata itu kembali berdiri dan menatap sengit pada Sasuke. Tidak seperti kawan lama yang akan merasa senang ketika mereka kembali dipertemukan setelah sekian lama. Ada pandangan tidak suka dan benci yang Hinata perlihatkan pada Sasuke. Sedangkan Sasuke menunjukkan tatapan menyesal dan bersalah pada Hinata.

Seolah tidak mempedulikan tatapan Sasuke padanya, Hinata memilih bungkam dan menarik tangan putranya untuk segera pergi dari tempat itu. Menyisakan Sasuke yang sendirian di sana dan menatap nanar kepergian Hinata bersama putranya.

Seperti halnya dengan Sasuke yang masih mengingat Hinata, Hinata pun sepertinya mengingat Sasuke. Karena itulah Hinata segera beranjak dari tempat itu, merasa muak jika terus berada disamping pria yang juga turut andil dalam kehancurannya di masa lalu.

Pikiran Sasuke kembali menerawang. Jika dia mencoba memperbaiki kesalahannya dimasa lalu, apakah perasaan menyesal dan bersalahnya selama ini pada Hinata akan menghilang ?

Mungkin ini adalah takdir yang ditunjukkan Kami-sama untuk menebus kesalahannya dimasa lalu karena memilih untuk mengabaikan gadis itu dan menuruti keegoisannya dengan meninggalkan Hinata disana.

.

.

.

TBC

.

Holla..

Saya kembali membawa fic dengan ide abal-abal ala saya.. XD

Jika berminat agar saya melanjutkan fic ini, jangan lupa review ya.. ^^

Berlanjut tidaknya fic ini tergantung dari respon yang para reader berikan..

Jadi, jangan lupa tinggalkan jejak ya.. :D

R

E

V

I

E

W

Please.. ^^