Inuzuka Family's

KIBA.I X TENTEN

Genre: Family, comedy, Romance

Rating: T

Note: OC, TYPO, ALUR ABSURD

Yang ga suka jangan dibaca. Gampang kan :)))

.

.

.

.

.

.

.

.

Orang Ke-tiga

Suasana pagi hari yang tenang dikeluarga Inuzuka. Tidak biasanya keluarga ini setenang sekarang, biasanya sangat berisik. Tidak yang wanitanya ataupun pria sama saja mulutnya, cerewet dan tidak bisa diam sedikitpun. Suasana dikamar tidur ruang utama apartemen ini juga sama yaitu sunyi, tidak ada suara sama sekalih. Yang terdengar sekarang hanyalah dengkuran halus yang keluar dari mulut wanita yang bernama Tenten Inuzuka. Ya benar, Tenten sudah menyandang nama nyonya Inuzuka sejak 3 bulan yang lalu. Bulan desember lebih tepatnya, mereka berdua mengikat janji sumpah setia di gereja yang terletak tepat disebelah universitas konoha. Tempat dimana mereka bertemu untuk yang pertama kalinya.

"Sayang," Kiba memanggil Tenten dengan mata yang masih tertutup. Yang dipanggil belum memberikan respon sedikitpun. Kiba sadar betul jika wanita disampingnya ini belum memberikan respon, dengan keadaan yang masih setengah sadar ia berbalik badan kearah Tenten yang memunggunginya. Tanpa ragu ia langsung saja memeluk Tenten dan membenamkan kepalanya di leher Tenten. Tenten yang mulai merasa terganggu menggeliat kecil.

"Tenten sayang."

"Hmmm."

"Bangun. Kau tidak berangkat kerja? ini sudah siang sayang."

"Aku masuk siang Kiba."

Kiba diam tidak berbicara lagi, Tenten pun sama diamnya. Hening, tidak ada percakapan diantara mereka lagi. Sepertinya mereka sudah masuk dalam mimpi indah mereka lagi.

'Moshi Moshi'

'Moshi Moshi'

Tenten yang mulai terganggu dengan siara ponsel itu langsung menyenggol kepala kiba dengan bahunya. Kiba yang merasa terganggu hanya bergumam tidak jelas.

"Angkat telponmu itu Kiba."

"Hmmm"

"Aku bilang angkat."

"Hmmm."

'moshi Moshi'

'moshi Moshi'

Suara telpon sialan itu masih saja berbunyi. Tenten yang sudah mulai kesal dengan bunyi berisik itu tanpa ada rasa kasihan langsung menarik rambut Kiba dengan kencang.

"Aaaaaa. Sakit Tenten!" Ia setengah berteriak ditelinga Tenten. Tenten yang refleks langsung saja menarik lagi rambut Kiba dengan kencang hingga beberapa helaian rambut tergenggam ditangannya.

"Bangun cepat Kiba. Kau ini membuatku kesal pagi-pagi."

"Aish. Iya-iya aku bangun."

Dengan wajah yang semerengut, Kiba bangun dari ranjangnya dan mengambil ponsel yang terletak di meja kerja yang berada tidak jauh di ranjangnya. Ia menggeser tombol hijau dilayar ponselnya.

"Moshi Moshi."

"Besok pagi ada acara pembukaan klink hewan baru. Ibu mau kau dan Tenten datang, jangan lupa membawa akamaru."

"Iya ibu."

"Oh iya satu lagi. Tanya Tenten, dia mau ibu masakan apa besok? Sudah lama ibu tidak bertemu dengan menantu ibu."

Kiba yang mendengarkan ibunya mengoceh tentang Tenten langsung saja berjalan kearah ranjangnya dan menempelkan ponselnya di telinga Tenten.

"Kiba kau jangan menggangguku."

"Aku tidak mengganggu," Kiba langsung saja berbaring di ranjangnya. Ia bermaksud untuk melanjutkan tidurnya lagi.

"Tenten? ini Tenten menantu ibu kan?"

"Menantu ibu mana? aku hanya punya satu mertua dari keluarga inuzuka."

"Iya maksud ibu itu Tenten. Kau mau ibu masakan apa untuk besok?"

"Ha?"

"Mau ibu masakan apa? Kiba tidak bilang?"

"Kiba?"

"Iya. Kiba anak ibu tidak bilang besok ada pembukaan klinik baru?"

Tenten mengerutkan alis, butuh seperkian detik Tenten memahi siapa yang menelponnya.

"Tenten menantu ibu. Kau masih disana?"

1.2.3

Tenten langsung bangkit dari posisi tidurnya dan berdiri disamping ranjangnya. Ia baru sadar jika dari tadi ia bertelpon dengan mertuanya. Tenten dengan kesal langsung saja menendang badan Kiba, Kiba yang merasa ditendang pun tidak merespon. Ia sebegitu ngantuknya kah sampai ditendang istri sendiri tidak bangun. Dasar istri kurang ajar, mana ada istri yang kelakuannya macam Tenten?

"Ah iya aku masih disini bu. Tadi ibu bilang apa? Aku tidak dengar," bohong Tenten. Ia padahal mendengar 100% apa yang dikatakan mertuanya itu.

"Kau mau ibu masakan apa?"

Tenten berfikir sebentar.

"Hmm.. Makanan kesukaan Kiba saja, sushi dan sup tahu. Aku sudah lama rasanya tidak makan itu bu."

"Baiklah. Ibu akan buatkan, dan oh iya. Kau sudah positiv belum?"

"Hah? Positive apanya bu?" tanya Tenten jujur. Jujur ia memang tidak tau maksud positivenya apa. "Menantu ibu jangan pura-pura tidak tau. Itu, kau sudah ada orang ketiga belum di keluargamu?"

"Orang ketiga?"

"Iya orang ketiga. Sudah ada belum?"

TENTEN POV.

Orang ketiga? Orang ketiga identik dengan perusak hubungan orang. Berarti ibu sudah tau jika Kiba punya selingkuhan, oh my god. Aku tidak percaya, dihubungan rumah tangga kami yang baru berjalan 3 bulan Kiba dengan teganya bermain api dengan seseorang lihat. Lihat saja. AAAA! Aku kesal jadinya jika ia bermain api lagi dengan wanita. Memangnya ia tidak cukup apa, sudah memilikiku tapi ingin yang lain.

"Tenten? Tenten?"

Aku masih mendengar ibu memanggil-manggil namaku. AAAKHH! Aku benar benar marah Kiba.

"Aku telpon balik lagi nanti bu."

PIP.

Sambungan telpon aku putusKan secara sepihak. Masa bodo jika ia bilang aku tidak sopan, tapi yang lebih tidak sopan itu anakmu ibu!

Brak.

Aku melempar ponsel Kiba kelantai dengan keras hinggah ponsel yang bergambar buah apel itu terbelah dua. Jujur aku tidak perduli lagi denganmu Kiba! Kiba sepertinya mendengar suara ponsel yang aku lempar. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia bangun dari tidurnya. Ia duduk ditepian ranjang dan menarik tanganku untuk duduk juga disampingnya.

NO!

Memangnya ia pikir aku sudi duduk disamping orang brengsek sepertinya.

Aku lantas saja tanpa basa basi mengehentakan tangannya dari pergelangan tanganku. Aku tidak mau dipegang tangan kotornya itu, sudah berapa banyak wanita yang disentuh oleh mu brengsek! Kiba yang kaget dengan perlakuan ku, mulai mengucek matanya dan berdiri. Ia berdiri mensejajarkan tingginya dengan tinggiku. Ia menatap ku dengan tatapan tulusnya. Tulus? Sepertinya aku harus membuang kata-kata itu untuk pria brengsek sepertinya.

"Ada apa hmm? Ini sudah ketiga kalinya kau memecahkan ponselku, katakan ada masalah apa? Apa ibu mengatakan hal yang tidak-tidak?"

Aku kesal melihat wajahnya yang sok tanpa dosa. Tangaku ini rasanya gatal dan panas. Aku ingin sekalih menampar wajahnya yang sok tidak tau apapun.

"Sayang? Tell me. Aku akan dengarkan."

Ia mencoba menggenggam tanganku. Dengan refleks aku langsung menamparnya.

Plak.

Dia kaget dengan tamparan ku barusan. Sebelum-sebelumnya aku tidak pernah yang namanya menampar orang ataupun berburuk sangka pada orang apalagi suamiku sendiri. Tapi dia sendiri malah membuat kepercayanku itu hilang.

TBC.