"Hanya untuk kali ini saja, sebut namaku.. Anija"
Call My Name, Anija!
Touken Ranbu (c) Nitroplus
Higekiri X Hizamaru
Warning(s) : ntah apalah saya nggak tau :v..
.
.
.
.
Bagi seorang Higekiri.. Nama adalah sebuah rangkaian alfabet yang tidak memiliki arti. Hanyalah sebuah beban ketika ia memikirkannya. Peradaban mulai melaju, banyak nama yang telah singgah pada telinganya. Namun itu hanya angin lalu belaka
Higekiri tidak pernah mengingat dengan pasti sebuah nama
Bahkan nama adiknya sekalipun
"Anija"
Siluet dibalik Shoji nampak samar, Higekiri menautkan alis. Diantara pepohonan dan guguran daun momiji.. Untuk apa kau disana adikku?
"Sebut namaku.. "
Sang kakak mengernyit, tak mengerti apa yang harus dikatakan. Susunan alfabet dengan huruf vokal yang diadu Oleh beberapa konsonan nampak rancu..
Siapa?
Siapa namanya?
"Higekiri.. "
"Namaku Hizamaru, anija. Hi-Za-Ma-Ru"
"Hi-? "
Tidak ada yang tau mengapa, sang empu sendiri bahkan tidak tau apa apa. Laksana seekor Hyacinth Macaw yang kehilangan lazuardi nya
Higekiri kesulitan
Lidahnya kelu bila mencoba
Tenggorokannya kering bila bersuara
Air matanya tumpah ketika mengingat
Hi? Hiza? Ru.. Higekiri?
"Nama tidaklah penting, otouto"
Hizamaru tau bahwa respon sang kakak akan seperti ini. Menganggap sebuah rangkaian kata sebagai sebuah hal yang tidak berguna. Mengubah susunan alfabet menjadi sampah
"Lantas.. Apakah adikmu ini tidak penting, anija?"
Tidak.. Kau salah Hizamaru..
Higekiri adalah seseorang di muka bumi ini yang sangat menyanyangimu. Ia bahkan rela menjadi iblis demi dirimu, tak ada satupun makhluk yang berani melukaimu bila Higekiri masih bernafas
Tidak ada
Bahkan sang Aruji sekalipun
"Kita punya banyak tugas hari ini, persiapkan dirimu.. Otouto"
Seiring berjalan nya waktu, punggung tegap menghilang dalam pandangan. Tak lagi terlihat oleh sepasang kelereng keemasan
Higekiri pergi
Meninggalkan adik kecilnya yang hanya bisa mengigit bibir
"Bahkan sampai saat ini... Kau tak pernah menyebut namaku. Anija"
Nama.. Mungkin hanyalah angin lalu, taukah kau, anija? Bagiku.. Akan ada sebuah peradaban dimana nama bukan sekedar pajangan biasa. Bukan pula sekedar torehan besi belaka
Namun sebuah harapan menggantung padanya
Sebut namaku, anija.. Panggil aku
Paparan rembulan pada sebuah wajah indah dibawahnya mungkin adalah pemandangan langka. Hizamaru berdiri dipinggir kolam, memandang sebuah refleksi dimana air yang tenang memercik perlahan
Aku hanyalah refleksi tak bernama
Tidak, dirimu mempunyai nama. Buang jauh jauh beberapa nama yang telah diberikan padamu. Hizamaru adalah sebuah nama paling indah
Bukan, bukan ia yang mengatakan demikian. Namun seseo-
"Otouto"
Ah, panggilan itu lagi..
Alih alih menoleh menjawab panggilan, insan rapuh hanya menunduk, memeluk dirinya diantara dinginnya udara malam
"Apa... Yang kau lakukan disini, anija? Tidurlah"
Hizamaru adalah orang yang kuat. Tak mungkin bila dirinya menangis hanya karena sebuah nama
Tidak.. itu mungkin saja
Dan sekarang, Higekiri hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri
Dirinya yang harusnya kokoh tanpa celah.. Dirinya yang harus kuat tanpa kelemahan.. Kini mempunyai sebuah dosa besar yang selalu bersarang
Hizamaru menangis
Siapa? Siapa yang melakukannya?
Bukan orang lain..
Bukan mereka
Bukan mereka..
Bukan mereka..
Tapi dirinya.. Higekiri
"Otouto.. Aku.. "
"Sebut namaku, anija.. Panggil aku.."
Higekiri diam membisu. Tak lagi ada suara, keributan malam diiringi sebuah melodie kecil pepohonan
Hizamaru tau.. Pada akhirnya akan sama saja
"Sesulit itukah, anija? "
Kelereng seindah kunang kunang sembab karenanya. Wajah tirus memerah menahan gejolak hati, darah segar keluar seiring kuatnya gigitan
"Tidurlah anija.. Ini sudah malam"
Hizamaru tersenyum bersama beban
.
.
.
Berulang kali.. Bila dihitung hitung, dosa Higekiri telah melampaui ketujuh langit. Dimana dirinya membuat bulir air mata paling berharga itu turun perlahan, seorang insan dengan sebuah tatapan nanar hanya bisa kembali dalam kesedihan
Higekiri berdosa
"Anija, aku membuat sarapan"
Nada itu terdengar lirih, sebuah alunan kecil yang tak lagi bersuara
Melodie tanpa not
Sebuah rangkaian nama kembali menyerbu
Ingin sekali mengeluarkannya. Namun yang keluar hanyalah kata kata ketus tak berguna
"Ingatlah otouto.. Nama tidaklah penting"
Sebuah perkataan bak belati yang menebus jelaga. Hizamaru kembali terdiam, menunjukkan sebuah senyum getir tak bermakna
"Tentu saja, anija. Nama tidaklah penting"
Kita telah bersama.. Melewati segala rintangan dengan berbagai cara. Kau ada didepanku ketika sebuah bilah lain mencoba menghancurkan
Kau berdiri di garis depan, melupakan sebuah nama penting dalam hidupmu
Ketika aku mati.. Bisakah kau mengingatku tanpa sebuah nama, anija?
.
.
.
"Hotarumaru, Akashi Kuniyuki, Shishiou, Higekiri, Kashuu Kiyomitsu. Dan kaptennya, Hizamaru"
"Apa?! Kenapa bukan anija? "..
Hizamaru protes dengan sebuah pemberitahuan pagi itu. Misi sampah macam apa yang menjadikannya sebagai kapten?
" Tenanglah otouto, aku tidak akan membunuh mu hanya karena kau kaptennya"
Lagi lagi.. Higekiri hanya memanggilnya dengan sebuah kata ganti
Sebuah misi suram yang sesuai dengan nuansa hatinya. Berjalan ditengah tengah hutan mungkin bukanlah sebuah ide yang buruk
Ketika itu, garis senja di perbukitan membuat kedua irisnya berdecak kagum. Keindahan yang sebenarnya
Sebuah lengkungan di langit yang timbul akibat biasan mentari kembali mengundang decak kagum
"Itu adalah pelangi. Manusia menyebutnya demikian"
Benda berwarna itu bernama pelangi.. Lalu, apakah aku masih mempunyai nama, anija?
"Apakah aku.. Adalah sebuah pedang tak bernama, anija? "
Higekiri tersentak, sebuah tepukan mendarat di pucuk Hizamaru. Gumaman kecil terdengar lirih, saat sebuah kumpulan hitam menyerang dengan brutal
"Mereka menyerang! "
Butuh kurang dari 30 menit untuk membuat semua rekan nya tumbang. Mereka kalah
Kelereng keemasan menatap satu persatu anggotanya. Tak ada lagi yang punya sisa energi untuk saat ini
Hanya ada dua pilihan
Maju dengan mengorbankan nyawa para anggota
Atau mundur dengan sebuah umpan yang nyata
"Mundur"
"Apa?! Jangan gila hizamaru! Kita tidak selemah-"
"Aku bilang mundur.. "
Titah Hizamaru terdengar dingin. Dalam putaran waktu, akan ada masanya dimana seseorang harus berkorban untuk itu semua
Prangg
Lagi lagi aduan pedang antara Yari dengan sebilah tachi memekakkan. Ketika sebuah keputusan telah dipikirkan, konflik antar batin dan pikiran sudah berhenti berdebat, saat itu pula sebuah sinar menyelimuti
"HIGEKIRI! HIZAMARU! "
Higekiri?
"Kenapa kau tidak pergi anija?! "
"Aku adalah kakakmu.. Aku takkan pernah meninggalkan mu"
"Ini bukan saatnya berdebat! Kembali lah! "
"Kalau begitu berhenti bicara dan biarkan aku membantu"
"ANIJA! "
Untuk pertama kalinya.. Suara lembut meninggi. Bentakan keras membuat pergerakan Higekiri membeku
"Aku adalah kapten disini! Ku perintahkan kau untuk pergi! "
Tidak ada lagi angin sepoi dengan daun momiji, perputaran telah berhenti pada titik puncaknya
Sebuah kata indah berakhir kasar
Ootachi melompat menyerang tepat di kepala, ingin menebas memisahkan sebuah kepala berwajah indah dari tempatnya
PRANG
Hizamaru.. Telah tumbuh menjadi orang yang kuat
"Sudah kukatakan untuk kembali anija"
Sudah selesai
Bahkan sebelum Higekiri sempat berkedip
"Kenapa kau tidak mau mendengarkanku? "
Kelereng keemasan menatap sang adik, tak lagi dalam balutan baju yang utuh
Semua sobek, tak lagi menutupi tubuh atas indahnya
Goresan sana sini dengan berbagai tusukan sudah menjelaskan betapa buruknya seorang Higekiri sebagai seorang kakak
"Aku.. Hanya ingin melindungi mu.. Otouto"
"Sebut namaku.. "
Nada itu begitu menyedihkan, menampar Genji tertua dengan keras, membawanya ke dalam realita menyesakkan
"Kau anggap aku ini apa, anija?.. "
Guh...
Tak lagi ada yang ditahan, semua terluap seiring waktu berbunyi lantang. Sejauh camar yang hilang ditelan masa
"Apa yang akan kau katakan lagi? Nama tidak penting begitu? Lalu.. Apakah aku penting untukmu? "
Suara hangat bergetar, sebuah hati terkoyak laksana sebuah permata yang hancur ditelan gelapnya malam
"Aku mohon anija .. Hanya untuk kali ini saja.. "
Hanya untuk sekali dalam seumur hidupku.. Hanya untuk sekali dalam masa waktuku
Sebut namaku.. Panggil aku
Hizamaru mendongak, permata berharga menangis dalam sebuah lingkaran kehidupan
"Sebut namaku.. Panggil aku"
Sebuah permata dihiasi daun momiji, ia menangis lagi...
"H-hiza... "
Hanya untuk kali ini saja.. Anija
"Hizama-!"
SRAAKKK
Ah, ada yang menembus dadanya.. Serangan terakhir, menembus dada sang adik
"HIZAMARU! "
Meski kuberharap dan berdoa berkali-kali, mimpi buruk akan terus ada
Distorsi yang kecil itu pun suatu saat pasti akan menenggelamkan
BRAAK
"Kau.. Akhirnya.. Menyebut namaku.. Anija"
Aku jauh lebih lemah daripada yang selama ini kau pikirkan
"Hizamaru.. Hizamaru... " Bulir bening menuruni kedua kelopak, higekiri berlutut dihadapan tubuh ringkih itu
Ah
Kolam darah..
Kini segala kenangan indah yang menyakitkan itu
Pergi dengan membawa perpisahan yang datang
"Aku akan menyebut namamu ratusan kali! Hizamaru.. Bangunlah..hizamaru!"
Bilah itu mulai retak
".. Anija.. "
Kelereng meredup
"Anija..bolehkah aku..memanggil namamu?"
Higekiri terkesiap, mengiyakan apapun yang diminta, cahaya mulai redup
"Apapun itu... Hizamaru"
Hizamaru.. Sebilah tachi pelindung sejarah.. Patah dalam peperangan
"Arigatou.. Higekiri-nii.."
*Coretan Author
Ya.. Pokoknya gitu deh :v.. Sejak kapan si ijah manggil higekiri-nii?Ya pokonya gitu deh :v
review nya readers-sama~
omake
"HIGEKIRI! Dimana.. Hizamaru?!"
Sang saniwa berlari mendekati tubuh tegap sang tachi
Yang ditanya hanya diam.. Menoleh pada sebuah kotak di dekapannya
"Disini"
"Eh?! "
"Hizamaru.. adalah hartaku yang berharga-"
"karena itulah aku memotong dan memasukkan jasadnya dalam sebuah kotak"
