.:You're Out of Reach:.
Persona 4 ©ATLUS

First love, could be the most wonderful thing of all. But for some people, that's just...ridiculous.

-::-

Chie's POV

04/12 Tu—Early Morning
Satonaka Chie, lebih akrab dipanggil Chie. Di tahun ajaran kedua ini aku akan memulai sebuah perjalanan baru. Perkenalkan, Amagi Yukiko. Sahabat yang tak dapat disebut sainganku. Yukiko adalah gadis cantik yang selalu dipuja-puja oleh pria… seperti yang sering dikatakan orang, perbandingan kami langit dan bumi.

-::-

Pagi itu, aku sedang berbincang-bincang dengan Yukiko, "Yosuke dimana sih? Lama amat!" keluhku.

"Biarkan saja Chie, nanti juga datang," balas Yukiko.

Hanamura Yosuke. Makhluk ajaib dari Junes. Aku tidak menunggunya kok, aku hanya menunggu film yang ia pinjam. Oh, dan bukan, kami bisa dibilang cukup akrab walaupun sangat sering bertengkar. Sesungguhnya dia orang mesum baik-baik.

"Ting Tong!" bel sekolah pertanda masuk berbunyi, King Moron memperkenalkan murid baru hari ini. Seta Souji, cowok berambut abu-abu. Yang cukup…yaah, lumayan. Tapi kurasa ia bukan tipeku, biasa-biasa saja, bisa dikata pasaran. Tapi lain kata lewat di benak sahabatku, memang akan melukai hati semua laki-laki yang ia tolak, sepertinya ia menempatkan hatinya pada orang ini.

"Ssh, Yuukikoo, kau suka yaa?" bisikku.

"Ah-ah-umm… Tak tahu, Chie." Balasnya.

Kebetulan tempat duduk di sebelahku kosong, jadi yaa, mungkin Souji akan duduk di situ. Aku harus bertukar tempat dengan Yukiko. Yeah! Nasib baik semoga menimpaku! King Moroon, pergilah kaau… "Bila, hujaan, turuun, lagi…" WOO HOO!
Terima kasih Tuhaan! Ponsel King Moron berbunyi! A-aku tak tahu ia suka lagu macam itu…

Sesaat sebelum kupanggil Yukiko, Yosuke tergopoh-gopoh panik memasuki kelas sembari melambai-lambaikan sebuah DVD kearahku.

Retak.

Marah, sedih, bukan main rasanya. Kutendang bokong rata Yosuke dengan penuh amarah. Hari pertama, dan aku sudah membuat kesan yang buruk bagi semua orang…

Dan lagi, gagal total untuk pindah tempat. AAARGH!

-::-

Sepulang sekolah, aku dan Yukiko mengajak anak baru itu untuk berkeliling sambil mengenalkan seluk-beluk Inaba kecil kami. Yukiko menjelaskan panjang lebar tentang Inaba padanya. Sepertinya, ia menyukai Yukiko. Memang siapa yang tidak?

Aku pun memulai pembicaraan, "Hei, Amagi cantik kan?" dengan cepat ia menjawab,

"Ya." Wajah Yukiko yang awalnya tenang, mendadak memerah.

"Hentikan Chie…" katanya.

Sebelum aku berkata apa-apa, anak baru itu memotong, "Cantik itu kan relatif." ucapnya dengan santai.

R-Rela-tif…? Apakah-eh eh, apakaah… Aku juga cantik? Dalam benakku. Aku melamun, tanpa sadar aku cukup membuang waktu. Aku salah tingkah. Penempatan waktu yang salah, kucing. Seekor kucing manis lewat dan mengeong ke arahku. Aku menunduk dan mengelus kepala kucing itu, "Hai kucing, kamu naksir siapa?" tanyaku pada seekor kucing. Setelah ber-sarap-sarap ria, aku pun sadar. Yukiko dan Souji sudah jauh didepanku. Daan… Yang lebih mengagetkan lagi, mereka sedang bergandengan tangan. Apa aku tak salah lihat? Itu Yu-Yukiko k-kan?

Ingin kuhentikan tapi… Sebaiknya aku pulang, aku tak mau mengganggu momen indah mereka.

-::-

09.00 PM, Chie's room

Aku bukan tipe orang yang romantis dan suka menulis hal cengeng yang dinamakan, buku harian. Tapi kali ini pengecualian. Butuh pembuktian sejarah bahwa seorang Chie Satonaka pernah terjerumus ke dalam hal macam ini.

Dear Diary,

Hari ini aku ngomong sama kucing. Aku gila ya? Yukiko juga aneh, tumben-tumbennya dia meninggalkanku. Oh ya, ada anak baru juga, namanya Seta Souji. Rambutnya abu-abu, warna matanya senada, tinggi semampai, badannya tegap, dan entah kenapa wajahnya yang tampan—EH? Tunggu, coreeet!

Hari ini aku ngomong sama kucing. Yukiko juga aneh, tumben-tumbennya dia meninggalkanku. Oh ya, ada anak baru juga, namanya Seta Souji. Lucu ya, aku mau jadi Yuki-AAAH! Hari ini, hari sesat.

Hmm, kutarik kembali kata-kataku, memang ini sepertinya sangat sangat NGGAK mungkin, tapi… Mungkinkah dia ohok, cinta pertamaku? Aku harus mencari tahu tentang ini, aku harus memastikan, bahwa, aku tak suka padanya. Karena, ini sangat tidak masuk akal. Dia itu menyukai Yukiko. Apa mungkin ini kesempatan? Kalau aku mengalihkannya pada Yukiko… akan ada kemungkinan hal ini tidak terjadi kan? Tapi tidak ah, palingan ini Cuma ilusi. ILUSI~ eh.

.

.

.

4/13 Wed
Tak kuat aku menahan diri untuk tidak menggoda Yukiko, "UO-UWOO- Kemarin sedang apa yaa? Kok aku ditinggaal?" godaku.

"Uum,eh-ng-ah, maaf Chie lagian k-kamu sih, masa' ngomong sama kucing? Ng-nggak a-aneh tuh? L-lagipula a-aku buru-buru, mau b-bantu-bantu d-di Inn, m-maaf ya?" Yukiko gagap.

"Ehehe…" balasku lagi sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Yaa, setelah di pikir-pikir, aku kemarin memang aneh. Tapi… Mau gimana lagi? Dipuji oleh, aakh! Lupakan! Bukan memuji juga sih…tapi tetap! Aku tak boleh suka pokoknya, lagipula ia kan menyukai Yukiko… Sedih ya? Eeeh- nggak! Dan lagipula… ILUSI~

Tidak lama kemudian Souji datang, "Satonaka-san, maaf atas yang kemarin, gara-gara aku kau… Dan maaf lagi, sekarang boleh pinjam Yuki-chan sebentar ya?"

"Mau diapakan?" dengan gaya sinis-sinis tak sadar aku bilang begitu. Eits, 'Yuki-chan'? Sejak kapan?

"Tak apa Chie, sebentar saja kan Souji-kun?" kata Yukiko. SE-SERIUS? Apa-apaan nih! Kok Yukikoo-

"Yasudah," jawabku. Apaan lagi nih! Aduuh… Salah, harusnya aku mendukung, tapi… Aku sedikit nggak rela. NGGAK! POKOKNYA NGGAK BOLEH. Kenapa? Karena… Hum… Yaah… ILUSI~

Setelah itu, aku langsung duduk melamun di kursiku. Kenapa? Mau apa dia? Dia kan anak baru- kalo ada apa-apa… GET OUT YOU NEGATIVE THOUGHT!

"Oy, ditinggal temen ya?" Mulai deh yang ngejengkelin.

"Bukan urusanmu." Balas ku sambil melipat tangan di meja.

"Galak amat!" protes Yosuke sambil manyun.

"Biar." Ketusku. Dengan cepat aku meninggalkan Yosuke dengan omelannya sendirian.

Aku berlari, berlari, dan berlari mencari Yukiko ke segala tempat. Dan hasilnya, nihil. Aku pun memutuskan untuk pergi ke rooftop. Tempatku menatap ke langit dan melepas semua kesedihanku. Di pinggir tangga, sekilas aku mendengar suara yang tak asing. "Ya."

I-it-itu… Yukiko, "Yu…" Aah, aku keceplosan, aku segera menutup mulutku. Aku kembali berlari, dan berlari. Tetapi, tujuanku sekarang berubah. Bukan untuk mencari Yukiko lagi, melainkan, untuk menjauhinya, sementara.

.

.

.

Yukiko's POV

04/12 Tu—Early Morning
Hari ini King Moron memperkenalkan murid baru, Souji Seta.

Na-namanya, apakah dia… APA YANG AKU PIKIRKAN? Dia hanya seorang laki-laki biasa, seperti halnya semua laki-laki di sekolah ini. Berapa banyak sih manusia di Jepang yang namanya Souji Seta? Lagipula itu di Iwatodai kan? Memang saat itu kami sekeluarga sedang berlibur… Sekarang aku di Inaba. Seta, tapi tidak salah lagi, ini dia…

Senyum manisnya tidak raup diterpa angin, "Yuki-chan! Aku suka kamu!" sahut bocah kecil itu dengan polosnya.

-::-

"Ssh, Yuukikoo, kau suka ya?" Chie merusak lamunanku.

"Ah-hah? Umm… Tak tahu, Chie." Hmm, aku telah berdusta. Hal yang tak akan pernah aku lakukan ke Chie, tapi, apa iya bisa dibilang 'dusta' jika kita memang tak tahu? Hal ini akan kusesali suatu saat nanti…

Murid baru itu pun sepertinya akan duduk di sebelah Chie. Aku tahu. Aku hanya tahu. Getaran kecil pada kantung celana King Moron seketika menjadi pusat perhatian, "Bila, hujaan, turuun, lagi…" Inikah nada dering ponsel King Moron? Snrk… pikirku. Entah muncul darimana, Yosuke Hanamura lolos dari pengawasan King Moron yang sedang sibuk memaki lawan bicaranya tersebut. Go Chie, fight for your right! Gagal, Chie ngamuk.

-::-

Sepulang sekolah, kami mengajak murid baru itu untuk keliling Inaba. Aku menjelaskan panjang lebar kepada Souji tentang Inaba. Dia pun menyimak dengan baik, sampaai…

"Eh, Amagi cantik kan?" Chiee! Apa yang kau katakaaan?

"Ya." Jawab Souji, terlebih lagi, aku merasa pipiku menghangat. Malunyaa, pasti mukaku sangat merah sekaraang…

"Hentikan Chie…" balasku.

"Cantik itu kan relatif." lanjut Souji. Heh, Chie kau salah tingkah. Chie memang baru mendengar kata itu pertama kali keluar dari mulut laki-laki. Ini hanya imajinasiku, atau Souji berusaha mengalihkan topik? Beberapa langkah kemudian ia bertanya,

"Amagi-san? Uhm, maaf. Itu, Amagi Inn milik keluargamu kan? Apakah aku pernah bertemu denganmu sebelumnya? Wajahmu tampak tak asing."

Hening.

" …Aku teringat cinta pertamaku. Rambutnya hitam lurus sepertimu, kulitnya mulus seputih salju. Yang kutahu ia adalah anak keluarga Amagi. Pernah kah kau mengunjungi Kuil Naganaki di Iwatodai beberapa tahun yang lalu?" tanyanya.

"Y-ya, kau benar." Balasku.

"Pada saat…" ucapku bersamaan dengannya, aku menghentikan langkahku, ia pun melanjutkan kalimatnya.

"Bulan purnama. Ingat seorang anak lelaki kecil di taman?..." So-Souji? Kau-

"…Kau menyapanya, 'Hai, aku Amagi, kau siapa?' dan anak itu menjawab 'Aku anak keluarga Seta. Seta Souji.' Lalu kau berkata, 'Panggil aku Yuki.' Semenjak itu, aku…" Seketika aku tersentak.

"S-Souji-kun? A-a-aku tak percaya, kau…" kalimatku terputus. Aku menutup mulutku, nada bicara Souji berubah…

"Amagi Yukiko, tujuanku ke sini hanya untuk menemuimu." Seketika ia berlutut dan menggenggam tanganku.

"…Karena, kaulah cinta pertamaku."

-::-

Aku baru sadar, "Chie, Chiee! Dimana kau?" saat itu aku tak sengaja meninggalkan Chie. Aku bodoh. Mengalihkan topik, dan telah terbawa suasana, aku meninggalkan sahabatku demi seorang… Walau iya, tapi aku tetap salah.

"Tadi ia sedang berbincang dengan seekor kucing." Kata Souji.

Pfft- Chie, maafkan aku, gara-gara aku kau tertinggal, tapi… Eh-tak salah tuh? "Snrk… UHUHU, WAHAHA!"

"Bukan salahmu, aku yang minta maaf, aku terlalu asik mengajakmu bicara dan melupakannya." Potong Souji.

"…Ngomong-ngomong, aku selalu suka tawamu." Lanjutnya, entah itu hinaan atau pujian tetapi…kalimat itu terus bergema di kepalaku.

"Haaah…" wajahku sangat, sangat merah. Aku tak dapat mengelak lagi, ya cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

"Yuki-chan, lebih baik kau sekarang pulang, sudah sore, mungkin ia juga sudah pulang. Aku akan menemanimu sekaligus mengantarmu. Tujuan berikutnya, Amagi Inn?" sambungnya.

"I-i-iya, terima kasih Souji-kun." Maafkan aku Chie.

"Take my hand tonight, let's not think about tomorrow. Take my hand tonight, we can find some place to go. 'Cause our hearts are locked forever and our love will never die. Take my hand tonight one last time.

The city sleeps and we're lost in the moment. Another kiss as we're lying on the pavement. If they could see us they would tell us that we're crazy. But I know they just don't understand. (The feeling of losing something important, and finding one at the same time.)
Close your eyes and please don't let me go"

Pertemuan kami saat itu ditutup dengan sebuah kecupan lebut di bibirku, setiap detik yang terlewat mengingatkanku dengan janji kecil kami semasa dulu,

"Jika kita bertemu lagi, hari selanjutnya, kau harus menjadi pacar pertamaku, janji?" kata Souji-kun kecil sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji!" balasku, jari kelingkingku pun menjawab kelingkingnya.

-::-

10.30 PM, Yukiko's room

Dear Diary,

Akhirnya, aku menemukan cinta pertamaku yang hilang, Seta Souji. Kuharap, ia masih ingat janjinya waktu itu. Aku selalu menjaga janji itu, hari esok. Akan selalu kutunggu. Tunggu sebentar lagi, besok akan kuceritakan. Apakah ia menepatinya, atau melanggarnya. Kuharap hari ini bukan mimpi…

.

.

.

4/13 Wed
Aku tahu persis bagaimana sahabatku. Jika ia melihat kejadian kemarin, pasti… Ia akan menggodaku, "UO-UWOO- Kemarin sedang apa yaa? Kok aku ditinggaal?" tepat sasaran, wajahku merah padam.

"Uum,eh-ng-ah, maaf Chie lagian k-kamu sih, masa' ngomong sama kucing? Ng-nggak a-aneh tuh? L-lagipula a-aku buru-buru, mau b-bantu-bantu d-di Inn, m-maaf ya?" maaf lagi Chie, aku panik.

"Ehehe…" Kata Chie. Untunglah ia percaya. Chie memang sahabat yang terbaik. Sedangkan aku? Mungkin aku tak pantas menjadi sahabatnya…

Tak lama kemudian Souji datang, "Satonaka-san, maaf atas yang kemarin, gara-gara aku kau… Dan maaf lagi, sekarang boleh pinjam Yuki-chan sebentar ya?" aw, Yuki-chan, ya, kemarin memang bukan mimpi!

"Mau diapakan?" kata Chie dengan, sinis? Chi-Chie, maaf, kau marah y-ya…?

"Tak apa Chie, sebentar saja kan Souji-kun?" aku berusaha menenangkan Chie, tapi sepertinya aku malah memperparah keadaan. Yosuke, cepatlah datang dan hibur Chie…? Satu detik setelah aku pergi,

"Oy, ditinggal temen ya?" Yosuke nimbrung dengan gaya sok cool-nya. Untunglah, hihi Yosuke, mungkinkah…

Ada 2 kemungkinan;
1. Kau masih suka kepadaku, dan kau ingin aku bahagia.
2. Kau menyukai Chie~

-::-

Souji menarikku berlari ke suatu tempat tanpa menghiraukan berapa pasang mata yang memerhatikan kami.

"Yuki-chan, cepat jika kau tak mau ada yang tahu kemana kita akan pergi." Ucapnya saat itu juga.

"Mau ke mana-hah-Souji-kun…?" tanyaku terengah-engah sambil berlari mengikutinya.

"Nanti kau juga akan-hah-tahu." Jawabnya. Saat ini juga mungkin Chie akan mengejarku. Jadi…

"Baiklah Souji-kun-hah- cepat, aku yakin sekarang Chie, sudah mengejar kita."

"-hah-Di sini, kita berhenti di sini." Langkah Souji terhenti di pinggir tangga menuju atap.

"Err… Souji-kun?"

"Ya, di sini. Di sini, saat ini, aku akan mengingatkanmu, tentang janji kita dulu." Wajahku memerah. Ia memang tak lupa janji-nya waktu itu…

"Saat itu, kita berjanji. Kau ingat? Tepat di bawah bulan purnama, seorang Souji kecil menyatakan janjinya,

'Jika kita bertemu lagi, hari selanjutnya, kau harus menjadi pacar pertamaku, janji?' sahut Souji kecil sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Sekarang adalah harinya. Selama itu, aku selalu menjaga janji kita, kuharap kau…" ia ingat…

"Ya." Jawabku berseri-seri.

"Jadi, maukah kau menjadi pacar pertamaku, sekaligus menepati janjimu mulai hari ini, saat ini, dan seterusnya?" pengakuannya yang kutunggu-tunggu, terucap.

"Iya," jawabku. Tanpa sadar aku meneteskan bulir-bulir air mata, air mata bahagia.

Saat itu juga, aku menemukan satu lagi bahu untuk bersandar disaat suka maupun duka, Seta Souji. Ia memelukku dengan erat dan berkata, "Terima kasih, Yukiko Amagi… Aku tak akan menyesali ini."

"Aku… juga."

.

.

.

Hari ini, adalah hari dimana aku mengambil langkah besar, dan hari dimana aku menepati janjiku, kepada Souji Seta. Seorang Souji Seta, sosok yang telah lama menghilang dari kehidupanku.

TBC

Mind to review?

Saya menerima saran dan kritikan, flames? Ya, terima deh… Mungkin beberapa dari readers sudah pernah baca fic Sayane yang ini, ada cukup banyak perubahan yang terjadi. Banyak yang Saya perbaiki, ternyata…GRAMMAR SAYA DULU JELEK BANGEEET! (walaupun sekarang masih jelek, tapi paling tidak sudah ada perbaikan~ hehe)