My Life
Naruto X Dxd High School
Disclammer : Naruto & Highschool Dxd Bukan punya saya
Pairing : Naruto x ... ?
Genre : Supranatular, Romance
Summary : Ini hanyalah sepengal cerita tentang seorang anak adam yang menjalani hidupnya sendiri. Dengan kekuatan terpendam yang ratusan tahun sudah menghilang. Apakah Naruto berhasil menguasainya? Atau malah diperbudak olehnya?. Ingin tahu? Baca kelanjutan Cerita ini.
No Like No Read
.
.
.
Disebuah rumah kecil ditepi kota Kuoh. Rumah yang terbuat dari material kayu itu terlihat indah dengan tanaman yang yang berjejer rapi dikanan dan kiri jalan setapak yang menghubungkan trotoar dengan rumah itu. Disana juga terdapat kolam ikan yang terletak disebelah pohon apel yang buahnya baru setengah masak. Saat ini hari sudah menunjukkan tanda tanda pagi hari dengan langit yang tadinya hitam pekat sudah menjadi putih kebiru biruan. Burung burung berkicau ria satu sama lain sambil bertengger diatap atap rumah penduduk ataupun ranting pohon. Adapun yang kelihatan sedang bermain kejar kejaran ala burung. Matahari nampak masih enggan menunjukkan dirinya kehadapan publik namun cahayanya sudah mulai menyinari kota Kuoh dengan kehangatannya. Para warga sudah mulai melakukan aktivitas aehari hari mereka seperti berjualan dipasar, berbelanja kebutuhan sehari hari, pergi kekantor dan ada yang pergi kesekolah bersama teman sambil bercanda ria ditrotoar jalan. Pemandangan yang biasa dengan kehidupan yang biasa pula.
Sebuah horden nampak disibakkan oleh seseorang didalam rumah indah bermaterial kayu itu. Tepatnya didalam kamar dengan seorang anak adam yang sedang menguap dengan lebarnya. Rasa kanyuk nampaknya masih meninggalkan bekas bagi diri anak adam itu. "Sudah pagi ya? Cepat sekali!" Gumam Pemuda itu dengan suara serak khas orang baru bangun. Pemuda bersurai silver itu mengucek kedua matanya beberapa kali, berharap bisa memperjelas penglihatan yang nampak kabur sesaat. Pemuda itu berbalik setelah puas menatap jalanan didepan rumahnya yang dilintasi oleh beberapa kendaraan bermotor.
Dia mengambil handuk yang tergantung disebelah pintu kamar miliknya yang bercat biru tua sebelum menuju kekamar mandi yang terletak disebelah dapur dengan langkah gontai khas orang baru bangun tidur.
Butuh sekitar dua puluh menit untuk dirinya melakukan aktivitas dikamar mandi. Air yang dingin saat pertama kali Dirinya membasahi tubuhnya membuatnya berteriak kemudian menggigil. Dirinya tidak tahu kenapa bisa air pagi hari ini sangat dingin. Tidak seperti biasanya yang hangat Nan menyejukkan. Dia bersumpah dilain hari akan mengecek air kamar mandinya dengan tangan sebelum menguyur secara langsung. Jika tiap hari seperti itu bisa bisa ia mati kedinginan. Kan tidak elit jika seorang Pemuda ganteng Nan pintar sepertinya masuk koran hanya karena mati kedinginan.
Lupakan soal tadi. Saat ini dirinya sedang berada didapur dengan seragam kuoh yang sudah terpasang rapi ditubuhnya. Pengecualian dengan resleting baju yang terbuka menampakkan kaos merah polos. Tas berwarna hitam persegi yang dimiliki setiap anak sekolahan nampak ditaruh disalah satu kursi meja makan berbentuk bundar. Melihat tidak ada makanan diatas meja makan membuatnya harus membuka lemari makanan yang sialnya hanya terdapat sekotak Cup ramen didalamnya. Dia menghela nafas pelan. Rencana memakan lima cup ramen yang direncanakannya malam tadi pupus sudah hanya karena kehabisan stock cup ramen. Kelihatannya Dia harus berbelanja setelah pulang sekolah nanti. Dan untuk saat ini, Dirinya harus bersabar karena hanya bisa memakan satu cup ramen.
Hanya butuh lima menit untuk dirinya membuka penutup cup ramen, memasukkan bumbu yang sudah satu set dengan cup ramen, menyeduh, hingga menunggu tiga menit agar mienya matang. Jujur, baginya menunggu tiga menit agar mienya matang adalah neraka dunia. Dirinya harus menahan gejolak yang terus membuncah agar tidak langaung melahap cup ramen tersebut beserta mangkok dan sumpitnya. Tiga menit akhirnya berlalu dan kini dirinya sedang duduk dikursi meja makan dengan mata berbinar yang tak lepas dari cup ramen. "ITADAKIMASUUU!"Setelah berteriak dengan suara cempreng miliknya, Dia memakan mie ramen yang tadinya didepan meja dengan ganas.
Hanya terdengar suara desahan didapur itu sebelum Pemuda silver itu menyeruput kuah yang tersisa. "Slurrpp..! Ahh.. !" Pemuda itu kemudian menyeka sisa sisa makanan yang terdapat disekitar mulutnya dengan lengan tangan sebelum bersandar disandaran kursi. Kedua tangannya terkulai disisi tubuhnya. Senyuman kini nampak terbit diwajah penuh kelegaan dan kenikmatan itu. "Memanglah mie ramen adalah makanan para dewa! Huhuhu... rasanya bikin tubuh serasa sepuluh tahun lebih muda!" Racaunya dengan tangisan bak sungai diwajahnya. Namun tangisan itu terhenti ketika mendengar sebuah suara yang terletak ditangan kanannya. Seketika dia berdiri dari tempatnya dengan wajah pucat pasi bak mayat dan mata yang membulat sempurna. "Oh my Gud! I'm terlambat ke School!" Tanpa menghiraukan kursi yang tergeletak ditanah karena ulahnya yang tiba tiba, Dia langsung berlari dengan kencang menuju keluar rumah dengan tas yang sudah berada ditangannya.
.
.
.
Sebuah sepeda sport melaju dengan kencang ditrotoar jalan yang nampak lenggang. Pemuda bersurai silver yang menaiki sepeda sport itu nampak mengayuh dengan keras pedal sepedanya. Angin berhembus kencang menerpa Dirinya membuat rambut silvernya terhembus kebelakang. Hanya karena masalah sepele Dirinya terlambat, yakni tidak melihat jam. Baik yang tergantung dikamar miliknya dan juga yang dipakai ditangan. Memang sih ini bukan pertama kalinya Dirinya terlambat kesekolah. Sudah hampir lima kali dirinya terlambat dan ini yang kelima kalinya kalau tidak salah. Dan Sebab itulah Dirinya tidak mau dan tidak akan lagi terlambat kesekolah. Empat kali terlambat sudah mengajarkan Dirinya untuk tidak terlambat. Karena pasti Kaichou galak itu akan menghukumnya lagi. Jika hukuman biasa sih dirinya sanggup seperti menyapu halaman sekolah, menghormat tiang bendera ataupun yang lain. Ini coba, disuruh mencuci WC perempuan.
Pikirkan Sob bagaimana malunya kalian jika disuruh seperti itu. Masih mending jika pelajaran sedang berlangsung. Pernah sekali ada seorang perempuan yang masuk dan ketika melihat dirinya, Perempuan itu berteriak yang otomatis membuat yang lainnya berdatangan. Pukulan demi tamparan ia terima hingga akhirnya membuat wajah kerennya babak belur dengan wajah memerah.
Untung Kaichou datang dan menjelaskan semuanya pada para perempuan perempuan itu jika tidak maka ia akan dicap mesum dan cabul oleh para perempuan itu seperti trio mesum. Entah dirinya harus bersyukur atau menyesal saat itu. Sudahlah, memikirkan itu hanya membuag kepalanya sakit. Dan kali ini, entah hukuman apa lagi yang kaichounya berikan padanya.
Satu belokan lagi dan akhirnya Ia akan sampai didepan gerbang Kuoh membuatnya bersemangat dan mengayuh sepeda putihnya lebih cepat, tak menyadari bahwa seorang wanita sedang berjalan pelan dengan tas yang berisi beberapa sayuran. Saat hendak berbelok, Pemuda bersurai silver itu membulatkan matanya saat melihat ada seorang wanita yang juga akan berbelok didepannya. "HEI! AWASSS!" Suara decitan terjadi antara ban dengan tanah ketika Pemuda silver itu menekan kuat kedua rem tangan sepedanya. Namun karena kecepatan sepeda yang terlalu kencang dan jarak yang dekat membuat keberhasilan selamat sedikit.
"KYAAA..!" Wanita itu sontak kaget dan berteriak ketika melihat sebuah sepeda melaju kencang kearahnya. Tas belanjaan yang dipegangnnya jatuh kebawah dengan isinya yang sudah berserakan. Para pejalan kaki yang mendengar suara teriakan akhirnya berhenti dan menoleh keasal dan mata mereka juga membola melihat sebuah sepeda yang melesat kencang kearah seorang wanita yang sudah menutup matanya, pasrah akan apa yang akan terjadi.
Semuanya nampak pelan dimata Pemuda itu dan dengan jantung yang tiba tiba berdebar lebih kencang daripada sebelumnya, Pemuda itu memakai cara yang menantang maut yaitu memakai kakinya untuk mengerem sekaligus membelokkan haluan dan ternyata cara itu berhasil. Sepeda pemuda itu nampak berbelok ketika hampir menabrak wanita itu dengan jarak tak lebih dari 1 cm meter. Angin berhembus kuat menerpa tubuh wanita yang terdiam itu membuat rambut yang tadinya tergerai terbelai kencang kebelakang begitu juga dengan rok agak panjang yang terhembus keatas menampakkan segitiga putih yang disenangi para pria.
Hal itu tentu saja membuat para pejalan kaki pria ditotoar sebelah yang tadinya tegang berubah menjadi wajah mesum yang menjijikkan. Kekehan mesum terdengar yang diikuti aliran darah yang mengalir dari hidung para pejalan kaki itu. 'Oh, Kami-sama, terima kasih karena telah memperlihatkan surga kepada kami.' Batin para pejalan kaki pria itu. Beruntunglah yang berjalan sendirian dan menangislah yang berjalan beraama ibu, keluarga, istri maupun pacar mereka.
Merasakan tidak ada yang sakit ditubuh ataupun terjatuh dan hanya angin yang tiba tiba berhembus kencang kearahnya membuat wanita itu sedikit membuka matanya. 'Kok tidak sakit? Oh, a-apakah aku sudah mati?' Batin wanita itu kebinggungan. Namun, melihat dirinya masih ditrotoar dengan berbagai orang yang menatapnya takjub membuatnya yakin kalau dirinya masih hidup. Apalagi dengan belanjaannya yang berserakan. Tanpa sadar, Dirinya bernafas lega. 'Kupikir aku sudah mati! Tapi syukurlah kalau belum!'
Tapi dimana Orang dengan sepeda yang menabraknya? Dan belum lagi... kenapa orang orang menatao takjub kepadanya? Apa dia melakukan sesuatu yang hebat? Kelihatannya tidak. Dia hanya berdiri disini setelah melihat sebuah sepeda melesat kearahnya. Pertanyaan demi pertanyaan masuk keotak wanita itu membuatnya frustasi karena tidak bisa menjawabnya padahal dirinya dulu selalh juara dikelasnya.
"Apa kamu tidak apa apa? Ada yang terluka? Maaf jika hampir menabrakmu!" Sebuah suara dengan nada khawatir membuatnya menoleh dan ternyata suara itu berasal dari Pemuda yang hampir menabraknya. Tatapan khawatir dari iris shappire itu membuatnya membeku. 'Matanya... Indah sekali.' Dia terdiam beberapa saat menciptakan hening yang melanda mereka berdua begitu juga dengan para pejalan kaki yang juga ikut terdiam. Mengabaikan beberapa kendaraan yang melintas dijalan raya beraspal dan juga waktu yang terus berjalan.
Tidak ada tanggapa membuat keningnya berkerut. 'Ada dia shock? Atau..' pemikirannya terhenti dengan gelengan kepalanya. "Hei! Anda tidak apa apa? Apa anda terluka?" Tanyanya dengan nada formal dan sedikit cemas. Tangan kanannya dikibaskan didepan wajah Wanita itu yang masih terdiam.
"Eh..?" Wanita itu mengedip gedipkan kedua mata hijaunya beberapa kali sebelum menoleh kepemuda didepannya. "Apa kamu tidak apa apa? Ada yang terluka?" Tanya Pemuda itu lagi dengan kesabaran yang tinggi. 'Nih wanita kenapa ya?' Tanya Pemuda silver itu kebinggungan.
"Ah.. Tidak apa apa kok. Meski sedikit shock tapi saya tidak apa apa kok!' Wanita itu memberikan senyuman yang membuktikan kalau dirinya tidak apa apa. "Tapi..."
"Tapi apa!?" Pemuda itu bertanya dengan cepat. Pandangan khawatir tertera diiris biru samudra miliknya. Dalam hati Pemuda itu berdoa dengan kecemasan yang melanda. 'Kami-sama bantulah anakmu ini! Janganlah Wanita didepan saya melaporkan kepolisi. Saya masih mau hidup bebas yang artinya tidak mau dipenjara! Kumohon Kami-Sama!'
Wanita itu menoleh kebelakang, dimana belanjaannya yang berserakan. "Tapi belanjaanku tidak bisa dipakai lagi untuk memasak. Mereka sudah kotor. Hiks! A-aku juga sudah tidak punya uang lagi. Gimana ini? Huaaa..!" Tangisan wanita itu yang lama kelamaan semakin keras membuatnya salah tingkah.
'Aduh bagaimana ini? Aku tidak mau dicap penjahat... Oh Kami-sama tolonglab anakmu yang manis imut dan ganteng ini.' Batin Pemuda silver itu panik. "A-ah. Jangan menangis Wanita-san. Um, begini saja, biar aku yang menganti semua belanjaanmu. Bagaimana?" Tanyanya tidak yakin.
Seketika tangis wanita itu terhenti. "Benarkah?" Tanya wanita itu dengan mata berbinar dan penuh harap. Naruto mengangguk ragu dengan setetes keringt yang muncul dipelipis.
'Kalau begini maka aku tidak akan kesekolah. Jika pergipun pasti akan telat dan gerbangnya sudah ditutup. Aku pun juga tidak mau dicap penjahat.' Akhirnya Pemuda itu beserta dengan wanita yang hampir ditabraknya pergi kepasar dengan sepeda milik Pemuda silver itu. Para penonton ditrotoar sebelah pun kembali berjalan seolah olah tidak terjadi apa apa.
.
.
.
Hari sudah siang saat Pemuda silver itu mengantar wanita itu sampai kerumahnya dengan selamat membuatnya menghela nafas lega. Setelah wanita itu mengucapkan terima kasih dan berjalan memasuki rumahnya. Naruto kembali mengayuh sepedanya menuju kerumah. Dijalan, Naruto melihat teman sekelasnya bersama seseorang berjalan ditrotoar yang aeahnya berlawanan dengan Dirinya membuatnya harus bersembunyi disebuah toko buku agar tidak diketahui. Namun sialnya, Dia malah bertemu dengan Orang yang tidak mau sitemuinya yaitu Sona sitri, sih ketua Osis yang terkenal galak, bermuka tembok plus dingin meski terlihat cantik namun jika kau mengenal sifatnya maka kau akan menarik kata katamu.
"Mau kemana kau, Uzumaki Naruto!?" Kini, Sona sitri sedang berada didepannya dengan wajah datar dan dinginnya. Ditangan Sona terdapat beberapa buku yang bisa ia tebak akan dibeli oleh Sona. Naruto berkeringat dingin mendengar nada tajam Kaichounya.
"U-um.. sa-saya ingin membeli buku, Kaichou. Y-ya. Buku." Naruto mengangguk cepat seraya melirik kesana kemari untuk mencari sebuah buku. Setelah mendapatkan buku yang ia terpaksa cari akhirnya ia mengambilnya dan memperlihatkannya kepada Sona.
Sona menyipitkan mata dibalik kacamata miliknya sebelum memperbaliki kacamata yang melorot dengan kedua jarinya. "Kau mau membeli buku itu!? Tak kusangka Uzumaki ternyata penyuka sesama jenis!" Ucap Sona dengan nada tak percaya. Naruto mengerutkan keningnya. Penyuka sesama jenis? Apa yang Kaichou maksud?
"Lihatlah buku yang kau ambil, Uzumaki-san!" Perintah sona ketika menangkap raut wajah Naruto. Naruto segera membalikkan buku yang dia ambil dan membaca judulnya. Wajahnya menjadi merah bak tomat busuk. Dia melirik kesekitar dan mendapati tatapan jijik dari wanita dan kagum dari laki laki. Dia juga bisa mendengar bisikan dari pengunjung yang melihatnya meski samar samar.
'Ukh. Malunya tuh disini.' Ringgis Naruto dalam hati. "A-ah.. aku bisa jelaskan kok, Kaichou! Hehehe!" Senyum canggung menghiasi wajah merah Naruto. Meski tidak semerah tadi. Tak mendapat jawaban dan hanya tatapan datar dari Kaichou membuatnya mengarukkan belakang kepala silvernya tanda gugup.
Hening melanda mereka berdua sebelum dipecahkan oleh Sona. "Cepat jelaskan! Tunggu apa lagi!?"
Naruto mengangguk pelan dengan tubuh yang lemas. Berbohong pun percuma karena kaichounya sudah tahu. Apa ini karma baginya karena hampir menabrak seseorang tadi? Ah, biarlah.
Naruto menghirup nafas sebelum menghembuskannya kembali untuk mengumpulkan keberanian sebelum menceritakan kejadian tadi pagi kepada Kaichou. "Tadi pagi aku tidak masuk sekolah karena aku bangun kesiangan. Setelah tahu aku langsung berlari kegudang untuk mengambil sepeda. Beruntung aku sudah mandi dan berpakaian lengkap. Jadi aku mengayuh sepeda dengan kecepatan maksimal. Tinggal belokan dan aku hampir sampai namun disaat aku mau membelok ada seorang wanita berlawanan arah jadi tiba tiba aku berteriak menyuruhnya awas namun wanita itu hanya terdiam dan menutup matanya jadi aku langsung mengerem namun karena jarak dan kecepatan sepeda yang tidak mau kompromi maka persentase keberhasilan sedikit jadi aku langung memakai kakiku untuk mengerem sekaligus membelokkan. Dan ternyata berhasil. Kami berdua selamat namun kami menjadi tontonan orang ditrotoar. Karena tidak mau menjadi penjahat yang tidak bertanggung jawab akhirnya aku menanyakannya. Sialnya belanjaan yang dibawahnya terjatuh. Hal yang selanjutnya terjadi adalah wanita itu menanggis. Aku salah tingkah jadinya dan akhirnya aku menganti barang miliknya dan mengantarnya pulang. Begitulah ceritanya Kaichou." Jelas Naruto dengan helaan nafas yang keluar dari mulutnya.
Sona hanya diam mendengar apa yang dibicarakan Naruto. Hening lagi beberapa saat. "Kau tetaplah salah Uzumaki-san. Dari ceritamu tadi, bisa kusimpulkan bahwa semalam kau tidur terlalu larut sehingga bangun kesiangan. Dan juga bukannya bisa kau menaiki sepedamu pelan pelan atau setidaknya tidak sampai ngebut? Lihat apa jadinya? Kau hampir menabrak seorang wanita. Dan juga tidak ada alasan bagimu untuk tidak datang kesekolah. Setidaknya datanglah sebentar dan beritahu apa yang terjadi kepada Kochou ataupun saya. Jadi besok pergi keruanganku untuk mendapat hukuman dariku." Naruto melonggo mendengar ceramah dari Sona dengan nada datar.
"Panjang banget!" Batin Naruto. Alasan kenapa Naruto melonggo bukan karena ucapan Sona yang kepanjanggan tapi otaknya yang lama memproses apa yang diucapkan Sona. "Apa kau mengerti Uzumaki-san?" Pertanyaan Sona membuat Naruto tersentak. Naruto hanya bisa mengangguk pelan.
Sona melirik datar kebuku yang masih dipegang Naruto. "Dan balikkan buku itu ketempatnya, Uzumaki-san. Kita tidak mau terjadi hal hal yang diluar dugaan bukan?" wajah Naruto memerah mendengar ucapan Sona dan langsung saja Naruto mengembalikan buku yang diambilnya tadi ke rak dimana buku itu berada.
"Aku pergi dulu, Uzumaki-san!" Sona berjalan menuju ke kasir meninggalkan naruto yang masih benggong ditempat. Beberapa pengunjung yang melihatnya pun menatap aneh.
'Ah, besok akan jadi hari yang panjang!' Pikir Pemuda silver itu.
.
.
.
TBC
Maaf jika banyak kesalahan penulisan atau apapun. Jika bisa para senior atau senpai membantu mengreview cerita ini agar bisa membantu author newbie ini menjadi senior... heheheh...
Pairing bisa kalian pilih..
Tapi aku sudah memilih satu.. jika mau harem boleh saja... jadi pilihlah Mana Pair yg kalian suka..
Aku jamin cerita ini anti mainstream...
Jadwal update gk tentu... bisa dua hari, 3, 4, 5 ataupun 1 minggu namun akan KUUSAHAKAN SECEPATNYA KARENA INI MASIH HARI LIBURAN.. hahah
SOMEONEGIRL LOGOUT... DADAHH
