"Maaf, Baby. Bisa kau ulang apa katamu tadi?"
Seungkwan memasang Fake smile. Hatinya sudah sakit sekali untuk sekedar tersenyum lebar seperti biasa, dia tidak bisa berpura-pura. "Aku sedang menjelaskan padamu, kita berada dihubungan tanpa arti. Aku yakin kau tak pernah memiliki rasa apapun padaku. Kau menerimaku karena kasihan saja, sebatas ingin balas budi karena aku membagi Ginjalku kepada Jeonghan-hyung dan bisa membantunya bertahan hidup."Seungkwan berkata pelan. Menjelaskan kebingungan yang dirasakan pemuda berwajah blasteran didepannya. "Perasaanmu kepadaku hanya sebatas kasih sayang Kakak kepada adiknya, tidak lebih."
Joshua menggeleng, matanya menyorot tidak setuju. "Kenapa kau berkata seperti itu, apa aku melakukan kesalahan. Setelah kau kembali dari Jeju, kau jadi seperti meragukanku, ada apa sebenarnya, Boo Seungkwan?"
Seungkwan menggeleng, bibirnya tersenyum sendu. "Aku tahu 2 bulan lagi kau akan bertunangan dengan seorang gadis pilihan keluargamu."
Mata Joshua membulat, kentara sekali dia terkejut. "Aku bisa jelaskan."kata Joshua berniat menautkan jemarinya dengan Seungkwan, tapi pemuda berwajah chubby itu menepis pelan jemari besar Joshua.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Kata pertunangan sudah membuatku mengerti, Joshua-hyung. Jadi, ini pertemuan terakhir kita dan hubungan kita juga berakhir sekarang."dengan itu Boo Seungkwan beranjak pergi, meninggalkan Joshua ditaman belakang Sekolah sendirian. Termenung dalam kebingungan.
'...Maafkan aku, Baby. Jika bisa, aku juga tidak ingin ini terjadi. Kau tidak tahu, sayang. Aku juga sakit hati gara-gara perjodohan itu...'
.
Judul : Be Mine
Pairing
Choi Vernon Hansol x Boo Seungkwan
Slight Pair
Temukan dan Klaim detik itu juga.
.
Desclaimer : Mereka punya PLEDIS Ent. But, this is story is mine. Yeah, punya Gitar Biru. Author lebay yang akan kesel ketika dipanggil THOR.
.
Rate : T aja ya. Kalo M, gak kuat. Kalo kumat –mesumnya- bisa bikin yang ekhem-ekhem ntar. Eheueheu.
Well, Langsung Baca aja sebelum saya kebanyakan ngobral.
.
.
.
Seungkwan kini berada diatas atap sekolahannya. Dia sengaja membolos. Ingin menyendiri. Bohong kalau dia baik-baik saja ketika memutuskan hubungannya dengan Joshua. Hong Joshua. Pemuda yang jelas-jelas Ia cintai setulus hati. Munafik kalau dia merelakan Joshua, hei mereka sudah saling berbagi kasih dan sayang selama 2 tahun, sejak 3 SMP. Dan astaga, hubungan mereka terlalu mudah untuk diputuskan setelah sekian lama berhubungan. Terikat satu sama lain, atas nama saling mencintai atau itu hanya pemikiran Seungkwan saja.
'...Betapa naifnya diriku...'
Mimik wajah Seungkwan berganti remeh dan sedih juga. "Bodohnya Kau Seungkwan. Mana mungkin pemuda setampan Joshua bisa mencintai orang cacat sepertimu."air mata itu mulai menggenang, memenuhi wajah chubbynya yang mulai menyusut, jika dilihat lebih jelas kau bisa menemukan betapa keringnya bibir yang selalu terlihat segar itu. Kau bisa mengatakan Seungkwan cukup berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya, dengan mengatakan bahwa dia baik-baik saja padahal nyatanya tidak.
'...Ah, Tuhan...aku lelah sekali...' Seungkwan bergumam penuh kesedihan didalam innernya.
Cklek!
Suara pintu yang terbuka membuat Seungkwan segera menoleh dan mendesah lega ketika menemukan Choi Hansol diambang pintu, menatapnya dengan ekspresi dingin tak terbaca. Mirip seperti Joshua. Ah, Joshua lagi. Seungkwan mengalihkan pandangan dari sosok Hansol dan menyembunyikan wajahnya diantara ke-10 jemarinya. Lalu mengacak rambut hitamnya asal-asalan.
"Kenapa?"suara bariton Hansol merasuk dalam pendengarannya. Tanpa intonasi dan to the point, ciri khasnya. Ketika Seungkwan menoleh kearah Hansol yang telah berdiri disampingnya, menyandarkan tubuh semampainya pada dinding didekat Seungkwan.
"Bukan urusanmu. Pergi sana, kau menganggu saja Hansol-sshi."sungut Seungkwan. Ia terlihat sibuk menghapus jejak air mata yang masih saja menetes deras. "Akh, ini memalukan."gerutu Seungkwan, merasa dirinya begitu memalukan harus bertingkah cengeng didepan pemuda tak berperasaan seperti Choi Hansol. Bahkan Hansol adalah murid pindahan dan baru 1 minggu disekolahnya, dan juga satu kelas dengan Boo Seungkwan. 1 bangku pula. Jadi, meski baru mengenal 1 minggu, Seungkwan yang periang dan mudah bergaul itu sudah cukup mengenal tabiat Hansol. Jadi, dia tidak kaget lagi ketika Hansol mau berinteraksi dengan Seungkwan.
"Menangis bukan berarti Kau menyedihkan."kata Hansol lagi.
Seungkwan tidak menanggapi, karena dia menangis lagi. Kali ini lebih keras dan jelas lebih berisik dibandingkan tadi. "Hueee, aku cengeng sekali. Hiks. HUAAAAA!"
Hansol mengerjap kaget, dia menggaruk kepalanya dengan canggung. Ia berjongkok didepan Seungkwan. Ketika dua lensa Hazelnya memperhatikan wajah Seungkwan yang mendongak, dengan wajah menangisnya yang lucu, mau tak mau bibirnya terarik kekiri, merasa geli. Seungkwan tidak hanya menangis tapi mengeluarkan ingus. Itu menjijikan tapi juga menggemaskan. Apalagi saat Seungkwan menghapus air matanya dengan menggunakan jemari-jemari kecilnya.
'...dia lucu sekali...'pikir Hansol.
"Kau menangis seperti bocah. Menyedihkan sekali."komentar Hansol.
"Apa?"tanya Seungkwan, mimik menangisnya berganti marah. Pipi chubby itu nampak memerah karena kesal. "Kau sendiri yang bilang, tidak ada salahnya menangis. Dan sekarang kau malah mengejekku."
Hansol mencibir, raut gelinya berganti datar lagi. "Aku tidak mengatakan kau harus menangis keras-keras seperti tadi. Lagipula umurmu sudah hampir 17 tahun, jadi berpikirlah lebih dewasa. Jangan menangis hanya karena putus dengan pacarmu."
Setelah berkata seperti itu Hansol tidaklah pergi malahan pemuda berwajah kebaratan itu mendudukan diri didepan Seungkwan, duduk bersila, satu lengannya dijadikan sebagai tumpuan kepalanya. Mata hazelnya menyorot tak terbaca.
Seungkwan sedikit salah tingkah saat dilihat sebegitu intens oleh Hansol. Bukan gugup tapi risih. "Apaan sih, kenapa kau melihatku seolah aku ini makanan. Mengerikan tau!"protes Seungkwan, sambil mengarahkan mata kesudut lain. Yang penting tidak melihat kearah Hansol.
"Kau sudah lebih lega?"tanya Hansol. Dengan suaranya yang datar dan berat.
Seungkwan mengangguk pelan. Ia masih menatap kearah kiri, tidak menatap Hansol sama sekali. Jemarinya bertaut erat. Bahunya terangkat tegang ketika telunjuk kiri milik Hansol mengusap pelan air matanya yang lagi-lagi masih terus menetes.
"Jangan menangisi orang yang tidak mencintaimu. Jika seseorang sudah membuatmu menangis seperti ini berarti Ia tidak pantas menerima ketulusan cintamu."Hansol menarik jemari telunjuknya yang Ia gunakan untuk mengusap tetes air mata milik Seungkwan.
Ia membawa tubuhnya merangkak kearah Seungkwan, menarik dagu Seungkwan. Sedikit memaksa agar pemuda yang sejak tadi salah tingkah itu mau menatapnya. "Kau Jones sekarang?"tanya Hansol dengan seringaian yang menurut seorang Boo Seungkwan terlihat tampan sekaligus menyebalkan dalam satu waktu.
Seungkwan berusaha melepaskan wajahnya dari kukungan Hansol. "Lepaskan aku!"protes Seungkwan, Dia bahkan sudah memukuli jemari Hansol namun Ia terdiam bak patung usang saat mendengar hal yang tak pernah diduga oleh samanya sekali.
"Kau sudah jadi jomblo menderita. Jadi, Aku Choi Hansol bisa memilikimu seutuhnyakan?"Hansol kembali duduk bersila. Ia tampak puas sekali setelah mengatakan hal itu.
Setelah seperkian sekon meresapi setiap perkataan Choi Hansol. Pemuda chubby bermarga Boo itu kini hanya bereaksi clueless. Dia bingung harus senang atau sedih.
"Kau gila. Kau murid pindahan dan baru 1 minggu disini. Apa yang membuatmu tertarik padaku, mau kau kemanakan gadis-gadismu itu?"tanya Seungkwan galak setelah berhasil menetralkan jantungnya yang berdetak kurang ajar.
Tidak, Seungkwan tidak sedang jatuh cinta. Tapi, lebih kearah Shock. "Oh, gosh. Apa ini April Mop. The hell, aku baru saja putus. Kau tahu itu, eh tunggu dulu. JANGAN BILANG KAU MENJADI STALKERKU SELAMA 1 MINGGUAN INI!?"Seungkwan memekik histeris diujung kalimatnya.
Hansol mendengus geli, "First Sight. Kau percaya itu dan aku tidak punya gadis atau apalah itu?"
Seungkwan menggeleng dramatis, "Kau menggelikan, Choi Hansol. Kau akan menyesal setelah mengetahui aku yang sebenarnya. Tidak, tidak. Meski aku menangis, aku tahu seberapa besar cintaku untuk Joshua-hyung. Aku mencintainya dan akan seterusnya seperti itu."papar Seungkwan panjang lebar dengan raut tegas. Pemuda yang dilanda keterkejutan itu langsung berdiri dan juga di ikuti oleh Hansol.
"Sebentar."kata Hansol, Seungkwan menurunkan bahunya yang baru Ia sadari begitu tegang. Matanya terarah pada jemari besar Hansol yang menahan lengan kanannya. Tindakan yang membuat Seungkwan tidak bisa melanjutkan langkah kakinya.
"Apa lagi sih?"tanya Seungkwan tidak minat.
Hansol tersenyum, "Kalau begitu aku akan mengenalmu lebih jauh. Aku tidak akan memaksamu menjadi kekasihku tapi aku akan membuatmu menjadi duniaku. Seungkwanku. Milik Hansol seorang."
Hansol tersenyum lembut, "Ah lega sekali rasanya bisa mengatakan ini kepadamu."Jemari Hansol sudah melepaskan lengan kanan Seungkwan. Bibirnya tersenyum sangat lebar.
Senyuman yang memang menambah intensitas ketampanan Hansol itu di respon oleh Seungkwan tegukan ludah ngeri. Tubuh yang lebih pendek dari Hansol itu berbali pergi, berlari terbirit menuju pintu Atap sambil berteriak cempreng dengan high note berlebihan. "KAU SINTING! MATI SAJA CHOI HANSOL!"
Di belakang sana, diposisi yang masih sama –Choi Hansol hanya balas terkekeh bahagia. "Tunggu saja, Boo Seungkwan. Aku akan membuatmu menjadi milikku. NGEUHAHAHA!"
.
.
.
Tbc or no?
.
A/N :
Wohowoowoo. Aku bawa FFN tentang Vernon/Hansol dan Seungkwan. Ngeheheu, kalau ada yang baca kasih review ya. Hehe.
Semoga kalian suka dan tertarik untuk menekan kotak Review dan ngomong a sampai z disana. Hee hee.
Bye-bye-bye.
