Author : BOFF! *nongol ala ninja* saia kembali! *geplaked*

.

minna : KEMANA SAJA KAU?

.

Author : Main ke fandom sebelah, cari inspirasi.. XD

.

Kanda : Dasar author sableng, skrip yang kau kasi akhir-akhir ini sedikit sekali. Sama sekali tidak membangkitkan selera!

.
Allen : Itu karena tidak bisa di makan.

.

Kanda : Kau ini bisanya makan saja, Moyashi. DX

.

Allen : Biar saja Ba-Kanda! XI

.

Lavi : Jangan hiraukan mereka silahkan dilanjut.

.
Author : Sankyu~ *kasi wortel*

.
Lavi : ==u

.

Mao : Yay! Debut pertamaku! XD

.

Noctis : Aku juga~ ^^

.

Genen : Aku juga!

.

Allen + Kanda: siapa kalian?

.

Mao + Noctis + Genen: OC!

.

Mao : Ini pertama kalinya kami tampil.. mohon kerjasamanya

.
Author : *ngacangin* Demi menebus 2 fic sebelumnya yang bisa dibilang amat teramat pendek sekali banget

.
Lavi : boros banget lu..

.
Author : *plester mulut Lavi* .. dan gaje isinya nyritain apa. So, ini dia.. I present you, a half crossover fanfiction..

.

DISCLAIMER

D-Gray-man from Hoshino Katsura's

and

Touhou from Project Shrine Maiden's

.

CONTENT ALERT

OC, OOC chara, Mythical creatures, Dialouge fic,

Skillful action performing & Magical ability

.

~~N-I-G-H-T-W-A-L-K-E-R-S~~

~~T-H-E-N-I-G-H-T-M-A-R-E-B-E-G-I-N-S~~

.

Hari ini tak jauh berbeda dengan hari-hari biasanya. Haruka gadis berambut biru muda dan bermata hijau jamrud serta cross merah besar di kedua lengannya dengan innocentnya megabaikan penjelasan guru dan lebih memilih untuk menggambar di kelas. Tapi berbeda untuk kali ini, seorang gadis manis dengan rambut berkuncir satu disamping kiri memasuki kelas.

"Maaf sensee, saya murid pindahan. Saya diminta untuk bergabung di kelas ini", ujar gadis itu sambil tersenyum manis.

"Kalau begitu silahkan memperkenalkan diri"

"Nama saya Flandre Scarlet, saya dan kakak saya Remilia baru pindah kemari. Salam kenal"

Murid-murid terutama kaum adam bersorak melihat kecantikan gadis berambut pirang dan bermata merah ruby itu.

"Sepertinya kita dapat teman yang menarik", Haru mengalihkan perhatiannya sejenak dari media putih yang sudah menjadi teman akrabnya untuk melihat si murid baru.

"Tidak juga. Aku merasa kurang nyaman dengan auranya", komentar Allen menatap gadis itu penuh curiga.

"Berapa umurmu?"

"Tinggal Dimana?

"Boleh minta nomor HPnya maniz?"

"Udah punya pacar belum?"

Bermacam-macam pertanyaan menghujaninya namun ia hanya menjawabnya dengan singkat padat dan tidak jelas.

"Umurku.. yah, kurang lebih sama dengan kalian. Kalau rumah dan lain-lain.. RA-HA-SI-A"

"Yaaah..."

"Sepertinya aku pernah mengenal mereka, tapi dimana ya?", Allen berusaha untuk mengingat apapun yang berhubungan dengan mereka, tapi sayang hasilnya nihil.

"Sial! Aku tidak ingat."

"Sudah jangan dipaksakan, mungkin cuma ingatan kehidupan sebelummu"

"Maksudmu DeJavu gitu?"

"Mungkin~"

"Tapi.."

"Ya sudah aku mau lanjut lagi", Haru kembali menyibukan diri dengan ritual kertas pensilnya.

"Sudah dulu perkenalannya, nanti lanjutkan sendiri saat plang sekolah ya. Silahkan duduk dimana saja yang kau mau", guru segera mempersilahkan duduk dan kembali mengajar.

-Afterschool-

Sepulang sekolah pun Flandre dan Remilia masih menjadi pusat perhatian. Dikerubungi oleh murid-murid terutama para cowo dari jenjang yang sama. Tak heran, Remilia sang kakak yang berambut ungu lavender dan bermata merah ruby itu tak kalah cantik dengan adiknya, membuat kaum hawa iri akan kepopulerannya.

"Oi Moyashi!", sapa remaja berambut merah spikey berheadband hijau tua, bermata hijau jamrud bereyepath lengkap dengan syal oranye melingkari lehernya dari luar pagar sekolah.

"ALLEN DESU BAKA LAVI!"

"Ahahahaha.. jangan marah begitu, aku kan cuma bercanda", Lavi menunjukkan cengiran khasnya. Ketika dilihatnya gadis-gadis itu.

"Mereka kan..", ucapan Lavi terpotong karena asik memperhatikan mereka.

"Kau kenal?", tanya Haru.

"Cantik~"

GEDUBRAK! Jatuhlah mereka dengan tak elitnya mendengar jawaban disertai lambang hati di matanya dan panah bertuliskan 'STRIKE' menusuk dadanya.

"Aku belum pernah lihat mereka sebelumnya. Murid baru ya?", tanyanya masih dalam posisi yang sama.

"Benar, Flandre dan Remilia"

"Kenalan ah.. Siapa tahu ada yang sesuai tipeku", ucap si malaikat penyemangat yang menyembunyikan sayapnya selama menetap di bumi itu kemudian menghampiri mereka.

"Dasar, tak bisa diharapkan", decak Allen si malaikat penerang dengan kesal.

"Ru!", panggil Yuka, gadis berambut merah pendek spikey dan mata berwarna biru air dari depan pagar.

"Neechan, sedang apa kemari?"

"Mencari teman saja, Yuu sedang ada urusan jadi aku gak ada teman", tak lama kemudian datang seorang gadis lain berambut coklat pendek lurus bermata biru saphire.

"Ano.. ada yang lihat Lavi?", Mao yang baru saja menampakkan dirinya langsung bertanya tanpa basa basi.

" Itu disana", Allen menunjuk Lavi yang tengah mengobrol dengan Flandre dan Remilia.

"Ah! Lavi!", teriak Mao berlari menghampiri mereka.

"Kau bilang akan membantuku dengan mata pelajaran sejarah? Apa yang kau lakukan di sini? Ujianku besok nih", omel Mao sambil menyeret Lavi ke perpustakaan sekolah.

"Maaf nono-nona ngobrolnya kita lanjut besok ya"

"Iya, sampai jumpa senpai", gadis-gadis itu melambai dan tersenyum. Setelah semuanya pergi ada aura horor menyebar diiringi dengan seringgaian yang terselubung dibalik topeng. Allen yang hendak pulang bersama kedua temannya merasakan aura itu dan menengok ke belakang.

"Ada apa Moyashi?", tanya Yuka.

"Bukan apa apa dan tolong berhenti memanggilku Moyashi!", Allen mulai kesal. Mereka pun pulang bersama-sama

-Morning at school-

"Zid!"

-hening-

"Ziddane!"

-hening-

"Hmph, lagi-lagi membolos dasar anak nakal", sang guru mengerutkan dahi.

Setelah melewatkan beberapa mata pelajaran jam istirahat pun tiba dan murid-murid berhamburan keluar kelas.

"Ru, mau ikut ke kantin?", ajak Allen yang masih merapikan buku-bukunya.

"Kau duluan saja, aku masih harus menyelesaikan beberapa bagian kecil, nanggung nih. Aku akan menyusulmu kalau sudah selesai", jawab Haru yang tak melepaskan pandangannya sedikitpun dari ukiran pada gambarnya.

"Ya sudah kalau begitu", Allen meninggalkan Haru sendiri dalam kelas.

Setelah lima menit gambar tersebut telah selesai dan ia membereskan peralatan gambarnya. Dengan tenang seseorang memasuki kelas dan mendekatin Haru,karena merasakan hawa kehadirannya Haru mendongak dan mendapati gadis berambut pirang berkuncir satu samping sudah berdiri di hadapannya.

"Flandre. Ada apa?"

"Aku lapar"

"Kalau begitu ayo kita ke kantin, aku akan mengantarmu. Kau pasti belum tahu letaknya ya?"

"Aku tahu kok"

"Lalu kenapa tak segera pergi dan makan?"

"Karena.."

"Haru-san!", belum selesai Flandre bicara seseorang memasuki kelas.

"Mao?"

"Ayo kita makan sama-sama, ya? Ya?", ajak Mao sambil menggeret-geret tangan Haru.

"Iya iya.. eh, tadi kau mau bilang apa Flandre?"

"Karena aku ingin lebih akrab denganmu, tapi karena ada adik kelasmu ini ya tak apa lah. Aku duluan ya", Flandre pergi begitu saja.

"Kenapa dengannya, Haru-san?"

"Entahlah"

"Kalau begitu ayo buruan, jam istirahat hampir habis nih"

"Iy..", Haru berhenti bicara karena mendengar suara gemerisik di pohon tak jauh dari jendela. Dilihatnya sekejap ada sesuatu berwrna merah dan hitam lewat di sela-sela dahan pohon tersebut.

"Ada apa Haru-san?"

"Tidak. Aku hanya merasa seperti ada seseorang di pohon itu", ditunjuknya pohon yang dimaksud.

"Hah? Mana mungkin ada orang memanjat pohon di sekolah"

"Aku juga tidak tahu"

"Ayo ke kantin, kau kan sudah ditunggu", tarik Mao.

"Ditunggu? Ah! Iya aku lupa!", mereka berlari keluar tanpa sadar sepasang mata memandang mereka penuh dengan rasa lapar.

-Afterschool-

Lavi datang lagi untuk mengobrol dengan dua bersaudara Scarlet di tepi halaman sekolah bersama beberapa anak cowo lainnya.

"Dia datang lagi", Haru dan Allen memandangi Lavi yang entah sedang bercerita apa di sana.

"Ru!, Moya-chan", Yuka juga datang lagi tapi kali ini bersama seorang jelmaan malaikat penyembuh bersayap hitam yang disembunyikan.

"Ara? Kanda-nii juga datang. Tumben Sekali", Haru nyengir.

"Diamlah bocah", Kanda memalingkan wajahnya yang terlihat sepertinya memang terpaksa untuk datang kemari.

"Yuu kupaksa ikut karena tadi menggangur", Yuka benar-benar cari mati berani memanggilnya dengan nama keramat itu.

"Sudah berapa kali kubilang panggil aku Kanda saja", Kanda memberi tatapan maut padanya. Tentu saja Kanda tak mungkin membunuhnya saat itu juga karena ia terikat kontrak Heaven Apostles dengannya. Bila apostle terbunuh angelnya juga akan terbunuh namun tidak sebaliknya bila angelnya terbunuh apostle dapat tetap hidup untuk menemukan angel baru dan sebaiknya hal itu dilakukan segera sebelum Hell apostles atau noah menangkap dan membunuhnya.

"Aku tahu, tapi aku lebih suka memanggilmu.."

"Ssh..", tiba-tiba Kanda membekap mulut Yuka dan mengisyaratkan semua untuk untuk diam.

"Kenapa Kanda-nii?"

"Ada yang mendekat, sesuatu yang janggal"

"Aura ini bukan manusia", Allen ikut merasakan hawa kehadirannya.

Tak lama setelah Kanda mengatakan itu segerombolan yang ada di tepi lapangan dikejutkan oleh terkaman seseorang yang tiba-tiba saja muncul dan berusaha menangkap dua bersaudara Scarlet. Kulitnya putih pucat dan mengenakan jubah panjang dengan kerah tegak yang cukup besar hingga melebihi atas kepalanya, ditampakkannya taring-taring yang runcing dan tajam. Beberapa murid yang tak jauh dari tempatnya mendarat terjatuh karena kaget, lain halnya dengan dua bersaudara Scarlet dan Lavi yang dapat menghindari dengan lompatan mundur, sedangkan sisanya kabur.

"Vampire? Astaga!", Yuka tersentak.

"Vampire! Keren!", Haru justru terkagum-kagum.

"Krory", Remilia menatap tajam vampire dihadapannya.

"Akhirnya ketemu juga kalian", vampire yang diketahui bernama Krory angkat bicara.

"Apa yang ingin kau lakukan pada mereka?", Lavi berdiri melindungi di depan Remilia dan Flandre.

"Minggir kau angel, yang kuinginkan hanya darah lezat mereka. JANGAN MENGHALANGI!", bentaknya dan menghempaskan Lavi ke samping hingga tersungkur di lapangan.

"Lavi!", Yuka dan Allen segera menolong Lavi.

"Kisama!", Kanda menarik pedangnya dan menyerang tapi vampire itu dapat menghindarinya dengan mudah.

"Sudah kubilang janan menghalangi angel sialan!", mereka pun bertarung sengit sementara Haru mengamankan dua bersaudara Scarlet.

"Kalian menjauhlah, ini berbahaya.", mereka segera pergi menjauh sejauh mungkin.

"Kau tak apa apa Lavi?", tanya Yuka sambil membantu Lavi berdiri.

"Aku tak apa apa, mahluk itu.."

"Kanda sedang mengurusnya, tenang saja."

Kanda masih berusaha keras menyerang mahluk tak lazim itu, baku hantam terus terdengar namun belum ada satupun dari mereka yang tumbang atau terluka.

"Kau hebat juga siluman kalelawar", sindir Kanda.

"Kau juga ponytail", balas Krory.

"Perlu kubantu, Kanda-nii?", Haru menciptakan crucifix spear dengan innocencenya dan telah siap menggempur.

"Tidak, aku saja sudah cukup"

"Kau sombong sekali ponytail", Krory kembali menangkis serangan Kanda. Kemudian terdengar dua suara tembakan dan berhasil melukai lengan kanan Krory. Suara tembakan itu berasal dari shotgun yang ujungnya keluar dari balik semak-semak di luar pagar sekolah, terlihat sepasang mata cokelat yang tengah membidik Krory.

"Cih, Hellsing. Lagi-lagi ia mengganggu rencanaku", geramnya. Setelah mengeluarkan pelurunya ia pergi dan menghilang.

"Siapa di sana?", Allen berlari melompati pagar untuk menangkap orang itu, tapi ia sudah lari dengan jubah hitam bertudung sehingga tak ada yang dapat melihat wajahnya.

"Sial! Aku gagal menangkapnya", Allen mengepalkan tangannya. Lavi mengambil peluru yang dijatuhkan tadi dan mencucinya.

"Ini peluru perak", peluru itu diperhatikannya dan didapati ukiran ukiran berbahasa latin 'Deus nobiscum'.

"Benda ini dibuat khusus untuk melawan mahluk semacam tadi"

"Hellsing.. Tak kusangka anak muda itu adalah Van Hellsing." Yuka masih melihat ke arah semak-semak tadi.

"Nee sempat lihat wajahnya?"

"Sekilas, tapi aku yakin umurnya belum mencapai 20 tahun"

"Siapa itu Van Hellsing?", tanya Allen. Meski nama yang terkenal tapi bagi angels itu sebuah nama yang asing, berhubung mereka belum lama juga tinggal di bumi.

"Van Hellsing adalah orang dalam sejarah yang dikatakan telah menangkap berbagai macam mahluk mistis. Ia dikenal sebagai pemburu monster nomor 1", jelas Yuka panjang lebar.

"Hebat! Bahkan ia bisa tahu akan muncul vampire di tempat ini sehingga ia dapat bersembunyi sebelum lawan datang, jadi tak ada yang mengetahui keberadaannya", Lavi tertarik dengan figur sejarah ini.

"Nah itu dia yang aku tak mengerti. Sehebat-hebatnya dia tetap saja dia itu manusia, tak mungkin ia bisa tahu kapan dan dimana lawannya akan menampakkan diri", Haru menimpali.

"Jadi sejak awal dia sudah berada di sana?", tanya Allen tak percaya.

"Aku sempat melihat gerak-gerik mencurigakan di pepohonan saat jam istirahat tadi, mungkin dialah pelakunya."

"Pasti dia kemari karena alasan lain, bukan karena dia sudah tahu akan ada penyerangan.", Lavi menyimpulkan.

"Kalau memang dia punya alasan lain aku yakin dia pasti kembali besok. Kita kemari besok di jam yang sama lalu cari dia", Kanda sudah menyusun strategi dan segera dilaksanakan besok.

-Tomorrow Morning-

"Zid!"

-hening-

"Hmph, bolos lagi. Lain kali akan ku skors dia. Jhony!"

-hening-

"Jhony tidak datang sensee.", jawab salah seorang murid mewakili.

"Tidak biasanya dia membolos, kau tahu kenapa?"

"Tidak, sejak pulang sekolah kemarin aku tidak lihat dia." meski sudah biasa ada siswa membolos tapi lain ceritanya bila seorang siswa teladan membolos.

"Apa menurutmu ada yang tidak beres, nii?", tanya Haru yang masih sibuk menggambar pada kertas ivorynya.

"Ya. Ada yang tidak beres di sini. Apa mungkin vampire kemarin yang melakukannya?"

"Entahlah."

-One Message Received-

Allen membuka email yang diterimanya.

From: Ba-Kanda

Subject: No Subject

kau kenal dua cewe kemarin? aku lihat mereka di taman bersama temanmu yang berkacamata tebal semalam.

-One Message Received-

From: Moyashi
Subject: No Subject
kau yakin? Apa yang mereka lakukan?

-One Message Received-

From: Ba-Kanda
Subject: No Subject
KAU MERAGUKANKU MOYASHI?

-One Message Received-

From: Moyashi
Subject: No Subject
ALLEN DESU BA-KANDA!

-One Message Received-

From: Ba-Kanda
Subject: No Subject
nah, whatever

-One Message Received-

From: Moyashi
Subject: No Subject
jadi apa yang mereka lakukan?

-One Message Received-

From: Ba-Kanda
Subject: No Subject
Mana ku tahu. Mungkin jalan-jalan.

-One Message Received-

From: Moyashi
Subject: No Subject
kemana mereka pergi?

-One Message Received-

From: Ba-Kanda
Subject: No Subject
Kau pikir aku stalker sampai harus mengikuti mereka?

-One Message Received-

From: Moyashi
Subject: No Subject
Iya iya.

-One Message Received-

From: Ba-Kanda
Subject: No Subject
satu lagi. temanmu itu kelihatan sangat pucat seperti mayat hidup saja.

"Ehm!", dehem seseorang di depan yang ternyata sang guru sedang memelototi dan mempergoki penggunaan HP saat pelajaran.

"DILARANG MAIN HP DI KALAS!", teriaknya setara dengan volume maksimum sebuah toa. Setelah guru itu menjauh Haru bertanya.

"Kenapa?", bisiknya

"Nanti saja kuceritakan" bisiknya kembali.

-After School-

Lagi-lagi Lavi menemui Scarlet sisters, mengobrol hal-hal sepele atau yang tidak penting lainnya.

"Neechan, Kanda-nii", panggil Haru saat melihat mereka sudah di depan sekolah.

"Kalian siap?", tanya Kanda.

"Tunggu, Lavi mana?", tanya Allen.

"Lavi, sini kau!", Yuka menyeret Lavi dari hadapan Scarlet sisters.

"Auh, apa sih Yuka-chan?", Lavi cemberut.

"Tujuan kita kemari untuk menemukan Hellsing bukan bermain-main dengan murid sekolah ini", Kanda mengingatkan dengan bonus sebuah jitakan.

"Iya aku tahu iotu, aku cuma ingin menyapa mereka saja kok"

"Sekarang pakai portable microphone dan earphone ini lalu kita berpencar", Yuka memberi microphone kecil yang dapat diselipkan di baju dan earphone berantena kecil kemudian mereka berpencar, mencari di setiap sudut sekolah.

"Kalian menemukannya?", tanya Yuka dari halaman belakang.

"Tidak di sini", jawab Haru dari atap.

"Di sini juga tidak", jawab Lavi dari Auditorium.

"Negative", jawab Allen dari gedung olahraga.

"Kurasa aku menemukannya, kalian segera temui aku di samping sekolah", Kanda menutup alat komunikasinya dan mendekati sasaran secara berlahan-lahan. Dari kejauhan samar-samar terlihat warna hitam dan merah bergerak-gerak di balik rimbunnya dedaunan. Kanda dengan sigap menangkapnya. Dia berusaha melepaskan diri tapi cengkramannya terlalu kuat.

"Tch! Lepaskan!", ditarik-tariknya tangan Kanda, berusaha agar terlepas dari tangannya. Remaja berambut merah spikey dengan jambang sebelah kanan yang lebih panjang hinga bahu, bermata cokelat hazel dan membawa gunblade yang digantung di sebelah kiri pinggangnya.

"Seperti dugaanku, kau pasti kembali Helsing"

"Kanda, kau mendapatkannya!", teriak keempat teman-temannya yang datang karena dipanggil tadi.

"Kami tahu tujuanmu bukanlah untuk menolong kami kemarin. Katakan apa tujuanmu sebenarnya!", tanya Yuka dengan ketus.

"Aku sedang mencari seseorang atau lebih tepatnya sesuatu di antara murid-murid sekolah ini. Penyerangan kemarin memang tak terduga tapi aku sungguh berniat menolong kalian", jawabnya dengan tenang.

"Memangnya kau mencari apa? Bukankah lebih mudah kalau masuk saja daripada mencarinya dari kejauhan begini?"

"Tidak bisa. Akan sangat berbahaya bagiku dan juga kalian, aku tak mau mengambil resiko. Karena.. yang kucari adalah seorang night walker."

"Night walker?", semua saling pandang.

"Mungkin lebih familiar disebut VAMPIRE", ditekankannya kata vampire.

"Jadi, sudah kau temukan dia?", tanya Kanda tak sabar.

"Kemungkinan besar dua gadis yang diserang kemarin adalah target yang kuselidiki."

"Flandre dan Remilia Scarlet maksudmu?", Haru mengkonfirmasi dengan tak percaya.

"Tunggu dulu 'Scarlet' . . Sepertinya tidak asing", Lavi membuka suara setelah dari tadi hanya mendengarkan saja.

"Aku juga merasa pernah mendengar marga itu", Kanda mendukung Lavi.

"Benar kan. Ternyata bukan hanya firasatku saja pernah mendengarnya", Allen memandang Haru sedangkan Haru hanya mengangkat bahu.

"Akan kutemukan informasi lebih detail. Jiji pasti punya data mengenai mereka. Baiklah. Itekimasu!", Lavi memunculkan sayapnya, sepasang sayap putih merekah dari punggungnya lalu terbang. Terbang semakin tinggi menuju cakrawala seperti seekor merpati mencari cahaya dibalik awan mendung, Ia pergi ke perpustakaan dunia atas, perpustakaan besar yang didirikan oleh kakeknya, Bookman.

"Tak ada lagi yang bisa kita lakukan sekarang, lepaskan saja dia Yuu."

"Sudah berapa kali kubilang jangan panggil aku dengan nama itu!", Kanda melepaskan remaja itu sambil marah-marah.

"Sepertinya tujuan kita sama jadi tak ada masalah kalau kita berteman kan Hellsing?", Allen mengajukan tangannya.

"Jangan panggil aku Hellsing. Namaku Noctis Grey bukan Hellsing", dijabatnya tangan Allen.

"Ngomong-ngomong, kau masih semuda ini sudah menyandang gelar pemburu monster nomor satu. Hebat juga", Yuka memuji.

"Yah, karena selama karirku aku tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk dipertahankan sehingga aku dapat bebas melawan."

"Tidak punya? Mana mungkin! Setiap orang pasti memiliki sesuatu yang berharga. Keluarga, teman, sahabat..", Allen menegaskan.

"Kalian mungkin iya, tapi aku tidak. Ayahku yang menyandang gelar Hellsing sebelumku terbunuh saat memburu vampire bersama beberapa temannya. Sedangkan ibuku terkecoh oleh doppelganger yang menyamar menjadi ayah yang pulang misi tadi, setelah pergi bersamanya ia tak pernah kembali. Teman-teman yang kuceritakan kejadian itu justru menganggapku tidak waras. Karena itu kuputuskan untuk berhenti sekolah dan mengikuti jejak ayah sebagai pemburu monster sendirian", ia menjelaskan panjang lebar sambil menunduk. Yang mendengarkan ceritanya hanya dapat diam.

"Ah, sepertinya aku cerita terlalu banyak. Kalau ada info dari temanmu yang berambut api tadi tolong beritahu aku", ia memberikan E-mail address dan nomor teleponnya, kemudian pergi setelah berpamitan.

-Break time a day after-

Saat jam istirahat tiba-tiba Mao datang dengan wajah pucat dan cemas. Nafasnya terengah-engah dan pikirannya kacau.

"Mao-chan kenapa kamu?", Haru kebingungan melihat adik kelasnya itu.

"G-Gen . . . . tidak masuk . . . . dia . . . . hilang", Mao terbata-bata kerena bicara sambil mengembalikan nafasnya.

"Dia paling hanya membolos seperti biasanya", Allen menenangkan namun Mao justru tambah panik.

"Tidak . . . . aku . . . . sudah mencoba . . . . menghubunginya . . . . tapi . . . . tidak aktif . . . . Aku juga . . . . sudah . . . . menghubungi rumahnya . . . . tapi . . . . ibunya bilang . . . . kalau dia . . . . belum pulang . . . . dari kemarin."

"APA?", Haru dan Allen kaget sekaligus heran, tak biasanya anak satu itu tidak pulang ke rumah. Karena meski terlambat mereka tahu kalau ia tak pernah menginap tanpa izin.

"Aku bingung sekali, tidak biasanya dia begini", Mao mulai menangis.

"Sudah jangan menangis, nanti kita cari sam..", Allen berhenti bicara dan menghadapkan wajahnya ke luar jendela.

"Ada apa?", Mao penasaran.

"Aura ini, vampir kemarin, di pohon di luar jendela."

"Apa? Va . . "

"Ssh!", Haru membungkam mulut Mao dengan saputangan agar tak berteriak.

"Jangan panik, aku akan menangkapnya", Haru berkonsentrasi, udara disekelilingnya menjadi dingin kemudian butiran-butiran kristal sebesar pasir berkumpul dan melayang-layang hingga keluar jendela dan kemudian langsung membekukan vampire itu dari segala arah dan menguncinya dalam balok kristal. Vampire itu meronta-ronta untuk menghancurkan kristalnya tapi kekuatannya tetap tak sebanding dengan innocence.

"Kau! Apa kau yang menculik teman-teman kami?", Allen mengintrogasinya.

"Temanmu? Manusia kan? Tentu saja tidak!"

"Kau bohong, Kau menculik teman-teman kami untuk persediaan makananmu kan?", hardik Mao sambil menodongkan katana tembus pandangnya.

"Sudah kubilang, aku tak menculik teman manusiamu!", Krory bersikeras.

"Tunggu mungkinkah..", Haru belum selesai berpikir Krory sudah membuka suara lagi.

"Dengar baik-baik! Aku vampire krusnik, aku tidak memangsa manusia!"

"Kalau bukan kau lalu siapa?", Mao dengan kasar menggores balok kristal dengan katananya.

"Flandre dan Remilia", jawab Krory dengan tegas.

"Mana mungkin mereka menculik, apa untungnya coba?", Mao menyangkal.

"Kau ini bertanya atau ajak berdebat, hah?", bentak Krory.

"Kau, kau, kalian dan semua orang telah dibodohi oleh mereka. Mereka itu night walkers, vampire tipe pemangsa darah manusia.", ucapnya sambil menunjuk-nunjuk Mao, Haru dan Allen.

"Sepertinya hanya aku yang tidak bodoh dan ku yakin Hellsing sialan itu juga sudah mengetahui hal ini."

"Dia memang sudah tahu tapi ia belum yakin, kurasa dengan penjelasanmu tadi semua sudah terungkap sekarang", Haru melepaskan segel kristalnya. Balok kristal yang menangkap Krory kembali menjadi butiran-butiran lalu hilang bersama angin. Allen memberikan tangannya untuk membantu Krory berdiri.

"Maukah kau bekerja sama dengan kami?", tanyanya sambil tersenyum seperti biasa. Krory berdiri tanpa menerima bantuan dari Allen, karena efek bersentuhan dengan apapun dari dunia atas dapat melukainya.

"Menarik, baiklah. Kalian bisa mempercayaiku, tenang saja."

"Kalau begitu kita bicarakan masalah ini di rumahku malam ini, ok?", Mao memasukkan kembali katananya ke dalam scabbard.

"Kalau bisa kita habisi mereka malam ini juga", Krory bersemangat hingga menunjukkan gigi-giginya yang runcing dan tajam.

.

~~T-O-B-E-C-O-N-T-I-N-U-E-D~~

.

~~N-I-G-H-T-W-A-L-K-E-R-S-D-I-C-T-I-O-N-A-R-Y~~

.

Night walker: Istilah diambil dari film amerika yang bertema sama berjudul "Blade". Aslinya night walker dimaksudkan untuk vampire yang hanya dapat keluar pada malam hari, sedangkan yang dapat keluar di siang hari disebut Day Walker.

.

Van Hellsing: Nama yang diambil dari film amerika berjudul sama yang menyeritakan tentang seorang yang bekerja sebagai pemburu monster. Lawan utamanya adalah Drakula (buyut/nenek moyang dari kaum vampire).

.

Krusnik: Istilah diambil dari anime-manga "Trinity Blood". Krusnik adalah vampire kanibal yang memangsa darah vampire.

.

Doppelganger: Istilah diambil dari anime-game terkenal "Ragnarok". Doppelganger adalah jenis monster bayangan yang memiliki kemampuan meniru rupa, kemampuan bahkan kekuatan dari orang atau hewan yang di tiru.

.

Deus nobiscum: Bahasa Latin = Tuhan beserta kita

.

Scabbard: Sarung pedang.

.

~~B-A-C-K-S-T-A-G-E~~

.

Author : Ah~ akhirnya kelar juga ngetik chapter 1.. =o=
.

Ru : Author-sama, apa ceritanya gak terlalu cepet nih alurnya?

.

Author : Sepertinya begitu, 4 hari dalam 1 chapter. Tapi chapter 2 nanti malah 1 malam doank~ XD

.

Allen : Mana adegan aksinya? Sihirnya?

.

Kanda : Kurang serem!

.

Genen : Aku cuman numpang nama doank?

.

Author : Giliranmu beraksi besok ya..

.

Mao : yosh! *mainin katananya*

.

Noctis : Malangnya nasibq.. *pundung*

.

Lavi : *Masih mengurung diri di tumpukan buku*

.

Author : sankyu buat readers semua uda mau baca fic gaje lainnya ini. Yang ada account, yang males login, yang ga punya accouat aka annonymous, juga creator-creator OC diatas, minta review aye!

V