Disclaimer: I don't own Skip Beat!
Gerbang Surga
Bagian 01: Undangan
Dunianya hancur. Kemana pun ia melihat, ia hanya melihat kegelapan. Entah bagaimana, ia berhasil kembali ke kamarnya di Penginapan Fuwa.
"Saena, bawa ia pergi dari sini," itulah kata-kata terakhir Kyoshi saat ia meninggalkannya di rumah utama, enam tahun lalu. Saat itu ia tidak menangis. Tidak, tak peduli seberapa hancur pun hatinya karena meninggalkan belahan jiwanya di sana. Karena itu akan menghancurkan keteguhan suaminya itu. Saat itu ia tersenyum dan mengangguk. Ia pergi dengan membiarkan pikiran mereka saling bertaut.
Tapi hari ini, ia tak bisa merasakan pikirannya. Dalam kontak terahirnya, Kyoshi memintanya untuk menjauhkannya dari mereka. Kemudian hubungan mereka tiba-tiba terputus.
Kyoshi, Kyoshi, apa yang terjadi? Kumohon, jawab aku. Ia mencoba kembali menggapai pikirannya. Ia menunggu jawaban kemudian mencoba lagi, dan lagi, dan lagi. Tapi pikiran Kyoshi tetap kosong, gelap, tanpa kehidupan. Seakan...
Tidak! Dia mendorong pikiran itu menjauh dari kepalanya. Dia terduduk lemas di depan kotatsu. Wajahnya tenggelam dalam kedua tangannya. Bahunya gemetar. Ia mencoba menenangkan diri, tapi pikiran tentang mereka datang padanya. Tentang siapa mereka, apa yang mereka sanggup lakukan, apa yang mereka akan lakukan demi menjaga kekuasaan keluarga Amagami.
Pikiran-pikiran itu menggerogoti kekuatan hatinya. Tanpa ia sadari, air mata mengaburkan pandangannya. Ia ketakutan. Benar-benar ketakutan. Apa yang harus ia lakukan jika ia kehilangan Kyoshi, satu-satunya matahari dalam hidupnya? Dia akan sendiri. Benar-benar sendiri.
Ia ingin berlari ke tempat Kyoshi berada. Melakukan apapun untuk menyelamatkannya. Keinginan itu begitu kuat, namun permintaan Kyoshi mengikatnya di tempatnya sekarang. Ia tak boleh pergi ke sana, atau keberadaan Kyoko akan terbongkar. Kata-kata Kyoshi mengikatnya lebih kuat daripada keinginannya untuk pergi. Dan ia pun akhirnya menyadari, Kyoshi menggunakan kotodama terkuatnya padanya.
Dulu Saena selalu percaya bahwa bagaimanapun keluarganya, mereka tak akan melukai sesama anggota keluarga. Ia selalu mempercayai dan menghormati kehormatan dan harga diri keluarganya, terutama ayahnya. Namun saat ini, semua itu menguap. Rasa menyesal karena meninggalkan Kyoshi di bawah kekuasaan keluarganya berubah menjadi rasa benci kepada mereka. Tak pernah dalam hidupnya ia begitu membenci seseorang atau sesuatu sebesar ia membenci keluarganya sendiri saat itu.
Saat itu, sebuah tangan kecil menyentuh sikutnya. Dengan sudut mata, ia melihat sepasang mata emas menatapnya. Mata emas seperti dirinya, seperti ayahnya, seperti seluruh garis keturunan utama keluarga Amagami. Dan ia tak bisa menghentikan dirinya untuk membenci mata itu.
Dengan kasar ia menepis tangan itu. Dengan sudut matanya, ia menatap kedua mata emas itu dengan seluruh kebencian yang ia rasakan. Ia tak mempedulikan rasa takut dan terluka gadis kecil dihadapannya. Seandainya anak itu tak ada, ia tak perlu meninggalkan Kyoshi, ia bisa berlari ke tempat Kyoshi sekarang, berusaha menyelamatkannya, atau setidaknya sisa-sisanya, ia tak akan terlalu keberatan. Tapi ia tak bisa, karena ia terikat pada anak itu.
Rasa bencinya berlipat ganda. Benar, anak ini adalah keturunan utama keluarga Amagami. Tanpa perlu melakukan apapun, ia bisa menghancurkan seseorang di dekatnya. Tak peduli apapun yang ia dan Kyoshi lakukan. Anak ini tetap seorang Amagami, dan suatu hari, saat ia kembali ke sana—yang ia yakin tak terelakkan—ia akan menjadi Himiko, pusat dari keluarga Amagami.
Takarada Lory baru bertemu iblis. Iblis wanita yang cantik. Iblis itu memberinya sebuah naskah film yang sama menarik dan berbahayanya dengan Si Iblis itu sendiri bagi pria muda normal manapun yang bekerja di dunia entertainment.
Yah, Lory memang tak muda lagi, dan ia jauh dari kata normal, dan ia tahu kedatangan iblis dan naskah itu menawarkan kesepakatan yang berbahaya dan menggoda. Tapi naskah itu terlalu cocok, terlalu sempurna, terlalu... Intinya, semua itu membuat Lory—ketiga kali dalam hidupnya—gugup.
Secara teknis, ia bertemu iblis itu beberapa hari yang lalu. Tapi sekarang, saat ia menunggu jawaban gadis LoveMe nomor satu-nya, rasanya pertemuannya dengan iblis itu baru terjadi beberapa saat yang lalu.
Sebuah ketukan membawa Lory kembali ke dunianya sekarang. Sebastian membungkuk hormat di ambang pintu.
"Nona Mogami sudah datang," kata pelayan itu.
Lory mengangguk dan memerintahkan agar gadis itu dipersilahkan masuk.
Beberapa saat kemudian, gadis bertubuh mungil masuk dan membungkuk sopan untuk memberi salam. Lory mempersilakan gadis berusia 17 tahun itu duduk di depannya.
"Jadi?" Lory menatap mata emas dihadapannya. Senyum merekah di wajah gadis itu.
"Ya, saya akan menerima peran sebagai Kaneda Himeko. Genre film ini memang sangat gelap dan intens, dan Himeko-sama sangat mewakili cerita film ini. Tapi saya tak bisa meninggalkan naskah ini begitu saja. Saya merasa Himeko-sama memanggil saya untuk menjadi dirinya. Di lain pihak, ceritanya juga sangat memukau."
"Ada percintaan yang melibatkan Himeko sebagai tokoh utama." Lory mencari keraguan dalam keputusan gadis itu. Lory memang ingin menyembuhkan fobia gadis itu terhadap cinta, tapi ide menyuruhnya berakting dalam adegan percintaan demi keinginan itu membuatnya mual. Ia ingin fobia itu sembuh dengan cara yang lebih alami, bukan paksaan.
Dan ya, cerita itu sangat memukau. Ia yakin film itu akan sukses dan meroketkan nama Kyoko. Tapi ada sesuatu dalam cerita itu, dan caranya menghanyutkan audiens, terlebih caranya datang ke mejanya, membuat alarm bahaya dalam kepala Lory meraung-raung dengan gila.
"Himeko-sama tak memiliki hati, ia dibesarkan untuk memimpin dan menguasai, bukan mencintai. Ia dikutuk untuk tak mempercayai apapun atau siapapun, sampai Kyoshi-sama datang ke dalam kehidupannya dan memberinya hati yang hidup. Bukankah Anda bilang mereka tak akan memproduksi film ini jika saya tak memerankan Himeko-sama? Jika saya menolak tawaran ini, cerita ini tak akan diproduksi, Himeko-sama tak akan bertemu Kyoshi-sama. Setiap Puteri memilki hak untuk terbebas dari kutukan." Mata Kyoko bersinar karena keteguhan seorang ksatria yang memutuskan untuk menyelamatkan Sang Puteri. Naskah itu telah mengikat Kyoko dengan alasan yang belum pernah Lory sangka.
"Dan akhirnya Himeko jatuh cinta pada Kyoshi. Kau sendiri tahu, kau belum siap melakukan adegan kegembiraan Himeko saat cinta itu datang padanya." Lory berargumen.
Kyoko menatap tangannya yang terlipat diatas pangkuannya. Argumen atasannya benar, sangat tepat. Itu membuatnya merasa lemah dan tanpa harapan. Tapi ia telah jatuh hati pada Himeko-sama dan tak ada yang bisa menolong Himeko-sama selain dirinya. Terlebih, jiwanya telah terpaut dengan Himeko-sama.
Ia melirik tasnya—tempat naskah itu ia simpan dengan rapi. Ia merasa Himeko-sama tersenyum pasrah padanya. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak, aku harus kuat. Himeko-sama membutuhkanku.
"Saya bisa belajar bersama Himeko-sama. Jika saya menjadi Himeko-sama, setidaknya saya akan belajar untuk mendapatkan emosi yang hilang dalam diri saya," Kyoko merasakan bahaya dari kata-katanya sendiri, tapi ia berusaha tetap menguatkan keputusannya. "Jika sampai saatnya tiba dan saya masih tak bisa melakukan adegan itu, saya bersedia mundur dan menerima segala konsekuensinya. Izinkan saya mencoba. Saya mohon." Kyoko turun ke lantai dan melakukan dogeza.
Setelah beberapa menit yang terasa sangat lama, Lory melihat ujung tangan gadis itu memucat dan gemetar karena rasa takut. Tapi ia tak mundur dari rasa takut itu. Lory menghembuskan nafas dengan berat.
"Kau bodoh. Aku tak akan menolongmu saat itu terjadi." Kyoko mempertahankan posisinya. Ia tak akan mengubah posisinya sampai Pak Takarada memberinya izin. Lory mengerutu, dengan tak jelas mengucapkan kata 'cinta', 'terlalu terburu-buru', 'berbahaya' dan 'bodoh' beberapa kali. Kemudian...
"Kau benar-benar bodoh. Lakukan sesukamu." Kyoko mengangkat kepalanya dan menunjukkan wajah penuh rasa terima kasih. Saat itu, Lory tahu bahwa gadis itu telah jatuh cinta pada naskah itu. Tak ada yang bisa menghentikannya untuk menjadi Himeko.
Dengan pasrah ia memberitakan informasi yang ia tahu akan melegakan perasaan gadis itu.
"Produser utama Gate of Heaven, Amagami Corps., bersedia menanggung semua kerugian jika film itu berhenti di tengah produksi," katanya. Kyoko menatapnya takjup. Kemudian ekspresi Lory menggelap, "Tapi, aku percaya padamu. Aku bisa percaya bahwa kau akan belajar bersama Himeko kan?"
Kyoko melompat dari posisi duduknya dan berdiri untuk memberi hormat a la militer.
"Ya, Pak, Anda bisa mempercayai saya, Pak."
"Bagus, sekarang kau boleh pergi."
Kyoko melangkah dengan ringan dan gembira saat keluar dari ruang pribadi Lory.
Lory mengambil telepon genggamnya dan menekan nomor Ren. Ia akan menawarkan peran Kyoshi padanya. Ia tahu bahwa Ren akan tertarik pada naskah Gate of Heaven, bahkan tanpa ia perlu memberitahunya tentang siapa pemeran Himeko.
Wakamiya Tsukiyo, yang memberikan naskah itu padanya, berkata bahwa mereka memberi kebebasan untuk memilih pemeran utama pria pada LME dan hal-hal lainnya kepada sutradara. Mereka hanya meminta memasukkan seorang aktris bernama Yumeno Haruka untuk berperan sebagai rival Himeko dan membuat film sesuai naskah yang dibuat Kasuga Tsukasa sebagai penulis naskah tunggal. Tawaran itu sangat mengiurkan bagi pimpinan management entertainment manapun. Tapi semua itu hanya membuat alarm bahaya dalam kepala Lory berbunyi keras.
Saat Wakamiya-san masuk ke ruangannya dengan membawa naskah itu, Lory tahu bahwa ia—mau tak mau—akan melakukan kesepakatan dengan iblis perwakilan Amagami Corps. itu. Tapi ia tak akan menyerahkan gadis favoritnya begitu saja tanpa penjagaan.
"LME memberi kabar bahwa Kyoko menerima peran sebagai Kaneda Himeko dan Tsuruga Ren akan menjadi Sakuragi Kyoshi. Dengan kemampuannya sebagai method actress, jika ia memang putri Saena dan Kyoshiro, ia akan melakukan kotodama pada dirinya sendiri," lapor seorang gadis berambut hitam panjang dengan nada datar.
"Hmm, jadi mereka memberi kita Tsuruga Ren sebagai Kyoshi? Menarik. Tapi sampai sini, semua berjalan sesuai rencana," komentar seorang remaja putra berambut cokelat lurus.
"Sudah kukatakan, dia bukan putriku. Kalian hanya membuang-buang tenaga," Saena mendecak dengan rasa lelah dan tak suka yang tersampaikan dengan jelas.
Tsukasa, remaja putra itu menyeringai, seringai yang membuatnya malah terlihat lebih tampan.
"Jika dia bukan putri Anda, ia bisa tetap menjalani hidupnya sebagai aktris. Bahkan, film ini akan menaikkan popularitasnya. Dan Amagami Corps. akan memperoleh keuntungan dari pemutaran film itu di bioskop," ia mengangkat cangkir tehnya ke bibirnya. Dengan ekor matanya, ia memperhatikan sikap Saena yang penuh kuasa dan tak menunjukkan emosi apapun. Saena-sama memang pantas sebagai Himiko-sama. Rasa kagum dan bangga menyelinap ke dalam hati remaja itu.
"Tapi jika ia putri Anda, ia akan datang ke rumah ini. Amagami akan mendapatkan kembali Himiko-nya walaupun harus membayar ganti rugi jika itu terjadi di tengah produksi film. Tak ada ruginya dicoba, bukankah begitu, Tsukiyo?" katanya dramatis.
Gadis berambut hitam lurus itu memutar bola matanya, Tsukasa, dan scheming, dan drama. Tapi semua kata-katanya benar. Amagami sudah cukup menderita tanpa Himiko selama 17 tahun. Amagami tak bisa menderita lebih lama lagi. Jadi ia membiarkan Tsukasa bersenang-senang dengan rencanadramatisnya.
"Benar," kata gadis bermata abu itu, membuat Tsukasa tersenyum puas.
"Lakukan sesuka kalian," Saena berdiri dengan mempertahankan sikap tanpa emosinya. Ia keluar dari ruang minum teh itu dengan keanggunan seorang Nyonya Besar. Tapi Saena tak bisa menipu dirinya sendiri. Rencana Tsukasa membuat ujung jarinya mendingin dan berdenyut cepat. Ia harus menyabotase rencana itu. Tapi bagaimana caranya?
AN/: Ya, ya, aku tahu di luar sana banyak yang membenci Saena. Tapi cerita ini terbentuk begitu saja dalam kepalaku saat aku membaca tiga jilid pertama Skip Beat! Dan ternyata aku membutuhkan lima tahun untuk membuat cerita ini menjadi nyata dengan dasar, setting dan plot yang jelas (karena sejak awal cerita ini bertema berat).
Aku akan membuat cerita ini dalam versi Bahasa Inggris dengan judul Gate of Heaven (tentu saja aku akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menerjemahkannya). Pertanyaannya sekarang, apakah aku harus mengeluarkan Bagian 2 Gerbang Surga terlebih dahulu atau Gate of Heaven 's Chapter 1?
