"Yoo…kau ketinggalan buku catatanmu nih."
Hinata berhenti menutup lokernya, menoleh ke belakang dan melihat Danshi-anak SMA laki-laki-satu sekolahnya-bernama Uzumaki Naruto menyodorkannya sesuatu. Matte, sesuatu itu adalah buku. Ya…buku catatannya.
Apa yang harus ia lakukan?
Langsung mengambilnya kemudian pergi begitu saja?!
Langsung mengambilnya, mengucapkan terima kasih singkat dan berlari keluar gedung sekolah secepat kilat?!
Langsung mengambilnya, menganggukkan kepala dan berjalan cepat meninggalkan gedung sekolah?!
Basa-basi, menanyakan di mana Naruto menemukannya (walaupun dia tahu di mana ia meletakkan buku tersebut) dan mengucapkan terima kasih dengan senyuman termanis.
Hinata menggelengkan kepala. Tidak bisa…tidak bisa…dia adalah orang yang bodoh soal bersosialisasi. Jika berbicara langsung dengan orang-orang, catat: apalagi pria dan belum dikenal, maka dia akan…
"HATSYUUUU!"
Bukan terima kasih yang diterima berandalan sekolah Uzumaki Naruto, tetapi sedikit ingus yang menempel di wajahnya.
"He?!"
Suara "He" itu adalah suara kebingungan laki-laki berambut pirang jabrik tersebut.
LAVENDER
BY ICHA REN
Sebuah fic Romance-Humor untuk NaruHina
Rate: T
Warning: Yang pastinya Typo dan bahasa tidak baku
Please Review and Happy Read^_^
Lavender 1: Karena Buku Catatan, Maukah kau Menjadi Paca-(TERLALU CEPAT OY!) Maksudnya Temanku?
Sedetik kemudian, hujan deras mengguyuri Kota Konoha, termasuk Konoha High School yang berada di pusat kota.
"He?!"
Lagi-lagi Naruto mengucapkan "He" karena dirinya terjebak di gedung sekolah bersama seorang wanita yang menempelkan ingus di wajahnya.
Naruto sudah melihat berita TV tadi pagi, saat dia makan Mi Ramen bersama ayahnya dan ibunya sedang mengomel tentang singlet ayahnya (Sangat tidak penting memang! Hidup itu indah kamvret!), sang pembawa berita Orochimaru mengatakan bahwa hujan akan turun pukul 3 sore lewat 14 menit, 27,11 detik. Tentu saja Naruto tidak percaya karena Orochimaru meramal cuacanya dengan detail, apalagi dia membawa berita tadi pagi dengan rok mini yang memperlihatkan bulu kakinya yang menggulung-gulung.
Namun sekali lagi, ramalan Orochi benar. Dia ingat minggu lalu Orochi bilang bahwa laki-laki berambut kuning yang memakan ramen dengan topping char siu akan sial, dan Naruto memakannya. Siangnya Naruto dihajar kepala sekolah Tsunade karena ketahuan membawa majalah porno ke sekolah, padahal majalah laknat itu untuk guru BK, Jiraiya-sensei.
Sekali lagi, ramalan Orochi benar dan mengesalkan.
"Ano…ini bukumu." Gumam Naruto sambil menyodorkan buku catatan Hinata lebih dekat kepada sang gadis indigo. Tangan kiri Naruto yang bebas menyeka sejumput ingus di pipi kanannya. Naruto menaikkan alisnya melihat Hinata yang semakin menundukkan kepala.
"Hm…aku ingat wajahmu," Naruto menundukkan kepalanya, bahkan membungkukkan badan untuk melihat wajah Hinata. Dia bahkan mendekatkan wajahnya dengan wajah Hinata yang semakin tertunduk ke dalam "Oh ya, mata itu…kau Hyuuga Hinata dari kelas 2-3 kan-"
"HATSYUUU!"
"G-Gomen'nasai!" Hinata segera berlari keluar gedung sekolah tanpa memperdulikan hujan. Semenit kemudian dia berbalik, mengambil payungnya yang tertinggal, padahal bajunya sudah basah, membukanya dan berlari keluar sekolah…meninggalkan Naruto yang menyodorkan buku catatannya dalam diam dengan setitik ingus di keningnya.
"He?!" Sudahlah Naruto…"He"mu itu buat kesal saja.
.
.
.
Hyuuga Hinata adalah putri tertua Hyuuga Hiashi, bapak berwajah sangar namun mempunyai dua anak super cantik bin kawai di Kota Konoha, maafkan…Hyuuga Hiasi adalah seorang pengusaha tekstil terkenal di Konoha. Uniknya, perusahaan Bapak Hiashi hanya memproduksi kain untuk celana dalam alias kolor.
Sungguh unik sekali bapak Hiashi ini.
Rumah Hinata adalah rumah besar bergaya tradisional dengan halaman luas dan banyak sekali tanah-tanah yang dijadikan taman dan bercocok tanam. Selain pengusaha tekstik, Hiashi juga bergerak di bidang pertanian. Hasilnya keuntungan berlipat ganda ia dapatkan sebagai pengusaha sukses.
Hinata meletakkan sepatunya di rak sepatu yang ada patung wajah Hiashi di rak-nya. Dia juga meletakkan payung miliknya di samping rak tersebut. Kemudian berjalan cepat menuju tangga yang tiap anak tangga ada wajah Hiashi lagi mengedipkan mata. Selain mempunyai jiwa pengusaha, ayah Hinata itu juga agak sedikit…'alay'.
Hinata memasuki kamarnya yang di daun pintu ada wajah Hiashi sedang mengulum kedua bibirnya. Hinata menutup pintu kamarnya dan duduk sedih di ranjang yang memiliki wajah Hiashi besar sedang tertawa lebar. Hinata menutup wajahnya dan menggelengkan kepala.
'Kenapa aku begitu bodoh…dia pasti sudah membuang buku catatanku karena aku sudah dua kali bersin di hadapannya,' Hinata membuka wajahnya yang ditutupi telapak tangan dan memandang sendu ke lantai. Yang mana di lantai ada karpet berwarna merah dan wajah Hiashi sedang tersenyum lebar.
'Kenapa aku selalu begini?'
Informasi saja, Hinata adalah anak yang tidak mahir dalam sosial. Dia gugup di depan khayalak ramai, jarang berbicara dan akan bersin ketika kegugupannya memuncak. Kegugupan memuncak salah satunya adalah saat dia berbicara dengan orang yang belum dikenal. Karena sifat Hinata, Hiashi lebih mempercayai Hanabi untuk meneruskan perusahaan tekstilnya. Namun Hiashi jelas berharap Hinata bisa berubah hingga minimal mengelola tanah pertanian mereka. Itu adalah salah satu alasan Hiashi menampangkan setiap bangunan rumah dengan wajahnya, agar anaknya berubah ! (Padahal tidak ngaruh sama sekali…)
Hinata hanya harus bersiap untuk membeli buku baru dan membuat catatan baru. Dia segera meng-sms teman satu-satunya di dunia…mungkin. Teman itu adalah Haruno Sakura, yang merupakan teman masa kecil Hinata.
To: Sakura Jidat Bercocok Tanam
Jidat-chan, buku catatanku ketinggalan karena tadi sore aku diganggu para wanita brengsek itu sehingga diriku terburu-buru meninggalkan kelas. Bagaimana ini Jidat-chan?
Semenit kemudian Sakura membalas
From: Sakura Jidat Bercocok Tanam
Tinggal beli baru Hinata, dan jangan panggil aku jidat dasar wanita sadis!
Hinata mengetik dengan cepat. Tiktiktiktiktiktooot (Eh bukan gini suara ketikannya ding!)
To: Sakura Jidat Bercocok Tanam
Nanti pinjam catatanmu ya Forehead-chan. Nanti aku cambuki-lah punggungmu 100 kali.
Sakura membalas
From: Sakura Jidat Bercocok Tanam
Tak akan kupinjamkan.
To: Sakura Jidat Bercocok Tanam
Bercanda..hehe ^0^ V. Makasih ya Sakura-chan, kau teman satu-satunya yang paling mengerti diriku.
Hinata menutup handphonenya dan tersenyum manis. Dia beruntung memiliki teman sebaik Sakura.
Omong-omong, salah satu sifat Hinata lagi adalah: ketika dia sudah dekat dengan seseorang, Jiwa "S" nya akan bangkit dan dia adalah wanita manis yang suka mencela.
Sungguh sifat yang mengejutkan.
Keesokannya,
Jam istirahat berdentang menandakan siswa-siswi mesti mengisi perut mereka agar memiliki tenaga cukup di jam pelajaran berikutnya. Hinata yang duduk di samping Sakura membuka bekalnya dan membagikan bekal itu karena Sakura memiliki kebiasaan malas membawa bento. Mereka tersenyum senang dan saling berbagi. Walaupun teman baik, saat kelas 2 sekarang Sakura sudah sangat sibuk dengan tim voli-nya. Dia adalah kapten tim sehingga biasanya sepulang sekolah, Hinata harus pulang sendiri. Hal itu adalah salah satu faktor Hinata sering diganggu anak-anak cewek jahil di KHS.
"Yo wanita bersin, aku ingin mengembalikan ini."
Tidak peduli, Uzumaki Naruto masuk ke kelas Hinata dan meletakkan buku catatan itu ke meja sang gadis. Hinata dan Sakura menoleh ke depan. Di depan meja mereka berdiri berandalan sekolah Uzumaki Naruto dan teman karibnya yang merupakan duta KHS, namanya Uchiha Sasuke. Hinata memandang kaget ke arah Naruto.
"K-kau tidak…" suara Hinata mengecil "…Membuangnya?"
Naruto menaikkan alisnya dan menggaruk belakang kepala "He?" sudah kubilang Naruto "He"mu itu menyebalkan "Untuk apa aku membuangnya? Benda ini tidak penting bagiku."
Sakura memandang sengit Naruto. Dia tidak suka dengan berandalan sekolah itu, apalagi temannya. Si angkuh Uchiha Sasuke.
"Kau beraninya-"
"Tetapi ini barang yang penting untukmu kan?" gumam Naruto sambil mengetuk dua kali buku catatan itu dengan telunjuknya lalu menyengir "Jaa ne…oh ya, jika kau mudah terkena flu, makan Diapet. Obat manjur untuk menghilangkan flu!"
"Naruto, Diapet itu obat untuk Diare…"
"Naniii'?! Benar kah Sasuke?! Empat hari yang lalu aku terkena flu dan makan obat ini, keesokannya aku sembuh kok."
"Orang bodoh tidak akan mudah sakit." Uchiha Sasuke, bermata tajam dan berambut ala pantat ayam memandang Sakura dengan tatapan merendahkan "Jangan menatapku seperti itu, Tuan Putri berjidat lebar."
"A-apa kau bilang?!" Sakura mengatupkan kedua rahangnya. Rasanya dia ingin menonjok wajah sok tampan di hadapannya ini.
"Ayo Naruto, kita pergi dari sini."
"Matte Sasuke," Naruto menggaruk belakang kepalanya dan mengulurkan tangannya ragu-ragu ke arah Hinata. Mata Hinata melebar. Dia yang dari tadi terdiam langsung merasakan jantungnya berdebar dan hidungnya mulai gatal.
"Aku lihat kau sepertinya tipe orang yang susah begaul. Ano…maaf jika kata-kataku menyinggungmu tetapi," Naruto memandang Hinata dengan penuh keyakinan "Maukah kau menjadi temanku-ttebayo?!"
"…" Sasuke
"…" Sakura
"Hat…hat…" Hinata.
Jantungnya berdebar kencang dan dia merasakan ada rangsangan di ujung hidungnya. Rasa gugupnya yang memuncak membuat dia berdiri, karena saking cepatnya berdiri membuat tubuhnya bergoyang dan wajahnya tepat di depan wajah Naruto serta berjarak 5 centi saja, mata biru Naruto melebar.
"HATSYUUUUUUUUUUU!"
Untuk ketiga kalinya Naruto terkena semburan Hinata. "He?" ucap Uzumaki itu dan dia teringat Orochimaru meramal di Tv sambil salto belakang gak jelas bahwa laki-laki berambut kuning yang mengembalikan sesuatu kepada wanita berambut lavender akan terkena semburan di siang hari.
Orochmaru sialan…Hidup itu memang indah, kamvret!
TBC
Icha comeback, alias mencoba menulis, alias mencoba mengetik, alias membuat fic baru dengan seenak jidat lebar Sakura. Maafkan atas MSB dna fic-fic lainnya karena Icha belum berani melanjutkan, Icha masih butuh feel huhuuuu T_T
Fic ini tidak terlalu panjang kok, sebuah Romance diselingi Comedy dengan bahasa ancur lebur seperti wajah Doni-san dan Pein. Oh ya, di sini Hinata sifatnya pemalu sangat amat, namun sisi aslinya berjiwa "S" khekhekhe…sedangkan Hiashi adalah pengusaha tekstil di bidang kain kolor (Informasi gak penting-_-)
Icha harap fic ini menghibur Readers semuanya dan sampai jumpa minggu depan ya~ muach-muach (Yang muach muach tadi Orochi lho *sambil kayang denga rok ketat*)
