a/n 0: karena ngasup itu wajib hshshhshshs

.

a/n 1: Midof!Aka buat ngasup ohyeaaaah


Karena horoskop yang mengatakan, maka baginya adalah absolut. Itu Midorima.

Karenanya, ia akan menjadikan gadis yang setahun lebih tua darinya adalah tipenya—kecocokan untuk golongan darahnya dan horoskopnya sudah dipastikan.

Berarti, walaupun dirinya tiba-tiba terpikat oleh gadis cantik yang lebih muda beberapa bulan pun darinya, tak akan ada kecocokan. Percuma. Buang-buang waktu untuk menyukainya. Midorima tak ingin melakukan hal percuma. Sebagaimanapun mata itu akan memerhatikannya terus-terusan daripada melawan nafsunya. Midorima akan terus mengelaknya—

—dan tak pernah menyangka bahwa si gadis itu akan berakhir menyapanya seperti ini.

"Midorima-kun 'kan?"

Tepat di hari valentine, saat semua sapaan gadis terdengar ambigu, walaupun merah pada gadis itu hanya pada rambut dan matanya, Midorima harus menjaga degup jantungnya dari bersahutan. Sial. Ia sudah camkan sendiri bahwa merasakan suka kepada orang yang bukan jodoh itu percuma.

"Iya, ada apa nodayo?"

"Midorima Shintarou-kun dari kelas sebelah, benar? Aku lihat nama kita selalu berjejeran di ranking ujian, ahaha. Sebentar lagi ulangan tengah semester, jadi kurasa aku harus berkenalan denganmu," katanya sembari mengumbar senyum cerah yang membuat hati Midorima tambah goyah. Dan bahkan kata-katanya tak ada sangkut-pautnya dengan hari kasih sayang ini; memangnya separah itu orang yang tidak pernah menjalin cinta sebelumnya? Lain kali Midorima harus mendengarkan nasihat Kise sepertinya.

"Iya. Memang ada apa kalau berkenalan sekarang?" kata-katanya menyembunyikan gugup, dan ekspektasi yang memenuhi kepalanya adalah belajar bersama. Gadis bermarga Akashi ini selalu mendarat di atas rankingnya sejak 3 semester lalu dan tiba-tiba mengajak berkenalan. Dulu, Midorima hanya merasa getir dengan kenyataannya yang selalu kalah namun saat mencoba melirik si gadis malah terpana-walau tak jujur. Sekarang ia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi kalau mencapai titik berkenalan seperti ini.

(Midorima sudah mencamkan tipe... jodohnya adalah gadis yang lebih tua darinya, ingat?)

"Hng, kautahu, kita bisa belajar bersama, Midorima-kun," nadanya seperti berpikir untuk memberi contoh lain, "aku lihat kau sering pergi ke perpustakaan-lebih sering dari banyak orang, makanya aku sering melihatmu. Sejak pertama kumelihatmu, kurasa kita cocok berteman."

Dan tatapan dari heterokromnya itu selalu menggelitik, menggoda hati Midorima. Oh.

"Dan satu lagi."

Eh? Bukannya sudah cukup seperti Midorima juga sudah terombang-ambing paradoks perasaannya sendiri?

"Ini."

Ah, cukuplah.

(Midorima benar-benar sudah tak bisa berkutik kalau disodorkan coklat begini.)

"Midorima-kun, ini coklat dariku," ucapannya selalu ditemani senyum. Oh tidak.

Sesaat setelah coklat itu berpindahtangan, Midorima yang masih kaku dan bisu, lalu Akashi yang tiba-tiba saja sudah hilang dari hadapannya.

Coklat itu didekatkan ke wajahnya... yang sudah sangat merah dan panas. Ah. Menutupinya. Ah. Tubuhnya tak kuat lagi menahannya-menahan rasa sukanya yang ia tahan-tahan setelah setahun itu.

"...aku benar-benar menyukainya."

Sebuah pernyataan berupa monolog oleh Midorima; di tengah-tengah salju putih yang menipis, angin yang bersiliran, setiap jemari yang memanas, dan pipi-pipi yang merona.

(Tuhan, maafkan dirinya yang telah melawan apa harusnya jodohnya menurutmu—mungkin?)

fin


a/n 2: tapi harusnya saya ngerjain pr matematika sekarang