Disclaimer : not own anything
Warning : OCC, Abal, Gaje, Tipo, and many more..
Uzumaki-Namikaze Naruto : 16 tahun, Uzumaki-Namikaze Naruko : 10 tahun setelah Time skip 2 tahun..
Standar disclaimer applied
Naruto : Anything for you
A Kuro Senju-Uchiha creation
Chapter 1 :
Uzumaki Naruto
.
.
.
Naruto 14, Naruko 8
Hari harinya.. Sungguh menyakitkan. Tidak pernah terpikirkan oleh dirinya, dia Uzumaki Naruto seorang anak dari Yondaime Hokage akan mendapatkan berbagai siksaan seperti ini. Dia meringkuk ditemani oleh beberapa orang yang selalu saja mencaci maki dirinya.
Bebatuan yang berukuran berbeda-beda, selalu saja mendarat tepat di kulitnya yang kini sudah banyak terdapat luka. Darah, dari kulit tangannya, kakinya dan kepalanya kini mengeluarkan itu. Tangisanlah yang dapat ia lakukan sekarang.
Rasa sakit, dapat dirasakannya disetiap kulitnya.
Rasa takut, mulai menghantuinya, dan menggerogoti keberaniannya.
Dia berpikir, andai kata mereka juga mengalami sama seperti apa yang ia derita, mungkin mereka juga sama seperti dirinya yang meringkuk terus dan yang bisa dilakukan hanyalah berdiam diri… Ketakutan.
''Hahaha.. Mati saja sana, Monster!'' satu kalimat setan dari salah satu dari mereka, membuatnya mau tidak mau harus tetap meringkuk dan Berdiam diri saja membiarkan segala benda tumpul maupun tajam mengenai anggota tubuhnya. Dia sungguh takut sekali.
Mencoba kabur, apa daya tubuhnya sudah letih apa lagi dengan banyaknya luka yang diderita tubuhnya sekarang ini, mustahil baginya untuk berlari dan mencoba kabur dari amukan masa ini. Dia berharap, akan ada orang yang menolongnya.
Waktu kian berlalu, namun tetap saja.. Harapan akan ada orang yang akan membantu menjadi sebuah angan baginya. Sampai akhirnya, mereka semua pergi, pergi meninggalkannya dengan sebuah senyuman kepuasan yang dapat ia lihat melalui celah kedua tangannya.
Tidak dapat dipungkiri, rasa lega menghinggapi hatinya sekarang ini. Ia berusaha berdiri dengan segala rasa sakit yang menderanya. Keberhasilannya dalam usaha untuk berdiri dan berjalan pulang menuju rumahnya, membuahkan sebuah senyuman di bibir penuh akan darah itu.
.OoOoOoO.
Namikaze Mansion, tempat tinggal sebuah Klan yang memiliki kemampuan khusus membuat Rasengan dan variasinya ini menjadi tempatnya untuk tinggal, tentunya dengan kedua orang tuanya beserta dengan adiknya.
Naruto berjalan dalam sebuah gang mansion ini dengan tertatih-tatih. Terkadang dia juga berpapasan dengan beberapa anggota keluarga yang menghuni di mansion ini. Alih-alih mereka menolong Naruto, justru mereka malah memandang sinis terhadap dirinya.
Seakan dia tidak pernah diharapkan ada di mansion ini. Jujur saja, hatinya meneriakinya untuk membalasnya, membalas dendam dan menuntut atas kesalahan dan perlakuan mereka semuanya pada dirinya. Namun, hati kecilnya berkata tegarlah akan semua ini, suatu saat nanti kau pasti akan bahagia, dan mereka pasti akan menyesalinya cepat, atau lambatnya.
''Bagus Naruko, kau semakin hebat saja!'' suara berbasis nyaring itu menyeruak masuk ke telinganya, dia menoleh ke tempat dimana Naruko dan ibunya Namikaze Kushina sedang melatih Naruko, adiknya. Melihat itu.. Perasaan entah apa itu, menyeruak masuk ke hatinya.
''Ayo, Naruko hari sudah mulai malam, lebih kita masuk saja ya—Naruto? Ehh NARUTO!'' Namikaze Kushina, istri dari Namikaze Minato ini yang tidak lain adalah ibunya berlari kencang menghampirinya yang sekarang ini dalam kondisi.. Yang tidak bisa dibilang baik. Ibunya berhambur memeluknya dan membenamkannya dilekukan lehernya. Senang.. Dia merasa senang.
''Naruto~ Kenapa tubuhmu penuh luka seperti ini sayang, apakah kau berlatih terlalu keras lagi!''
''Hahaha.. Maaf Kaa-san, hari ini aku berlatih terlalu keras jadinya begini he—Ittai!'' pukulan penuh cinta dari ibunya, membuat hati yang tadinya sakit dan bersedih menjadi berbunga-bunga. Kebohongan inilah yang dapat ia lakukan selama ini. Ia berbohong bahwa semua luka dan memar ini berasal dari latihan ekstrimnya.
Ia tidak mau, dan tidak mau tahu keluarganya apalagi adik tersayangnya Naruko tahu tentang dirinya yang menjadi bulan-bulanan para warga desa ini secara diam-diam. Namun dia merasa, ibunya sudah tahu akan ini semuanya, itu karena para anggota keluarga di mansion Namikaze ini memandangnya penuh akan kebencian dan kesinisan.
''Naruto, tidak usah ditutupi lagi. Kaa-san sudah tahu semuanya, yang tegar ya~'' bisikan halus ibunya, membuat jauh merasa nyaman lagi, dan Naruto memeluk erat ibunya dengan segala kasih sayang yang dia miliki.
''Kaa-san, sudahlah.. Tidak usah mengurusi aniki, mungkin dia baik-baik saja.'' Perkataan ketus dari adiknya, sudah terbiasa didengarnya setiap saat. Naruto tersenyum kearah adiknya yang sekarang ini berada dalam pintu masuk rumahnya, dan jawaban dari senyuman itu, hanya sebuah decihan tidak suka dari adiknya.
Ia memaklumi itu semuanya. Dia adalah sang Jinchuriki dari Kyuubi. Biju terkuat di dunia ini. Apakah kau berpikir, kenapa penduduk desa memanggilnya Monster? Itu karena ia meminta kepada kedua orang tuanya, agar menyebarkan pemberitahuan palsu mengenai Jinchuriki Kyuubi itu yang aslinya berada dalam tubuh adiknya menjadi berada dalam tubuhnya.
Dia akan menduga, jika pemberitahuan Jinchuriki itu berada dalam tubuh Naruko, pastinya hidupnya akan sengsara dengan berbagai hinaan dan siksaan dari warga yang membenci Kyubi itu sendiri. Kehidupan seorang Jinchuriki, jauh dari kata baik.
Dan itu membuktikan kepada selayaknya dirinya sekarang ini. Ia pasti akan menduga ini akan terjadi kepada dirinya, itu kenapa ia lebih memilih pemberitahuan palsu itu kepada orang tuanya, jika saja pemberitahuan itu mengatakan bahwa Naruko adalah sang Jinchuriki dari Kyuubi, mungkin ralat bukan mungkin tapi pasti.
Pasti dia akan mengalami siksaan ini tiada henti, dan membuat mentalnya menjadi turun, dan bisa juga berakibat fatal pada masa depannya, juga hatinya. Ia sudah menduga semua ini akan terjadi.
''Naruko-chan benar Kaa-san, aku baik-baik, sebaiknya Kaa-san masuk dulu'' selembut mungkin ia berkata kepada ibunya agar semua keadaan ini tidak menjadi kekhawatiran bagi sang ibu tercinta. Dan iapun berhasil, ibunya masuk terlebih dahulu menyusul adiknya yang sudah masuk.
Namun sebelum ibunya masuk secara menyeluruh, dia terlihat tersenyum tulus kepadanya. Dan balasannya tentu saja senyuman. Ia rasa, ini sudah cukup untuk menutupi semua ini. Andai saja dirinya menjadi jahat, mungkin keluarga ini beserta dengan seluruh anggota klan Namikaze akan dibantainya.
'Tidak, itu tidak mungkin' Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran jahat tadi. Mungkin.. cobaan yang akan Naruto hadapi kedepannya jauh dari kata baik, Uzumaki Naruto.
.OoOoOoO.
Naruto : 16, Naruko : 10
2 Tahun kemudian..
*Tring* *tring* *trin—Klik*
Deringan alarm jamnya, membuatnya harus mau tidak mau terbangun dari masa hibernasinya (?) Naruto terbangun dari tempat tidurnya, dengan mata yang masih mengantuk itu Naruto merapikan tempat tidurnya yang sempat berantakan akibat tidurnya.
Apa boleh buat, laki-laki ya pasti seperti itu bukan? Tidur tidak mungkin ranjangmu akan masih rapih sesedia kala. Ya mungkin selimutmu saja yang berantakan atau yang lainnya. Setelah dirasanya sudah rapih, Naruto mengambil handuk yang menggantung di dinding sebelah kanannya dan akhirnya dia berjalan masuk menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang baunya seperti—Tidak di deskripsikan—.
Setelah sampai dan masuk ke kamar mandinya, Naruto langsung saja merendamkan tubuhnya ke bak yang sudah tersedia disana dengan airnya juga tentunya. Dinginnya air di pagi hari seperti ini, membuat Naruto merasa agak menggigil.
Namun, lama kelamaan rasa dingin itu tergantikan oleh rasa nyaman dan tentram. Kelopak matanya tertutup, menyembunyikan segala keindahan didalamnya. Naruto, dia merasa hari ini akan berlalu panjang.
Kenapa? Karena dirinya akan menjalankan misi sendirian. Sendirian, Kenapa? Kalian tahu sendirilah, dirinya hidup di Konoha ini penuh akan rasa kebencian dari seluruh penduduk warga disini. Apalagi waktu dirinya di Akademi ninja dulu, sebanyak teman-teman yang sekelas bersama dengan dirinya, tidak ada yang mau berteman dengan dirinya. Kenapa? Kok seperti iklan ya?
Hidup yang sulit untuk ia jalani, apalagi dengan seluruh warga disini membencinya. Kalian bertanya, tidak seluruhnya bukan? Tentu saja ada orang yang menyayanginya, kemungkinan dapat ia hitung dengan beberapa jarinya saja.
Iruka, guru pembimbing dahulunya yang sekarang masih saja mengajar dan mengajar adiknya ini menjadi orang pertama yang mengerti dirinya ketika kecil dulu selalu tersiksa. Dia juga mengerti Naruto tidak mempunyai teman satupun di kelasnya.
Sampai akhirnya, Iruka selalu bersamanya dan menyayanginya sebagai mana seorang ayah kepada anaknya, dan itu membuatnya senang. Hari- ke hari, bulan- ke bulan terlah berlalu, orang yang menganggapnya ada juga semakin bertambah.
Teuchi dan Ayame, kedua ayah dan anak ini menganggapnya ada dan selalu menyayanginya, mereka berdua adalah pemilik kedai Ramen yang sangat di cintainya, Ichiraku Ramen, begitu nama itu tertulis dan tertampang jelas didepannya.
Tentunya masih ada lagi, Itachi Uchiha, walaupun sempat ia membencinya karena kedinginan seorang Uchiha itu, akhirnya ia malah menganggap dia sebagai teman pertamanya begitu juga sebaliknya. Itachi, tidak seperti Uchiha lainnya yang arogan dan angkuh, dia orangnya penyayang dan terkadang lembut.
Walaupun umur Itachi dan Naruto hanya bersikar sekitar 2 tahun saja, Naruto tidak pernah memanggilnya dengan sebutan Nii ataupun apa itu yang anggap saja menghormatinya. Naruto sering memanggil Itachi dengan sebutan keriput seksi, dan itu membuat teman Itachi yang bernama Sishui itu tertawa terbahak-bahak.
Sampai akhirnya Sishui juga menjadi temannya sekaligus teman keduanya. Mereka berdua adalah seorang Jounin, walaupun dalam masa jounin tidak lama dan langsung menjadi Anbu terpercaya.
Namun kejadian itu terjadi, Itachi disuruh untuk membantai semua anggota Klannya yang hanya menyisahkan adiknya saja yang bernama lengkap Uchiha Sasuke. Kalian bertanya kenapa dirinya bisa tahu, karena ia diberitahu oleh Itachi mengenai ini.
Itachi percaya bahwa rahasia ini aman bersama dengannya. Mengenai Sishui, dia mengorbankan nyawanya juga demi desanya, ia tidak tahu pasti kenapa Shisui mati, kabar itu didapatkannya dari Itachi sebelum dia melakukan hal sekeji itu.
Tapi ia menghargai keputusan Itachi, membela desanya apapun dia merelakannya termasuk juga keluarganya yang teramat sangat dia cintai. Sampai akhirnya dia bergabung ke organisasi gelap yang menamakan diri mereka Akatsuki.
Saat itulah dirinya berusaha berlatih terus agar bisa menjadi Jounin, dan akhirnya dia sampai menjadi Jounin dengan usahanya yang selama 2 tahun itu. 2 tahun berlatih tanpa henti membuahkan hasil yang memuaskan baginya.
Awal menjadi Jounin, tidak sesenang seperti yang ia harapkan. Setiap ada murid yang akan ia belajari mereka semua malah kabur dan mengadukannya kepada orang tua mereka, sehingga orang tua mereka semuanya yang termasuk jajaran murid yang akan di latihnya memprotesnya kepada Yondaime Hokage yang tidak lain adalah ayahnya.
Sempat ayahnya lepas kendali dan memarahi mereka, seakan tidak terima anaknya terus menerus dipanggil monster, seorang ayah memang harus seperti itu bukan, untung dirinya tepat ada di waktu itu dan berhasil menenangkan ayahnya yang sedang naik darah itu.
Dan kata-kata dari ayahnya yang selalu ia ingat adalah ''Tetaplah kepada pendirianmu Naruto, kau berjanji akan selalu menjaga desa ini dan seluruh warga disini dengan segenap nyawamu, walaupun mereka membencimu, justru itulah. Kesabaran seorang ninja diuji. Kau harus berjuang sendiri, kau sudah besar sekarang, dan suatu saat nanti kau pasti akan menduduki tempat yang aku duduki sekarang. Menjadi Hokage''
Menjadi Hokage? He, impian masa laluku yang penuh akan rasa semangat sebelum hari itu tiba.. Serangan seekor Biju yang bisa dibilang terkuat dari yang terkuat itu memporak-porandakan seluruh desa Konoha.
Orang yang melakukannya adalah seperti orang bertopeng, waktu itu dirinya yang masih kecil, tidak berani mendekat dan menjauh dari perebutan bayi yang ternyata adiknya yang berhasil dilahirkan dengan selamat berada didalam genggaman pria bertopeng itu.
Ayahnya mencoba menenangkan pria misterius itu, sampai akhirnya terjadi bayi itu dilemparkannya ke atas dan dengan kecepatan yang dipunyai ayahnya dia berhasil menangkapnya, namun ada kertas yang menyala dan meledak.
Waktu dulu, dirinya memang tidak mengerti akan kertas peledak itu namun sekarang ia mengerti semuanya. Justru itulah kesempatan yang dipunyai oleh pria bertopeng itu, disaat Ayahnya terpental keluar, dia mendekati ibunya dan membawanya dalam hisapan seperti halnya pusaran air.
Dia yang kecil dulu, ingin sekali menolong ibunya yang waktu itu tidak berdaya sama sekali setelah energinya terkuras akibat setelah melahirkan adiknya, namun apa daya, rasa takutnya lebih besar dari pada rasa ingin menolongnya, sampai akhirnya yang dapat ia lakukan adalah berdism diri dengan getaran disekujur tubuhnya.
Sampai akhir penyegelan itu tiba, ayahnya Minato akan menggunakan jurus terlarang apa itu dirinya tidak tahu, namun sebelum itu Hiruzen Sarutobi yang tidak lain adalah mantan Hokage ke tiga ini datang dan menyerbu masuk melalui celah kekkai yang dibuat ayahnya.
Hiruzen-jiji, memukul tengkuk Minato sampai akhirnya ayahnya pingsan dan ditolong oleh ibunya yang waktu itu penuh akan rantai yang muncul dibalik punggungnya dan berhasil mengikat rubah berekor sembilan itu yang sungguh besar. Setelah dirasanya tidak ada yang melihat aksi penyegelan ini, Hiruzen menggunakan jurus terlarang itu dan sesosok mahluk yang wajahnya mengerikan muncul dibalik tubuh rentan tuanya itu.
Hingga akhirnya, adiknya yang kala itu masih bayi di tempatkan disebuah altar yang dibuat oleh Hiruzen, dan akhirnya rubah itu berhasil disegelnya dalam tubuh adiknya yang menangis-nangis yang maksudnya apa itu, dia tidak mengerti akan itu semuanya.
Dan akhirnya, ketika seorang penasehat Konoha datang dan menanyakan siapa Jinchuriki dari Kyuubi, ia tidak segan-segan langsung menjawabnya dan itu membuat kedua orang tuanya memandang dirinya kaget, dan sampai akhirnya pemberitahuan itupun di umumkan sesuai dengan apa yang ia minta waktu itu.
'mengenang masa lalu…menyedihkan' tidak terasa, Naruto berendam dalam baknya sekitar 10 menit lewat. Setelah dirasanya sudah lama dirinya berendam, Narutopun berdiri dan mengambil handuk yang ia sampirkan disampingnya dan memakai untuk menutupi tubuhnya.
.OoOoOoO.
''Aku berangkat dulu Kaa-san, Naruko-chan!''
''Ya, hati-hati di jalan ya dan semoga misimu berhasil!''
''Ha'I''
Setelah memberi salam perpisahan itu, Naruto yang sekarang ini mengenakan rompi Jounin dengan daleman seperti halnya para Jounin itu melesat pergi dengan menggunakan shunsin yang sudah bukan hal tersulit lagi baginya.
Dulu, dia memang sulit untuk belajar menggunakan shunsin, sampai-sampai butuh waktu dua minggu untuk bisa melakukan hal semudah itu. Itu menurut mereka mudah, tapi baginya itu terlalu sulit, bahkan menurutnya, Naruto mengakui bahwa dirinya memang yang paling terlemah dalam keluarganya.
Rasengan, yang merupakan jurus khusus Klannya hanya bisa berputar sempurna ketika dibantu oleh Klon bayangannya, menyedihkan bukan. Membuat variasi Rasengan, mungkin itu hanya mimpi.
Tetapi, ketika dirinya mengetahui bahwa adiknya yang baru berumur 7 tahun waktu itu bisa membuat Rasengan sempurna tanpa dibantu oleh Klon bayangannya, membuatnya begitu senang, namun sayang. Adiknya tidak pernah menyayangi dirinya, itu karena dia beranggapan.
'Kenapa aniki lemah! Teman-temanku bilang bahwa anikimu itu payah, mereka bilang bahwa aniki itu super bodoh dan sebagainya, aku di ejek oleh mereka kak! Aku di ejek! Aku benci aniki' rentetan kata itulah, awal dari adiknya yang mulai membencinya untuk sekian waktu yang panjang.
Fakta berbicara, memang dirinya lemah, super bodoh dan sebagainya. Kata-kata dari adiknya memang benar, tetapi kata-kata itu bisa dirombak suatu saat nanti tentunya. Ia belajar dan berlatih seharian, dia terus saja berlatih dan berlatih.
Naruto berlatih untuk menjadi kuat hanya untuk adik tersayangnya saja, agar dia tidak akan mendapat ejekan lagi di kelasnya. Sampai akhirnya, dia berhasil.. Dia berhasil menjadi Jounin yang seperti sekarang ini, namun adiknya.. Masih tetap membencinya.
Seakan dia tidak akan pernah memaafkan dirinya yang sudah terlanjur membuatnya sakit hati itu. Naruto memakluminya, bagaimanapun juga.. Dia itu masih kecil, dan masih terlalu labil untuk berpikir. Biarkanlah waktu dan takdir yang akan mengubah segalanya.
.OoOoOoO.
Di kantor Hokage..
Seorang pria berambut pirang yang mempunyai rambut sama seperti Naruto itu, kini telah disibukan oleh beberapa monster kertas yang menumpuk di meja kerjanya. Dia terlihat memijit pelan pelipisnya, mungkin menjadi Hokage adalah kesialannya dan tidak sesenang yang ia bayangkan itulah yang ada didalam pikiran yang Yondaime Hokage ini.
Atau yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari Uzumaki-Namikaze Naruto. Seorang Hokage yang menjabat muda ini adalah pahlawan perang dari PDS3, dia dijuluki sang Konoha no Kirou Senko. Kilat kuning dari Konoha itulah artinya, kenapa demikian, karena dia adalah seorang ninja tercepat yang pernah ada setelah Raikage 3 tentunya.
Ketika gerakan cepat itu dilakukan oleh Minato, seberkas kilatan kuning tertinggal ketika ia lakukan gerakan cepat itu, itulah kenapa dia dijuluki demikian.
*Pofft*
Kepulan asap yang muncul didepannya, membuatnya menjadi terduduk tegap lagi sambil mengutak-atik beberapa kertas disana, dan diapun mengambil sebuah Scroll hijau dari lacinya. Dia tidak usah lagi melihat kedepannya dan siapa gerangan yang datang menemuinya karena dia sudah tahu..
''Hokage-sama, saya siap melaksanakan misi tersebut''
''Tidak usah sebegitu formalnya Naruto, kamu kan anakku, jadi panggil saja aku Tou-san oke'' bahwa itu adalah anaknya. Sebuah penyesalan terkadang menghantui Hokage muda ini, dia menyesal ketika Naruto menjadi tidak mempunyai teman dan dijauhi oleh beberapa penduduk desa.
Mungkin inilah kenapa waktu itu Naruto meminta kepadanya agar pemberitahuan tentang Jinchuriki palsu itu di umumkan kepada khalayak umum. Hah~ dirinya tidak menyangka bahwa anaknya ini, bisa berpikir sampai kesitu, mungkin maksudnya dia tidak ingin..
Adiknya terluka karena sebagai Jinchuriki.
Adiknya selalu sendirian karena sebagai Jinchuriki.
Adiknya selalu mendapat siksaan karena sebagai Jinchuriki.
Mungkin.. Itulah maksud dari anaknya ini, Naruto. Dia merasa bangga terhadap anak ini, anak yang sungguh baik namun tidak kuat. Anak yang sungguh sabar namun tidak Arogan, dan lainnya yang didenifisikan sebagai baik.
''Ini misimu, mungkin ini sedikit berbahaya bagimu mengenai ini adalah Rank S. Kamu akan di tugaskan ke Amegakure untuk mencari keberadaan tentang organisasi Akatsuki. Ini adalah misi bahaya, aku tidak tahu kenapa tetua desa membuat misi ini kepadamu, mungkin ada keganjilan disini. Namun yang pasti, kamu harus hati-hati Naruto, bawalah beberapa alat yang mungkin bisa membantumu dalam misi ini. Semoga kamu bisa pulang dengan selamat'' setelah mendapat penjelasan dari ayahnya ini, Naruto mengangguk pelan sambil berjalan maju mengambil Scroll berwarna hijau itu dari tangan ayahnya.
''Saya persimi dulu, Tou-san'' dan setelah ucapan itu keluar dari mulut Naruto, dia menghilang seperti biasanya dengan kepulan asap yang selalu tertinggal. Minato berpikir, apakah sebaiknya ia melatih Naruto menggunakan Hiraishin? Lagi pula tubuhnya juga sudah masuk ketahap remaja, namun.. Apakah Naruto bisa mempelajari Hiraishin dengan mudah, membuat Rasengan saja masih sulit. Membuat Rasengan gagal, efek sampingnya adalah tangannya terluka. Namun ketika mempelajari Hiraishin gagal.. Konsekuensinya adalah, bisa saja terjebak di celah dimensi.
Dan itu bisa berbahaya bagi anak sulungnya itu. Namun apa daya, ia harus menjadi guru Naruto untuk mengajarinya teknik Hiraishin yang dipunyainya. Setelah berdebat dengan hati dan pikirannya, Minato kembali mengerjakan segala tugasnya, dan yang ia inginkan adalah.
Menyelesaikan kertas dengan kekuatan tidak terbatas ini..
.OoOoOoO.
Akademi Ninja…
*Pofft*
Akademi ninja, tulisan itu terpampang jelas didepan indra melihatnya. Tidak terasa dia tersenyum kecil, ia tersenyum karena dirinya mengingat ketika ia sekolah disini tidak mendapatkan teman satupun.
Mengenang masa lalu yang suram, bukannya sedih.. Dia malah tersenyum. Mungkin.. Ia menerima semua ini dengan lapang dada. Setelah selesai bernostalgia dengan pikiran dan tempat ini, Naruto berjalan masuk dan menuju ke kelas adiknya untuk bertemu dengannya.
Siapa tahu dirinya akan mati dan inilah pertemuan terakhirnya dengan adik tersayangnya. Dan itu kenapa Naruto menuju kesini dan bermaksud untuk menemui adik tercintanya itu. Ketika dirinya sampai didepan tempat kelas dimana Naruko belajar.
Dia langsung saja melihat kedalamnya untuk melihat keadaan dan situasinya, dan ia melihat Iruka-sensei tengah menerangkan beberapa sejarah dari Konoha untuk murid-muridnya, namun dia rasa penerangan itu tidak berarti bagi muridnya.
Karena sebagian besar dari mereka hanya menguap dan tertidur. Sama seperti dirinya di masa lalu yang seperti itu.
''Permisi'' setelah Naruto mengucapkan itu dengan cukup keras, Iruka yang tadinya sedang semangatnya menerangkan sejarah itu langsung saja menghentikan penerangannya dan melihat keluar pintu, dan disana Iruka melihat Naruto memakai rompi Jounin tersenyum kearahnya.
Dan Iruka pun berjalan mendekat kearah dimana Naruto berdiri. Sambil sesekali Iruka tersenyum terhadap muridnya ini yang sudah tumbuh besar.
''Ahh Naruto lama tidak bertemu. Ada apa kesini, dan ngomong-ngomong kamu sudah besar ya,''
''Hahaha, iya lama tidak bertemu Iruka-sensei. Aku kesini mau bertemu Naruko dan ingin membicarakan sesuatu yang penting. Bisakah Iruka-sensei meperbolehkannya?'' kata Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang sungguh tidak gatal sama sekali. Dan jawaban yang diberikan oleh Iruka adalah berupa anggukan.
''Tentu saja, tunggu sebentar.'' Setelah mengucapkan itu, Iruka berjalan masuk sambil memanggil nama lengkap adiknya, dan dari arah tempat duduk paling ujung adiknya yang bernama Naruko itu berdiri sambil berjalan mendekat kearah Iruka dengan muka kesalnya.
Mungkin itu ditujukan untuk dirinya. Naruto melihat Iruka membicarakan sesuatu kepada Naruko dan Naruko sepertinya tidak mengidahi berbagai ucapan dari Iruka. Itu terbukti dengan muka Naruko yang seolah mengantuk dan bosan itu.
''Ini dia.. Selamat mengobrol'' Iruka datang kepadanya sambil membawa Naruko yang berada disampingnya. Dan dengan se formal mungkin untuk menghormati gurunya ini, ia menunduk sambil mengucapkan terima kasih dan menyeret Naruko menjauh dari lingkup kelasnya.
''Ada apa Aniki, cepatlah aku lagi malas bersamamu'' Naruto berjongkok, mencoba menyesuaikan tingginya dengan Naruko.
''Naruko… Aku akan menjalani misi yang mungkin bisa pulang terlalu lama, mu—'' sebelum Naruto menyelesaikan perkataannya sudah dulu dipotong oleh Naruko ''Siapa yang perduli, cepat sana pergi saja, mau pulang lama atau tidak pulang sama sekali itu bukan urusanku. Hanya itu saja bukan, sekarang aku mau kembali kekelasku''
Naruko.. Adiknya ini berani memotong perkataannya dan menjawabnya dengan nada cuek. Sepertinya, dia masih saja membencinya akibat ucapan ejekan dulu. Mungkin akan sulit untuk memahi arti ejekan itu bagi usia adiknya ini yang masih terbilang labil.
''Naruko jangan potong ucapan anikimu!'' untuk pertama kali dalam hidupnya, Naruto baru sekarang ini mengucapkan dengan tegas kepada adiknya, melihat itu tentu saja adiknya langsung kaget dan tertegun. Dia melihat Naruto atau kakaknya ini dengan mata membulat.
''Naruko.. Kamu adalah adik tersayang kakak, aku tidak mau kamu terus menerus dilanda kebencian ini kepada kakakmu. Aku tahu, kamu pasti sulit menghapus kebencianmu terhadap kakakmu ini. Tetapi aku mohon, untuk terakhir ini saja kamu harus mendengarkan kakak sayang~'' Naruto berbicara selembut mungkin terhadap adiknya, dia tidak mau perkataan tegasnya bisa menambah kebencian di hati adiknya.
''Kakak akan pergi untuk waktu yang lama. Mungkin bisa saja aku tidak akan kembali. Maka dari itu,'' Naruto merogoh tangannnya kesebuah saku celananya dan mengambil sebuah kalung.
''Ini untukmu.. Ini adalah hadiah dariku yang waktu ulang tahunmu yang ke 7 tahun itu tidak mau menerima hadiah dariku. Aku membuat ini dengan susah payah bahkan hampir membuat separuh Chakraku habis dibuatnya. Aku ingin kamu memakainya, jika saja kamu tidak suka.. Buang saja'' Naruto memasang kalung itu di leher putih milik adiknya yang masih kecil itu, kalung itu berbandul huruf NN yang berarti Naruto dan Naruko dengan warna perak yang menghiasinya. Mungkin inilah yang dapat ia berikan kepada adiknya jika saja nyawanya tidak selamat.
''Sekarang kamu boleh kembali kekelasmu, ingatlah.. Sebenci-bencinya kamu kepadaku, semarah-marahnya kamu kepadaku. Aku akan selalu menyayangimu.. Imouto'' untuk terakhirnya, dia mencium kening adiknya. Setelah melakukan itu dia tersenyum kearah Naruko yang sekarang ini berwajah entah apa itu dia tidak tahu.
Matanya berkaca-kaca, dengan bibir yang hampir bergetar. Naruto tidak tahu akan ekspresi wajah dari adiknya ini, dia bukanlah seorang yang mampu membaca ekspresi wajah. Setelah dikiranya urusan terkahirnya telah selesai, dia pun berdiri dan mengelus pelan surai keemasan milik adiknya.
Dan diapun menghilang dengan kepulan asap yang ditinggalkannya. Tanpa diduga, Naruko meremas erat tanda kalung itu yang berbentuk NN. Dan diapun kembali kekelasnya dengan meninggalkan sebuah gumaman yang mungkin tidak akan dipercayai oleh Naruto.
'Aniki.. Aku benci mengatakan ini, tapi.. Pulanglah dengan cepat dan selamat, aku pasti akan merindukanmu'
.OoOoOoO.
Dengan Naruto…
Ninja pirang ini, tengah asyiknya meloncat kesana-kamari melewati berbagai pohon untuk dilaluinya. Kaki yang berbaluk sepatu khusus ninja itu kini telah kotor oleh lumpur ketika dia melewati dan menginjak lumpur secara tidak sengaja.
'Amegakure.. Jiraiya-sensei pernah mengatakan mengajar seorang anak disana, mungkin saja aku dapat bantuan bersama dengan mereka disana, namun…' secarik kertas langsung dikeluarkannya dari saku rompi yang dipunyainya.
'Maaf Tou-san, aku secara diam-diam mencatat beberapa tehnik untuk bisa menggunakan Hiraishin.' Secarik kertas yang berada dalam tangannya adalah berisi tentang tehnik-tehnik awal untuk menggunakan Hiraishin yang dipunyai ayahnya. Sambil terus melaju cepat menuju ke Amegakure dia sesekali membaca tehnik-tehnik itu.
'pertama, kau harus bisa menggunakan Fuinjutsu, jika Fuinjutsu tidak kau kuasai maka untuk mencapai Hiraishin kau harus menunggu beberapa tahun lagi sebelum menguasai Fuinjutsu' untung dirinya sudah bisa menggunakan Fuinjutsu, Naruto merasa harus berterima kasih kepada ibunya yang selama 9 tahun ini melatihnya menggunakan Fuinjutsu.
'Kedua, jika kau berhasil mengusai Fuinjutsu seperti syarat diatas, kau harus membutuskan sebuah kertas kosong dan juga dengan tintanya untuk menulis sebuah Fuin disitu. Catatan, keberhasilan sebuah Fuinjutsu yang kau tulis, tergantung oleh baik dan benarnya apa yang kau tulis' sudah ia duga pasti akan ada sebuah tinta dan kertas, untung tadi dia sempat mempersiapkan berbagai alat untuk perbekalan ini.
Kefokusan matanya yang terus menerus membaca dan melihat kertas itu membuat jidat kepalanya mau tidak mau harus berbenturan dengan batang pohon yang keras, dan langsung mengakibatkan Naruto terjaduh dan mengaduh kesakitan. Poor you Naruto.
''A-aduhh, sial lantaran aku terlalu fokus kepada kertas yang aku baca, jadinya aku tidak melihat keadaan didepanku, ahh kau memang payah Naruto'' untung saja dia memakai Hitta attei untuk melindungi jidatnya, jadinya dampak berbenturan itu tidak berakibat fatal. Setelah mengutuk kebodohan dirinya, Naruto langsung saja secepatnya melesat menuju ke Amegakure.
'Baiklah, kali ini aku harus fokus kedua sisi. Syarat ketiga, Setelah menyiapkan semua itu, tulislah sebuah Fuin yang berartikan perpindahan dalam kertasmu, tulisannya harus dengan baik dan benar jika mau tehnik ini berhasil.' Dia langsung saja menghadap kedepannya untuk melihat keadaan agar kejadian tadi tidak terulang kembali. Setelah itu dia melihat sebuah goa yang terletak disisi kanan dari beberapa pohon dan bambu hijau yang menutupinya.
Naruto yang merasa kelelahan langsung saja menghampiri goa itu dan beristirahat didalamnya. Bagi Naruto yang takut akan hal-hal berbau mistis atau sebut saja hantu, dia masuk ke goa itu dengan getaran tubuh terlebih dahulu sambil sesekali matanya memerhatikan lingkungan sekitar goa.
''Aman, dan tempat yang cocok untuk berlatih melakukan jurus Hiraishin'' setelah itu Naruto menggelar tikar putih untuk alas tempatnya duduk. Beberapa alat mulai dikeluarkan dari penyimpanan Scrollnya, mulai dari tinta, pena dan juga dengan kertasnya. Setelah itu, dia mengambil beberapa kunainya yang dikiranya cukup.
Naruto mulai menulis sebuah tulisan berupa Fuin yang berartikan perpindahan, ia mulai corat-coret sana sini hingga mencapai tahap penyempurnaan. Setelah selesai dia melihat hasilnya, ternyata masih belum ada yang sempurna, tulisan Fuin itu ada yang melengkung dan ada yang panjang sedikit.
'Ternyata, membuat ini lebih sulit dari apa yang aku bayangkan' kata batinnya yang menyesali ternyata membuat sebuah Fuin untuk Hiraishin lebih sulit dari pada membuat Fuin untuk tempat penyimpanan. Ia meremas kertas tidak berguna itu dan membuangnya secara sembarangan.
Naruto menyediakan kertas lagi dan mulai menulis lagi. dan lagi-lagi tulisannya masih saja kurang benar. Ia meremasnya lagi dan membuangnya. Tulis lagi, salah lagi, dan buang lagi. Tulis lagi, salah lagi, dan buang lagi. Lagi, lagi dan lagi, Begitulah seterusnya sampai menyisahkan beberapa lembar kertas saja.
''Sial! Ini lebih sulit.. Kertasnya juga tinggal sepuluh lembar saja, aku harus teliti dan terlihat rapih. Aku pasti bisa'' entah sudah berapa kali ini Naruto mencoba lagi untuk membuat Fuin itu agar benar, dia dengan teliti dan secara pelan menulis Fuin itu di kertas kosong yang dipegangnya dibawah.
Kali ini dia tidak akan membuang banyak kertas karena kebodohannya, dan sampai akhirnya..
''Akhirnya, aku bisa juga. Sekarang tinggal melihat syarat terakhir. Kelima, setelah Fuin itu jadi, tempelkanlah kepada salah satu senjatamu yang akan menjadi media perpindahan untukmu. Setelah berhasil ditempel, cobalah meletakan senjata itu yang sedikit jauh dari tempatmu berdiri.'' Setelah membaca itu Naruto langsung saja melilitkan kertas yang sudah ia tulis Fuin itu kepada gagang kunai yang dimilikinya, dan langsung saja melemparkan kunai itu hingga menancap tepat di pohon.
Lalu setelah itu, dia mulai membaca lagi melalui hatinya 'Cara perpindahannya merupakan bagian tersulit untuk soal ini, kau harus fokus terhadap perpindahanmu, pikiranmu dan hatimu harus siap untuk menerima perpindahan secara paksa. Jika hanya pikiranmu saja yang siap menerima perpindahan dan hatimu tidak, maka bisa jadi kesalahan kecil yang membuat kepalamu serasa mau pecah, ada juga konsekuensinya yang terbilang berbahaya. Jika hatimu dan pikiranmu tidak menerima perpindahan itu, bisa jadi kau akan terseret ke dimensi lain. Catatan, berhati-hatilah'
Oke Konsekuensi yang terakhir itu membuat ludah Naruto yang mau ia telan entah kenapa susah sekali seperti halnya gumpalan kertas. Kepala sakit bukan masalah, tapi terseret ke dimensi lain dan bisa jadi tidak kembali, bisa berbahaya bukan? Mungkin Naruto akan berpikir ulang untuk melakukan jurus ini.
'Sial.. Apa boleh buat, aku sudah terlanjur sampai kesini, aku harus mencoba mau tidak mau' setelah pikirannya menyetujui perpindahan ini, ia menghela nafasnya secara kasar. Setelah dirasanya pikiran dan hatinya ditenangkan dan menerima perpindahan dia mulai fokus untuk perpindahannya. Naruto memejamkan matanya dan langsung saja menyebutkan nama jurus itu.
'Hiraishin'
Dan apa yang terjadi… Tidak terjadi apa-apa. Setelah dirasanya tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya, Naruto membuka matanya dan melihat sekelilingnya, ternyata dirinya masih tetap berdiri di depan pintu masuk goa itu.
Setelah dirasanya gagal, dia mencoba lagi, namun gagal lagi. Diapun terus menerus mencoba terus, seakan tidak akan menyerah untuk mencapai kesuksesan.
'Hiraishin!'
'Hiraishin!'
'HIRAISHIN!'
Oke mungkin yang terakhir itu dirinya mulai kehilangan rasa bersabarnya. Mungkinkah dirinya kurang fokus, sehingga kegagalan ini terjadi? Dia mulai mencoba untuk fokus. Fokus dan fokus dia terlihat sangat fokus untuk saat ini, matanya tertutup sambil terus menerus mengatur nafasnya agar sesuai, dan sampai akhirnya..
'Hiraishin no jutsu'
Dia merasakan tubuhnya serasa tertarik dan berhenti, apakah ia berhasil? Itulah yang ada di pikirannya. Naruto pun membuka kelopak matanya dan melihat sekelilingnya, dan ia berdiri disamping pohon dimana letak kunai itu menancap.
''YATTA.. AKU BERHASIL!'' senyum kesenangan merekah indah di wajahnya. Dia meloncat-loncat bagai anak kecil padahal di usianya yang sudah remaja dan beranjak dewasa itu masih saja perilakunya seperti anak kecil.
Setelah ia merasa puas berkeliling dan berteriak girang, Naruto pun kembali dan mengambil kunai yang tertancap di pohon itu. Sebelum kunai itu disimpannya dalam kantong Naruto memerhatikan terlebih dahulu beberapa Fuin yang benar yang akan dia tulis lagi, dan serasa puas melihat semuanya.
Kunai itupun ia masukan kekantong khususnya yang hanya untuk kunai bersegel Hiraishin ini. Setelah dirasanya istirahatnya cukup untuk melakukan latihan itu. Naruto mengemasi berbagai bahan yang tadi sempat dikeluarkannya dan memasukkannya kembali kedalam Scroll penyimpanan.
Dan setelah itupun dia bergegas melesat pergi meloncat kesana-kemari dengan lincahnya. Berbagai batang pohon ia jadikan media meloncatnya dan meninggalkan jejak kakinya. Naruto berpikir, mungkin dengan menggunakan Hiraishin perjalan menjadi lebih cepat sampai.
Iapun mengambil kunai tadi yang sempat dijadikan media pelatihannya. Lalu dengan cepat Naruto lemparkan kunai itu kedepan dan langsung berpindah. Begitu seterusnya hingga entah kenapa ia mulai merasa lelah akan semua itu.
Siapa sangka, bahwa penggunaan Hiraishin secara terus menerus bisa menguras tenaga sedikit demi sedikit. Namun bodohnya Naruto, disaat kelelahan itu dia tetap saja melemparkan kunai itu dan bermaksud untuk perpindah lagi. Yang mengakibatkan kepalanya harus merasakan sakit.
''Sial! Aku lupa kalau menggunakan Hiraishin secara besar-besaran dapat berakibat fatal'' sambil sesekali memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, Naruto tetap melaju demi mencapai desa Amegakure.
OoOoOoO
Amegakure..
Rintikan air yang jatuh dari atas beserta dengan keadaan awan yang hitam, selalu terhias dan terpampang jelas di mata semua orang yang bertempat tinggal di desa ini. Siapa yang tidak tahu akan desa Amegakure ini? Desa yang menjadi korban dari keganasan perang ini, sekarang telah berubah menjadi maju.
Banyak para penduduk sekitar disini berlalu lalang dengan jas hujan ataupun payung mereka demi mendapatkan dan membeli berbagai keperluan keseharian mereka semua. Namun di balik hujan yang selalu mengguyur desa ini.
Ternyata, hujan itu adalah sebuah replika jurus yang di ciptakan oleh seseorang yang sekarang ini berada tepat berdiri diatas menara tertinggi. Jubah hitam dengan aksen awan merah yang sudah bukan rahasia umum lagi itu bergoyang-goyang, menari bersama angin yang melewatinya.
Matanya yang sungguh tidak wajar itu, menatap tajam kedepannya. Lalu dia bergerak, dan berjalan mundur untuk menemui seseorang yang memakai pakaian sama seperti dirinya. Namun bedanya ia laki-laki, dan dia perempuan.
''Konan… Kau urus dia'' orang yang di panggil Konan oleh orang itu menyahutnya dengan anggukan kepala. Dan tidak lama kemudian, tubuh itu.. berubah menjadi kertas, dan terbang.. terurai, hingga meninggalkan sebuah suara gumaman dari Konan, nama itu.
''Aku akan urus dia.. Pein''
Orang yang ternyata bernama Pein itu menghentikan langkahnya demi melihat kepergian teman se-Partnernya. Dia melihat puluhan kertas berbentuk kupu-kupu berterbangan menjauh dari tempatnya berdiri.
''Jangan sampai kalah.. Aku merasakan Chakra asing darinya''
To be continued..
A/N : Hohoho.. Oke aku datang lagi dengan membawa fic baru yang senguja aku buat Naruto berkembang secara perlahan. Walaupun terkadang diantara Reader tidak terima dan tidak suka akan ini. Kenapa? Kenapa harus kenapa? Bukankah kalian lebih memilih fic yang Narutonya memiliki kekuatan full power, atau lain sebagainya?
Dan menurutku, fic yang seperti ini pasti akan tertinggalkan dan tidak suka bukan? Itu pasti.. Aku membuat fic seperti karena aku mau membuat sebuah karya Komikku, aku berusaha agar pengembangan karakternya bisa bagus dan perfect.
Dan aku tidak mau kalau karakter utamaku dalam komik ciptaanku menjadi terlalu overpowered. Dan soal kenapa aku updatenya selalu telat dan belum tentu ada kelanjutan dari fic Naruto : The power of yami rinnegan. Dan untuk Akira no Sikhigawa, fic Demon King.. Akan di publish setelah hari raya saja.
Itu karena aku sedang dikejar deadline untuk mengomik. Bagaimanapun juga, sayang sekali kan kalau ada ide tidak menuangkannya dalam bentuk gambar? Bisa saja komikku laris dipasaran *ngarep*.
Dan disini, Minato dan Khusina masih hidup dan berhasil mendirikan sebuah Klan Namikaze yang kemampuan khususnya adalah membuat Rasengan dan variasinya. Sebenarnya aku sempat bingung akan Fic-fic yang lain tentang Klan Namikaze.
Sebuah klan, bukannya harus ada kemampuan khususnya? Seperti Nara dengan jurus bayangannya dan lain-lain, tetapi ketika aku baca di fic lainnnya yang ada Klan Namikazenya yang aku mau tanyakan adalah ''Apa kemampuan khususnya? Tidak mungkin sebuah Klan tidak mempunyai kemampuan khusus bukan?'' hanya itu, kalau ada yang tersinggung aku minta maaf.
Oke mungkin segitu dulu.. Apakah yang akan terjadi selanjutnya? tetap bersama di CC—*Plakk* maksud saya tetap berada di Naruto : Anything for you.
Semoga hari-hari kalian semua menyenangkan.
Dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
.
.
XcXcXcXcXcXcXcXcXcXcXcXcXcXcXcX
Kuro Senju-Uchiha out..
Review?
VVVVVVVVV
VVVVVV
VVV
VVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVV
VVVVVV
VVV
V
