Ini ff pertama saya tentang kurobas, kritik dan saran saya terima dengan lapang dada. Asal jangan di plagiat aja.
.
.
Kuroko no basuke © Fujimaki Tadatoshi
.
.
FF written by May_Angelf
(Warning: Typo, Bahasa tidak jelas, Cerita tidak karuan)
.
.
~Angel Or Demon~
Kuroko tidak bisa berhenti untuk mengalihkan pandangannya ke luar jendela, meskipun seorang guru killer tengah menerangkan mata pelajaran di depan kelasnya, tapi kuroko seolah tidak peduli. Toh dia juga tidak dipedulikan bahkan mungkin eksistensinya tidak pernah dianggap.
Langit cerah berwarna biru di luar sana tentu saja lebih menarik untuk dipandang dibandingkan dengan gurunya yang berkepala botak sebelah. Ditambah lagi di bawah langit itu terdapat warna-warna indah yang tampak menari-nari di mata Kuroko, membuat imajinasinya berkembang liar.
"Andaikan aku bagian dari mereka," lirih Kuroko sambil membayangkan dirinya berada di tengah-tengah mereka.
Yah.. di bawah sana, di bawah langit biru yang indah, di tengah lapangan basket sekolah terdapat lima orang dengan rambut berbagai warna layaknya pelangi tengah asik bermain bola basket. Mereka adalah Aomine Daiki, Murasakibara Atsushi, Midorima Shintarou, Kise Ryota dan Kagami Taiga. Tak lupa juga seorang gadis manis dengan ukuran dada di atas rata-rata yang selalu mengawasi mereka di samping lapangan, Momoi Satsuki.
Jangan tanyakan kenapa mereka ada di sana sedangkan Kuroko dan yang lainnya belajar di ruang kelas, jawabannya sudah pasti karena mereka istimewa. Seandainya mereka bermain di waktu jam istirahat, pastilah seluruh pasang mata akan teralihkan pada mereka, teriakan para siswi akan menggema dan suasana di sekolah tak ubahnya seperti konser musisi ternama.
^May Angelf^
Kuroko masih setia menatap ke luar jendela, bedanya kali ini dia berada di rumahnya, bukan lagi di sekolah. Langit biru yang cerah telah berubah menjadi hitam kelam, tidak ada warna yang bisa Kuroko lihat, hanya ada setitik cahaya yang bertebaran di langit sana.
"Bahkan langit pun lebih beruntung daripada aku, masih ada setitik cahaya yang bersinar di sana," lirih Kuroko.
Setelah kepergian ibunya, Kuroko merasa kesepian. Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan, ditambah lagi sebagai seseorang yang memiliki hawa keberadaan sangat tipis, dia selalu diabaikan dan tidak pernah diperhatikan, bahkan terlupakan. Itulah mengapa Kuroko selalu sendirian dan tidak punya teman. Setiap kali dia mencoba untuk berinteraksi mereka selalu berteriak ketakutan dan menganggap kuroko setan karena muncul tiba-tiba, padahal Kuroko sudah berada di sana sejak lama tapi mereka tidak menyadari keberadaannya.
"Yah, setidaknya mereka tau aku hidup di dunia," lirih Kuroko lagi.
Kuroko masih setia memandangi langit malam dari jendela kamarnya sampai akhirnya sebuah cahaya bersinar terang yang meluncur di langit sana menarik perhatiannya.
"Bintang jatuh!" teriaknya senang.
Dengan wajah yang berbinar dan senyum merekah, dia segera memejamkan mata, menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan mengucapkan sebuah permohonan di dalam hati. "Aku harap aku memiliki teman."
Kuroko membuka kembali kedua matanya, senyum yang jarang menghiasi wajahnya masih belum sirna. Ia ingat dulu ibunya pernah berkata bahwa bintang jatuh akan selalu mengabulkan permintaan yang mereka ucapkan. Kuroko memang tidak mengerti apa yang ibunya bicarakan, dia bahkan tidak percaya dengan apa yang ibunya katakan. Tapi setelah ibunya tiada, entah kenapa kuroko menjadi percaya dan mengharapkan bintang jatuh setiap malam tiba.
KrasSakK bRaKkk Brugh
Sebuah dentuman keras yang berasal tak jauh dari jendela tempatnya berdiri tiba-tiba mengagetkannya. Mata Kuroko membulat sempurna saat dilihatnya sebuah lubang besar menghiasi atap kamarnya, bahkan serpihan-serpihan genting masih berjatuhan di atas ranjangnya, membuat kamarnya persis seperti kapal pecah.
Jantung Kuroko berdegub kencang, tubuhnya bergetar hebat, dia bahkan sudah jatuh terduduk tak mampu lagi menopang berat badannya. Tapi sebagai seseorang yang selalu sendirian, dia tidak mungkin mengharapkan bantuan bukan?
Setelah berhasil menguasai dirinya dan mengumpulkan kembali nyawanya, dia memberanikan diri untuk beranjak pergi dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, belum sempat ia melangkah, ia kembali dikejutkan oleh sesuatu yang tergeletak tak jauh dari ranjangnya.
Kuroko menelan ludah, dia menemukan sepasang sayap elang berukuran sebesar manusia yang menangkup seolah menyembunyikan sesuatu di bawahnya. Sayap itu berwarna putih bersih dengan gradasi warna merah di setiap ujungnya, semakin keujung semakin merah pula warna sayapnya.
Kuroko memberanikan diri untuk menyentuhnya. Lembut. Itulah yang kuroko rasakan, dan indah. Kuroko terkesiap saat menyadari ada pergerakan dari sayap tersebut. karena rasa penasaran yang tak terhingga Kuroko memberanikan diri untuk menyikap sayap itu dan alangkah terkejutnya Kuroko saat melihat pemilik sayap itu adalah seorang manusia bersurai merah.
Matanya terpejam, tapi Kuroko dapat melihat raut wajah kesakitan disertai rintihan lemah sang surai merah. Kuroko mencoba untuk menolongnya, tetapi sayap besar itu kembali menutupinya. Kuroko mencoba menyikapnya lagi dan menahan sayap itu dengan punggungnya, tetapi sayap besar itu kembali terkulai pada tempatnya seperti semula dan menutupi si surai merah.
Kuroko masih sadar 100%, Kuroko memang bukan orang jenius tapi Kuroko juga tidak cukup bodoh untuk berpikir orang yang jatuh dengan sayap di rumahnya adalah seorang malaikat atau semacamnya. Dengan menjunjung tinggi realita, Kuroko menganggap bahwa orang tersebut adalah aktor yang mungkin mengalami kecelakaan saat syuting.
Karena itu tanpa pikir panjang Kuroko mencengkram kedua sayap itu dan menariknya kuat, berusaha menyingkirkannya dari tubuh yang tertindih di bawahnya.
"Arrgh." Terdengar suara rintihan yang semakin keras saat Kuroko berusaha menarik sayap tersebut.
"Ss-sakit," rintihnya lagi.
Kuroko terkejut dan segera melepaskan sayap itu dari genggamannya. Sayap itu bergetar hebat dan perlahan-lahan mulai terangkat memperlihatkan sosok yang tengah bersusah payah untuk bangkit. Dapat dilihat jelas oleh mata Kuroko bahwa sayap itu menempel erat di punggung si surai merah yang tengah bersujud menahan rasa sakitnya sebelum akhirnya perlahan-lahan mencoba berdiri dengan sempurna.
Kuroko terpana, bagaimana tidak. Seorang manusia yang tidak dapat disebut sebagai manusia dengan sayap elang putih bergradasi merah terbentang indah di hadapannya.
Dia tampan, gagah dan memiliki aura yang berbeda. Kuroko menatap takjub sepasang mata berbeda warna di hadapannya, sedangkan si surai merah menatap heran manusia bersurai biru langit di hadapannya. Belum sempat Kuroko mengucapkan sepatah kata, mata berbeda warna itu tampak sayu dan perlahan-lahan mulai menutup disertai sayapnya yang kembali terkulai lemah.
Dengan sigap Kuroko menahan tubuh yang hampir jatuh menimpanya, sebelum tubuh itu kembali tergeletak di lantai dan tertutup sayap besarnya yang untuk mengangkatnya saja Kuroko tidak bisa. Kuroko segera memapahnya dan membawanya menuju kamarnya yang lain.
^May Angelf^
Berisik.
Suara dering alarm yang terlampau keras membuat si surai baby blue yang tengah terlelap menggeliat tak nyaman. Kuroko meraba-raba meja kecil di samping tempat tidur di mana alarmnya berada. Setelah berhasil menghentikan dering alarm yang sangat mengganggu, dengan malas Kuroko bergegas untuk bangkit dari ranjangnya dengan menumpukan badannya pada kedua lengannya.
Tunggu.
Ada yang aneh dengan pagi Kuroko kali ini. Pertama, benda berbulu apa yang terhimpit antara telapak tangan kirinya dan ranjangnya? Kedua, kenapa ranjangnya terasa penuh sesak? Dan ketiga, sepasang manik heterochrome milik siapa yang berkilat menatapnya tajam?
"AAAAAAAAAAAAA."
-TBC-
.
.
Kalau responnya bagus dan ada yang suka chapter kedua siap meluncur.
Terima kasih sudah membaca, semoga kalian suka ^_^
Jangan lupa review ya :)
