ooooo000000000oooooo

Naruto © Masashi Kishimoto

Divorce © Ghee.D'NetherDrake

xxxxXXXXXXxxxx

BOYXBOY. YAOI. OOC. TYPOS. SHO-AI. GAJE. IDE PASARAN. MAINSTREAM. AUTHOR NEWBIE. DONT LIKE DONT READ.

XxxxXXXXXXxxxx

ooooo000000000oooooo

"Aku ingin cerai dari mu." seorang pria berambut pirang berjalan mendekati pria lainnya yang sedang duduk diatas sofa menikmati secangkir kopi hitam digenggamannya.

Hening.

Hening.

"sekarang Sasuke !" pemuda pirang tadi melemparkan seberkas kertas dengan tulisan 'Surat Perceraian' keatas meja yang berhadapan dengan pria yang dipanggil Sasuke tadi.

Dengan tenang, Sasuke meletakkan cangkir kopi yang sedari tadi bertengger ditangannya ke atas meja, "duduk."

Pria pirang itu hanya diam sambil mendekap tangan mendengar perintah dari Sasuke.

" .Naruto" kata penuh penekanan dilontarkan Sasuke untuk pria keras kepala dihadapannya itu.

"ck." Naruto mendecak kesal pada pasangannya.

Salah satu sofa berwarna biru donker itu didekati oleh Naruto, tak butuh waktu lama untuk Naruto mendudukinya.

Sasuke terus saja memandang kelereng safir milik Naruto dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Tangan putih itu terulur kearah pipi tan sang pasangan, dielusnya memar kebiruan dipipi itu dengan ibu jarinya.

"kenapa kau ingin bercerai, dobe?" senyum tipis terukir dibibir pucat Sasuke saat bertanya.

Gestur tak suka ditunjukkan Naruto atas perlakuan Sasuke pada pipinya, tangan porselen itu ditepis kasar olehnya.

"jangan bermanis-manis padaku Sasuke." jari tan Naruto mengambil surat perceraian itu dan menunjukkannya pada Sasuke, "tandatangani saja surat ini."

Sasuke menggeram tak suka. Ia pun berdiri dan merebut surat itu dari tangan Naruto, tak butuh tenaga yang besar bagi Sasuke untuk merobek-robek surat tersebut, "bagaimana?"

"apa-apaan kau?!" Naruto ikut berdiri sambil berteriak pada Sasuke.

Dengan cepat, Sasuke mencengkram rahang tegas milik Naruto dengan tangan kanannya.

"kau." onyx miliknya menatap tajam safir bening Naruto, "kau pikir kau bisa seenak mu saja minta cerai ? dan kau pikir bisa semudah itu kau lepas dariku, lelaki sialan ?!"

Suara geraman Sasuke membuat Naruto menutup matanya, kedua tangannya memegang erat tangan kanan Sasuke dengan gemetaran.

"saa...sakit." erang Naruto kesakitan.

Naruto bukan lah seorang pria lemah, dia bisa saja membalikkan keadaan dengan memukul Sasuke hingga babak belur. Namun rasa cintanya kepada pria onyx didepannya itu menghalangi semuanya.

Mata Sasuke menatap nyalang pada pria dicengkramannya. Warna merah mulai menghiasi rahang yang ada ditangannya, namun dia tetap tak peduli. Yang ia pedulikan hanya rintihan pria yang berstatus pasangannya itu.

"sakit ?" Sasuke memiringkan wajahnya didepan wajah Naruto.

"ugh..." jemari Naruto mencoba melepaskan tangan Sasuke dari rahangnya yang sekarang sudah terasa sangat perih dan sakit.

"apa kau sedang mencoba melawanku Naruto?" Sasuke memperhatikan jemari Naruto yang gemetaran, "dasar bodoh"

Bukan melepaskan tangannya, Sasuke malah memperkuat cengkramannya pada rahang Naruto. Perlahan,ia mendekatkan bibir pucatnya ke bibir Naruto dan dilumatnya bibir cherry itu dengan kasar.

"umph... umph" lenguhan tak suka keluar dari mulut Naruto saat Sasuke menciumnya.

Sasuke terus saja mencium bibir Naruto dengan brutal. Tak jarang bibir pria pirang itu digigitnya hingga berdarah, bahkan lidah Naruto pun tak luput dari kebrutalan Sasuke.

"puaah..." Naruto mengambil nafas untuk mengisi kembali paru-parunya yang kosong sambil menatap tajam pada Sasuke.

Cuih.

Sedikit air saliva terlontar ke wajah porselen Sasuke dan Sasuke sangat tau air saliva siapa yang telah mengotori wajahnya.

Plak.

Darah segar menetes dari sela bibir cherry Naruto setelah ditampar oleh Sasuke. Memar kemerahan pun menghiasi pipi kanannya.

"lagi." kepala Naruto tertunduk dalam, memandang lantai apartement milik dirinya dan Sasuke seakan-akan lantai itu jauh lebih menarik dibandingkan pria yang dihadapannya, "pukul lagi aku, Sasuke. Bukankah itu yang selalu kau lakukan?"

Pandangan tajam onyx Sasuke tak juga melembut, dengan menghela nafas kesal ia mengambil kunci mobil miliknya lalu keluar dari apartement mewah itu.

Blam.

Suara pintu dibanting mengawali keheningan Naruto di apartement itu. Mata safirnya berkaca-kaca menahan air mata yang hendak jatuh. Dalam hatinya ia terus mengulangi kata-kata 'kau kuat, Naruto. kau kuat', layaknya mantra penyelamat hidupnya.

Langkah gontai Naruto menuntunnya ke sebuah kamar tamu diapartement itu. Dengan bersandar dibalik pintu, ia terus saja mencoba untuk menahan semua perasaan sesak dihatinya.

Air mata itu akhirnya jatuh dari mata Naruto, dan terus mengalir seirama isakan yang keluar dari bibir Naruto.

Katakan apa salahnya, selama satu tahun ini dia selalu berusaha menjadi pasangan yang terbaik buat Sasuke, berusaha untuk selalu ada disisi Sasuke. Apa itu semua kurang ? kurang kah usahanya satu tahun ini ? segitu tega nya kah Sasuke sampai-sampai Sasuke dengan santainya membawa seorang wanita -pelacur menurut Naruto- ke apartement mereka ? dan bahkan membuat pelacur itu mendesah hebat diatas ranjang yang dimana Naruto dulu selalu mengerang nikmat dibawah Sasuke ?

Hiks.

Hiks.

Hiks.

Tubuh tan itu merosot duduk dilantai dengan air mata yang terus menetes. Dipeluknya kedua lututnya dan menyembunyikan wajah sembab itu di dekapan lututnya.

Beberapa hari sebelumnya...

"ne Sasuke." Naruto membawa sebuah nampan perak yang berisi secangkir kopi hitam dan segelas jus jeruk sambil menghampiri Sasuke yang tengah duduk di kursi balkon kamar mereka, "kenapa melamun?"

Sasuke sedikit terkejut karena kedatangan Naruto, namun tak lama kemudian senyum tipis terukir dibibirnya, "tidak ada."

Naruto meletakkan minuman itu keatas meja yang ada dihadapan Sasuke saat ini, diliriknya Sasuke yang tengah tersenyum padanya.

"asisten baru mu itu, siapa namanya ? Tanya Naruto.

"Haruno." Sasuke menyesap kopi hitam buatan Naruto, "kenapa?"

"umm, tidak. Tidak ada" Naruto ikut mendudukkan diri di kursi samping Sasuke. Jus jeruk itu diteguknya dengan perlahan.

Sasuke menyentuh pinggang Naruto dengan tangan kanannya. Ditariknya sedikit kaos yang menutupi tubuh tan itu hingga sebatas dada Naruto. Diusapnya rona kebiruan yang ada dipinggang itu dengan lembut.

"sshhh..." Naruto meringis kesakitan saat Sasuke menyentuh memar dipinggangnya, "sakit teme."

"maaf. Aku minta maaf." Sasuke menatap Naruto lembut lalu mengecup pipi yang memiliki tanda lahir itu.

"sudah, lupakan saja." Naruto tersenyum sambil menggenggam tangan pucat Sasuke.

"bagaimana yang di tulang kering mu?" Sasuke melirik tungkai kaki Naruto yang juga memiliki warna kebiruan, "apa masih sakit?"

"hehehe. Sedikit." cengiran Naruto disambut oleh acakan dirambut pirangnya oleh Sasuke.

"Sasuke, mau kubuatkan apa untuk makan siang nanti?" Naruto berdiri di rak sayuran disebuah swalayan sambil menempelkan smartphone miliknya ketelinga.

"tidak usah. Aku akan makan siang diluar saja." Suara baritone Sasuke terdengar dari seberang.

"oh, oke. Ya sudah, jaa." Naruto memutuskan sambungannya dengan Sasuke. Ia pun melanjutkan acara berbelanjanya untuk mengisi kembali kulkas yang sudah mulai kosong diapartementnya.

Tak butuh waktu lama bagi Naruto untuk kembali kerumah dan segera menghampiri kulkas miliknya.

"eh, inikan map Sasuke." niat membuka pintu kulkas terpaksa ditahan Naruto saat melihat map coklat berada di atas kulkas itu, "bukannya katanya ini map penting ya? Kenapa malah ditinggal?"

Berkutat dengan pikirannya membuat Naruto memutuskan untuk mengantar map itu ke kantor Sasuke. Dihampirinya mobil hitam miliknya dan mulai menuju kantor Sasuke.

Sebuah gedung tinggi menjulang kini berada dihadapan Naruto, dengan langkah pasti dia memasuki gedung dan menghampiri sang resepsionis cantik digedung itu.

"siang Ino." Naruto tersenyum melihat resepsionis berambut pirang panjang yang ada didepannya.

"siang juga Naruto. Mencari Sasuke ?" Ino berdiri saat melihat Naruto menghampirinya.

"iya." Naruto mengangguk singkat, "apa dia sudah keluar makan siang ?"

"hmmm." Ino menggumam, "kurasa belum. Coba masuk saja keruangannya."

"oke. Terima kasih." Naruto berjalan kearah lift yang berada tepat disamping meja resepsionis.

"sama-sama." balas Ino.

Pintu kaca mewah berwarna hitam dengan tulisan 'Ruangan Direktur' yang menandakan ruangan Sasuke sudah didepan mata Naruto. Diputarnya kenop silver itu perlahan dan mendorong pintu agar terbuka.

"Sasuke, ini ma-" ucapan lembut Naruto terhenti.

Mata safir itu menatap lebar dua insan didepannya. Seorang wanita berambut merah muda dan berpakaian kantor yang minim sedang duduk diatas meja Sasuke dengan Sasuke yang tengah berdiri diantara kedua kaki wanita itu. Bibir pucat Sasuke melumat ganas bibir wanita tersebut, tangan Sasuke sedikit menyingkap rok pendek wanita itu dan mengelus paha putih itu.

"ck." mendengar suara yang menginterupsi kegiatannya membuat Sasuke mendecak kesal. Didongakkannya kepala bersurai hitam miliknya kearah pintu.

"Na..Naruto?" wajah terkejut tak dapat disembunyikan oleh Sasuke saat melihat seseorang yang telah menjadi pasangannya selama 1 tahun itu.

"maaf mengganggu 'makan siang' mu." Naruto dengan wajah yang dibuat sedatar mungkin menghampiri meja kerja Sasuke dan meletakkan map coklat ke atasnya, setelah itu Naruto pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari tempat itu.

"turun." Perintah Sasuke pada wanita itu.

Wanita itu langsung turun setelah mendengar perintah mutlak sang uchiha, diturunkannya rok pendek yang dikenakannya. Tak lama ia pun keluar dari ruangan bosnya itu.

"ugh..." Sasuke menjambak rambutnya frustasi, "aaargh.."

Sasuke brengsek. Brengsek. Sampah. Aku sangat sangat dan sangat membencinya saat ini. Apa salah ku ? apa hebatnya wanita pelacur itu?

Selama setahun ini apa dia terpaksa menjadi pasanganku? Haha. Bodoh kau Naruto. Tentu saja dia terpaksa menikah dengan kau yang hanya seseorang yang hina dan miskin, ditambah lagi kau itu seorang pria. Pria. Cam kan itu.

Aku terus saja berada disisimu, bahkan setelah disiksa untuk yang kesekian kalinya. Sifat tempramental mu itu selalu ku hadapi dengan diam, walaupun tubuhku yang menjadi korbannya Sasuke. Perlakuan kasar apa yang tak pernah ku terima dari mu ? katakan. Di tendang ? sudah tak terhitung. Ditampar ? makanan sehari-hari ku. Dilempar barang-barang ? heh, vas di apartement kami tak pernah ada yang bertahan lama.

Wanita itu, siapa dia Sasuke ? siapa ? apa dia yang telah membuat mu jatuh cinta ? lalu apa arti diriku selama ini ? mainanmu kah ? pelacurmu kah ? atau bukan siapa-siapamu Sasuke ?

Tanpa sadar kini aku telah berada didalam apartement. Ku lihat jam berbentuk rubah yang ada di ruangan tempat kami biasa bercanda, jam dua lewat.

Ku langkahkan kaki ku kembali menuju kamar tidur, ku rebahkan tubuh ku keatas kasur king size yang ada dikamar ini.

Bantal Sasuke ku hirup sedalam mungkin. Aroma Sasuke. Harum, langsung saja deraian air mata kembali keluar dari mataku. Sakit. Sakit sekali rasanya.

terus-terusan menangis membuat kepalaku sakit, hidung memerah dan tersumbat sungguh bukan hal yang menyenangkan. Aku ingin tidur. Ya, tidur.

Cklek.

'gelap.' Sasuke meletakkan tas kerjanya ke atas sofa, dilihatnya keliling ruangan itu. Tak ada tanda-tanda Naruto, "kemana dia ?"

Jas hitam miliknya dilampirkan begitu saja kesofa, lengan kemeja yang digunakannya disingsing hingga siku. Dua kancing teratas kemeja putih itu pun dibukanya. Kaki jenjang itu melangkah ke arah kulkas, namu ia sedikit terkejut melihat kantung belanjaan lengkap dengan belanjaannya masih tergeletak di samping kulkas.

"hmm." Sasuke menggumam tak jelas. Disusunnya belanjaan itu kedalam kulkas dengan rapi, "dia belum makan rupanya."

Cklek.

Pintu kamar tidur yang selalu mereka gunakan terbuka, menampilkan sosok Sasuke yang masih menggunakan kemeja dengan wajah yang terlihat letih. Dihampirinya kasur yang sedang ditiduri oleh Naruto yang kini tengah bergelung nyaman.

Krieet.

Derit kasur saat Sasuke naik ke kasur itu membuat Naruto sedikit menggeliat, namun tak lama terdengar lagi suara nafas beraturan yang menandakan si pirang telah kembali tidur.

"naru." Sasuke masuk kedalam selimut, disisipinya tangan pucatnya kepinggang Naruto dan kemudian ikut berbaring disamping Naruto yang tidur membelakanginya, "sayang."

"uunghh..." Naruto melenguh saat tidur nyenyak terganggu. Ditolehkannya kepala pirangnya kebelakang, mencoba melihat siapa yang telah mengganggu tidurnya.

Terkejut. Ya, Naruto terkejut. Tanpa sadar ia pun mundur secara tiba-tiba, menjauh dari Sasuke.

"maaf." Sasuke tertunduk dan meremas seprai putih kasurnya.

Dalam diam Naruto turun dari tempat tidur lalu berjalan kedalam kamar mandi. Ia butuh mandi saat ini.

Setelah 20 menit berkutat dalam kamar mandi, Naruto pun keluar menggunakan bathrobe. Ia berdiri didepan lemari baju, mencoba memilih piyama. Bathrobe itu tak diikat oleh Naruto, membuat bathrobe itu meluncur santai dari tubuh Naruto. membuat tubuh tan itu terekspos indah, mulai dari bahu yang tegap, lalu punggung kecoklatan yang sangat menggoda, hingga belahan bokongnya yang lumayan berisi itu.

Glup.

Glup.

Katakan Sasuke horny saat ini, dia baru sadar betapa bodohnya dia siang tadi yang dengan begitu mudahnya digoda oleh seorang wanita yang tak ada apa-apanya dibanding Naruto saat ini.

Glup.

lagi-lagi tenggorokan Sasuke seakan-akan tercekat untuk menelan ludah sekalipun. Darahnya berdesir hebat melihat pemandangan tubuh didepannya saat ini. Sungguh, ia sangat ingin menghisap bahu tan itu, menjilat sepanjang punggung tegap itu, dan meremas sekuat mungkin bokong kenyal itu.

"Naru." Sasuke turun dari kasur dan berdiri tak jauh dari kasur itu.

"apa ?" Naruto tanpa mengalihkan wajahnya mulai memakai piyama yang telah dipilihnya."

Sasuke menghampiri Naruto yang sedang mengancingi piyamanya, "kau sadar apa yang kau lakukan sayang ?"

"tentu." Jawab Naruto dingin dan tetap fokus pada piyamanya.

"kau." Sasuke membalikkan badan Naruto kasar kearahnya. Ditariknya piyama Naruto yang baru saja terkait 2 kancing.

Krek.

Koyak sudah piyama berwarna jingga itu, alis Naruto mengerut tak suka melihat Sasuke. Didorongnya tubuh Sasuke sekuat tenaga.

"jangan menyentuh ku !" Naruto mundur.

"kenapa ? kau tak suka dengan kelakuanku siang tadi ?" Sasuke tersenyum menawan pada Naruto yang terlihat ketakutan di depannya.

"apa peduliku." Balas Naruto.

"hn. Sekarang kau terlihat takut, bukannya kau yang tadi menggodaku ? bitch ?" tangan pucat itu terulur ke arah bahu Naruto yang terbuka karena piyama yang digunakannya tadi telah jatuh ke lantai, "makanya, jangan sok menggodaku seperti itu. Kau dengar ?"

Melihat tangan Sasuke yang mencoba menyentuhnya, Naruto mundur teratur.

"sini." Melihat Naruto yang terus mundur membuat Sasuke berhenti, "sini atau ku siksa."

Naruto memandang benci pada onyx didepannya itu. Ia sungguh benci.

"kau ! kau pikir kau siapa ?!" Naruto menggeram kesal pada Sasuke, ia mencengkram kerah kemeja putih milik Sasuke "."

Buagh.

Satu bogem mentah melayang menghampiri wajah mulus Sasuke. Sasuke yang sedikit terhuyung memegang pipi kirinya yang memerah. Ia kembali tegak dan tersenyum pada Naruto.

"hahaha." Suara tawa Sasuke memenuhi kamar tidur mewah itu, "lumayan juga pukulanmu."

"kau." Naruto kembali maju, mencoba untuk memukul wajah pria dihadapannya itu untuk yang kedua kalinya.

Namun kali ini Naruto tak seberuntung tadi, genggaman tangannya di tangkap dengan mudah oleh Sasuke. Tangan pucat Sasuke memegang tangannya dengan kuat.

"tidak kali ini Naru." Sasuke memutar tangan tan tersebut, berikut dengan badan pemilik tangan itu. Sehingga sekarang posisi Naruto membelakangi Sasuke namun tangannya berada di belakang dan dalam pegangan Sasuke.

Sasuke menjilati bahu Naruto dan menggigit perpotongan bahu dan leher Naruto hingga berdarah,

"aakh..sakit." Naruto sedikit menjinjit saat merasakan sakit dibahunya.

Sasuke terus saja menjilat luka buatannya dibahu tan itu, tak mempedulikan ringisan Naruto. Tangan kirinya yang bebas mulai menggerayangi tubuh Naruto, nipple pink kecoklatan milik Naruto dielus lembut olehnya. Elusan mengambang pada puncang nipple nya membuat Naruto mau tak mau mengeluarkan desahan nikmat.

"eennghh..." Naruto menggeliat menerima perlakuan Sasuke, mata nya terpejam menikmati. Hatinya menolak semua perlakuan Sasuke, namun tidak dengann tubuhnya. Ia tidak mau bercinta dengan Sasuke saat ini, hatinya masih terlalu sakit untuk memaafkan sang raven.

"kau suka?" lidah Sasuke kini bermain dileher Naruto. Dihisapnya kuat leher tan itu dan meninggalkan bercak merah keunguan.

"he..henti...hentikan." Naruto mencoba memutar tangan kanannya yang dipegang Sasuke, "kumohon."

"heh." Sasuke kembali memutar tubuh Naruto hingga kini mereka berdua berhadapan satu sama lain.

Dengan seksama Sasuke memperhatikan wajah Naruto, mata biru yang sayu, pipi yang memiliki tanda lahir, hingga bibir cherry yang sedikit terbuka.

"apa hakmu untuk marah padaku ?" Sasuke mengelus pipi tembem Naruto dengan ibu jarinya.

Mendengar pertanyaan Sasuke mata Naruto memicing tajam. Tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinnya memutih.

"apa hakku kau bilang ?" safir Naruto menatap tajam pada onyx sang raven, "karena aku ini pasangan sah mu ! apa kau lupa ingatan Sasuke ?"

Naruto mengangkat tangan kanannya ke hadapan wajah pucat Sasuke, sebuah cincin perak berukiran inah tersemat dijari manisnya.

"apa kau lupa tepat pada tanggal 27 oktober tahun lalu kita berdiri didepan altar ?" cincin indah itu dilepas Naruto dari jarinya, "walaupun aku tau kau tak pernah benar-benar mencintaiku saat itu. Dan sekarang akhirnya aku pun kembali tau kalau kau memang tak pernah mencintaiku !"

Plak.

Kebisingan yang tadi tercipta kini hilang ditelan suara tamparan. Pedih. Panas. Itulah yang Naruto rasakan pada pipi kirinya. Airmata pun turun dari singgasana safirnya.

"aku sadar siapa aku Sasuke. Aku hanya lah seorang pria yang menjadi tempat pelarian mu saat kau kehilangan jati dirimu. Saat itu, kau sendiri tak tau siapa dirimu. Kau bingung dengan orientasi seksualmu sendiri. Aku tau atas dasar apa kau mau menikah denganku walaupun harus melawan keluarga besarmu. Kau hanya bingung saat itu kan Sasuke ?" Naruto menatap Sasuke dengan pandangan teduh, "apa sekarang kau sudah menemukan jati dirimu dengan wanita itu suke ?"

Pandangan onyx Sasuke tak bisa diartikan, dia seakan-akan terbungkam oleh perkataan Naruto. Benarkah dia menikahi Naruto hanya karena Naruto pelariannya saat itu ? bukan karena cinta ? tapi..tapi itu tidak mungkin, Sasuke yakin kalau dirinya mencintai Naruto. Tapi... kalau dia memang mencintai Naruto, kenapa tadi siang dia menikmati ciuman itu ? Sasuke berkutat dengan pikirannya. Badannya seakan-akan membeku ditempat ia berdiri saat ini.

"benar ternyata." Naruto berjalan ke arah lemarinya dan mengambil sembarang kaos. Kaki jenjangnya kembali melangkah keluar kamar, meninggalkan Sasuke yang masih terdiam.

Blam.

Sasuke menoleh ke arah pintu kamarnya. Kini kamar itu hening setelah kepergian Naruto. Ia sungguh benci dengan perkataan Naruto tadi. Sungguh. Perkataan Naruto seakan-akan menurunkan harga dirinya, benar-benar menjatuhkan Sasuke dengan kenyataan.

"uugh.." Sasuke merebahkan dirinya di atas kasur sambil menjambak rambutnya.

Lain halnya dengan Naruto yang kini berada di kamar tidur tamu, ia terduduk menyandar pada pintu dibelakangnya. Tangis yang sudah pecah sedari tadi semakin menjadi-jadi. Hatinya sungguh terluka saat ini, katakanlah dia cengeng. Dia tidak keberatan jika dibilang cengeng saat ini, karena lelaki juga seorang manusia. Siapa bilang seorang pria tidak boleh menangis ? jika seorang pria tidak boleh menangis lalu buat apa tuhan menciptakan air mata pada mereka ?.

ooooo000000000oooooo

TBC

REVIEW PLEASE.

MOHON KRITIK DAN SARANNYA.

ooooo000000000oooooo