Naruto © Masashi Kishimoto, I own nothing :3
Shinigami-kun to Juu San Nin no Akuma—Shinigami-kun and Thirteen Devil
Warning: OOC (mungkin), AU, Shou-Ai/BxB, AU
Genre: Supranatural, Fantasy, Romance, Harem
RnR~
.
.
.
.
Bulan terlihat amat sempurna di langit, memberikan sinar keperakannya yang membuat keadaan malam ini akan terasa lebih aman walaupun tanpa diterangi lampu jalan. Purnama malam ini terlihat sangat cemerlang, hingga cahaya temaramnya pun seakan cukup untuk menerangi sudut gelap kota.
Awan-awan nampak enggan mendekati bulatan terang itu, seakan tak ingin mengganggu kesempurnaan malam ini yang sangat indah. Jika kau mendongak ke atas, langit malam terlihat begitu ceria dengan bintang-bintang yang bertaburan seperti butir gula yang berkedip redup namun ramai. Sesekali udara berhembus pelan, menggerakkan dedaunan di pohon hingga menimbulkan suara gemersik yang misterius dengan jalanan yang lengang karena sekarang tengah malam. Hanya beberapa orang yang masih berkeliaran di luar pada jam-jam ini. Dalam kesunyian malam ini, kau seakan dapat mendengar suara dengkuran orang-orang yang tengah tertidur pulas di rumah mereka masing-masing.
Tap. Tap. Tap.
Huh? Suara apa itu?
Tap. Tap. Tap!
Suara itu terdengar sesekali, namun makin lama makin keras dan jelas. Beberapa orang mungkin akan menganggapnya sebagai suara kucing yang tengah berlari-lari di atap sebuah rumah. Namun nyatanya kalau kau melihat ke arah atap sebuah rumah, kau akan menyadari kalau itu bukanlah kucing atau binatang malam lainnya yang tengah bermain di atap. Sosok itu, dilatar belakangi oleh bulan purnama yang bersinar dengan gemilang, melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya dengan mudahnya seakan tengah bermain.
Siluet yang terlihat seperti tubuh manusia tak dikenal itu ternyata tidak sedang bermain karena dirinya tengah mengejar sosok yang bergerak cepat di depannya. Berpindah dari bayangan rumah ke bayangan pohon lalu ke bayangan tiang lampu jalan, ke mana saja asalkan ada bayangan yang dapat menyembunyikan sosok hitamnya yang seakan dapat melebur dalam kegelapan.
Namun sosok manusia yang mengejar 'bayangan' ini tak habis akal ketika melihat objek buruan yang dikejarnya melebur. Dia melemparkan sesuatu yang terlihat seperti bola tenis yang langsung memancarkan cahaya terang ketika mengenai ekor 'bayangan' yang hendak bersembunyi di balik sebuah bayangan mobil.
Sinarnya begitu terang hingga kau dapat buta untuk beberapa detik sebelum retina matamu terbiasa dengan kuatnya intensitas cahaya yang dikeluarkan benda bulat tersebut. Namun sosok tak dikenal tersebut, yang ternyata memakai pakaian aneh yang mirip yukata berwarna putih sepertinya telah terbiasa dengan ledakan cahaya tersebut karena gerakannya sama sekali tak terganggu.
Dia melompat begitu tinggi, beberapa belas meter di atas 'bayangan' yang kini memiliki bentuk seperti monyet raksasa berwarna hitam legam yang tengah linglung akibat ledakan cahaya tadi. Kemudian sosok manusia yang kini semakin terlihat jelas itu mengangkat kedua tangannya ke atas dan dari udara kosong munculah sebuah senjata besar yang mirip dengan sabit berwarna hitam. Dengan kekuatan penuh dan sedikit gerungan di suara tenornya, dia menyabet 'bayangan monyet raksasa' itu dengan tenaga penuh. Suara jeritan memilukan berkumandang di langit malam, membangunkan kucing-kucing di sekitar area tersebut langsung mendirikan bulunya karena kaget. Namun tak ada satu orang pun manusia yang dapat mendengar jerit maut bayangan monyet raksasa barusan. Tak seorang pun.
Sosok beryukata putih yang terlihat seperti remaja lelaki umur 15-16 tahun itu berjongkok di tempat dia mengeksekusi bayangan monyet yang lebih sering disebut Akuma—Devil—kemudian mengeluarkan sesuatu seperti kantung dari kulit lalu membuka ikatan kantung tersebut yang disusul dengan penyedotan sisa-sisa akuma yang lebih mirip seperti serbuk besi hitam legam.
Pemuda bersurai pirang beryukata putih itu kemudian mengangkat kantung berisikan bubuk hitam akuma, kemudian kantung kulit itu menghilang diudara, tertelan kesunyian malam.
"Kuota malam ini, beres!" Ujarnya dengan wajah ceria, kau akan melihat garis-garis mirip kumis kucing di pipinya bergerak mengikuti gerakkan tawanya yang khas. Tawa lebar, amat sangat lebar.
"Yo Naruto!" Sebuah suara memanggilnya dari atas. Ketika pemuda yang dipanggil Naruto itu mendongak ke arah sumber suara, senyum lebarnya langsung lenyap.
"Ada apa Ero-sennin?" Tanya Naruto dengan suara tak bersemangat, "Aku baru saja merayakan kemenanganku untuk mengatasi krisis kuota Devil Hunter untuk malam ini, bisakah kau tak merusaknya dengan membawa itu?" Tanya Naruto sambil menunjuk ke arah baka neko berwujud wanita nakal yang tengah bergelayut di leher pria tua berambut putih panjang yang dipanggilnya dengan sebutan Ero sennin.
"Oho~ padahal aku membawa sebuah berita besar untukmu, Naruto," ucap pria tua tersebut yang kemudian mengeluarkan sabit besar yang langsung dia sabetkan—dengan pelan dan disertai kedipan mata sekali—pada baka neko perempuan yang tadi bergelayut di lehernya, lalu serbuk hitam langsung berserakan di sekitar kakinya.
"Huh? Berita apa?" Tanya Naruto yang kini telah mengembalikan sabitnya dengan mengangkatnya ke udara dan langsung menghilang saat itu juga.
"Berita yang ada hubungannya dengan iblis yang merasuki manusia," ucap pria tua yang kini tengah sibuk memasukkan bubuk hitam ke dalam kantung kulitnya.
Lalu saat itu juga, biner biru elektrik Naruto seakan berkilau begitu cerah setelah mendegar kata pria tua itu. Dia langsung melompat ke atap rumah tempat pria tua itu berdiri.
"Yang benar?! Aku dapat kesempatan masuk ke tim khusus pembasmi iblis level atas?!" Tanya Naruto dengan amat antusias kemudian jingkrak-jingkrakan sendiri sambil berseru 'Masa jayaku telah tiba!' berkali-kali sampai suaranya serak.
"Tapi kau masuk ke Danshi Division," ucap pria bersurai putih itu sambil menyeringai, seakan tengah mengejek Naruto yang langsung membeku di tempat.
"E—ero-sennin, ka—kau tak sungguh-sungguh mengatakan hal itu kan?" Tanyanya seperti robot yang tengah korsleting.
"Seratus persen," ucap pria tua itu yang langsung tertawa terbahak-bahak ketika melihat ekspresi wajah Naruto yang seperti kubik es yang dipecahkan dengans palu. "Hei, sebenarnya tak buruk-buruk amat kok, organisasi kita tengah kekurangan shinigami perempuan dan kau tahu kan kalau akuma lebih senang merasuki tubuh danshi—laki-laki –karena notabene lebih kuat daripada tubuh wanita?"
Shinigami atau dewa pencabut nyawa adalah sebutan bagi orang-orang berpakaian yukata putih dengan sabit besar sebagai senjatanya. Panggilan shinigami sebenarnya tidak terlalu cocok untuk mereka karena yang mereka kejar bukanlah arwah-arwah gentayangan yang belum bisa masuk ke duna afterlife, tetapi mereka memburu akuma yang berkeliaran di muka bumi. Awalnya mereka tak punya nama panggilan, namun karena sebagian orang yang telah memakai jasa mereka lebih senang memanggil dengan sebutan shinigami, maka sekarang mereka dikenal dengan nama itu.
"A—aku tahu itu! Tapi aku tak bisa membayangan harus melakukan itu setiap akan memurnikan raga manusia yang dirasuki akuma! Aku tak akan bisa bertahan, Ero-sennin!" Jerit Naruto yang kini berlutut sambil menyembah-nyembah pria tua bersurai putih tersebut.
"Ah, walaupun kau bersimpuh padaku sekalipun, tak ada yang bisa mengubah keputusan atasan kan?" Tanyanya sambil menepuk pundak Naruto, "Jangan takut, kau hanya akan ditempatkan di sebuah sekolah manusia sampai kuota akuma yang merasuki manusia di sekolah tersebut telah tertangani, dan kau akan langsung dipulangkan," ucap Ero Sannin sambil berusaha untuk tidak tertawa melihat nasib murid didikannya yang sangat menyedihkan ini. Namun Naruto yang seperti telah kehilangan semangat hidup tak menyahut, malah dia mulai mengeluarkan air mata kepedihan yang pilu hingga membuat pria tua tersebut tak kuat menahan dirinya kemudian tertawa begitu keras.
"Sial kau Ero-sennin!" Gerutu Naruto yang masih termehek-mehek.
"Oh ayolah, untuk informasimu kau punya partner dalam misimu kali ini," ucap pria tersebut, "setidaknya kau punya teman lelaki seperjuangan yang bernasib malang sepertimu yang terlempar ke Danshi Division," lanjutnya dengan suara mengejek yang ketara.
"Huh?" Naruto mengangkat kepalanya, berkas air mata terlihat jelas di kedua sisi wajahnya, "Siapa orang bernasib malang itu?"
.
.
.
.
"Uchiha?"
"Ya."
"Maksudmu kau berasal dari klan Uchiha yang terkenal sebagai klan penghasil shinigami terbaik yang bisa direkrut organisasi?!" Tanya Naruto dengan mulut terbuka lebar membentuk huruf 'o'.
"Bisa dibilang begitu," jawab pemuda Uchiha tersebut.
Pemuda itu berwajah sedikit pucat (Naruto sempat mengira kalau pemuda itu tengah sakit, tapi ternyata itu adalah warna kulit normalnya). Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Naruto (oke, sebenarnya tidak sedikit karena ujung kepala Naruto hanya sedagu pemuda tersebut). Rambutnya sewarna langit malam dengan model yang cukup lucu, mengingatkan Naruto pada pantat ayam semok yang kelebihan lemak di bokongnya. Lalu yang lebih aneh adalah ekspresi pemuda tersebut yang seperti mesin penjawab otomatis –hanya bicara ketika Naruto bertanya. Bocah pirang itu bahkan berkali-kali mengibaskan tangannya di depan wajah Uchiha tersebut namun sama sekali tidak mendapat respon.
"Wah... sayang sekali ya," ucap Naruto sambil lalu.
"Sayang kenapa?" Tanya Uchiha dengan sedikit rasa penasaran dalam suaranya.
"Keturunan elit sepertimu harus masuk ke Danshi Division," ucap Naruto tanpa niat mengejek, toh dirinya juga berada di divisi yang sama. Namun ternyata ucapannya barusan membuat ekspresi datar di wajah porselen Uchiha itu sedikit mengerut, namun sedetik kemudian langsung kembali datar.
"Aku sama sekali tak keberatan," ucapnya dengan nada mantap.
"Huh? Kalau aku sangat keberatan, kau tahu?" Tanya Naruto yang perhatiannya langsung teralih ketika dia melihat gerbang sekolah tempat mereka akan melakukan perburuan iblis yang berdiam di tubuh manusia. Tempat dimana mereka akan menginfiltrasi sekolah tersebut sebagai murid pindahan.
Ah, iya. Tentu saja kedua pemuda itu tidak sedang memakai yukata putih khas pakaian shinigami. Saat ini mereka memakai seragam sekolah; seragam putih yang dibalut dengan blazer biru tua dan celana biru yang bergaris putih berbentuk kotak-kotak.
Kau akan melihat karakter Naruto dan pemuda Uchiha itu sangat berbeda hanya dengan memerhatikan cara mereka memakai seragam. Naruto tidak mengancingkan balzernya hingga seragam putihnya terekspos begitu jelas bahkan bagian dadanya terlihat karena tiga kancing teratas seragam putihnya tak dikancingkan. Namun beda dengan pemuda Uchiha yang mengancingkan semua kancing di blazernya dan sebuah dasi biru yang senada dengan warna balazernya terpasang rapi di kerah seragam putihnya.
Tipikal murid urakan dan murid teladan.
"Keberatan?" Tanya pemuda Uchiha sambil membenarkan posisi dasinya yang sedikit miring.
"Masa kau tidak? Eh omong-omong aku belum tahu nama depanmu, aku Naruto Uzumaki," ucap pemuda bersurai pirang itu sambil memasang cengirannya yang khas.
"...Sasuke," jawab pemuda Uchiha itu singkat, "Aku tidak protes, masalah iblis yang lebih suka merasuki lelaki ini bukan lagi hal yang baru kan?"
"Tapi masalahnya, Sasuke—boleh aku panggil begitu?" Tanyanya yang kemudian dijawab dengan anggukkan singkat oleh pemuda bersurai raven tersebut, "Masalahnya adalah cara mengeluarkan iblis tersebut dari inang manusianya, masa kau tidak risih?!" Mendadak Naruto menaikkan volume suaranya.
"Kenapa harus risih?" Tanya Sasuke dengan datar.
"Karena kita harus mencium Si Inang agar iblis keluar dari tubuh mereka! Masa masih kurang jelas sih?!" Seru Naruto dengan geram. "Oh aku tak akan protes kalau dimasukkan ke Josei Division, aku bisa mencium banyak gadis yang dirasuki iblis tapi sekarang aku harus mencium laki-laki! LAKI-LAKI, SASUKE! For Pete Sake!"
"Tak ada masalah kan?" Tanya Sasuke dengan tatapan heran yang membuat Naruto tak tahu harus merespon seperti apa. Rahang Naruto terbuka, kemudain tertutup lagi dengan sebelah tangan yang menunjuk-nunjuk Sasuke, saking tak tahu harus bicara apa.
"Oh... mungkin tidak bagimu, tapi aku belum pernah mencium lelaki sekalipun dan tak akan mau!" Ucap Naruto bersikeras walaupun dia tahu, cepat atau lambat dirinya harus melakukan hal tersebut kalau mau membuat misi mereka sukses. Atau dia bisa menyerahkan semua urusan cium-mencium ini pada Sasuke? Pemuda Uchiha itu sama sekali tidak nampak risih... sepertinya patut dipertimbangkan.
"Kau tak bisa membuatku melakukan semuanya sendirian, kau akan mendapat penurunan pangkat kalau ketahuan," ucap Sasuke yang seakan dapat membaca isi pikiran Naruto.
"Ta—tapi Sasuke...," Naruto tahu kalau merengek pada orang yang baru dikenalnya pagi ini bukanlah sebuah cara yang bijak, namun dirinya tak tahu harus apa sekarang ini. Pemuda Uchiha itu kemudian menghela napas panjang lalu memposisikan dirinya di hadapan Naruto. Sebelah tangannya memberikan gestur untuk menyuruh Naruto berhenti, dan pemuda bersurai spike pirang itu menghentikan langkahnya dengan tatapan bingung.
"Oke dengarkan baik-baik," ucap Sasuke dengan nada yang cukup serius. Mereka kini tengah berada di depan gerbang, tak ada satu pun siswa yang melintas karena sekarang sudah memasuki jam pelajaran, mereka hanya berdua sekarang.
"Misi ini harus berhasil, kau tahu ini kan Naruto?" Tanya Sasuke yang kemudian dijawab dengan anggukan singkat pemuda Uzumaki itu, "Dan kau tahu di sekolah ini terdapat iblis level tinggi yang tak bisa ditangani hanya dengan niat setengah-setengah seperti yang kau tunjukkan sekarang," ucap Sasuke yang membuat Naruto mengerutkan alis. Dia kesal mendengar ucapan pemuda itu, tapi semua yang dia ucapkan memang benar adanya. Malah sikap Naruto-lah yang memungkinkan misi mereka tak akan berhasil.
"Tiga belas," ucap Sasuke yang membuat Naruto menatap lurus ke dalam onyx gelap pemuda Uchiha tersebut, "ada tiga belas iblis yang merasuki tubuh manusia di sekolah ini," lanjutnya dengan nada yang amat serius.
"Aku tak butuh seseorang yang bekerja setengah hati, kau tahu?" Ucapnya dengan nada tanya, walaupun kesannya lebih mirip sebuah perintah.
"Ta—tapi aku belum pernah mencium—"
Belum sempat Naruto menyelesaikan kalimatnya, dirinya harus dikagetkan dengan gerakan tiba-tiba pemuda Uchiha itu. Naruto membelalakkan matanya, tubuhnya serasa membeku di tempat, dan dunia terasa berputar ketika dia merasakan sensasi hangat di bibirnya yang berasal dari bibir Sasuke.
Mereka berciuman. Tidak lama, hanya sekitar lima detik namun bagi Naruto rasanya seperti lima jam. Dan ketika ciuman itu usai, Naruto masih mematung dengan rona di wajahanya yang terlihat begitu jelas.
"Nah, sekarang kau sudah pernah ciuman dengan lelaki, jangan pakai alasan itu lagi untuk melalaikan misi," ucap Sasuke yang langsung membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Naruto yang masih membatu di tempat. Butuh beberapa belas detik untuk membuat Naruto sadar dan ketika kewarasan kembali menguasai tubuhnya, Naruto menjerit keras.
"ITU CIUMAN PERTAMAKU HEEEEEH! TEME YARO!" Lalu sedetik kemudian, sebelah sepatunya berhasil mendarat di kepala Sasuke Uchiha.
.
.
.
.
.
"Tuan, dua shinigami telah menginfiltrasi sekolah ini tadi pagi," suara tersebut berasal dari seseorang yang tertutup oleh bayangan hitam yang sangat pekat, "apa yang akan tuan lakukan?"
"Biarkan mereka," ucap seseorang yang duduk di balik kursi putar, wajahnya sama sekali tak terlihat karena posisinya tengah memunggungi si pembawa pesan.
"Tapi...," nada ketidak pastian terdengar dari pembawa pesan, namun sesaat kemudian si pembawa pesan langsung mundur kembali ke dalam bayangan, "...baiklah tuan," lanjutnya dengan nada patuh.
"Ah, untuk menyambut teman shinigami kita, bagaimana kalau kau kirim Apollo pada mereka," ucap orang yang dipanggil 'tuan' oleh si pembawa pesan.
"Apollo yang kini merasuki salah satu murid sekolah ini?"
"Ya," jawabnya singkat, "Siapa nama inangnya? Ah iya, Sai... ya bocah tanpa eksrpesi itu mungkin bukan inang yang cocok untuk Apollo dengan sifat narsisnya yang berlebihan, tapi seperti sebuah peribahasa; Beggar can't be chooser, kita pun sedang kekurangan inang yang pas untuk teman-teman iblis kita, bukan begitu Thanatos?"
"Seperti yang anda ucapkan, Tuan," jawab Thanatos dengan nada patuh.
"Nah... mari kita lihat seberapa jauh teman shinigami kita bisa bertahan di sekoalah ini, hm... sepertinya hari-hari membosankanku akan terbayar sebentar lagi," sosok yang dipanggil tuan oleh Thanatos merentangkan kedua tangan dari balik punggung kursinya, kemudian menyerukan kata-kata dengan keras.
"Nah pemain telah terkumpul, tirai pun telah tersikap, pertunjukkan akan segera dimulai!"
.
.
.
Prolog-END
.
.
.
Halo Minna-Sama :3
Salam kenal, saya author baru (sebenernya sih gak baru-baru amat, karena akun saya yang lama gak bisa dibuka dan sekarang saya daftar baru haha). Hm... ini fic kedua saya yang saya publish di fandom Naruto. Sekarang lagi mau coba bikin cerita berchapter, semoga para readers suka.
Cerita ini terinspirasi dari banyak dua manga yaitu; The World God Only Know (TWGOK) dan Yamada-kun to Nana Nin no Majo (Yamada and 7 Witches)
:3
Jangan lupa riview-nya ya~
