Hajimemashite, Minna…

Watashiwa ~ Ruki ~ desu

Disclaimer : Tite Kubo-Sensei

Disclaimer : Obayashi Miyuki

Warning : OOC, AU, Typo.

Pairing : IchiRuki

Rate : T


~DONGENG PUTRI DUNIA LAIN~

== Ruki ==

Chapter 1


Kini sedang berdiri sesosok gadis yang memakai gaun putih sepanjang mata kakinya yang terlihat begitu indah. Gaun itu tanpa lengan dan hanya tali spageti melingkar di kedua bahunya. Rambut hitam sepunggung atasnya ia biarkan berderai-derai terbawa angin. Ia sendiri, ia sendiri berdiri tegak di bawah pohon mati tanpa daun sama sekali di sepanjang rantingnya.

Ia menatap hamparan putih bersih di depannya. Hamparan putih yang begitu dingin menembus kulitnya. Ia memejamkan mata sejenak saat angin kencang menerpa dirinya yang memang mulai kedinginan itu. Pita besar yang menguraikan sisa pita sepanjang 2 meter itu pun turut melambai-lambai terhempas angin. Sepasang sayap putih sedikit bergerak dengan arah yang berlawanan. Sepasang sayap yang begitu indah dan putih tanpa cacat sedikit pun. Bahkan kedua sayap itu berkilauan, seakan terkandung beribu butir berlian yang mampu memantulkan setiap cahaya di sekitarnya. Sayap yang hanya ia yang memiliki.

Beberapa saat kemudian, seorang lelaki yang memiliki tinggi jauh di banding gadis tersebut mendekat. Ia berjalan santai dengan sangat sopan, ia sangat menjaga sikap di depan gadis itu. Ia memakai yukata berwarna hitam sama seperti sayap yang ia miliki. Ia memakai jubah berwarna putih, pertanda ia memiliki jabatan lebih dari yang lainnya. Lelaki itu memang berbeda, sama seperti gadis bergaun putih yang kini ada di depan matanya. Namun gadis itu lebih istimewa. Dan sangat istimewa.

"Kenapa Anda berada di sini, Putri ***? Sebaiknya Anda masuk karena udara sangat dingin." Kata seseorang bersayap hitam itu dengan nada yang begitu terdengar segan.

"Tidak, aku ingin disini." Kata gadis bersayap putih dengan nada angkuh dan sedikit kesal.

Keduanya diam sejenak. Membiarkan angin dingin membekukan keduanya yang memang membisu sedari tadi.

"Kau, Apa kau akan menemuinya?" tanya gadis bersayap putih tanpa melihat ke arah lelaki yang ditanyainya.

"Saya akan menemuinya jika Putri mengizinkan." Kata Lelaki itu datar.

"Aku ingin kau disini. Aku tidak ingin kau menemuinya apalagi berbicara dengannya." Kata gadis itu angkuh.

"Baiklah, Putri." Kata lelaki bersayap hitam itu tanpa nada marah sama sekali namun sejenak ekspresi terkejut nampak di wajah tampannya.

"Jangan berbicara pada gadis lain, jangan menemui gadis lain. Kau hanya boleh melakukan itu semua denganku." Kata gadis bergaun putih panjang itu dengan nada sedikit memerintah dan ia mulai berbalik menatap sosok lelaki bersayap hitam yang tadi berada di belakangnya.

"Aku akan melakukan apa pun yang Putri *** inginkan." Kata pemuda itu melihat lekat-lekat gadis mungil di depannya.

"Aku percaya padamu, ***." Kata gadis itu dengan senyum yang begitu berbeda bahkan sorot matanya menunjukkan reaksi layaknya orang yang sedang jatuh cinta.

*(n_n)*

"Eeemmm…" gumam gadis yang kini tengah tertidur pulas di atas tempat tidur.

"Rukia, kau bisa terlambat kalau begini terus!" kata Hisana, kakak Rukia.

"Iya, Kak. Aku bangun kok." Kata Rukia lesu yang kini telah berdiri dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi.

"Lagi-lagi mimpi aneh itu. Sebenarnya siapa sih mereka? Kenapa aku tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas? Bahkan nama mereka terdengar samar-samar di telingaku." kata Rukia malas yang kini menyambar handuk chappy miliknya dan masuk ke dalam kamar mandi.

SMA Karakura.

Saat ini Rukia tengah membicarakan sesuatu yang sangat serius dengan sahabatnya sedari TK. Ia bernama Hinamori Momo.

"Aku memimpikannya lagi, Hinamori." Kata Rukia lesu yang kini memakan bentonya bersama Hinamori di tempat duduk yang terletak tepat di samping jendela.

"Aku juga memimpikan hal yang sama seperti sebelumnya, Rukia. Aku jadi bingung sendiri." Kata Hinamori ikut-ikutan.

Saat mereka sibuk menceritakan masing-masing mimpinya tadi malam, tiba-tiba suara teriakan yang menggelegar berhasil mengagetkan kedua gadis itu.

"Teman-teman! Cepat keluar deh! Kak Grimmjow datang ke sekolah lho?" teriak gadis bernama Nel yang memuja setengah mati model sekaligus bintang iklan terkenal yang memiliki rambut biru yang sangat ngejreng itu.

Semua gadis di dalam kelas Rukia langsung bersorak gembira, kemudian berlari menuju ke pintu keluar. Namun langkah mereka terhenti saat seorang gadis manis bernama Senna meneriakkan sesuatu yang sama kerasnya seperti yang Nel lakukan setengah menit yang lalu.

"Teman-teman! Cepat ke gedung olahraga deh! Kak Ichigo sekarang sedang bertanding dengan Tim SMA Hueco Mundo. Keren sekali!" teriak Senna dengan semangat 45 yang menggebu-gebu.

"Kyaaaaaaa… Kak Ichigo! Aku mau ke gedung olahraga saja!"

"Aku memilih menyambut Pangeran Grimmjow saja!"

"Aku ke gedung olahraga!"

"Aku mau lihat Kak Grimmjow! Udah kangen!"

Para gadis-gadis itu kini membelah membentuk 2 kubu, yang satu keluar menuju ke arah kiri dan satunya ke arah kanan. Hinomori dan Rukia hanya geleng-geleng kepala melihat aksi teman-teman sekelasnya itu. Rukia bertanya-tanya dalam hati, apa hebatnya seorang lelaki angkuh berambut biru, dan apa sih daya tarik lelaki dingin berambut orange sehingga mereka tergila-gila seperti itu. Alasan mereka masih misterius bagi Rukia yang memang berbeda dari mereka. Apa memang dirinya yang tidak normal? Itulah pikiran aneh yang berkutat dalam otak Rukia saat ini.

"Kau tidak mau ikut mereka juga, Hinamori?" Tanya Rukia yang mengetahui apa yang Hinamori inginkan.

"Emm… sebenarnya aku ingin melihat Kak Ichigo bermain. Kau mau menemaniku, Rukia?" Tanya Hinamori takut-takut.

"Baiklah. Tidak ada pilihan lain kan? Ayo!" kata Rukia yang kini memasukkan bento miliknya ke dalam laci dan diikuti oleh Hinamori. Mereka pun pergi ke arah gedung olahraga bersama.

*(n_n)*

Tampak begitu sangat ramai. Malah sangat teramat ramai. Banyak siswa-siswi yang melihat permainan Tim Basket SMA kebanggaannya melawan SMA Hueco Mundo saat ini. Namun kebanyakan pengunjung disini adalah seorang wanita. Mereka meneriakkan nama seseorang dengan begitu semangatnya.

"Ichigo! Ichigo!"

"Kurosaki! Kurosaki!"

Itulah suara yang terpantul begitu keras dari dalam gedung olahraga yang luas itu.

Sekarang Hinamori dan Rukia tengah berdesak-desakan menuju ke posisi paling tepat untuk menonton pertandingan lebih jelas. Dengan ogah-ogahan Rukia mengikuti arah kemana Hinamori pergi. Namun di tengah jalan tanpa Rukia sadari ia terpisah dengan Hinamori. Rukia pun memilih untuk menyandarkan dirinya di belakang tepatnya di tembok dekat pintu ruang klub basket.

Kerjaan Rukia hanya melihat punggung-punggung berwarna putih yang berjajar begitu serawutan di depannya. Rukia malas untuk menerobos gerombolan orang-orang fanatik itu, bikin pegal saja. Itulah yang Rukia pikirkan saat ini. Dengan sangat jenuh Rukia mendengarkan jeritan yang menggema-gema hingga hampir memecahkan gendang telinganya.

Namun sejenak ia memandang ke arah ring yang lumayan jauh itu. Dengan gerakan lambat, Rukia melihat tangan kekar meraih ring yang tinggi tersebut dan bola berhasil memasukinya. Sekilas Rukia terpesona, ia melihat warna rambut seseorang itu, orange. Dengan badan penuh peluh dan kulit yang berkilauan karena keringat, Rukia melihat sosok Ichigo melompat memasukkan bola tepat di atas ring langsung dengan sebelah tangannya.

"Keereeen…" kata Rukia tanpa sadar mengucapkan kata yang begitu tabu baginya.

PRIIIIIITTTT………

Terdengar bunyi peluit panjang dari arah tengah gedung olahraga tersebut. Itu merupakan pertanda bahwa pertandingan telah usai. Tiba-tiba saja deretan tembok punggung di depan Rukia terbuka, memberi jalan pada seseorang yang baru saja dikatakan keren oleh seorang Rukia.

Ichigo menuju ke arah ruang klub untuk istirahat disana, tampangnya tampak begitu datar dan seram seperti biasa. Tidak ada raut kesenangan dalam wajahnya meskipun timnya menang telak dengan perolehan skor 82-30. Rukia memandangnya, ia memiliki tinggi yang jauh lebih besar daripada Rukia sehingga Rukia harus mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap wajah tampannya yang dingin.

Ichigo melihat Rukia, pandangannya terpaku, kedua pasang mata itu tak henti menatap, seakan keduanya menemukan sesuatu yang mereka cari selama ini. Mereka tidak bersuara hanya saling menatap dengan posisi Rukia yang masih bersandar di tembok dan keadaan Ichigo yang berjalan lambat menuju ke arah ruang klub di samping Rukia. Ichigo kembali melihat ke depan saat ia tepat sampai di depan Rukia. Rukia sedikit kecewa, namun saat Ichigo melewatinya, ia merasakan suatu getaran yang bergejolak di dalam hatinya. Begitu juga jantungnya, iramanya kini jauh lebih cepat daripada yang ia rasakan sebelumnya. Bau ini, Rukia sangat mengenal bau ini dengan baik.

"Wangi ini? Aku merasa sangat mengenalnya? Tapi kapan ? Dan dimana?" Tanya Rukia pada dirinya sendiri saat Ichigo telah berhasil melewatinya dan wangi itu pun hilang begitu saja.

Rukia mulai berpikir, apa sebelumnya ia pernah sedekat tadi dengan Ichigo? Jawabanya tidak. Namun kenapa rasa itu begitu berbeda, wangi itu membuat jantung Rukia berdetak 3 kali lebih cepat sampai membuat Rukia sedikit lemas. Saat Rukia berpikir keras tentang hal tersebut, Hinamori datang mengejutkan dirinya yang melamun.

"Rukia!"

"Hi... Hinamori? Jangan mengagetkanku seperti itu!" Kata Rukia kesal.

"Maaf deh! Habis kamu melamun saja sedari tadi." Kata Hinamori sedikit mecucutkan bibirnya.

"Ayo, kita kembali ke kelas. Kau ini menghilang begitu saja! Aku kan malas berada di sini!" Kata Rukia yang kini mengambil langkah mendahului Hinamori.

"Aku kan sudah minta maaf tadi. Baiklah, kita langsung ke kelas saja." Kata Hinamori yang kini mensejajarkan dirinya dengan Rukia.

Bruk

Rukia jauh yang sebelumnya terhuyung ke belakang setelah menabrak dada bidang seseorang yang belum sempat ia lihat wujudnya.

"Aduuh! Siapa sih yang menabrakku?" kata Rukia pelan yang kini memegangi pantatnya yang sedikit nyeri.

"Maafkan aku, kau bisa berdiri kan?" kata seseorang itu lembut dengan mengulurkan tangan kanannya.

Rukia mendongak melihat seseorang yang menabraknya tadi. Yang pertama Rukia lihat adalah rambutnya yang mencolok dan sedikit mengganggu matanya. Tapi Rukia tidak berpikir dua kali untuk menyambut tangan itu, karena dia memang membutuhkannya.

Hinamori yang berada di samping Rukia hanya bisa menatap cengo ke arah Rukia, begitu juga gadis-gadis di sekitar Rukia. Rukia kini telah berdiri dan menatap seseorang yang kini tersenyum ke arahnya.

"Kau sama sepertiku, Nona. Panggil aku Grimmjow. Siapa namamu?" kata Grimmjow masih dengan menggenggam tangan Rukia.

Rukia hanya mengangkat sedikit alisnya tidak mengerti dengan maksud Grimmjow, namun kemudian ia menjawab pertanyaan Grimmjow dengan sangat biasa.

"Rukia." Kata Rukia menatap Grimmjow datar.

"Rukia, Nama yang bagus. Semoga kita bisa menjadi partner yang baik." Kata Grimmjow dengan senyum penuh arti.

Saat kalimat terkahir itu keluar dari mulut Grimmjow, terdengar suara teriakan dari belakang yang membuat perhatian ketiga orang itu teralih.

"Woi, Grimmjow! Kau ini bagaimana sih? Kabur dari perintahku begitu saja." Kata seseorang yang jauh lebih pendek dari Grimmjow namun sama-sama memiliki rambut yang begitu mencolok.

"Oh, Ketua. Aku kabur darimu karena merasakan mereka berdua." Kata Grimmjow menunjuk kedua gadis di depannya dengan kedua bola matanya.

"Oh, kau sudah menemukannya, siapa namamu?" kata seseorang yang baru saja datang tadi kepada Hinamori.

Hinamori dan Rukia saling menatap. Mereka bertanya-tanya, sebegitu pentingnya kah nama mereka sampai-sampai ketua OSIS datang dan langsung menanyai mareka.

"Hei! Kalian tidak mendengarku?" kata Hitsugaya sedikit tidak sabar.

"A… aku Hinamori, dan dia Rukia." Kata Hinamori sedikit gugup dan malu.

Tak lama kemudian Rukia merasakan sesuatu. Entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat tiba-tiba. Ia mengetahui sebab keganjilan yang terjadi pada tubuhnya itu setelah mendengar suara seseorang tepat di belakangnya.

"Kenapa semua berkumpul disini? Toushiro, Grimmjow." Kata Ichigo yang kini berdiri tepat di belakang Rukia membuat tubuh Rukia kaku seketika.

"Kami menemukan mereka." Kata Hitsugaya datar tanpa menatap Ichigo.

Ichigo menundukkan kepalanya menatap rambut hitam gadis yang tengah diam mematung sedari tadi dan saat ini gadis itu membelakangi dirinya. Ichigo tersenyum sekilas dan meninggalkan tempat itu melewati bagian samping dari Rukia.

"Wangi ini… Kenapa aku begitu menyukainya." Kata Rukia saat merasakan bau khas yang hanya Ichigolah yang memilikinya.

"Hei! Ichigo. Aku ingin melanjutkan duel balap kita minggu lalu!" kata Grimmjow yang kemudian berlari mengejar Ichigo yang tengah berjalan santai menuju ke luar gedung. Hitsugaya membalikkan badan dan dengan santai serta tampang angkuh andalannya, ia berjalan mengikuti arah kedua temannya pergi.

*(n_n)*

Pulang sekolah.

Saat ini Rukia tengah berjalan gontai menuju ke arah rumahnya dengan hanya sendiri saja. Hinamori tidak bisa menemaninya karena ia harus mengerjakan tugas kelompok bersama temannya yang lain dan mereka berdua memang tidak mendapat kelompok yang sama.

Rukia melintasi jalan yang lumayan sepi itu kemudian duduk di sebuah halte bus menunggu jemputannya. Tiba-tiba saja 3 lelaki bertubuh tinggi dan memakai seragam sekolah khusus laki-laki yang tadi menjadi lawan tim basket sekolahnya, berhenti tiba-tiba mengelilingi Rukia. Rukia hanya memasang wajah tenang tidak menghiraukan mereka.

Ketiganya tertawa menyeringai mendekati Rukia. Salah satu dari mereka malah mengambil pisau lipat dari saku belakangnya.

"Wah! Ada gadis manis." Kata seseorang berambut kuning dengan nama Izuru Kira yang tertulis jelas di bagian seragam kanannya.

"Sepertinya dia dari sekolah itu." Kata seseorang berkepala botak dan dipanggil Ikkaku oleh temannya yang satu lagi.

"Kita habisi saja sekarang, Ikkaku." Kata seseorang lagi yang memiliki tanda pengenal bernama Shinji Hirako di dada kanannya.

"Tenang dulu, lihat saja apa yang akan kulakukan." Kata Ikaku yang kini duduk disamping Rukia.

"Mau ku antar pulang, Manis?" goda Ikkaku sambil memainkan sedikit rambut Rukia.

Reflek Rukia berdiri dan berteriak.

"Pergi! Jangan ganggu aku!" Kata Rukia sedikit mundur ke samping.

"Waw! Waw! Orangnya jual mahal, Bos!" kata Kira yang melihat perlawanan Rukia.

"Di manis-manisin malah memberontak. Maunya yang kasar ya?" kata Shinji kemudian mencengkeram tangan kanan Rukia. Rukia memejamkan matanya erat karena takut. Tak lama kemudian terdengar suara seseorang memukulkan kepalan tangannya ke tiang besi tepat di samping kepala Shinji yang telah menyakiti Rukia.

"Pergi!" kata seseorang itu dengan tatapan yang sangat tajam.

"Wah, dia! Cepat pergi!" Kata Kira segera kembali menuju ke motor miliknya diikuti oleh kedua teman yang lain dan mereka pun lenyap dengan cepat.

"Apa sudah aman? Apa aku bisa membuka mataku sekarang?" kata Rukia dalam hati yang kini tetap memejamkan matanya.

"Mau sampai kapan kau berdiri di situ?" Kata seseorang itu yang kini sudah naik di atas motor kesayangannya yaitu motor besar bertipe Mach Ness berwarna orange mencolok dengan ornamen api yang mencuat-cuat berwarna hitam di samping kanan dan kiri body bawahnya. Rukia terdiam sejenak, detak jantung itu kembali terasa. Tak henti Rukia menatap sosok yang mampu membawa sensasi aneh dalam dirinya.

"Hei, kau tuli ya? Cepat naik!" kata seseorang itu yang berhasil membuat Rukia marah dan berjalan berlainan arah dengan tempat motornya terparkir.

Lelaki berpostur tinggi itu kemudian menghela nafas dan menghidupkan mesin motornya kemudian melaju perlahan di samping Rukia.

"Kubilang cepat naik!" katanya sekali lagi.

"Aku tidak mau! Dasar orange bodoh!"

Ichigo yang mulai kehabisan kesabaran pun kemudian meraih tangan Rukia, membawanya mendekat kemudian menariknya kebelakang. Awalnya Rukia memberontak tapi kemudian ia menyerah juga. Rukia pun terpaksa pulang bersama Ichigo.

Di sepanjang jalan tak hentinya Rukia berwas-was ria. Ichigo selalu berhenti mendadak, kemudian langsung menarik gas dan hal itu berhasil membuat Rukia jantungan. Berulang kali Rukia tidak sengaja menyentuh kedua bahu Ichigo untuk berpegangan karena gaya menyetir Ichigo yang sedikit urakan seperti pembalap. Tapi itu memang salah satu hobinya selain bermain basket.

*(n_n)*

Sepanjang jalan mereka hanya diam, Ichigo terus membawa Rukia tanpa arah yang jelas, namun kemudian Ichigo menghentikan motornya di depan sebuah gapura besar. Rukia sedikit menghirup udara sejuk dan mencium aroma asin di sekitarnya. Ia juga samar-samar mendengar deburan ombak memecah keheningan di hari yang semakin sore itu. Rukia sedikit bingung kenapa Ichigo membawanya kemari, ia pun memberanikan bertanya.

"Kenapa kau membawaku kemari, Ichigo?" kata Rukia yang menyebut nama kakak kelasnya asal-asalan.

Ichigo tidak menjawab pertanyaan Rukia. Ia memarkirkan motornya kemudian berjalan meninggalkan Rukia. Rukia yang tidak mau di tinggal sendirian pun akhirnya mengikuti arah yang Ichigo tuju.

Sungguh indah, hamparan pasir putih bersih mengelilingi air biru jernih dengan warna sedikit kehijauan. Rukia sangat terpana, baru pertama kalinya ia melihat pantai seindah ini. Tanpa sadar Rukia berlari menuju ke bibir pantai melewati Ichigo yang sedari tadi hanya berdiri menatap matahari yang mulai tenggelam dengan sebelah tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana, membuat posisinya begitu santai dan enak di pandang.

Rukia mulai berlarian tidak jelas menyusuri hamparan luasan air paling tepi dari laut itu. Ichigo tersenyum melihat tingkah Rukia. Saat matahari telah berwarna jingga sempurna Rukia mendudukkan dirinya pasrah di atas pasir, membiarkan ombak-ombak kecil membasahi roknya.

Perlahan Ichigo mendekat ke arah Rukia kemudian duduk tepat di samping Rukia. Rukia mengalihkan pandangan pada makhluk yang baru saja beralih duduk di sebelahnya. Rukia menatapnya dalam dan tanpa sadar ia terpaku pada objek yang begitu indah itu menurutnya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Ichigo tanpa melihat ke arah Rukia.

Seketika itu juga Rukia sadar dan mengalihkan pandangannya menuju ke matahari tenggelam.

"Kau? Akhirnya kau datang kesini." kata Ichigo mengalihkan pandangan ke arah Rukia.

Rukia pun menatap Ichigo, tepatnya kedua matanya. Mereka bertatapan lama, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai-sampai tidak menyadari bahwa mereka sekarang tengah saling mengagumi orang yang ada di hadapannya. Rukia mencium wangi itu. Dan tanpa sadar Rukia semakin mendekat pada Ichigo, mencondongkan tubuhnya lebih ke samping. Ia sangat menyukai harum itu, dan itu membuat jantung Rukia mengalami reaksi juga.

Saat Rukia berusaha semakin mendekat, Ichigo pun terbawa suasana dan ikut-ikutan mendekat tanpa suara. Mereka sangat dekat bahkan mereka sudah bisa saling merasakan hembusan nafas mereka masing-masing. Namun tiba-tiba Ichigo sadar dan langsung berdiri, Rukia pun terkejut dan sadar atas kelakuannya. Ia hanya bisa diam saat ini.

"Sebaiknya aku mengantarmu pulang." Kata Ichigo mengambil langkah terlebih dahulu.

Rukia bangun dari posisi duduknya kemudian sedikit mengelap roknya yang kotor oleh pasir, ia masih heran dengan dirinya sendiri.

"Kenapa aku melakukan hal seperti itu?" kata Rukia yang mampu ia katakan dalam hati saja.

*(n_n)*

Di tempat yang sama, gadis bersayap putih yang berkilauan itu menatap kosong butiran salju yang turun begitu bebasnya. Dengan tetap menggunakan gaun yang sama, ia menyentuh pohon kering itu dan mengamati permukaannya yang kasar.

"Anda sedang menunggu siapa, Putri?" kata seseorang bersayap hitam, sayap yang tidak umum dimiliki oleh kalangan lainnya.

"Aku menunggu seseorang. Aku menunggu dia." Jawab gadis itu kini dengan nada sedikit sedih.

Seseorang bersayap hitam itu hanya mempertahankan posisinya dan menunggu gadis yang tengah diam tersebut menikmati suasana dingin yang sangat ia sukai tersebut.

"Anda bisa sakit, Putri ***." Kata seseorang itu dengan terus menatap gadis bersayap putih berkilauan dengan sangat cemas.

Gadis itu memandang lelaki bersayap hitam tersebut, ia menatapnya dengan sayu.

"Aku menunggumu… Aku akan selalu menunggumu…" Kata gadis bersayap putih dengan nada sendu.

"Maafkan aku, aku tidak bisa." Jawab lelaki bersayap hitam itu seperti biasa.

SMA Karakura.

"Aku lelah memimpikannya setiap hari. Dasar, mimpi gaje!" kata Rukia malas.

"Aku juga, Rukia. Kenapa kita mendapat mimpi yang aneh ya?" Tanya Hinamori yang kini hanya menopang dagu putus asa.

"Entahlah." Kata Rukia singkat yang kini menatap buliran hujan yang menetes cukup deras dari jendela di sampingnya.

Rukia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke pintu keluar tiba-tiba.

"Kau mau kemana, Rukia?" Tanya Hinamori pada Rukia.

"Kau tidak perlu tahu." Kata Rukia melanjutkan perjalanannya.

Hinamori hanya melepaskan nafas beratnya, ia tahu kebiasaan Rukia tersebut. Dan ia tidak ingin bertanya lebih banyak lagi karena dia sudah terbiasa dengan hal itu.

*(n_n)*

Saat ini Rukia tengah turun ke lantai satu dan menuju ke taman belakang di samping perpustakaan. Ia duduk berteduh di bangku yang terbuat dari kayu berwarna coklat itu. Ia memejamkan mata sejenak. Menghirup aroma khas saat hujan turun. Itulah yang di senangi Rukia, hawa sejuk menerpa tubuhnya yang mulai kedinginan. Ia tersenyum mencium aroma kesegaran bumi. Bau tanah, itulah bau yang Rukia senangi. Bau yang menurut Rukia sangat segar dan mampu menenangkan hatinya.

"Sedang apa kau disini?" Tanya seseorang mengganggu ritual keramat Rukia.

Rukia menatap lelaki itu dengan tatapan sangat terganggu.

"Hei, santailah. Aku tidak bermaksud mengganggumu kok! Bukankah disini dingin? Sebaikanya kau masuk ke dalam." Kata seseorang berambut mencolok itu dengan santainya, sepertinya Rukia sudah sangat sering mendengar kalimat itu.

"Aku senang berada di sini, kalau kau ingin masuk, ya masuk saja, tidak perlu mengajakku." Kata Rukia pada seseorang itu.

Kini lelaki itu duduk tepat di samping Rukia kemudian menyibakkan sedikit rambut birunya ke atas.

"Kalau aku ingin bersamamu disini, bagaimana?" kata Grimmjow pada Rukia yang masih menatap tetesan air yang turun di depannya.

"Terserah kau saja." Kata Rukia datar tanpa menatap Grimmjow.

*(n_n)*

Saat ini Rukia dan Hinamori tengah berjalan berdampingan menuju ke arah rumah mereka yang memang berdekatan. Rukia sudah menelepon kakaknya agar ia tidak di jemput hari ini. Ia ingin berjalan bersama Hinamori. Begitu juga Hinamori, ia sengaja tidak memperbolehkan supirnya menjemput, karena ia ingin berjalan berdua saja dengan sahabatnya.

"Aku merindukan saat seperti ini, Rukia." Kata Hinamori pada Rukia yang berjalan santai di sampingnya.

"Hati-hati, Hinamori. Jangan berjalan di situ." Kata Rukia yang melihat Hinamori berjalan santai di samping jalan bukannya di trotoar.

"Hahahaha… Aku tidak akan kenapa-kenapa." Kata Hinamori tak menghiraukan Rukia.

Belum sempat Rukia memperingatkan Hinamori sekali lagi, dari arah belakang telah meluncur Mobil Lamborgini berwarna silver dengan ornamen garis-garis biru langit mengelilingi body mobil tersebut dengan sangat sempurna. Mobil tersebut baru saja menyalib sebuah truk besar sehingga kecepatannya masih terbawa saat situasi cepat Rukia menarik lengan Hinamori dengan kekuatan penuh. Alhasil Hinamori jatuh menimpa Rukia dan lengan Rukia bergesekan dengan lantai trotoar yang kasar. Sedangkan Hinamori, lututnya memar dan mulai berdarah.

Mobil Lamborgini itu berhenti di depan mereka, pemilik mobil tersebut keluar dan langsung menghampiri kedua gadis yang kini saling mengaduh merasakan pedih yang luar biasa dari masing-masing lukanya.

"Kalian tidak apa-apa?" Tanya seseorang berambut putih itu dengan tatapan sedikit kasihan.

"Hitsugaya-Senpai?" kata Hinamori mengetahui siapa yang nyaris menabraknya tadi.

Dengan cepat Hitsugaya membantu Rukia berdiri kemudian disusul Hinamori. Keduanya dipaksa Hitsugaya untuk masuk ke dalam mobilnya setelah Hitsugaya membukakan mobilnya dengan cara mengangkatnya ke atas. Keduanya pun terpaksa menuruti Hitsugaya dan mereka diantar pulang oleh ketua OSIS yang terkenal dingin dan judes itu.

Kamar Rukia, Malam hari.

Saat ini Rukia tengah asik membaca buku Biologi di meja belajar berbentuk chappy miliknya yang terletak tak jauh dari jendela kamar. Rukia mulai menguap karena saat ia melihat ke arah jam dinding di samping kirinya, jarum jam tersebut menunjukkan pukul 10 tepat.

Rukia berjalan mendekat ke arah jendela kamar untuk menutupnya, namun Rukia terkejut saat ia melihat sosok lelaki tinggi tengah berdiri tegap di atas tiang listrik dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya, ia berada tepat di depan mata Rukia saat ini. Ia melihat ke arah kamar Rukia namun dengan secepat kilat bayangan seseorang yang ia kenal itu menghilang. Rukia mengucek kedua matanya sekilas, dan kembali menatap tiang listrik itu. Tidak ada siapa pun disana, Rukia pun mulai heran.

"Sayap?" kata Rukia lirih.

T`B`C`


Okeh! Ini fic terbaru Ruki, judulnya DONGENG PUTRI DUNIA LAIN. Semoga Readers suka en tergerakkan hatinya untuk me'review.. Ngahahahaha... okeh! Sekian dan terima kasih. Akhir kata...


Arigatou and Mata Ashita..


*(n_n)*


R P

E L

V E

I A

E S

W E