Don't Regret
Disclaimer : Masashi Kishimoto.
Genre : Hurt/Comfort and Agst
Rating : T aja.
Warning :Typo(s), mungkin sedikit OOC, boyxboy, kata-kata yang mungkin hilang sendiri dll.
Fic Multichap ini aku persembahkan untuk NaruSasu Day ke-6 di tahun 2014 ini! Semoga,walaupun kalian tidak bisa bersama sebagai sepasang kekasih nantinya,kalian masih menjalin hubungan erat sebagai seorang sahabat.
Prompt yang aku ambil untuk fic ini adalah "Ruang/Waktu" Mungkin lebih ke ruang. Masih ingat fic buatanku dengan judul yang sama dengan fic ini? Sebagai pemberitahuan saja kalau fic ini REMAKE dari fic tersebut. Mungkin akan aku berikan bumbu-bumbu agst lebih banyak lagi agar kalian menangis XD
OK! Tanpa banyak kata...
SELAMAT MEMBACA!
.
.
Lelaki dengan surai pirang di kepalanya itu tengah berdecak kesal , tangan kanannya tengah memegang telepon genggam yang ia dekatkan di telinga kanannya.
"Apa sebegitu sibuknya kau dengan pekerjaanmu? Ini adalah hari yang sangat aku tunggu-tunggu! Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu,kenapa kau tidak mengerti?!"serunya marah. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan kekesalannya.
"-Aku meng-cancel semua pekerjaanku hanya untuk hari ini. Aku tidak ingin kita bertengkar di hari istimewa kita! Sudah cukup kesabaranku Sasuke,kau harus datang di taman yang biasa kita datangi jam 5 sore nanti. Aku tidak menerima penolakan!"dan Naruto memutuskan sambungan telepon miliknya, tanpa memperdulikan lawan bicara nya tadi yang mungkin mengutuknya. Ia memang harus tegas menghadapi Sasuke – Kekasihnya sejak 6 tahun yang lalu – yang memiliki kekeras kepalaan melebihi dirinya.
Mana mungkin lelaki raven itu lebih mementingkan pekerjaannya dari pada hari istimewa ini? Bahkan dirinya tidak bisa tidur semenjak kemarin hanya untuk memikirkan hal apa yang akan ia lakukan dengan Sasuke di hari istimewa mereka. Dirinya di bantu sahabat-sahabatnya telah menyiapkan sebuah pesta kecil di taman yang biasa mereka kunjungi. Ia berencana untuk meminang Sasuke untuk menjadi miliknya seutuhnya saat pesta berlangsung nanti. Ia tidak ingin pesta yang sudah susah ia dan sahabat-sahabatnya buat berakhir sia-sia karena kekeras kepalaan sang Uchiha.
"Aku mohon Sasuke... Datanglah..."pintanya penuh harap.
Dilain tempat, Sasuke masih merasa kesal karena Naruto memutuskan hubungan secara sepihak sebelum ia memberitahukan alasan yang sebenarnya. Ia melirik tumpukan laporan di seberang meja kerjanya yang menggunung. Kakaknya yang seharusnya mengerjakan laporan lebih penting itu malah seenaknya ber-Tamasya bersama keluarga kecilnya dan melimpahkan semua pekerjannya kepada dirinya yang hanya bertindak sebagai wakil.
Ia harus segera menyelesaikan setengahnya agar hatinya tenang saat mengikuti keinginan Naruto nanti. Tanpa banyak berpikir, ia pun melanjutkan mengerjakan laporan-laporan menggunung tersebut dengan cepat. Entah kenapa ia merasa tidak enak jika telat menghampiri Naruto di taman nanti.
"Awas saja jika ia hanya melakukan hal bodoh nanti."gumamnya lalu kembali melanjutkan kegiatannya.
Tetesan air yang mengenai jendela ruangan kerja miliknya membuatnya teralihkan kembali dari kertas-kertas yang tengah ia baca.
"Kenapa harus hujan segala sih?"rutuknya kesal lalu melihat jam tangannya. Waktu telah menunjukan pukul setengah empat sore dan jika hujan berlangsung sampai malam nanti, kencan anniversary mereka akan batal dan Naruto akan semakin marah padanya.
Sasuke menghela nafasnya lalu kembali melanjutkan kegiatan seraya berdoa agar hujan segera mereda. Walaupun Naruto memang jarang marah kepadanya, ia tidak pernah ingin memancing kemarah lelaki perang tersebut. Sasuke benci mengakuinya tetapi ia memang merasa sedikit takut saat Naruto memarahinya.
Hujan telah mereda saat waktu menunjukan pukul 17:15 waktu setempat. Naruto masih menunggu dengan sabar di kursi taman sembari menutup kedua matanya, meresapi sejuknya udara sore hari sehabis hujan.
"Mungkin lebih menyenangkan jika bersama dirinya.."gumamnya lirih. Sampai saat ini Sasuke masih belum datang menghampirinya padahal jam telah menunjukan pukul 5 sore lebih. Naruto menghela nafas lirih.
"Mungkin ini menjadi anniversary terburuk yang pernah aku rasakan.."
...
Sasuke berjalan dengan terburu-buru menghampiri mobilnya. Karena ke asyikan mengerjakan tugas, ia sampai lupa jika ada janji dengan Naruto dan ia telah terlambat cukup lama. Ia membuka pintu mobilnya dengan terburu-buru dan entah kenapa pintu tersebut sulit dibuka.
"Ck! Kemarin sudah di betulkan kan?"tanyanya entah kepada siapa, ia mencobanya kembali dan berhasil! Ia memasuki mobilnya dan menutupnya dengan cepat.
Setelah mengenakan sabuk pengaman,dengan cepat ia mengendarai mobilnya ketempat yang dituju. Hujan memang telah mereda beberapa menit yang lalu membuat para polisi lalu lintas bekerja ekstra mengatur kecepatan pengendara kendaraan agar mengurangi kecepatannya karena jalanna mulai licin karena dampak dari hujan. Sasuke yang tidak ingin mengambil resiko kecelakaan memutuskan untuk mengurangi sedikit kecepatan mobilnya.
Beberapa menit kemudian ia telah sampai di tempat yang dituju dan berlari memasuki taman tempat janjian mereka berdua dan yang ia lihat hanyalah Naruto yang mulai beranjak dari duduknya. Ia menghampiri lelaki itu dan berdiri tepat di depannya.
Ia akan berucap sebelum Naruto dengan diam melewati tubuhnya dan kembali melanjutkan langkahnya. Sasuke sedikit tercengang lalu membalikkan badannya, melihat punggung tegap yang telah berjalan meninggalkannya.
"Maaf aku telat dari perjanjian tetapi aku tetap berusaha untuk menemuimu kan?"Naruto masih terdiam,langkahnya masih belum berhenti.
"Aku tidak bisa mengambil cuti,masih banyak hal yang aku kerjakan karena Nii-san telah mengambil cuti lebih awal dariku. Tetapi aku masih mau menemuimu kan?"Lelaki berambut pirang itu menghentikan langkahnya.
"Naruto..." Sasuke memanggil nama itu kembali seraya berlari untuk menggenggam tangan tan itu. Ia tersentak saat Naruto dengan kasar menampik tangannya dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Naruto!"ia berlari kencang saat melihat Naruto akan memasuki mobilnya.
"Maafkan aku Naruto. Maafkan aku..!"serunya keras. Ia tidak pernah merendahkan diri untuk meminta maaf bahkan kepada Naruto sekalipun namun khusus hari ini ia rela melakukan apa saja agar Naruto mau memaafkannya.
Ia memasuki mobil miliknya lalu melaju kencang menyusul Naruto yang telah mendahuluinya. Ia masih terus mengikuti mobil Naruto dari belakang namun terpaksa berhenti saat melihat lampu lalu lintas berganti warna menjadi merah,membuat Naruto lolos dari kejarannya.
Ia tidak ingin putus dari Naruto, ia masih sangat mencintainya walaupun ia jarang mengatakan kalimat cinta kepadanya. Ia masih ingin bersama lelaki pirang itu sampai mati nanti.
Dan kejadian tak terduga terjadi saat lampu merah menyala.
Truk pengangkut minyak yang melaju cukup kencang menabrak mobil yang tengah berhenti karena lampu merah di depannya karena tidak bisa menguasai kendaraannya karena licinnya jalan.
Mobil Sasuke yang masih jauh di depan truk itu terkena dampaknya,mobil bagian belakangnya tertubtruk mobil di belakang mobilnya dan membuat mobil miliknya ganti menabrak mobil di depannya. Pemuda Uchiha itu panik lalu mencoba membuka kaca jendela mobilnya untuk melihat keadaan yang sebenarnya, namun kaca mobilnya kembali macet dan tidak bisa terbuka dengan sempurna.
"Bengkel sialan!"rutuknya kesal, kemarin ia telah membawa mobil pribadinya ini ke bengkel karena kerusakan di pintu mobil. Dan belum ada satu hari pintu mobilnya telah rusak kembali. Ia mengatur nafasnya lalu mencoba untuk membuka kaca jendela itu lagi dengan tombol otomatis yang sayangnya tidak berfungsi.
"CEPAT KELUAR DARI KENDARAN KALIAN! TRUK ITU AKAN MELEDAK!"
Sasuke yang mendengar peringatan itu segera membuka pintu mobilnya namun lagi-lagi yang ia dapatkan hanya kegagalan. Pintu mobilnya sulit dibuka disaat situasi genting seperti ini. Ia masih mencoba membuka pintu tersebut dengan tergesa-gesa dan panik, air mata mulai mengalir membasahi kedua pipinya.
"Kuso! Aku mohon buka!"teriaknya ketakutan. Ia masih belum siap mati disini, ia masih belum mendapat maaf dari Naruto, ia masih ingin bersama lelaki itu.
Pintu masih belum terbuka walaupun berbagai cara telah ia lakukan. Ia melepaskan pegangan pintu itu lalu menutup kedua matanya. Ia pasrah , kalau Tuhan telah mentakdirkan kematiannya akan di langsungkan hari ini,ia telah siap walau sejujurnya ia masih ingin hidup lebih lama lagi.
Ia mengambil ponsel miliknya lalu mengetikkan sesuatu di sana dengan senyum kecut menghiasi wajahnya. Ia menggenggam ponsel miliknya erat lalu kembali memejamkan matanya, menantikan kematiannya yang sebentar lagi menjemputnya.
Pesan terakhir itu telah terkirim bersamaan dengan bunyi ledakan besar yang mampu membuat orang tuli mendadak jika mendengarnya.
..
...
..
...
..
Naruto menutup pintu mobilnya dengan kasar lalu memasuki rumahnya dengan wajah kesal. Ia membuka pintu rumahnya dan suara terompet dan kertas-kertas berwarna-warni yang berhamburan yang menyambutnya.
"Loh? Mana Sasuke?"tanya Kiba heran. Naruto memasuki rumah miliknya dengan seorang diri, tanpa sang kekasih di sisinya.
Sebetulnya pesta kali ini memang akan di adakan di taman. Namun karena takut akan ada hujan susulan, Naruto menyuruh kawan-kawannya membuat pesta kejutan di rumahnya.
Gaara yang ikut adil dalam pembuatan pesta, menghampiri Naruto yang saat ini tengah terduduk lesu di sofa ruang tamu.
"Dia datang terlambat.."ujarnya perlahan. "Aku yang sudah sangat kesal padanya memutuskan untuk meninggalkannya. Mungkin dia sudah kembali ke kantornya lagi dan bergelut dengan kertas-kertas sialan itu."
Keempat temannya yang lain mengerti lalu memutuskan untuk diam. Pesta mereka sangat gagal total.
Naruto membuka ponselnya, saat perjalanan tadi ia merasakan getaran dari benda canggih itu. Ia melihat ada 6 pesan dari pengirim yang sama...
Sasuke-Chan~
"Dia tidak se brengsek itu Naruto. Tunggulah sebentar dan ia akan menghampirimu, jalanan di luar sangat licin dan ia harus sangat berhati-hati."ujar Neji mencoba menenangkan kegalauan yang di rasakan sang Uzumaki.
Naruto berdecih lalu menunjukan ponselnya. "Ia masih bisa mengirimi aku pesan. Ya hanya pesan, aku tahu kalau ia sudah mengirimi aku pesan saat janji kencan kita tandanya ia tidak bisa menghampiriku. Aku sudah mengenalnya lebih dari 6 tahun,Neji."ujarnya kesal lalu melempar ponsel miliknya yang dengan sigap Gaara tangkap.
Gaara mencoba melihat pesan-pesan yang Sasuke kirimkan kepada Naruto. Uzumaki itu belum melihat isi pesan tersebut. Ia membacakannya.
Pesan 1 : (231015 17:25) Maafkan aku Naruto,sekali lagi maafkan aku.
Pesan 2 : (231015 17:25) Aku tahu aku mempunyai banyak kesalahan kepadamu dan kau hanya membalasnya dengan senyuman.
Pesan 3 : (231015 17:25) Tapi kali ini aku benar-benar membuatmu marah ya?
Pesan 4 :(231015 17:27)Aku benar-benar minta maaf.
Pesan 5 : (231015 17:29) Aku tidak tahu apakah aku masih bisa melewati masa indah itu bersamamu...
Pesan 6 : (231015 17:30) Percayalah jika aku selalu mencintaimu.
Gaara merasa ada yang janggal dalam isi pesan yang Sasuke kirimkan pada Naruto, perasaannya mendadak tak enak. Ia melihat jam dinding yang terpasang di dinding ruang tamu.
Lima lebih empat puluh lima menit.
Naruto yang mendengar pesan itu dengan segera merebut ponsel miliknya lalu kembali membacanya.
"Ada berita terbaru yang aku dapatkan!"seru Shikamaru yang sedari tadi terdiam. "Ada ledakan truk minyak di perempatan Shikou. Sektar 6 km dari sini, aku harus segera kesana untuk melakukan penyelidikan." Ia yang seorang anggota kepolisian ditugaskan oleh pemimpinnya untuk terjun langsung di TKP.
"Ledakannya besar ya? Pantas aku merasa ada gempa kecil tadi."ujar Kiba menimpali.
"Perempatan Shikou..."gumam Naruto pelan. Saat perjalanan tadi ia memang menyetir mobilnya dengan cepat saat melewati perempatan Shikou agar tidak berhenti karena lampu merah. Ia tidak mau tahu dan tidak peduli apakah Sasuke mau mengejarnya atau dari kaca spionnya ia melihat siluet mobil sang Uchiha yang jauh berada di belakangnya dan ia tidak melihatnya lagi setelah melewati perempatan Shikou.
"Aku ikut Shika!"serunya lalu bangkit dari duduknya. Perasaannya tidak enak saat mendengar nama perempatan itu dan ia ingin memastikannya sendiri.
"Yah... Kalau melihat nyawa melayang bisa mengobati ke galauanmu. Apakah kalian bertiga juga ikut?"tanya Shikamaru kepada ketiga rekannya yang lain.
"Iya,aku ikut!"jawab Gaara mantap. Ia juga merasakaan firasat buruk ini.
Neji dan Kiba pun hanya menganggukkan kepalanya, mungkin melihat kecelakaan itu menyenangkan. Batin mereka berdua.
'Kau kembali ke kantormu kan... Sasuke?'batin Naruto kalut.
Aku tidak tahu apakah aku masih bisa melewati masa indah itu bersamamu...
'Firasatku tidak benar kan? Kau baik-baik saja dan kembali ke kantormu kan... Sasuke?'
Naruto bisa melihat berpuluh-puluh mobil berjejeran dengan kondisi yang mengenaskan. Barang bergerak itu denga ganasnya di lalap oleh si jago merah dan ada juga yang tidak berbentuk lagi.
Menurut Shikamaru, tidak ada korban yang selamat dari kejadian ini, termasuk polisi yang letaknya jauh dari posisi ledakan. Memang ledakan itu sangat besar dan membuat gempa kecil selama beberapa detik.
Jalur kendaraan telah di alihkan oleh polisi dan membuat jalanan bekas ledakan itu menjadi sepi. Hanya ada polisi-polisi,warga-warga yang penasaran dengann TKP, tentu saja mereka melihatnya di belakang garis polisi yang telah di sediakan sebelumnya, tentu saja pemadam kebakaran dan ambulance untuk mengevakuasi korban yang masih utuh jasadnya.
"APA?!"suara teriakan Shikamaru menginterupsi pandangannya dari mobil-mobil yang berjejeran.
"Kalian mungkin salah!"
"Kenapa Shikamaru sampai teriak seperti itu? Apa ada kerabatnya yang menjadi korban ledakan ini?"tanya Kiba berbisik.
Naruto menggelengkan kepalanya, tidak tahu. Dengan tangan bergetar ia mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
Suara nada panggilan yang sangat lirih mengalihkan para kepolisian yang masih sibuk mengamati mobil-mobil.
Nada panggilan itu masih terdengar beberapa detik dari salah satu mobil yang telah hangus terbakar lalu nada itu menghilang.
Shikamaru segera menghampiri mobil asal suara itu dan menemukan sebuah ponsel yang beberapa detik lalu telah mati. Luarnya telah hancur namun mungkin masih belum cukup untuk menghancurkan komponen dalamnya.
Naruto membelalakan matanya, ponsel miliknya terjatuh. Dengan takut ia menerobos garis polisi lalu berlari menghampiri Shikamaru yang masih meneliti ponsel di tangannya. Ia merebut ponsel itu lalu melihatnya lama.
Neji, Gaara dan juga Kiba memutuskan menghampiri mereka berdua dan kedua mata mereka membelalak melihat ponsel itu. Ponsel yang sudah sangat mereka kenal.
Naruto mencoba untuk menghidupkan kembali ponsel tersebut dan berhasil,walaupun hanya beberapa menit, pemuda pirang itu bisa melihat jika wallpaper ponsel itu terpampang sosok dirinya dan juga... Sasuke.
"Tidak mungkin..."gumamnya lirih. Air mata mulai mengalir membasahi wajahnya.
Keempat sahabatnya hanya bisa tertunduk,kesedihan sangat terlihat dari raut wajah mereka.
Naruto jatuh terduduk, tangannya menggenggam erat ponsel milik seorang korban yang baru ia ketahui adalah milik Sasuke. Air matanya semakin deras, ia masih belum siap kehilangan Sasuke. Ia masih ingin berada di sisi pemuda itu, ia masih ingin mendekap tubuh itu di rengkuhannya, memandang wajah datar pemuda Uchiha tanpa bosan, ia masih ingin melihat semua yang ada pada diri Sasuke. Ia...
"ARGHHHHHHHH!"teriaknya seraya menangis semakin keras. "SASUKEEE!"teriakan yang sangat menyayat hati manusia yang mendengarnya.
====O
"Bangunlah..."
Siapa?
"Buka matamu..."
Aku mengikuti perintah suara misterius itu, aku membuka kedua mataku, memperlihatkan bola mata hitam milikku. Aku tengah terbaring ber alaskan sesuatu yang sangat kasar. Di samping kananku, berdiri seseorang dengan sinar terang disekitar tubuhnya membuat mataku menyipit melihatnya.
"Kau menyesal?"suara orang misterius itu terdengar pelan sekali. Aku tidak bisa memandangnya dengan leluasa karena sinar silaunya.
"Menyesal... Kenapa..?"tanyaku tak mengerti. Semua pikiranku masih kosong, aku sama sekali tidak mengerti apa yang di katakan orang misterius itu.
"Kau membuat orang yang selalu sabar menghadapimu menangis di hari ini. Apakah kau menyesal?"tanyanya lagi.
Aku masih belum mengerti. Apa yang sebenarnya ia katakan? Menyesal apa? Siapa orang yang sudah kubuat sedih hari i-
Mataku terbelalak. Aku mengingatnya. Mataku memberanikan diri melihat kedua tanganku yang sangat pucat, tidak terlihat lagi urat nadi yang mengalirkan darah merahku. Tangan kananku memegang dada kiriku, mencoba mencari detak jantung yang selalu aku rasakan... dulu.
Aku menundukan kepalaku, mataku mulai memanas menyadari kenyataan ini. "Apa aku benar-benar mati? Tidak adakah kesempatan kedua untukku?"aku memandang sosok misterius itu.
"Aku belum mendapatkan maaf darinya, aku tidak ingin dia membenciku karena hal ini. Aku masih ingin bersama dirinya. Aku... aku..." kedua mataku tertutup bersamaan dengan cairan bening yang mengalir. Aku tidak sanggup melanjutkan perkataanku. Aku yakin mau sebanyak apapun aku berkata, sosok misterius yang aku duga adalah malaikat pencabut nyawaku tidak akan mengabulkan permohonanku.
"Tiga hari... Setelah itu aku akan menjemputmu kembali di tempat ini."sosok misterius itu berkata dengan keras lalu menghilang dengan cepat dari hadapanku.
Aku tertegun mendengar perkataan singkatnya yang tidak langsung aku mengerti, hanya sejenak lalu menganggukkan kepalaku dan tersenyum. Sosok itu seakan mengerti yang aku inginkan, yah walaupun hanya tiga hari dalam wujud hantu sekalipun.
Aku memandang sekitar tempatku berada. Jalanan yang kutapaki sedikit retak, mobil dan kendaraan lainnya hangus terbakar dan tak lupa tumbuhan-tumbuhan disekitarnya. Dari sini aku bisa melihat banyak polisi dan banyak orang yang bergerumul untuk melihat tempat mengenaskan ini, apa yang mereka lihat? Kematian kah? Aku percaya tidak ada yang selamat dari kecelakaan ini, termasuk diriku.
Matahari mulai menghilang namun siluet sinarnya masih menerangi jalanan dan mataku tidak sengaja melihat sosoknya yang tengah terduduk sembari menggenggam erat sesuatu yang tidak aku ketahui. Keempat orang lain yang aku kenal juga ikut mendudukan kepala mereka.
Bahu mereka semua bergetar, aku tahu mereka tengah menangis dalam diam. Ya, keempat orang itu adalah sahabat-sahabatku semenjak SMA dan juga Naruto. Kekasih-Ah mungkin telah menjadi mantan kekasih selepas meninggalnya aku.
Aku menghampiri mereka lalu duduk dengan perlahan disamping Naruto. Sekilas aku melihat jika benda yang tengah di genggamnya adalah ponsel hancur milikku. Ingin sekali aku menghentikan tangisannya, ia memang cengeng, jika sudah merengek sesuatu ia akan selalu mengeluarkan air mata buayanya kepadaku dan aku membalasnya dengan jitakan mautku. Tetapi sekarang aku ingin sekali memeluknya. Mustahil sekali aku lakukan, bahkan untuk menyentuhnya saja aku tidak bisa.
Mata hitamku memandang mobil hangus di hadapanku. Itu adalah mobil milikku, mungkin Naruto atau yang lain menemukan ponselku disana sebagai bukti jika aku benar-benar korban dari kecelakaan beruntun ini.
"Naruto... Ayo kita pulang.."ujar Gaara sembari menepuk pundak Naruto pelan. "Ini sudah malam, kau juga perlu istirahat."lanjutnya.
Benar kata Gaara,Naruto. Kau harus menenangkan dirimu. Namun kulihat ia menggelengkan kepalanya, masih dengan kepala yang tertunduk.
"Tinggalkan aku, biarkan aku disini sampai polisi mengevakuasi dirinya. Aku ingin menemaninya."
"Proses evakuasi akan dilanjutkan esok hari. Kau bisa datang pagi-pagi jika ingin."ujar Shikamaru.
"Tidak. Aku tetap disini. Jika kalian lelah, kalian bisa pulang."
Ia berkata seperti itu dengan pandangan kosong, menerawang kearah mobil hangusku, seakan-akan melihat diriku. Diriku yang masih hidup.
Ingin sekali aku berteriak "Aku disini Naruto! Tepat di sampingmu!" kepada dirinya, setidaknya mengurangi ke galauannya. Tetapi tetap saja tak bisa, kita telah berbeda dunia, kita telah berbeda dimensi, ia hidup dan aku telah mati.
Aku mendekatkan diriku di telinganya. Berharap, sunggu berharap ia bisa mendengarkan suaraku. Aku ingin ia pulang, mengistirahatkan dirinya, aku tidak pernah melihatnya seberantakan ini. Aku ingin selalu mengomentari gayanya dengan kalimat pedasku, aku masih ingin menjitak surai pirangnya sekeras mungkin, aku ingin-
Aku segera menggelengkan kepalaku. Aku telah mati dan aku telah mengikhlaskan semuanya. Mencoba menarik nafasku – walaupun kenyataannya tak ada lagi nafas yang masuk dan keluar melewati hidung – lalu berujar lembut padanya.
"Kau harus pulang, percayalah jika aku selalu berada disisimu." Memang benar kan? Aku akan selalu mengikutinya kemanapun dalam waktu tiga hari ini. Aku bukanlah stalker gila yang selalu mengikuti idolanya kemanapun, aku hanya sosok hantu yang selalu berada disisinya.
Naruto tersentak lalu memandang liar sekitarnya, mencari suara... dariku? Apakah memang terdengar?
"Ada apa Naruto? Kau mencari siapa?"tanya Kiba yang melihat gelagat aneh Naruto.
Naruto menghentikan tingkah anehnya lalu menggelengkan kepalanya. "Baiklah, aku akan pulang. Besok aku akan langsung kemari walaupun polisi belum datang."ujarnya pelan lalu bangkit dari duduknya. Ia memandang sendu mobil hangusku lalu mengusap kedua matanya yang memerah.
"Selamat malam Sasuke."ujar Naruto lalu berbalik lalu melangkah pelan meninggalkan kecelakaan ini.
"Neji, kenapa kau diam saja?"pertanyaan Gaara membuatku memandang Neji dengan bingung. Benar, dia masih tetap terdiam tidak melangkah sedikitpun.
Neji memandang Gaara lalu tersenyum tipis. "Kau dan lainnya pulanglah duluan. Aku masih ada urusan di kantor, ada berkas-berkas yang harus aku kerjakan malam ini."ujarnya.
Gaara memandangnya tak yakin, sedetik kemudian ia menganggukkan kepalanya, "Baiklah kalau begitu, hati-hati dijalan."lanjutnya lalu mengikuti ketiga sahabatnya yang telah berjalan duluan.
Mobil milik Shikamaru telah melaju dengan pelan meninggalkan tempat kejadian, aku menghela nafasku lalu memutuskan untuk mengikuti mobil itu dengan berjalan kaki sebelum suara familiar itu memanggilku.
"Sasuke."aku menghentikan kedua kakiku lalu berbalik untuk melihat dirinya yang tengah memandangku sedih. "Kau... benar-benar Sasuke kan?"tanyanya sekali lagi.
"Kenapa kalau aku memang Sasuke? Apakah wajah hancurku ini menakutkan untukmu."jawabku ketus. Yah, aku sudah mengetahui jika orang itu telah menyadari kehadiranku sedari tadi, salah satu sahabatku yang mempunyai kemampuan indra keenam atau bahasa kerennya indigo.
"Ah tidak, hanya saja... Apa yang membuatmu masih berada disini? Aku tidak melihat arwah gentayangan lainnya selain dirimu?"tanya Neji perlahan. "Sebagai tambahan saja, kau masih memiliki wajah manusiamu, kau sama sekali tidak mengerikan."
Aku hanya mendengus lalu berkata lirih, "Aku mengecewakan Naruto dan diberi waktu tiga hari untuk menyelesaikan semuanya. Setelah itu aku akan benar-benar pergi dari dunia ini."jawabku singkat tetapi aku yakin Neji bisa memahaminya.
Ia menganggukkan kepalanya – benarkan dia langsung tahu –
"Lalu kau akan memulainya bagaimana?"tanyanya kemudian.
"Merasuki orang mungkin."jawabku asal.
"Merasuki? Kau benar-benar hantu sejati,Sasuke."ujarnya sedikit tertawa.
"Mungkin aku akan selalu mengikutinya kemanapun sampai tiga hari itu selesai. Kuharap aku bisa menampakkan diriku saat hari itu tiba dan meminta maaf darinya."jawabku serius. Angin malam hari ini sedikit mengerikan, karena aku mungkin? Apakah aku menjadi hantu jahat di alam ini?
"Apakah itu tidak menambah kesedihan yang Naruto rasakan? Lalu soal perayaan hari jadi kalian berdua, kenapa kau sampai terlambat? Mungkin, jika kau mau melepas sedikit saja pekerjaan yang kau kerjakan. Malam hari ini kau menghabiskan waktu berduamu dengan Naruto."
"Aku juga tidak menginginkan hal itu! Jujur aku memang sedikit lupa pada janji dengan dirinya, tetapi aku mati-matian menghampirinya, kau tahu mobil ku yang kemarin baru selesai di perbaiki kembali bermasalah, kau tahu kenapa aku tidak bisa segera keluar dari mobil saat ledakan itu terjadi? Jika aku tidak membuka dan menutup pintu mobilku dengan keras untuk menghampirinya. Aku masih bisa menyelamatkan diriku!"ujar Sasuke keras.
"Aku tidak ingin mati Neji! Aku masih ingin hidup! Aku masih ingin menghabiskan hidupku dengan kalian semua! Aku masih mencintai Naruto! Aku takut jika aku tidak mengejar Naruto saat itu dan kembali ke kantor, aku takut ia akan memutuskanku!"aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, aku tidak ingin Neji melihat tangisanku, aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan dirinya.
Mungkin memang Tuhan telah memberiku pilihan pada hari ini.
Kehilangan orang yang kau cintai atau Mati.
Aku tersentak saat tanpa banyak bicara Neji memelukku, tak terlalu erat namun cukup membuatku nyaman. Aku masih terus menangis seperti gadis SMA – Aku benci mengakuinya – namun mungkin ini sedikit mengurangi bebanku.
Dia masih terus memelukku hingga aku yang memulai untuk melepaskan diri dari dekapannya.
"Thanks..."ujarku lirih.
"Tak masalah."hening melingkupi kami berdua, hanya desiran angin malam yang terdengar, entah kenapa suasana semakin mencengkam. Aku memandang dirinya setelah mengusap perlahan kedua mataku.
"Pulanglah, Gaara pasti khawatir dengan dirimu, jalanan masih licin. Jangan sampai kau menjadi korban berikutnya."ujarku lalu mendudukan diriku di jalanan. Kenapa? Sekarang aku menjadi makhluk sekelas hantu kan? Mau tidur dimanapun bukan masalah.
"Kau tidak ingin menemani Naruto? Aku percaya jika mereka semua sepakat untuk tidur di rumah Naruto dan hanya aku yang bisa melihatmu, kau tidak bisa menampakkan dirimu kan?"tanya Neji lalu menarik paksa tanganku untuk mengikuti langkahnya.
"Jika ada orang melihatmu, kau akan disangka orang gila karena berbicara sendiri Neji."ujarku geli lalu menyentak tangannya. Aku masih tetap mengikuti dirinya dan memasuki mobilnya dengan santai. Dulu aku memang selalu seperti ini, suka seenaknya sendiri, itu menurut teman-temanku. Bernostalgia seperti itu membuat hatiku terasa perih. Aku telah mati. Dan tidak akan merasakan kebahagiaan itu lagi. Selamanya.
######
Naruto menjatuhkan tubuhnya kepada kasur empuk miliknya lalu mulai memejamkan matanya, air mata masih senantiasa mengalir dari pelupuk safirnya. Ia masih belum bisa menerima hal ini, semua terlalu cepat.
Dimulai dari Sasuke yang menolak datang dan ia memaksanya dengan keras.
Ia menunggu di taman dan Sasuke datang terlambat.
Ia memutuskan untuk pergi dan Sasuke mengikutinya.
Ia telah kembali dari kekediamannya dan mendapat kabar jika ada kecelakaan di perempatan yang ia lalui tadi.
Ia mengikuti Shikamaru saat lelaki nanas itu ditugaskan untuk pergi ke TKP dan melihat kenyataan jika Sasuke salah satu korban dari kecelakaan tersebut dan tewas di tempat.
"Dobe, cepat mandi sana! Jorok sekali kau!"
"Siapa yang cemburu? Aku tidak peduli jika kau sampai meniduri wanita jalang itu."
"Jangan makan ramen terus baka! Sekali-kali makanlah sayuran, aku akan membuatkannya untukmu dan kau wajib memakannya! Mengerti!?"
"Kau masih tetap bodoh seperti biasanya. Kau akan menjadi penerus perusahaan kan? Cepat hilangkan kebodohanmu itu bodoh!"
"Maaf aku telat dari perjanjian tetapi aku tetap berusaha untuk menemuimu kan?"
"Maafkan aku Naruto. Maafkan aku..!"
'Kau masih hidup kan... Kau akan kembali mengejekku bodoh kan...'dan Naruto kembali menumpahkan seluruh kesedihannya dengan teriakannya, ia membanting semua benda yang berada di dekatnya, ia menolak- Sangat menolah kenyataan jika kekasih yang sangat ia cintai itu pergi meninggalkan dirinya selamanya.
"Kenapa Sasuke? Kenapa?! Aku masih sangat menyayangimu! Aku masih sangat mencintaimu! Kenapa kau meninggalkanku begitu saja hah!?"
PRANKK!
Naruto jatuh terduduk dengan bersender pada ranjang miliknya setelah melemparkan vas bunga entah kemana, penampilannya sangatlah kacau, kacau sekali. Tubuhnya tak berhenti bergetar, isak tangisnya masih terdengar.
Ia hancur. Jiwa dan raganya hancur.
"Sasuke... Sasuke..."ia memandang kosong tembok di hadapannya. Hanya nama pemuda itu yang selalu ia rapalkan. Dirinya benar-benar hancur.
"Sasuke sayang... Aku sangat mencintaimu sayang... Jangan tinggalkan aku..."racaunya lirih.
Sosok di hadapan Naruto, sosok yang tidak akan bisa pemuda Uzumaki itu lihat tengah berdiri sembari memandang sendu Naruto. Tangannya berusaha untuk menyentuh surai pirang tersebut, namun gagal. Kedua tangannya terkepal erat lalu mendudukan dirinya di samping Naruto.
Mata safir pemuda itu tak terlihat kembali, namun sosok itu masih betah untuk memandang wajah kacau dengan air mata . Ia menggigit bibit bawahnya, tak ada darah yang keluar, ia telah mati, ia Sama sekali tidak merasakan sakit di bibirnya. Namun entah kenapa hatinya masih bisa merasakan perasaan sesak ini.
Sosok itu masih ada dan menemani pemuda pirang itu terlelap hingga pagi menjelang, masih dengan menatap wajah Naruto.
.
.
.
.
To Be Continue.
Karena terlalu panjang maka aku putuskan untuk membuatnya menjadi multi chap. Mungkin 2 sampai 3 chapter. Akan aku usahakan tamat di tanggal 22 Oktober nanti. Kenapa nggak tanggal 23 Oktober saat perayaan NS Day dirayakan? Karena pada tanggal itu aku benar-benar sibuk dan nggak bias mengakses internet sama sekali, mohon maaf sebelumnya #bungkuk-bungkuk
Gimana? Gaje kah? Mungkin masih banyak typo yang bertebaran dan kata-kata yang menghilang secara misterius(mungkin), aku mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidak kenyamanan tersebut. Harapa maklumi, saya masih 100% manusia (Mungkin).
Review please! (^J^)
Akasaka Kirachiha
