Bunga Tidur
by
fontaineclaire11
"Buka…" bisik Shisui sesaat sebelum menarik karet yang mengikat rambut panjang pria ramping di dekapannya itu menggunakan mulutnya.
Kemudian tangannya merayap ke depan torso partnernya, semakin ke bawah hingga ia berhasil menemukan resleting celana berwarna hitam itu. Setelahnya ia menanggalkan celananya sendiri dengan tidak sabaran. Ooh, Shisui merasa ia akan meledak karena nafsu.
Jemari panjangnya menyelip di antara jari-jari kurus Itachi, mencegahnya kabur dari situasi intim yang mengelilingi mereka berdua.
"K-kumohon jangan sekarang, Shisui… Sasuke bisa mendengar kita."
Lain di mulut, lain di hati. Buktinya sekarang ia bukannya berusaha menghentikan pergerakan Shisui, malah Itachi sudah pasrah bertumpu pada dinding di hadapannya. Baru saja kemarin Itachi berusia enam belas tahun. Termasuk dalam kelompok usia yang sering disebut sebagai 'bocah' oleh orang dewasa di desa mereka. Kalau begitu, ia bisa jadi bocah nakal. Berbuat mesum dengan lelaki yang tiga tahun di atasnya itu saat kedua orang tuanya sedang tak ada di rumah.
Sambil menggigit bibirnya demi meredam suara-suara laknat yang keluar dari mulutnya, ia berdoa dalam hati supaya adik kecilnya yang tertidur di kamar depan tidak mendengar mereka. Ia tak ingin Sasuke menyaksikan apa yang belum sepantasnya ia lihat. Sekilas Itachi bisa mendengar langkah kaki adiknya di depan kamarnya. Paling-paling bocah sepuluh tahun itu mimpi buruk atau semacamnya, lalu ingin tidur bersama kakaknya.
Oh sial. Tentu saja Sasuke bisa melihat siluet keduanya melakukan tindakan tak senonoh dari balik pintu tipis ini.
"B-berhenti... Ngghhh… ada Sasuke, bodoh! Ahhh…"
"Apa? Aku tidak bisa dengar, Itachi. Bisa teriak lebih keras lagi?" ledek Shisui, kembali menggempur partnernya habis-habisan.
Itachi kehabisan kata-kata. Hanya desahan tertahan yang mampu keluar dari bibirnya, sedangkan kedua matanya serasa ingin mengatup terus. Ia, dengan sedikit memaksakan diri, menoleh ke arah shoji untuk menemukan bayangan adiknya sudah menghilang dari sana, digantikan oleh sinar bulan yang menyelinap di antara celah sempit yang berbatasan dengan dinding.
Maaf, Sasuke. Sepertinya kau harus tidur sendiri malam ini, Itachi berkata dalam hati.
"Aku tidak akan berhenti sampai kau kehabisan suara gara-gara berteriak, Itachi. Mari buat semua orang di distrik ini mendengar nyanyian indahmu." lanjut Shisui sambil menggigit ujung telinga Itachi. Tengkuk pemuda itu meremang begitu nafas hangat partnernya menerpa permukaan mulus itu.
Setelahnya, Itachi tak ingat apa-apa lagi.
Ia tenggelam dalam nikmat bersama Shisui hingga fajar menjelang, saat mereka mencapai klimaks untuk yang ke sekian kalinya.
Dan itu adalah seks terbaiknya dengan Shisui.
.
.
.
"Hihihi..."
"Jangan berisik, Sasuke... nanti kakakmu bangun. Kita belum siap, tahu."
"Lilinnya sudah hidup, kok. Shisui-san saja yang lelet!"
Samar-samar Itachi bisa mendengar perdebatan tidak penting di antara kedua orang yang dikasihinya itu. Baru saja ia akan kembali mengabaikan keributan barusan dan kembali tidur jika saja sebuah jari telunjuk tidak menusuk-nusuk pipinya dengan gerakan yang sangat mengganggu.
"Bangun, sayang."
Masa bodoh, Itachi langsung mengubur wajahnya pada bantal yang ada di dekapannya tanpa repot-repot memenuhi permintaan kekasihnya.
"Nii-san mendengkur seperti babi." celetuk Sasuke tiba-tiba.
"Bisa tolong tutup pintunya? Sekalian tutup mulutmu, Sasuke."
Shisui terkikik geli menyaksikan wajah Sasuke yang seakan-akan ditampar kata-kata pedas Itachi. Tidak diragukan lagi, Itachi itu kakak yang penyayang. Tapi kalau sudah diganggu saat sedang kelelahan, ah, sifat moody-nya langsung keluar. Shisui sudah biasa menghadapi sisi ganas kekasihnya, mengingat talenta alaminya untuk membuat orang-orang di sekitarnya naik darah sampai ke ubun-ubun. Tapi kali ini Sasuke yang jadi korban kemarahan Itachi. Wajah imut anak itu membeku sejenak sebelum membentuk sebuah rengutan.
"Ah, nii-san memang tidak tahu terima kasih. Kalau begitu biar aku saja yang meniup lilinnya, Shisui-san!" Sasuke bersiap menarik nafas dalam-dalam.
Untunglah Shisui cukup cepat menampar mulut Sasuke sebelum ia sempat mematikan bara api pada batangan kecil berwarna putih itu.
"Jangan begitu pada kakakmu. Ia hanya bekerja terlalu keras tadi malam." Shisui menaik-turunkan alisnya, berusaha memberi pengertian sugestif yang terselubung pada anak kecil di depannya ini. Sasuke hanya merespon dengan memalingkan mukanya ke arah lain.
"Ah, terserah! Aku serahkan urusan ini kepada Shisui-san, ya. Mungkin aku sempat berlatih shuriken sambil menunggu nii-san bangun."
Kemudian kaki-kaki kecil Sasuke membawanya pergi ke halaman belakang mereka, meninggalkan Shisui sendirian dengan seonggok pemuda yang berbaring membelakanginya itu. Memang Itachi adalah shinobi yang kompeten. Sikap disiplinnya tidak diragukan lagi, namun hal itu tidak berlaku di saat hari liburnya.
Maka Shisui meletakkan kue yang dibelinya bersama Sasuke kemarin di samping futon tempat Itachi berbaring agar ia bisa ikut merebahkan diri di samping pemuda itu, tepatnya sehingga mereka berada dalam posisi saling berhadapan.
"Kau tahu ayah dan ibumu pulang hari ini, kan?"
Itachi mengangguk pelan, masih dengan mata terpejam.
"Jam berapa ini?"
"Sudah siang. Sebaiknya kau bergegas bangun, pemalas. Atau Fugaku akan membunuhku jika melihat keadaan anak sulungnya yang berantakan begini."
"...oh, dan selamat ulang tahun, sayang." Shisui menunduk untuk mengecup bibir si prodigi Uchiha.
Bagaikan putri tidur yang terbangun akibat ciuman dari pangeran asing yang ditakdirkan untuknya, Itachi membuka kedua kelopak matanya begitu saja.
Ia mendapati sebuah kue kecil berwarna putih dengan beberapa batang lilin yang menyala disodorkan Shisui padanya.
Itachi memejamkan matanya sejenak, mengucapkan permohonan konyolnya (yang mana ia yakin kemungkinan tak akan terwujud), lalu meniup habis bara api di depan wajahnya itu.
Mereka bertatapan selama beberapa detik sebelum Itachi kembali membuka mulutnya.
"...jadi apa seks tadi malam itu hadiah ulang tahunku?"
Shisui tak dapat menahan tawanya. Saking berisiknya, ia bahkan yakin Sasuke bisa mendengar suara cemprengnya dari luar.
"Ya... bisa dibilang begitu."
"Kau takut pada ayahku?" Itachi kembali mengangkat permasalahan yang sempat disebut oleh Shisui tadi.
"Tidak. Memang Fugaku bisa apa?"
"Hah! Dasar pengecut."
"Tapi pengecut ini berhasil membuatmu klimaks tadi malam." Shisui melempar pandangan sugestif ke arah resleting celananya, lalu ke arah Itachi.
"Tenang saja. Ayah dan ibu kan sudah lama kenal denganmu." Itachi memilih untuk mengabaikan komentar mesum Shisui barusan.
"Kau masih di bawah umur, Itachi."
Kedua bola mata Itachi memutar bosan. Lagi-lagi permasalahan ini. Mereka tinggal merahasiakan kegiatan tadi malam dari Fugaku dan Mikoto, bukan? Apa susahnya, sih.
"Sasuke mana?"
"Bocah itu ngambek di luar."
"Hah... baiklah. Aku mau tidur lagi. Tolong jangan ganggu aku, ya?" pintanya seraya memejamkan kedua matanya lagi.
Sebuah senyuman lembut terulas di wajah Shisui. Jemari panjangnya bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi wajah kekasihnya.
"Dengan senang hati."
Tanpa basa-basi, Shisui menarik selimut tebal itu dari genggaman Itachi, lalu ikut menutupi tubuhnya hingga mereka berdua benar-benar sepenuhnya terkubur di bawah lapisan kain lembut itu.
"Hanya ingin mengingatkan, kau belum pakai celana sejak semalam."
"Terimakasih, Shisui. Sangat membantu."
.
.
.
Hai! Ini adalah FF Naruto pertamaku~ salam kenal gais, Claire di sini *lambai-lambai*
Jadi, ternyata Itachi ultah dua hari yang lalu :( yaampun aku telat tapi gapapa lah ya heheheh... Shisuita ini kapal yang langka banget ya btw. Perasaan beberapa tahun yang lalu lumayan populer (?) Bahkan aku hampir lupa pernah nge-ship OTP ini :) Sempet kepikiran untuk buat Itachi x Izumi tapi Shisui x Itachi membuatku lebih lemah :') Maybe next time deh wkwkwk...
Anyway, ada yang suka bikin fanart kah di sini? Mau nanya dong, biasa make app/ software apa buat digital drawing? Medibang kah? Atau ada yang lain? Boleh di share dong hehehe~
Terimakasih sudah membaca~
See you!
