Disclaimer : Harry Potter dan yang lainnya punya J.K Rowling.

Summary : Semua orang akan berubah, entah kearah yang lebih baik atau kearah yang buruk.

Everybody's Changing

Chapter satu, Silence-Beethoven

"Dua puluh poin dari Gryffindor, dan PR untukmu Potter. Salin kembali halaman yang menjelaskan bagaimana membuat ramuan veritaserum sebanyak lima perkamen. Tidak lebih dan tidak kurang," Severus Snape menatap tajam pada sepasang mata berwarna hijau tersebut, kurang puas sebenarnya tapi mungkin lain kali dia bisa memberi hukuman yang lebih berat, dan Snape akan senang dengan hal itu.

"Yes, sir," Harry mengumpat di dalam hati, dirinya tidak pernah mengerti kenapa Snape sang guru ramuan amat sangat membencinya, berkali-kali Snape memberinya hukuman yang tidak sedikit dan dia hanya bisa pasrah. Ingin menolak tapi poin asrama menjadi taruhan, yang ada Harry makin di sumpahi oleh seluruh anak asrama. Harry mencoba menolak godaan untuk megerjai guru tersebut, malah terkadang Sirius menyuruh Harry untuk memberi guru tersebut ramuan kejujuran agar dirinya bisa tahu kenapa sang guru dengan rambut kelimis membencinya. Yah dia akan melakukan itu di hari lain tidak sekarang atau pun besok.

"Snape itu mungkin dia teringat akan sesuatu yang menyebalkan saat dia melihat wajahmu mate, jadi dia selalu ingin memberimu hukuman," ucap Ron saat mereka berada di ruang rekreasi asrama, Ron sama sepertinya dia membenci guru tersebut. Tidak jauh berbeda darinya, Ron selalu mendapat detensi yang mengerikan, dan ya mereka sudah terkenal dengan sebutan 'dua pecinta detensi dari Snape'.

"Berhenti membicarakan si rambut kelimis itu Ron, aku muak mendengarnya. Dan kenapa aku kalah lagi darimu? Tiga kali main tiga kali juga aku kalah, ini.. menyebalkan! Aku mau keluar!"

Ron hanya bisa melongo melihat tingkah laku sang sahabat, kenapa pula dia yang di marahi? Padahal bukan salahnya jika Harry kalah bermain darinya, memang dirinya saja yang terlalu jago bermain ini. "Mate, sebentar lagi jam makan malam, kau mau pergi kemana?" Ron memaki dirinya sendiri, dirinya lupa jika Harry saat ini tengah mengalami siklus bulanannya, seharusnya dia tidak membuat Harry kesal, ah seandainya saja ada Hermione pasti dia mengerti bagaimana menyikapi Harry yang seperti ini.

"Cari angin tentu saja, dan jangan mencariku!" teriakan Harry membahana di ruangan tersebut, Ron pasrah dia butuh Hermione. 'oh Hermione, aku harap kau segera selesai dengan bacaan bodohmu itu.'

.

.

.

Harry melangkah dalam diam, berbagai pikiran tertumpuk menjadi satu membuat ia kesal setengah mampus. Harry merasa bersalah kepada Ron, tidak seharusnya ia membentak anak dari keluarga Weasley tersebut, baiklah dia akan minta maaf nanti. Sekarang Harry ingin menjauh dari siapapun itu, belum lagi sakit bekas lukanya kembali menjadi, bisa ia pastikan bahwa si pria tolol tanpa hidung itu sedang marah besar, atau pun sedang bahagia dan Harry sungguh ingin mengutuknya.

Langkahnya terhenti saat dirinya tidak sengaja menabrak seseorang anak dari Slytherin, 'cobaan baru, ya terimakasih Merlin, kau yang terbaik.'

"Aduh, maafkan aku sobat, aku tidak—"

"Kau bodoh ya? Lain kali gunakan kedua matamu dengan benar Potter!"

"—a-apa? Duh maaf ya Malfoy, bukan maksud ingin menabrakmu atau apa, tapi jelas-jelas lorong ini lebih dari cukup untuk membuat berjalanmu lebih jauh. Seharusnya aku yang mempertanyakan kemana pengeliatanmu itu tolol!" Harry berucap tajam, tidak memperdulikan tatapan terkejut dari teman Malfoy tersebut, pandangannya menatap sinis kepada sang Malfoy junior tersebut, Harry jadi menyesal membuat janji pada orang tersebut.

"Oke, berhenti dengan tatapan 'ayo menatap paling lama, yang kalah akan mati' kalian menjadi tontonan gratis sobat!" Blaise Zabini pemuda berdarah Italia tersebut mencoba menghentikan perseteruan antara dua mahluk yang sangat emosional ini, melihat Potter marah hingga mengatakan sumpah serapah itu membuat dia terkejut, semarah-marahnya seorang Potter, Blaise tahu tidak mungkin sampai seperti itu, paling hanya menatap sang lawan bicara dengan pandangan menusuk.

"Dengarkan kata temanmu itu Malfoy, bersyukurlah Tuan Zabini mau menjadi temanmu dan tidak meghkianati kau seperti Crabbe dan Goyle. Jika aku jadi kau—" Harry terdiam, digigitnya keras mulut bagian dalamnya, merutuki mulutnya yang terkadang bisa lepas kendali, "—shit, aku permisi." Harry melangkah menjauh, menulikan teriakan dari kedua murid Slytherin tersebut, ah Harry harap untuk seterusnya dia tidak ingin bertemu dengan para ular tersebut.

Yah, itu hanyalah harapan bodohnya.

"Bagaimana Potter tau soal Crabbe dan Goyle? Aku kira hal tersebut hanya diketahui oleh kita saja!" Blaise menatap kepergian Potter dengan pandangan tidak mengerti, hal yang hanya diketahui oleh orang asramanya ternyata bisa terdengar sampai ke telinga anak singa tersebut.

"Percayalah Blaise, aku tidak tahu bagaimana Potter mengetahuinya."

Kedua anak kebanggaan asrama ular tersebut melanjutkan perjalan mereka. Blaise merengut, mencoba mengira-ngira bagaimana mungkin informasi itu dapat diketahuinya, "apa mungkin dari pihak kitalah yang memberitahunya? Itu masuk akal sobat."

Draco menggeleng, matanya masih memandangi sosok belakang Potter dengan teliti. Mencari tahu mungkin saja ada yang mencurigakan, "aku takut bahwa itu adalah kenyataan Blaise, bahwa diantara kita ada pengkhianat lainnya."

.

.

Privet Drive

Pertengahan bulan November

Memasuki tahun ke empatnya bersekolah di Hogwarts, Harry tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang ternyata berasal dari dimensi lain. Awalnya Harry tidak percaya dengan itu semua, tapi bukti yang diberikan sudah lebih cukup untuk menyakinkannya.

Harry bukanlah anak yang polos, dijuluki sebagai sang penyelamat dunia sihir tidak membuat ia besar kepala. Karna mau sebanyak apapun ia menyelamatkan dunia sihir dari cengkraman si pria tanpa hidung, faktanya ia tetaplah tinggal bersama sang Paman Vernon dan Bibi Petunia. Dua manusia yang tidak menyukainya, dan terkadang memperlakukannya sebagai pembantu di rumah tersebut. Harry sendiri tidak terlalu memperdulikannya, karena dibalik sifat kejam mereka ada satu titik kebaikan yang mereka miliki.

Kembali pada seseorang yang berasal dari dimensi lain tersebut, yang ternyata adalah seorang pria. Harry mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya ia ketahui, dan ternyata itu sangatlah berbahaya.

Setiap hal yang berlawanan dengan seharusnya, akan berdampak pada tubuhnya. Sesuatu yang baru ia ketahui saat ia menyelamatkan Cedric dari kematian. Seperti kata pepatah; 'apa yang kau tanam adalah yang kau tuai' dan Harry tidak menyesalinya sama sekali. Karena Cedric di dunia pria tersebut ternyata meninggal. Tapi sebagai gantinya, sang kepala sekolah dari Durmstrang Igor Karkarof, mati dikarenakan terkena kutukan tak termaafkan dari Voldemort. Yah, suatu keberuntungan karena dia termasuk seorang pelahap maut.

"Kau tahu nak, tidak ada kebetulan di dunia ini. Aku rasa sebagai ganti dari nyawa Cedric harus ada nyawa yang dikorbankan, karena itulah cara dunia bekerja. Dan aku minta padamu, jadilah wanita yang tangguh. Hanya itu pintaku."

Itu percakapan terakhir mereka sebelum Harry menghabiskan libur di kediaman pamannya. Setelah itu, Harry hanya bertukar kabar melalui burung hantu. Dan sepertinya , panggilan Harry untuknya selalu berpindah tempat secara acak. Terimakasih untuk Hedwig, burung hantu tersebut sangat pintar untuk menemukan di mana ia berada.

Dan tentu saja, Harry merahasiakan hal ini dari teman-temannya. Terlebih lagi sang Kepala Sekolah profesor Dumbledore. Harry hanya tidak ingin keadaan ini dimanfaatkan oleh sang Kepala Sekolah. Bukannya ia tidak mempercayai Dumbledore, hanya saja akan menjadi lebih baik jika hanya sedikit orang yang tahu. Harry tidak ingin terlalu merubah sesuatu yang akan datang hanya karna pengetahuannya akan hal tersebut.

Katakan tidak untuk memfaatkan seseorang, karrna Harry tidak menginginkan hal itu. Terlebih lagi setelah mengetahui efek yang akan diterima oleh tubuhnya. Itu terlalu mengerikan, dan dirinya tidak sebaik itu untuk mengorbankan dirinya.

Tidak, terimakasih bung.

Tapi, tidak akan menutup kemungkinan jika akan ada sesuatu yang berubah nanti di masa yang akan mendatang.

.

.

.

Tbc...